makalah papk
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Di Indonesia kasus gagal ginjal mengalami peningkatan mencapai sekitar 20%.
Di Amerika Serikat saja, negara yang sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap
tahunnya ada sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit kronik ginjal. Sekitar
40% gangguan diabetes menjadi penyebab gagal ginjal.
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .Penyakit
gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri.Penyakit gagal
ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut
usia.
Selama ini penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan
secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan
pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan
karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi ginjal dan salurannya?
2. Bagaimana fisiologi ginjal?
3. Bagaimana ekskresi dan reasorbsi ginjal?
4. Bagaimana hemostasis?
5. Bagaiman pemeriksaan penyakit ginjal dan urine
1.3. Tujuan
1. Mengetahui anatomi ginjal dan salurannya?
2. Mengetahui fisiologi ginjal?
3. Mengetahui ekskresi dan reasorbsi ginjal?
4. Mengetahui hemostasis?
5. Mengetahui pemeriksaan penyakit ginjal dan urine?
1.4. Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat memberi informasi anatomi fisiologi ginjal dan
cara pemerikasaan penyakit ginjal dan pemeriksaan urine untuk mengetahui
adanya kelainan di ginjal yang merupakan tanda penyakit ginjal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal Dan Salurannya
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3.Bentuk ginjal
seperti biji kacang.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram.Dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron.Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler
terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Gambar. 1 Anatomi ginjal
3
2.2 Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau
1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit
(170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga
akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal
a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d. mengeluarkan sisa-sisa metabolism dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Tahap Pembentukan Urine
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler
tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein
plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil
seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal RBF
(Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui
glomerulus ke kapsula bowman.Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus GFR
(Glomerular Filtration Rate).Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat.
Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler
glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler
4
glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik
filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi
glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler.
2. Tahap reabsorpsi
Urineprimer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di dalam tubulus kontortus
proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium di
seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh
saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion
Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih
tinggi. Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus
kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle.
Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan
ion Cl-.Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang.Hasil tahap
reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus.Kandungan urine
sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urine.Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan
terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap
sehingga terbentuk urine.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui
tubulus kedalam filtrat.Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah
dalam tubuh (misalnya penisilin).Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh
termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.Pada tubulus distalis, transfor
aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion
kalium tubular.Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari
cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular
“perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen
atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi
5
tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan
kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu
kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya.Sebagai
contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan
hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma
ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
2.3 Hemostasis
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa
melalui pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan
mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin
basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler. Keseluruhan mekanisme
ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai sebagai berikut: Sejumlah
besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila ion
bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah.
Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga disekresikan ke dalam lumen tubulus
oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion
hidrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat
yang disaring daripada hidrogen yang diekskresikan, akan terdapat kehilangan basa.
Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar, yaitu :
1. Sekresi ion-ion hidrogen
2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
3. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru
Koreksi Asidosis Oleh Ginjal
Asidosis terjadi bila ketika rasio HCO3- dan CO2 dalam cairan ekstraseluler
menurun, sehingga menyebabkan penurunan pH.Bila rasio ini menurun akibat
penurunan HCO3 disebut asidosis metabolik.Bila pH turun akibat peningkatan pCO2,
6
asidosis ini disebut asidosis respiratorik.Kedua kondisi ini menyebabkan penurunan
rasio bikarbonat terhadap ion hidrogen dalam cairan tubulus ginjal.Pada asidosis
metabolik, kelebihan ion hydrogen melebihi ion bikarbonat yang terjadi pada cairan
tubulus secara primer adalah akibat penurunan filtrasi ion bikarbonat.Pada asidosis
respiratorik, kelebihan ion hidrogen di dalam cairan tubulus terutama diakibatkan
oleh peningkatan pCO2 cairan ekstraseluler, yang merangsang sekresi ion hidrogen.
Akibatnya terdapat kelebihan ion hidrogen di dalam tubulus ginjal, menyebabkan
reabsorbsi ion bikarbonat yang menyeluruh dan masih meninggalkan ion-ion
hydrogen tambahan yang tersedia untuk bergabung dengan ion-ion penyangga urin,
NH4+ dan HPO4 Jadi, pada asidosis ginjal mereabsorbsi semua bikarbonat yang
disaring dan menyumbangkan bikarbonat yang baru melalui pembentukan NH4 dan
asam tertitrasi. Asam tertitrasi adalah sisa penyangga non bikarbonat, non NH4+
yang disekresikan ke dalam urin.
Koreksi pada asidosis respiratorik, dimana terjadi penurunan pH, peningkatan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan peningkatan pCO2, respon
kompensasi adalah peningkatan peningkatan HCO3- plasma yang yang disebabkan
oleh penambahan bikarboant baru ke dalam cairan ekstraseluler oleh ginjal.
