makalah pak matjuri

Upload: vinarachmadani

Post on 13-Jul-2015

4.028 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

66

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan

suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiataan yang berlangsung terus menerus dan bersinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik yang bersifat material maupun spritual. Untuk itu pemerintah harus berusaha meningkatkan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dalam menunjang keberhasilan pembanguan diperlukan penerimaan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetep bertumpu pada penerimaan dalam negeri dan penerimaan dari sumber-sumber luar negeri hanya sebagai pelengkap. Kemandirian pembangunan diperlukan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan kebijaksanaannya. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan membiayai pembagunan daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi yang nyata. Setelah pemerintah pusat megeluarkan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan Undang-Undang pemerintahan

No. 25 tahun 1999

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka pemerintah daerah diberi kekuasaan yang lebih besar untuk mengatur anggaran daerahnya. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi yang maksimal pemerintah

mengeluarkan kebijaksanaan dibidang penerimaan daerah yang berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai urusan rumah tangganya sendiri dan diprioritaskan pada penggalian dana mobilisasi sumber-sumber daerah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 adalah :1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:

Hasil pajak daerah. Hasil retribusi daerah. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Pendapatan asli daerah yang sah.

2. Dana perimbangan. 3. Pinjaman daerah.4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang secara bebas dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Tapi pada kenyataannya kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih besar. Oleh karenanya

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya dengan penggalian potensi daerah. Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang ada di Propinsi Kalimantan Timur. Guna meningkatkan kemampuannya dalam bidang pendanaan untuk pembangunan, Kota Samarinda berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak daerah. Jenis jenis pajak daerah menurut Undang Undang No. 04 tahun 2011 adalah : 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Bahan Galian C 7. Pajak Parkir. Di Kota Samarinda salah satu pajak daerah meliputi pajak hotel yang merupakan sumber penerimaan yang potensial apabila dimaksimalkan, karena untuk tahun 2011 sampai dengan bulan Februari dari target penerimaan pajak hotel yang direncanakan pemerintah Kota Samarinda sebesar Rp. 7.300.000.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 1.042.545.247,-. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak Hotel di Kota Samarinda sangat potensial.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Untuk itu pemerintah perlu berupaya meningkatkan penerimaan pajak Hotel, agar penerimaan pemerintah terus meningkat sehingga dapat mempelancar pembangunan. Untuk mencapai ini pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara efektif dan efesien. Dengan dasar pertimbangan ini, maka Pemerintah Kota Samarinda harus secara aktif melakukan upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah yang salah satunya adalah pajak Hotel. Berdasarkan pemikiran dan keadaan tersebut, maka penulis memilih judul Analisis Perhitungan Pajak Hotel Dan Pengisian SPTPD Pada Mesra Business Dan Resort Hotel Di Kota Samarinda .

B.

Rumusan Masalah Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, maka dapatlah dirumuskan

suatu permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut :a)

Berapa besar pajak hotel terutang pada Mesra Business & Resort Hotel

Samarinda dibulan September 2011 ?b)

Bagaimana pengisian SPTPD pada Mesra Business & Resort Hotel

Samarinda dibulan September 2011 ?

C.

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

a)

Untuk mengetahui pajak hotel terutang yang dibayar oleh Mesra

Business & Resort Hotel Samarinda pada bulan September 2011.b)

Untuk mengetahui pengisian SPTPD pada Mesra Business & Resort

Hotel Samarinda.

D.

Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis kemukakan di atas, maka manfaat

dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi objek yang diteliti

Sebagai bahan masukan bagi pihak Mesra Business & Resort Hotel Samarinda dalam melakukan analisis perhitungan pajak hotel dan dalam pengisian SPTPD pada bulan September 2011. 2. Bagi Penulis

Penulisan ini digunakan sebagai media untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang perhitungan pajak hotel dan pengisian SPTPD. 3. Bagi Pembaca

Untuk menunjang peningkatan pengetahuan untuk para pembaca dan sebagai sumbangan pemikiran untuk dapat memahami perhitungan pajak hotel dan pengisian SPTPD.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

E.

Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami isi-isi dari Penelitian ini, maka penulis

membuat sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Sistematika Penelitian ini terdiri dari 6 bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang penelitian, konsep teori-teori yang dikutip dari beberapa pengarang yang mendasari penyusunan laporan ini, definisi konsepsional, dan hipotesis.

BAB III

: METODE PENELITIAN Pada bab ini berisikan metode pendekatan yang terdiri dari definisi operasional, jangkauan penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisis data, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV

: HASIL PENELITIAN Bab ini berisikan hasil penelitian secara keseluruhan yang dimulai dengan penjabaran gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

BAB V

: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisikan data-data yang diperoleh dari penelitian dan memberi pembahasan terhadap hasil analisis tersebut.

