makalah patologi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini dengan melihat era globalsasi yang semakin maju, masih ada pula sisi lain
yang negative. Diantaranya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. Pada masyarakat
awam sering kali kita jumpai orang yang acuh tak acuh terhadap masalah kesehatannya
dan menganggap remeh jika terkena suatu peyakit. Apalagi pada kumpulan masyarakat
yang tingkat ekonominya rendah. Maraca ingin berobat saja merasa malas karena biaya
rumah sakit dan prawatannya yang sangat mahal serta tidak sebanding dengan
pendapatan yang diperoleh sehari-hari.
Dengan keadaan lingkungan yang memiliki sanitasi rendah dan kurangnya
pengetahuan tentang sanitasi lingkungan di sekitanya, sering kali mereka terkena
penyakit-penyakit akibat terinfeksi mikrooganisme, bakteri, jamur ataupun kuman yang
terdapat di lingkungan sekitar mereka. Penyakit-penyakit seperti itu disebut penyakit
infeksi.
Jadi, kesimpulannya penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh
hingga menimbulkan gejala-gejala penyakit. Atau juga dapat diartikan sebagai invasi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cidera
seluler local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler atau respon
antigen-antibodi.
Terjadinya penyakit infeksi bisa terjadi karena adanya tiga unsure yaitu factor
mikroorganisme, factor hospes pada infeksi dan reaksi hospes dengan mikroorganisme.
Demikian tadi sekilas wacana yang akan dibahas pada makalah ini. Dengan melihat
melihat latar belakang wacana diatas maka penulis memutuskan untuk membuat makalah
ini dengan judul penyaki infeksi.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor jasad renik (mikroorganisme) yang
mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi !
2. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor hospes yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi !
3. Jelaskan reaksi hospes dan jasad renik yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi !
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui factor-faktor jasad renik (mikroorganisme) yang mempengaruhi
terjadinya penyakit infeksi.
2. Mengetahui factor-faktor hospes yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi.
3. Mengetahui reaksi hospes dan jasa renik yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi.
2
BAB II
KERANGKA TEORI
Penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga
menimbulkan gejala-gejala penyakit. Atau juga dapat diartikan sebagai invasi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cidera
seluler local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler atau respon
antigen-antibodi.
Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya infeksi ada tiga yaitu : factor
mikroorganisme, factor hospes pada infeksi dan reaksi hospes dengan mikroorganisme.
1. Faktor mikroorganisme
a. Daya Transmisi
Pemindahan secara langsung. Faktor yang penting dalam terjadinya infeksi
adalah cara masuknya agen menular hidup ke dalam tubuh. Cara pemindahan
infeksi yang mungkin paling jelas adalah pemindahan secara langsung dari
satu orang ke orang lain. Misalnya melalui batuk, bersin, dan berciuman.
b. Daya Infasi
Masuknya mikroorganisme ke dalam hospes baru. Agen mikroba harus
mampu bertahan di dalam tubuh hospes tersebut untuk dapat menimbulkan
infeksi.
c. Kemampuan Untuk menimbulkan penyakit
Beberapa organisme sebenarnya menyebabkan cedera pada hospes, sebagian
besar melalui cara imunologis. Misalnya basil Tuberculosis yang tidak
memiliki toksin sendiri.
2. Faktor Hospes
a. Barier mekanisme tubuh (pertahanan mekanik)
Terdiri dari : kulit dan mukosa orofaring, saluran pencernaan, saluran
pernafasan, sawar pertahanan lain.
b. Radang sebagai pertahanan
c. Fagositosis oleh makrofag pada kelenjar limfe
d. Makrofag dari sistem monosit-makrofag (jika masuk aliran darah)
3
3. Reaksi hospes dengan jasad renik
Secara biologi, sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan
penyakit, melainkan untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama.Antara hospes
dan agen, menular tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yang satu
tanpa menimbulkan cidera pada yang lain: komensalisme,mutualisme dan
parasitisme.