Peningkatan HCO3 membantu mengimbangi peningkatan pCO2, sehingga
mengembalikan pH plasma kembali normal. Koreksi pada asidosis metabolik, yang
juga terjadi akibat penurunan pH dan peningkatan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler dimana gangguan utamanya adalah penurunan HCO3 plasma,
kompensasi oleh ginjal dengan menambah bikarbonat baru ke dalam cairan
ekstraseluler, membantu meminimalkan penurunan awal konsentrasi HCO3
ekstraseluler. Pada asidosis kronik , terdapat peninggian produksi NH4+, yang
selanjutnya berperan terhadap ekskresi ion hidrogen dan penambahan ion bikarbonat
ke dalam cairan ekstraseluler. Peningkatan ekskresi ion hidrogen pada tubulus ini
membantu mengeliminasi kelebihan ion hidrogen dari dari tubuh dan meningkatkan
jumlah ion bikarbonat dalam cairan ekstraseluler.Hal ini meningkatkan bagian
bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat., membantumeningkatkan pH
7
ekstraseluler dan mengoreksi asidosis.
Koreksi Alkalosis Oleh Ginjal
Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ekstraseluler
meningkat, menyebabkan peningkatan pada pH (penurunan konsentrasi ion
hidrogen).Pada alkalosis respiratorik, terdapat peningkatan pH pada cairan
ekstraseluler, penurunan konsentrasi hidrogen.Terjadi akibat penurunan pCO2 plasma
yang disebabkan hiperventilasi.Pengurangan pCO2 menyebabkan penurunan
kecepatan sekresi ion hidrogen oleh tubulus ginjal.Penurunan sekresi ion hidrogen
mengurangi jumlah ion hidrogen dalam cairan tubulus ginjal.Akibatnya tidak cukup
ion hidrogen untuk bereaksi dengan semua HCO3 yang disaring.Oleh karena itu,
HCO3- yang tidak dapat bereaksi dengan ion hidrogen tidak direabsorbsi dan
diekskresi.
Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi HCO3 plasma.Jadi koreksi
alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi bikarbonat plasma, yang
disebabkan peningkatan ekskresi bikarbonat oleh ginjal.Pada alkalosis metabolik
peningkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi hidrogen terjadi
akibat peningkatan konsentrasi ion bikarbonat cairan ekstraseluler.Kompensasi yang
terjadi melalui ginjal adalah peningkatan konsentrasi dalam caiaran ekstraseluler
menimbulkan peningkatan muatan bikarbonat yang difiltrasi yang kemudian
menyebabkan kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan
dalam cairan tubulus ginjal.Kelebihan ion bikarbonat di dalam cairan tubulus ginjal
gagal untuk direabsorbsi karena tidak ada ion hidrogen yang bereaksi dengannya. Ion
bikarbonat ini akhirnya akan diekskresikan dalam urin.
2.4 Pemeriksaan Penyakit Ginjal Dan Urine
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine.Uji
urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821.Sampai saat ini, urine diperiksa
secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai
8
strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk
mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi
adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal.Berbagai uji
urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta pH,
protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur
dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen urine dilakukan
untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.
1. Jenis dan bahan pemeriksaan urine
Untuk berbagai jenis pemeriksaan urine, diperlukan bahan pemeriksaan yang
berbeda sesuai dengan jenis tes yang diperiksa.Pada umumnya yang paling sering
digunakan adalah urine sewaktu.Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan kapan
saja saat diperlukan pemeriksaan kuantitatif zat tertentu di dalam urine misalnya
protein.Pada keadaan demikian, diperlukan pengumpulan urine 24 jam. Berikut ini
akan dijelaskan berbagai jenis bahan urine yang sering diminta untuk urinalisis:
a. Freshly voided urine specimen
Adalah urine segar yang baru dikeluarkan. Penderita diminta untuk berkemih
langsung di wadah atau container yang bersih dan kering.
b. Clean voided specimen
Specimen ini dimaksud untuk mencegah kontaminasi dengan darah haid atau
secret vagina.Penderita diminta untuk berkemih dan diambil urine pancaran
tengah.Contoh urine ini bila ditampung adalah wadah steril, dapat digunakan
untuk pemeriksaan biakan urine.
c. Urine pagi
Merupakan urine pagi yang pertama kali dikeluarkan.Bagi penderita yang masih
dirawat di rumah sakit, specimen ini merupakan bahan terbaik untuk diperiksa
karena pekat.Biasanya spesimen ini digunakan untuk pemeriksaan tes kehamilan,
pemeriksaan protein, sedimen urine dan nitrit.
d. Urine sewaktu
9
Yaitu urine yang dikeluarkan kapan saja saat akan diperiksa tanpa memperhatikan
waktu atau interval waktu tertentu. Biasanya specimen ini digunakan untuk
urinalisis rrutin terutama bagi penderita yang berobat jalan atau melakukan
pemeriksaan penyaring.