BAB VI

: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan yang didasarkan pada data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, analisis dan pembahasan serta saran-saran yang dapat dijadikan sebagai

rekomendasi bagi pihak Perusahaan maupun penulis lainnya.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Hasil Penelitian Terdahulu Skripsi karya Indra Widhi Ardhiyansyah, dengan judul analisis kontribusi

pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten purworejo Tahun 1989 - 2003. Hasil dari analisis itu adalah : 1. Kontribusi pajak dan hotel sudah cukup baik sehingga harus di

pertahankan dan kalau bisa semakin di tingkatkan agar kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap PAD semakin besar . 2. Efektifitas pajak hotel dan restoran sudah bagus dan perlu

dipertahankan. Sedangkan efesiensi perlu ditingkatkan karena dengan semakin efesiensinya penerikan pajak hotel dan restoran akan semakin meningkatkan realisasi pajak hotel dan restoran dalam menyumbang PAD. 3. Dari hasil persamaan regresi di peoleh bahwa Jumlah hotel dan restoran

merupakan penyumbang realisasi pajak hotel dan restoran sehingga di harapkan pemerintah Kabuapten Purworejo dapat memaksimalkan penarikan pajak hotel dan restoran.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Skripsi karya Nugroho Afrianto, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Dati II Klaten Tahun Anggaran 1983/1984-1999/2000. Hasil dari analisis itu adalah :1.

Sektor pariwisata di Kabupaten Klaten belum memberikan sumbangan

yang signifikan (penting) bagi penerimaan pendapatan asli daerah di Kabupaten Klaten. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa objek wisata dengan pengunjung yang cukup besar jumlahnya tidak dipungut bea masuk (retribusi) sebagai sumber pendapatan daerah pariwisata dan terdapat pula beberapa wajib retribusi tidak memperpanjang ijin usahanya yang telah habis atau tidak melakukan pendaftaran kembali. 2. Keberadaan industri besar dan sedang di kabupaten Klaten belum

memberikan sumbangan yang signifikan (penting) bagi penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Klaten. Skripsi Karya Husin Muhammad, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak Hotel dan Restoran, studi kasus pada Pemkot Surabaya. Hasil dari analisisnya : 1. Desentralisasi khususnya di bidang keuangan tertumpu pada Pendapata

Asli Daerah (PAD). PAD berasal dari berbagai sektor, yaitu Pajak Daerah, Retribusi Dareah, Laba BUMD, Penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan lainnya. Pajak daerah merupakan PAD yang bisa diandalkan salah satunya dari pajak hotel dan restoran. Pajak hotel dan restoran di Kodya Surabaya dari tahun ke tahun semakin meningkat, untuk itu perlu diadakan peningkatannya.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Variabel yang dianggap berpengaruh terhadap realisasi penerimaan

pajak hotel dan restoran dan yang dipilih dalam penelitian ini yang pengunaan alat regresi linier adalah tepat, hal ini dapat dilihat dari besarnya R yang diperoleh adalah 0.897 menunjukkan bahwa dari penerimaan pajak hotel dan restoran dipengaruhi oleh variasi dari pendapatan perkapita, jumlah mahasiswa dan jumlah investasi hotel dan restoran sebesar 89,7%. 3. Untuk F-test sebesar 40.722 yang lebih besar dari F-tabel menunjukkan

secara bersama-sama realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran di kodya Dati II Surabaya dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, jumlah investasi hotel dan restoran. 4. Dari ketiga hipotesis yang digunakan sebagai pedoman penelitian ini

tentang pengaruh variabel independen, ternyata dari tiga variabel independen tersebut ada satu yang tidak berpengaruh secara nyata tetapi positif di dalam uji individu yaitu jumlah mahasiswa.5.

Pada penelitian yang menyatakan bahwa koefisien elastisitas untuk

variabel independen yaitu pendapatan perkapita, jumlah mahasiswa, investasi hotel dan restoran yang berpengaruh terhadap variabel dependen adalah benar.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah untuk menentukan pajak hotel terutang dan pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun perbedaannya adalah pada obyek penelitian.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

B. 1.

Landasan Teori Perpajakan di Indonesia Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

bersinambungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha dalam pembiayaan

pembangunan yaitu dengan menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu pajak. Pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah. Banyak ahli memberikan batasan tentang pajak, definisi pajak menurut para pakar adalah: a) Mr. Dr .N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa ada kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. b) Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tiada pendapat jasatimbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pegeluaran umum. c) Prof. Dr. M. J. H Smeets, pajak adalah prestasi pada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa ada kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

d) Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipunggut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak adalah : a. b. c. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. Sifatnya dapat dipaksakan. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta) e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentigan masyarakat umum.

2.