4
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Faktor-Faktor Jasad Renik (Mikro-organisme)
a. Daya transmisi
Pemindahan secara langsung. Faktor yang penting dalam terjadinya infeksi
adalah cara masuknya agen menular hidup ke dalam tubuh. Cara pemindahan
infeksi yang mungkin paling jelas adalah pemindahan secara langsung dari
satu orang ke orang lain. Misalnya melalui batuk, bersin, dan berciuman.
Individu yang terinfeksi mengeluarkan organisme ke lingkungan sekitar dan
akan mengendap berbagai permukaan kemudian organisme tersebut dapat
dilepaskan kembali ke udara sehingga menyebar secara tidak lansung kepada
hospes lain.
Trasfusi darah dapat juga sarana penyebaran infeksi, seperti pada kasus
hepatitis virus. Jenis pemindahan tidak lansung yang lebih komplek
melibatkan vektor-vektor seperti serangga. Faktor selektif ilmiah lain yang
mempengaruhi daya komunikasi mikroba adalah daya tahannya terhadap
antibiotik.
b. Daya invasi
Masuknya mikroorganisme ke dalam hospes baru. Agen mikroba harus
mampu bertahan di dalam tubuh hospes tersebut untuk dapat menimbulkan
infeksi.
Terdapat banyak cara yang digunakan oleh berbagai agen menular untuk
bertahan hidup pada atau dalam tubuh hospes. Misalnya kolera disebabkan
oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan tetapi hanya menduduki
epitel usus, melekat kuat pada permukaan sehingga tidak terhanyut oleh
gerakan usus.
Beberapa organisme setelah memasuki jaringan dan mendudukinya tidak
pernah menyebar sama sekali. Organisme yang menimbulkan tetanus
misalnya tidak menyebar keseluruh tubuh.
5
Mikroorganisme mempunyuai cara-cara tertentu untuk menerobos barier
hospes atau menghindari mekanisme pertahanan hospes. Organisme yang lain
menyekresi racun yang mematikan leukosit. Dengan demikian organisme ini
tidak tertangkap .
c. Kemampuan untuk Menimbulkan Penyakit
Beberapa organisme sebenarnya menyebabkan cedera pada hospes, sebagian
besar melalui cara imunologis. Misalnya basil Tuberculosis yang tidak
memiliki toksin sendiri.Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram
negative, sebagai dari strukturnya mengandung endotoksin kompleks yang
dilepaskan waktu mikroorganisme tersebut mengalami lisis. Pelepasan
endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya demam dan dalam keadaan –
keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia gram negatif, dengan timbulnya
sindrom syok.
Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan
cara imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen – antibodi,
yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada kompleks imun
glomerulonefritis.Ujung akhir dari spectrum adalah virus merupakan parasit
obligat intraseluler.Secara singkat,virus adalah potongan sederhana bahan
genetik (DNA,RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya ke
dalam sel hospes.
3.2 Faktor-Faktor Hospes Pada Infeksi
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap agen menular:
a) Barier mekanisme tubuh( pertahanan mekanik)
Kulit dan mukosa orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit.
Kulit yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada
permukaan luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barier meanis yang
baik sekali terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau
maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat
memungkinkan agen menular masuk.Selain sebagai barier sederhana,
kulit juga mempunyai kemampuan tertentu untuk melakukan
dekontaminasi terhadap dirinya sendiri.
6
Organisme yang melekat pada permukaan luar kulit akan
dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas.Selain dekontaminasi
fisik juga terdapat kontaminasi kimiawi yang terjadi dengan cara
berkeringat dan sekresi kelnjar sebasca yang membersihkan
permukaan kulit.
Kulit juga memiliki flora normal yang dapat berpengaruh
terhadap dekotaminasi biologis dengan menghalangi pembiakan
organisme-organisme lain yang melekat pada kulit.
Lapisan mulut dan sebagian besar faring serupa dengan kulit
karena terdiri dari epitel berlapis yang merupakan bagian dari barier
mekanisme untuk mencegah invasi mikroba.Namun,barier mekanis
ini sebenernya memiliki kelemahan disepanjang gusi dan di daerah
tonsil. Mukosa orofaring juga didekontaminasi oleh aliran saliva yang
dengan mudah menghanyutkan partikel-partikel yang ada.Selain itu
terdapat zat-zat dalam saliva yang menghambat mikroorganisme
tertentu.Mulut dan faring juga memiliki banyak flora normal yang
dapat bekerja untuk menghalangi pertumbuhan beberapa kuman yang
potensial.