e. Urine 24 jam
Digunakan untuk pemeriksaan zat tertentu secara kuantitatif, seperti protein,
kreatinin, kalsium, fosfor, natrium, kalium dan klorida. Untuk menampung urine
24 jam harus disediakan wadah yang dapat memuat 2-3 urine dan diberi pengawet
toluene 1 ml/liter urine. Penderita harus dijelaskan jam pertama saat pemeriksaan
dimulai, urine yang dikeluarkan tidak ditampung. Berikutnya, setiap kali
berkemih urine harus ditampung dalam satu wadah dan dikocok/digoyang agar
tercampur rata. Keesokan harinya tepat 24 jam setelah saat pemeriksaan, urine
ditampung dalam wadah tersebut dan dikocok dengan baik.
f. Urine 2 jam postprandial
Digunakan untuk pemeriksaan glukosa urine pada penderita diabetes mellitus.
Pada umumnya penderita diminta untuk beerkemih sesaat sebelum makan dan 2
jam setelah makan. Hasil pemeriksaan ini pada umumnya digunakan untuk
pemantauan terapi diabetes mellitus.
2. Penampung urine
Penampung urine biasanya terbuat dari platik. Yangterpenting adalah wadah
harus bermulut lebar, bersih, kering, dan bertutup.Wadah steril hanya diperlukan
untuk pemeriksaan biakan urine. Untuk bayi tersedia kantong plastic polyethylene
bag dengan perekat.Wadah penampung urine hanya digunakan sekali pakai.Tidak
dianjurkan untuk memakai ulang wadah urine, karena adanya kemungkinan
kontaminasi akibat pencucian yang tidak bersih.
3. Pengambilan sampel urine
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah identitas penderita yaitu nama,
nomor rekam medis, tanggal dan jam pengambilan bahan. Identitas ini ditulis pada
label di wadah urine dan harus sesuai dengan formulir permintaan. Pada formulir
10
permintaan juga dicantumkan hal seperti di atas ditambah dengan jenis tes yang
diminta untuk diperiksa.
Bahan pemeriksaan urine rutin yang terbaik adalah urine segar, kurang dari 1
jam setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamr,
akan menyebabkan bebrapa perubahan. Jumlah bakteri yang ada dalam urine akan
bertambah, menyebabkan peningkatan glukolisis oleh bakteri sehingga produksi NH3
dan CO2 meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan bau amoniak dan pH urine
menjadi alkalis, sehingga unsure sedimen dalam urine seperti eritrosit, leukosit,
silinder, ataupun sel menjadi pecah atau hancur. Selain itu, fosfat yang ada dalam
urine akan mengendap, sehingga urine menjadi keruh. Peningkatan jumlah bakteri
dapat juga menyebabkan penurunan jumlah glukosa yang ada dalam urine, karena
digunakan untuk metabolism oleh bakteri. Urine yang dibiarkan lama pada suhu
kamar juga dapat mengakibatkan kadar bilirubin dan urobilinogen hilang atau
berkurang akibat teroksidasi serta esterase meningkat.
Apabila terpaksa menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es
suhu 2-80C.penyimpanan dalam lemari es mencegah dekomposisi urine oleh bakteri.
Urine yang telah disimpan dalam lemari es akan menyebabkan presipitasi fosfat dan
urat amorf serta memiliki berat jenis lebih tinggi bila diukur dengan urinometer. Oleh
sebab itu, sebelum pemeriksaan dilakukan urine harus dibiarkan dahulu mencapai
suhu kamar dan dicampur/dikocok.Pada keadaan tertentu sehingga urine harus
dikirim ke tempat yang jauh dan atau tidak ada lemari es, biasanya digunakan
pengawet urine.
Pemeriksaan Makroskopis Urine
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna, kejernihan,
pH, dan berat jenis.
1. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.Dihitung dalam
gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masing-
11
masing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan,
dan kelembapan udara / penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari
sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih.Jika urine mudah berbuih,
menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine
memiliki buih yang bewarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen
empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin
muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan
kuning tua.Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom
dan urobilin.Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam
keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan
adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga
berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine
mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine
normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan
disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun
mengendap.
Sebab – sebab urine keruh dari mula-mula :
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah orang
makan banyak.
Bakteri.
12
Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.
Cylus dan lemak.
Benda-benda koloid.
Sebab – sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :
Nubecula.
Urat-urat amorf.
Fosfat amorf dan karbonat.
Bakteri.