Saluran Pencernaan
Mukosa lambung adalah tipe kelnjar dan bukan merupakan
barier mekanisme yang baik.Sering teerjadi luka-luka kecil atau erosi
pada lapisan lambung,tetapi tidak mempunyai arti pada proses
infeksi,sebab suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk
banyak mikroorganisme.Sebagian besar disebabkan oleh keasaman
lambung yang tinggi dan lambung cenderung memindahkan isinya ke
usus halus dengan proses yang relatif cepat.
Lapisan usus halus juga bukan barier mekanisme yang baik,dan
secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Gerakan peristaltik
untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi
bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.Bila motilitas usus
terganggu, jumlah jasad renik dalam usus halus akan meningkat dan
akan menginvasi mukosa.Bakteri normal yang jumlahnya banyak ini
7
berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau mereka benar-benar
mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).
Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan
nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang
beberapa diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar
diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-
tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang
diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad renik terhirup,
mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan dari
mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan.Kerja
perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi.
Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang
– ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag
alveoler yang merupakan barisan pertahanan lain.
Sawar Pertahanan Lain
Permukaan lain dalam tubuh dilengkapi dengan mekanisme-
mekanisme pertahanan yang serupa. Dalam saluran kemih,lapisan
epitelnya adalah epitel berlapis banyak yang memiliki barier
mekanis,tetapi salah satu pertahanan utama saluran kemih adalah kerja
aliran kemih dalam menghalau mikroba keluar.Semua hal yang
mengganggu kelancaran aliran kemih yang normal,apakah itu
penyumbatan ureter atau hanya kebiasaan buruk menahan kencing dapat
memudahkan terjadinya infeksi.Konjungtiva mata sebagian dilindungi
secara mekanis dan yang lain oleh air mata.Mukosa vagina merupakan
epitel yang kuat,berlapis banyak dan sifat pertahanan mekanismenya
diperkuat oleh adanya flora normal yang berjumlah banyak dan sekresi
mucus.
b) Radang Sebagai Pertahanan
Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan
memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi
peradangan akut.Reaksi peradangan adalah suatu keadaan saat aspek humoral
(antibody) dan aspek seluler pertahanan tubuh bersatu. Efek opsonisasi
8
antibody dan komponen-komponen komplemen misalnya, akan meningkatkan
aktivitas fagosit antimikroba.
Jika reaksi peradangan akut tidak sanggup mengatasi kuman
itu,interaksi tersebut dapat menyebar lebih luas keseluruh tubuh.Biasanya
penyebaran terjadi secara pasif bila dipandang dari kerja mikroba, dan
biasanya organisme tersebut dibawa oleh cairan tubuh.Pengeluaran cairan
eksudat dapat memindahkan interaksi.Sebenarnya fagosit tersebut tidak
langsung membunuh kuman tetapi berkelana terlebih dahulu ke tempat lain
dalam tubuh. Penyebaran cenderung terjadi pada ruang yang
berdekatan.Misalnya,jika ada satu bagian saluran gastrointestinal yang
mengalami perforasi, dan organisme didalamnya memasuki ruang peritoneum
maka organisme itu dapat menyebar ke seluruh permukaan peritoneum. Jika
beberapa agen mencapai suatu permukaan jaringan ikat,seperti sepanjang
otot,maka agen tersebut dapat menyebar dengan cepat sepanjang permukaan
itu. Jika organisme yang menular itu dapat mencapai selaput otak (selaput
yang meliputi seluruh sistem saraf pusat),maka organisme itu dapat menyebar
dengan cepat ke seluruh proses cerebrospinalis.