6. PH
PH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam
(acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat
menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan,
muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine
yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman
pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat
dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan
tertentu
7. Berat jenis
Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain
umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir)
berkisar pada 1.012, dan bayi antara 1.002 sampai 1.006.Urin pagi memiliki berat
jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Abnormalitas: Berat
jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi
saluran kemih,kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare /
dehidrasi.Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi
ginjal berat, diabetes insipidus,atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida)
13
PEMERIKSAAN KREATININ SERUM DAN BLOOD UREA NITROGEN
Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan
terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk
kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin
fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase,
CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel
menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung
pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,
walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya
tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau
tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-
nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar
kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun
sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi daging merah. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
Nilai Normal
dewasa : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
14
anak : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) :
0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
lansia : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit
ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan
kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan);
namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal.
Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah :
gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati
diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi,
penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif),
rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat),
leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi],
unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat
dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN
hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN dan kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika
kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia
non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal
15
(peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada gangguan ginjal jangka
panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna. Rasio BUN dan
kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN dan
kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
Kehamilan
Aktivitas fisik yang berlebihan
Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.
Pemeriksaan BUN (Blood Urea Serum)
Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam
amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini
dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil,
sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan.
Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya
berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal
karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume
plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati
16
berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa
penyakit ginjal.
Prosedur
Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau
(heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya
untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam
sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil
laboratorium.
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan
fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik
dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik
terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen
molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa
negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang
28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan
mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Nilai Normal
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak-anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
Masalah Klinik
1. Peningkatan Kadar
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan
semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada
gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal,
dan pascarenal.
17
Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum
filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke
ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme
protein seperti pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan
penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak
atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik
berat, luka bakar, demam.
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang
menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh
glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks
ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes
mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-
vaskular.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah
ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter
bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher
kandung kemih atau uretra bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang
tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat
nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid, triamteren);
antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin, kanamisin, kloramfenikol,
metisilin, neomisin, vankomisin); obat antihipertensi (metildopa, guanetidin);
sulfonamide; propanolol, morfin; litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang
dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.
2. Penurunan Kadar
Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada
nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat
dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadipengurangan sintesis dan
sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
18
Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan androgen
yang intensif, kadar urea rendah karena kecepatan anabolisme protein yang tinggi.
Pada akhir kehamilan, kadar urea kadang-kadang terlihat menurun, ini bisa karena
peningkatan filtrasi glomerulus, diversi nitrogen ke fetus, atau karena retensi air.
Penurunan kadar urea juga dijumpai pada malnutrisi protein jangka panjang.
Penggantian kehilangan darah jangka panjang, dekstran, glukosa, atu saline intravena,
bisa menurunkan kadar urea akibat pengenceran.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir selalu
disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN terhadap kreatinin
merupakan suatu indeks yang baik untuk membedakan antara berbagai kemungkinan
penyebab uremia. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20.
Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa
penyebab uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat daripada
kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau transplantasi
ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal
jangka panjang yang paranh, kadar yrea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai
pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan
katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada
azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya,
dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu.
19
Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum.
Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila
penderita banyak minum.
Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan
kadar BUN
20
Pemeriksaan Kimia Urine
Pemeriksaan kimia urine berdasarkan reaksi biokimia yang juga disebut cara
kimia kering atau tes carik celup banyak digunakan di laboratorium klinik. Cara carik
celup ini selain praktis karena reagen telah tersedia dalam bentuk pita siap pakai,
reagen relative stabil, murah, volume urine yang dibutuhkan sedikit, bersifat sekali
pakai, serta tidak memerlukan persiapan reagen.Prosedurnya sederhan dan mudah,
tidak memerlukan suatu keahlian dalam mengerjakan tes serta hasilnya cepat.
a. Cara penggunaan carik celup
Sebelum melakukan pemeriksaan urine, carik celup harus dikontrol dengan
bahan control urine. Pemeriksaan dengan bahan control urine dimaksudkan untuk
menilai carik celup, alat pemeriksa yaitu pipet dan alat baca serta pemeriksa/orang
yang mengerjakan. Setelah emeriksaan dengan bahan control sesuai dengan hasil
yang seharusnya, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap urine penderita.
Bahan untuk pemeriksaan kimia dengan carik celup, harus merupakan urine
segar dan mempunyai jumlah minimal 10-12 ml. Setelah dicampur dengan cara
membolak-balik tabung urine agar homogeny, dilakukan pemeriksaan dengan carik
celup. Carik celup dimasukkan ke dalam urine dalam waktu kurang dari 1 detik,
kemudian diangkat dan kelebihan urine dibersihkan dengan meletakkan carik celup
mendatar pada sisinya di ertas saring sehingga kelebihan urine yang mengalir diserap
dengan kertas serap, bertujuan untuk mencegah terjadinya carry over antar pita
reagen. Setelah 30-60 detik warna yang terjadi dibandingkan dengan warna pada
botol carik celup dapat secara visual.Hasil tes berdasarkan perubahan warna yang
terjadi.