c) Pembuluh limfe pada infeksi
Karena alasan –alasan penting,maka aliran limfe dipercepat pada keadaan
radang akut.Sayangnya, hal ini berarti bahwa agen-agen menular kadang-
kadang juga ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe
bersamaan dengan aliran limfe tersebut.Kadang-kadang mengakibatkan
terjadinya limfangitis,tetapi lebih sering agen-agen menular itu langsung
terbawa ke kelenjar limfe,disini agen tersebut cepat difagositosis oleh
makrofag.Pada keadaan ini,maka cairan limfe mungkin dapat terbebas dari
agen-agen menular tersebut.
d) Pertahanan terakhir
Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen
tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi
infeksi pada aliran darah.Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya
tidak jarang terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya
ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari sistem monosit –
9
makrofag.Namun,jika organisme yang masuk itu berjumlah sangat besar dan
jika organisme tersebut cukup resisten, maka sistem makrofag dapat
ditaklukkan.Hal ini mengakibatkan organisme tersebut dapat menetap didalam
darah,dan dapat menimbulkan gejala-gejala malese,kelemahan,dan tanda-
tanda demam,menggigil dan sebagainya. Keadaan ini dinamakn septicemia
atau sepsis, atau sering juga disebut ‘keracunan darah’. Akhirnya, pada
beberapa keadaan,organisme tersebut dapat mencapai jumlah yang sangat
besar,sehingga mereka bersirkulasi dalam bentuk gumpalan-
gumpalan,tersangkut pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali
mikroabses.Keadaan seperti ini dinamakan septikopiemia atau singkatnya
piemia.
3.3 Respon hospes terhadap mikroba
Sering dianggap bahwa interaksi antara hospes dan agen menular merupakan suatu
peperangan dengan seluruh kemampuan yang ada atau ‘’pertarungan samapi
mati’’.Ada kecenderungan besar yang menganggap agen menular sebagai benda yang
‘’buruk’’ secara intrinsik karena ditakdirkan untuk menimbulkan penyakit. Namun
secara biologi, sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan
penyakit, melainkan untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama..Jika hubungan
antara hospes dan agen menular tidak saling menyerang, maka jenis interaksi ini
disebut komensialisme.
Jika interaksi memberikan beberapa keuntunganbagi kedua belah pihak, maka
interaksi ini disebut mutualisme.Komensialisme dan mutualisme merupakan hasil
yang paling sering terjadi akibat interaksi infeksi dialam dan timbulnya penyakit
menular dalam arti evolusi (dan ternyata banyak sekali) merupakan penyimpangan
dari keadaan ini.
Interaksi yang kompleks dari hospes dan faktor-faktor lingkungan menentukan
timbulnya infeksi. Virulensi atau patogenisitas mikroorganisme tertentu berkaitan
dengan status hospes.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab pembahasan masalah dapat disimpulkan bahwa penyakit
infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga menimbulkan gejala-
gejala penyakit. Faktor-faktor pada penyakit infeksi meliputi : Faktor mikroba, faktor
hospes dan reaksi hospes dan jasad renik terhadap infeksi.
Faktor mikroba antara lain : daya transmisi, daya invasi dan kemampuan menimbulkan
penyakit. Sedangkan faktor hospes pada infeksi antara lain :
a. Barier mekanisme tubuh (pertahanan mekanik)
Terdiri dari : kulit dan mukosa orofaring, saluran pencernaan, saluran
pernafasan, sawar pertahanan lain.
b. Radang sebagai pertahanan
c. Fagositosis oleh makrofag pada kelenjar limfe
d. Makrofag dari sistem monosit-makrofag (jika masuk aliran darah)
Reaksi hospes dengan jasad renik meliputi : komensalisme,mutualisme dan
parasitisme. Karena sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan
penyakit, melainkan untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/infeksi.htm
agildhiemitra.files.wordpress.com/.../mikroorganisme-penyebab-keracunan-makanan-dan-
penyakit-menular.doc
http://mawarmawar.wordpress.com/tag/mikroorganisme/
http://syarifahlizaalatas.blog.friendster.com/2008/01/infeksi/
http://blog.uin-malang.ac.id/alan/2011/01/10/infeksi-radang/
http://nirwan-anwarcom.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-infeksi.html
http://yesg-ners.blogspot.com/2009/05/mekanisme-infeksi.html
12