21
Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan
terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk
kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin
fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase,
CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel
menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung
pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,
walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya
tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau
tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-
nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar
kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun
sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi daging merah. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
Nilai Normal
dewasa : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
22
anak : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) :
0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
lansia : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit
ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan
kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan);
namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal.
Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah :
gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati
diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi,
penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif),
rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat),
leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi],
unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat
dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN
hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN dan kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika
kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia
non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal
23
(peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada gangguan ginjal jangka
panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna. Rasio BUN dan
kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN dan
kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal
dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
Kehamilan
Aktivitas fisik yang berlebihan
Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.
24
Macam Pemeriksaan Kimia Urine Dengan Carik Celup
Carik celup yang paling lengkap dapat menguji 10 parameter pemeriksaan
kimia urine sekaligus terdiri dari pH, berat jenis, glukosa, bilirubin, urobilinogen,
keton, protein, darah, leukosit esterase, dan nitrit.
1. Pemeriksaan pH urine
Pemeriksaan pH urine berdasarkan adanya indicator ganda (methyl red dan
bromthymol blue), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai pH yang berkisar dari
jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang pemeriksaan pH
meliputi pH 5,0 sampai 8,5.
2. Pemeriksaan Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis dalam urine berdasarkan pada perubahan pKa
(konstanta disosiasi) dari polielektrolit (methylvinyl ether/maleic anhydride).
Polielektrolit terdapat pada carik celup akan mengalami ionisasi, menghasilkan ion
hydrogen (H+). Ion H+ yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion yang terdapat
dalam urine.Pada urine dengan berat jenis yang rendah, ion H+ yang dihasilkan
sedikit sehingga pH lebih ke arah alkalis. Perubahan pH ini akan terdeteksi oleh
indikator bromthymol blue. Bromthymol blue akan berwarna biru tua hingga hijau
pada urine dengan berat jenis rendah dan berwarna hijau kekuningan jika berat jenis
urine tinggi.
3. Pemeriksaan Glukosa Urine
Pemeriksaan glukosa dalam urine berdasarkan pada glukosa oksidase yang
akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hydrogen peroksida.
Kemudian hydrogen peroksida ini dengan adanya peroksidase akan mengkatalisa
reaksi antara potassium iodide dengan hydrogen peroksida menghasilkan H2O dan On
(O nascens). O nascens akan mengoksidasi zat warna potassium iodide dalam waktu
10 detik membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat. Pada cara ini, kadar
glukosa urine dilaporkan sebagai negative, trace (100 mg/dl), +1 (250 mg/dl), +2
(500 mg/dl), +3 (1000 mg/dl), +4 (>2000 mg/dl). Sensitivitas pemeriksaan ini adalah
100 mg/dl, dan pemeriksaan ini spesifik untuk glukosa.
25
Hasil negative palsu pada pemeriksaan ini dapat disebabkan oleh bahan
reduktor dalam urine seperti vitamin C (lebih dari 40 mg/dl), asam homogentisat,
aspirin serta bahan yang mengganggu reaksi enzimatik seperti levodova, gluthation,
dan obat-obatan seperti diphyrone.Selain menggunakan carik celup, pemeriksaan
glukosa urine dapat menggunakan:
a. Metode Fehling
Prinsip : Dengan pemanasan urine dalam suasana alkali, glukosa akan mereduksi
cupri sulfat menjadi cupro oksida. Pengendapan cupri hidroksida dicegah dengan
penambahan kalium natrium tartrate.
b. Metode Benedict
Prinsip : Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang terdapat
pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalam
bentuk CuO dan Cu2O.
Interpretasi hasil pada metode Fehling dan Benedict:
(-) : tetap biru, biru kehijauan.
(+1) : hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa)
(+2) : kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
(+3) : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa)
(+4) : merah bata (lebih dari 3,5 % glukosa)
4. Pemeriksaan Bilirubin Urine
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam jumlah yang
sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi melalui pemeriksaan
rutin.Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati,
tempat bilirubin berkonjugasi atau tak langsung bersifat larut dalam lemak, serta tidak
dapat diekskresikan ke dalam urine.Bilirubinuria mengindikasikan kerusakan hati
atau obstruksi empedu dan kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning.
Pemeriksaan bilirubin urine berdasarkan reaksi antara garam diazonium
dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang menimbulkan kompleks yang
berwarna coklat muda hingga merah coklat dalam waktu 30 detik. Hasilnya
26
dilaporkan sebagai negative, +1 (0,5 mg/dl), +2 (1 mg/dl) atau +3 (3 mg/dl).
Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 0,2 – 0,4 mg/dl.
Hasil yang positif harus dikonfirmasi dengan test Harrison dimana bilirubin
telah diendapkan oleh Barium chloride akan dioksidasi dengan reagen Fouchet
menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Hasil positif pada tes Harisson,ditandai
dengan filtrate yang berwarna hijau pada kertas saring.
5. Pemeriksaan Urobilinogen Urine
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin yang terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen.Sebagian besar urobilinogen berkurang dalam feses dan sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah.Kemudian urobilinogen diproses ulang menjadi
empedu kira-kira ejumlah 1% diekskresi oleh ginjal di dalam urine. Spesimen urine
harus segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat
teroksidasi menjadi urobilin.
Pemeriksaan urobilinogen dalam urine berdasarkan reaksi antara urobilinogen
dengan reagen Ehrlich (paradimethylaminobenzaldehyde, serta buffer asam).
Intensitas warna yang terjadi dari jingga hingga merah tua, dibaca dalam waktu 60
detik, warna yang timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urine.
Urine yang terlalu alkalis menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih tinggi,
sedangkan urine yang terlalu asam menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih
rendah dari seharusnya. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil negative
palsu.
6. Pemeriksaan Keton dalam Urine
Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energy saat karbohidrat tidak
dapat digunakan seperti pada keadaan asidosis diabetic serta kelaparan / malnutrisi.
Ketika terjadi kelebihan badan keton, akan menimbulkan keadaan ketosis dalam
darah sehingga menghabiskan cadanagn basa (misal:bikarbonat) dan menyebabkan
status asidotik. Ketonuria (badan keton dalam urine) terjadi sebagai akibat ketosis.
27
Berdasarkan reaksi antar asam asetoasetat dengan senyawa
nitroprusida.Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila tidak terjadi reaksi, dan
ungu untuk hasil yang positif.Hasilnya dilaporkan sebagai negative, trace (5 mg/dl),
+1 (15 mg/dl), +2 (40 mg/dl), +3 (80 mg/dl) atau +4 (160 mg/dl).Hasil positif palsu
dapat terjadi apabila urine banyak mengandung pigmen atau metabolit levodopa serta
phenylketones.Urine yang mempunyai berat jenis tinggi, pH yang rendah, dapat
memberikan reaksi hingga terbaca hasil yang sangat sedikit (5 mg/dl).
7. Pemeriksaan Protein Urine
Proeinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan
glomerulus dan atau gangguan reabsorpsi tubulus ginjal.Pemeriksaan protein dalam
urine berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan pH oleh adanya protein. Sebagai
indikator digunakan tertrabromphenol blue yang dalam suatu system buffer akan
menyebabkan pH tetap konstan. Akibat kesalahan penetapan pH oleh adanya protein,
urine yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator menyebabkan
perubahan warna hijau muda sampai hijau. Indikator tersebut sangat spesifik dan
sensitive terhadap albumin.Perubahan warna yang terjadi dalam waktu 60
detik.Hasilnya dilaporkan sebagai negative, +1 (30 mg/dl), +2 (100 mg/dl), +3 (300
mg/dl) atau +4 (2000 mg/dl).Selain mengunakan carik celup, pemeriksaan protein
urine dapat juga menggunakan.
a. Metode Rebus
Prinsip : Untuk menyatakan adanya urine yang ditunjukkan dengan adanya kekeruhan
dengan cara penambahan asam akan lebih mendekatkan ke titik isoelektris dari
protein. Pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi sehingga terjadi presipitasi
yang dinilai secara semi kuantitatif.
b. Metode Sulfosalisilat
Prinsip dari metode sulfosalisilat sama dengan metode Rebus. Interpretasi hasil
metode Rebus dan Sulfosalisilat:
( - ) : tetap jernih.
(+1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01 – 0,05 g/dl)
28
(+2) : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir (0,05 – 0,2 g/dl)
(+3) : urine jelas keruh dan kekeruhan itu jelas berkeping-keping (0,2 – 0,5 g/dl)
(+4) : urine sangat keruh dan bergumpal (lebih dari 0,5 g/dl)
c. Metode Heller
Prinsip : Adanya protein dalam urine akan bereaksi dengan HNO3 pekat membentuk
cincin putih.
8. Pemeriksaan Darah dalam Urine
Pemeriksaan darah samar dalam urine berdasarkan hemoglobin dan mioglobin
akan mengkatalisa oksidasi dari indikator 3,3’5,5’ – tetramethylbenzidine,
menghasilkan warna berkisar dari kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebitu-biruan
dan biru tua.Hasilnya dilaporkan sebagai negative, trace (10 eri/µL), +1 (25 eri/ µL),
+2 (80 eri/ µL), atau +3 (200 eri/ µL).vitamin C serta protein kadar tinggi dapat
menyebabkan hasil negative palsu. Hasil positif palsu kadang-kadang dapat dijumpai
apabila dalam urine terdapat bakteri.
9. Pemeriksaan Esterase Leukosit dalam Urine
Pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim
pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan
menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam
diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna
ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di
dalam urine. Apabila urine tidak segar, pH urine menjadi alkalis, neutrofil mudah lisis
sehingga jumlah neutrofil yang dijumpai dalam sedimen urine berkurang
dibandingkan dengan derajat positifitas pemeriksaan esterase leukosit. Hasilnya
dilaporkan sebagai negative, trace (15 leu/µL), +1 (70 leu/µL), +2 (125 leu/µL), atau
+3 (500 leu/µL).jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pad
urine dengan berat jenis tinggi, dapat terjadi hasil negative palsu, karena leukosit
mengkerut dan menghalangi penglepasan esterase.
10. Pemeriksaan Nitrit dalam Urine
29
Test nitrit urine adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya bakteriuri. Test ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri
penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Penyebab
utama infeksi saluran kemih yaitu E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus dapat
merubah nitrat menjadi nitrit.
Hasilnya dilaporkan sebagai positif bila pita dalam 40 detik menjadi merah
atau kemerahan yang berarti air kemih dianggap mengandung lebih dari 105 kuman
per ml. negative bila tidak terdapat nitrit maka warna tidak berubah.Warna yang
terbentuk tidaklah sebanding dengan jumlah bakteri yang ada.Sensitivitas
pemeriksaan ini adalah 0,075 mg/dl nitrit.
Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh vitamin C dengan kadar lebih dari
75 mg/dl dalam urine yang mengandung sejumlah kecil nitrit (0,1 mg/dl atau kurang),
kuman yang terdapat dalam urine tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit seperti
Streptococcus, Enterococcus atau urine hanya sebentar berada dalam kandung kemih.
Selain itu juga dipengaruhi oleh diet yang tidak mengandung nitrat, antibiotika yang
menghambat metabolism bakteri dan reduksi nitrit menjadi nitrogen.
Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Pemeriksaan mikroskopis urine meliputi pemeriksaan sedimen urine.Tujuan
dari pemeriksaan sedimen urine adalah untuk mengidentifikasi jenis sedimen yang
dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Untuk pemeriksaan
sedimen urine diperlukan urine segar yaitu urine yang ditampung 1 jam setelah
berkemih. Untuk mendapat sedimen yang baik diperlukan urine pekat yaitu urine
yang diperoleh pagi hari dengan berat jenis > 1,023 atau osmolalitas > 300 m osm/kg
dengan pH yang asam.
a. Cara pemeriksaan
Sebanyak 5-10 ml urine dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian
ditutup dengan paraffin dan dipekatkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 1500
rpm selama 15 menit. Setelah sentrifugasi dilakukan lapisan supernatant/lapisan atas
30
urine dibuang sehingga didapatkan sedimen urine.Kemudian teteskan 1 tetes sedimen
urine di atas objek glass, ditutup dengan cover glass.Selanjutnya preparat diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x untuk melihat lapang
pandang kemudian perbesaran lensa objektif 40x untuk identifikasi.
b. Macam – macam Sedimen Urine
Sedimen urine terdiri dari unsur organik dan anorganik.
1. Unsur Organik
a. Epitel
Ada 3 macam epitel yang mungkin terdapat pada sedimen urine yaitu epitel
yang berasal dari ginjal biasanya berbentuk bulat berinti 1, epitel yang berasal
dari kandung kemih yang disebut sel transisisonal dan epitel gepeng yang
berasal dari uretra bagian distal, vagina dan vulva.
b. Leukosit
Tampak sebagai benda bulat yang mengandung granula halus dengan inti
yang Nampak jelas.Biasanya leukosit ini adalah sel polimorfonuklear.Dalam
keadaan normal, jumlah leukosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan
jumlah leukosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.
c. Eritrosit
Dalam urine yang pekat eritrosit akan mengkerut, dalam urine yang encer
eritrosit akan membengkak sedangkan dalam urine yang alkalis eritrosit
mengecil. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam
urine.Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau
perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
d. Silinder (torak)
Adalah cetakan protein yang terjadi pada tubulus ginjal.Silinder terdiri dari
glikoprotein disebut protein Tamm-Horsfall yang merupakan rangka dari
silinder, terbentuk pada ascending loop of Henle.Untuk terjadinya silinder
diperlukan protein Tamm-Horsfall, albumin, pH urine yang asam, konsentrasi
garamyang tinggi dalam filtrate glomeruli dan aliran urine yang
31
lambat.Silinder terdiri dari silinder hialin, silinder seluler (silinder eritrosit,
leukosit, dan epitel), silinder granula/korel, silinder lilin, dan silinder lemak.
e. Spermatozoa
Bisa ditemukan dalam urine pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
f. Parasit
Yang biasanya ditemukan dalam urine yaitu Trichomonas vaginalis atau
Schistosoma haematobium.
g. Bakteri
Bakteri yang dijumpai bersama leukosit yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan
biakan (kultur) urine untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun
sedimen “bersih” kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.
2. Unsur Anorganik
a. Zat amorf
Biasanya terdiri dari urat dalam urine yang asam dan fosfat dalam urine yang
alkalis.
b. Kristal dalam urine normal
Pada pH asam : asam urat, natrium urat, kalsium sulfat.
Pada pH asam atau netral atau alkalis : kalsium oksalat.
Pada pH alkalis atau netral : ammonium-magnesium fosfat (triple fosfat)
dan dikalsium fosfat.
Pada pH alkalis : kalsium karbonat, ammonium biurat, dan kalsium fosfat.
c. Kristal yang abnormal seperti sistin, leucin, tirosin, kolesterol, dan bilirubin.
d. Kristal obat seperti kristal sulfida.
e. Pelaporan Sedimen Urine secara Semikuantitatif
Untuk sedimen urine leukosit, eritrosit, epitel, bakteri, ragi, kristal, dan
protozoa dilaporkan dalam lapangan pandang beasr 10 x 40 (LPB). Sedangkan
dengan lapangan pandang kecil 10 x 10 (LPK) untuk pelaporan jumlah
silinder.Untuk melaporkan jumlah sedimen secara semikuantitatif sediaan
32
harus merata di atas objek glass, bila sedimen yang diletakkan di atas objek
glass tidak merata harus dibuat sediaan baru.Jumlah unsur sedimen urine
dalam LPK atau LPB harus dihitung rerata > 10 lapangan.
Pemeriksaan Untuk Kelainan Ginjal
1. Proteinurianormal, dalam sehari protein dieksresi ke dalam urin sebanyak lebih
kecil dari atau sama dengan 150 mgr (kira-kira mgr / 100 ml) pada dewasa, pada
anak kira-kira 100 mgr, terutama terdiri dari protein denganberat molekul kecil
(terdeteksi negative dengan metode konvensional). Bila terjadi proteinuria
menetap walaupun asimtomatik, perlu diwaspadai akan kemungkinan kelainan
pada ginjal.Jenis proteinuria :
a. albumin : merupakan protein dengan berat molekul kira-kira 70.000 yang
keluar lebih dulu padakerusakan glomerulus, disebut proteinuria selektif
(perlu disingkirkan kemungkinan adanya proteinuria fisiologis).
b. globulin dengan berat molekul besar : dieksresi ke dalam urin bila kerusakan
glomerulus lebih lanjut,disebut sebagai proteinuria non selektif.
2. Penemuan sel darah merah/putih dalam jumlah melebihi nilai rujukan perlu
diperhatikan dan diperkirakankemungkinan kelainan yang berlokasi pada ginjal,
bahan dasar disertai dengan silindruria patologik (silinder terbentuk dalam
tubulus dari bahan dasar utama protein Tamm Horsfall yang hanya bisa disekresi
oleh
tubulus), atau disertai penemuan banyak sel epitis tubulus atau ―oval fat bodies‖.
Catatan : silinder
berukuran lebar (broad cast) menunjukkan sudah terjadi kegagalan fungsi.
3. NAG (N-Asetil-beta-D-glukosamidase) : adalah enzim yang berfungsi
mempercepat reaksi (katalisis)degradasi mukopolisakarida dan glikoprotein yang
dapat dijumpai di dalam lisosom sel-sel tubuh,mempunyai berat molekul besar
sehingga tidak dapat melewati membrane glomerutus yang sehat. Padakeadaan
normal dapat dijumpai sejumlah kecil NAG sebagai akibat adanya proses
33
pembaruan sel. DiginjalNAG dijumpai pada sel epitel tubulus proksimal dan
dalam jumlah sedikit juga terdapat pada tubulus distalsedangkan pada kandung
kemih tidak dijumpai NAG
34
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3.Bentuk ginjal
seperti biji kaca.Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau
1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit
(170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga
akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari. Fungsil
ginjalsecara umum sebagai berikut.
a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d. mengeluarkan sisa-sisa metabolism dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa
melalui pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan
mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin
basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler. Pengaturan keseimbangan
konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar, yaitu :
1. Sekresi ion-ion hidrogen
2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
3. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru
35
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine.Uji
urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821.Sampai saat ini, urine diperiksa
secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai
strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk
mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi
adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal.Berbagai uji
urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta pH,
protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur
dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen urine dilakukan
untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.
36
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Bokenkamp A, Donanetzki M, Zinlk R, Schumann G, Byrd D, Brodehl J. 1998.
Cystatin C – a new marker of glomerular filtration rate in children
independent of age and height. Pediatrics; 101 : 875-85.
Rubin RH, ShapiroED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. 1992. General guidelines
for the evaluation of new anti-infective drugs for the treatment of urinary
tract infection. Clin Inf Dis (15) : S216-27.
Shemesh O, Golbetz H, Kris JP, et al. 1985. Limitation of creatinine as a filtration
marker in glomerulopathic patients. Kidney Int; 28: 830.
37