Aspek Ekonomi Perpajakan Pembiayaan belanja riil Pemerintah memerlukan uang untuk membiayai hutang-

hutangnya. Untuk itu diperoleh dari pemungutan pajak dan digunakan untuk membiayai belanjanya. Hanya saja dalam pembanguan sebuah kapal, rumah sakit maupun sarana umum lainnya pemerintah tidak semata-mata hanya memelukan uang, akan tetapi juga sumber daya ekonomi yang riil. Untuk itu pemerintah juga memelukan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

baja dan tenaga terdidik, singkatnya pemerintah membutuhkan pemenfaatan persediaan masyarakat akan tenaga kerja, tanah dan barang modal yang langka. Sebenarnya masyarakat dalam menentukan cara membebani dirinya dengan pajak, juga menetapkan bagaimana memperoleh sumber-sumber daya yang diperlukan dari berbagai keluarga dan badan usaha yang ada dalam masyarakat tersebut, agar dapat dimanfaatkan untuk barang dan jasa umum disamping untuk program transfer pendapatan. Konsep tentang manfaat (benefit) dan kemampuan membayar (ability to pay) merupakan dua prinsip dari teori perpajakan. Norma keadilan menyiratkan agar mengunakan pajak yang sama. Suatu pajak dapat di sebut progresif, proporsional, atau regresif jika membebani pendapatan orang kaya dibanding mereka yang miskin dalam proporsi yang lebih besar, sama atau lebih kecil.

3.

Hubungan Antara Pajak dengan Pendapatan Dalam suatu jenis pajak kita akan mengenal istilah pajak proporsional, pajak

progresif, dan pajak regresif yang tentunya berkaitan dengan masalah pendapatan. Suatu pajak akan disebut proporsional jika mengenakan tarif presentase yang sama tanpa melihat pendapatan seseorang. Sehingga setiap pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari pendapatannya. Sedangkan untuk pajak progresif berbeda sama sekali dengan pajak proporsional. Pajak progresif adalah pajak yang mengenakan tarif dalam persentase yang meningkat menurut bertambah tingginya pendapatan seseorang. Sedangkan pajak

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

regresif adalah pajak yang mengenakan tarif persentase yang lebih rendah pada mereka yang berpendapatan tinggi. Istilah progresif dan regresif mungkin akan menimbulkan kekacauan pengertian. Kata-kata itu merupakan istilah teknis yang berkaitan dengan proporsi pajak terhadap berbagai pendapatan.

4.

Pengklasifikasian Pajak Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemugutnya. 1. Menurut golongan

Menurut golongan, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung Pajak langsung Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan dibayar atau ditanggung oleh pihakpahak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut. Pajak tidak langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi penyerahan barang atau jasa.Contoh: Pajak Pertambahan nilai.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau pajak tidak langsung dalam arti ekonomis, dilakukan dengan melihat ketiga unsur yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakannya. Ketiga unsur tersebut terdiri atas: Penaggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal yuridis

diharuskan melunasi pajak. Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul dulu

beban pajaknya. Pemikul pajak, adalah orang yang menurut maksud pembuat undang-

undang harus dibebani pajak. Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya disebut pajak langsung, sebaliknya jika unsur tersebut terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, maka pajaknya disebut pajak tidak langsung. 2. Menurut sifat

Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: pajak penghasilan. Pajak obyektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak Negara atau Pajak Pusat Pajak negara atau pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak daerah Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari : Pajak daerah TK I (Propinsi), contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Daerah TK II (kotamadya/kabupaten), contoh : Pajak Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan.

5.

Fungsi Pajak Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat

dalam membayar pajak. Karena hasil dari penerimaan pajak tersebut digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:a.

Fungsi Budgetary

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Dalam fungsinya sebagai budgetary, pajak dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan pemerintah, terutama kegiatankegiatan rutin.b. Fungsi Regulateri

Sebagai fungsi Regulatory, yaitu megatur perekonomian guna menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan distribusi pendapatan serta stabilitas ekonomi. c. Fungsi sosial Dalam fungsi ini hak milik seseorang diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat atau boleh dikatakan bahwa besarnya pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kekuatan seseorang untuk dapat mencapai kepuasan kebutuhan setinggi-tingginya setelah dikurangi yang mutlak untuk kebutuhan primer. Cara pemungutan pajak kepada masyarakat ditandai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945 terutama rasa keadilannya. Dengan demikian sistem atau cara pemungutan pajak kepada masyarakat wajib pajak harus melihat beberapa unsur subjektif yang ada bagi wajib pajak, yaitu : a. Keharusan memberi kebebesan wajib pajak atas pendapatan untuk

kehidupan minimum. b. Keharusan memperhatikan fungsi-fungsi perorangan dan keadaan-

keadaan yang berpengaruh terhadap besar kecilnya kebutuhan, seperti susunan dan keadaan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Jadi secara umum unsur-unsur subjektif diatas merupakan segala kebutuhan, terutama material dan juga sepiritual, makin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, makin kecil kekuatan seseorang untuk membayar pajak. 6. Syarat Pemungutan Pajak Ada empat syarat dalam pemungutan pajak agar tercapai keadilan dan kepastian hukum serta dapat tercapainya fungsi pajak, yaitu : a. Syarat keadilan

Syarat pemungutan pajak pada umumnya adalah mengabdi pada keadilan, baik keadilan dalam prinsip megenai perundang-undangan maupun dalam praktek seharihari. Keadilan bersifat relatif, maka dalam menentukan keadilan dibidang perpajakan bisa digunakan beberapa acuan atau prinsip sebagai berikut : Keadilan itu akan terasa apabila pajak itu dikenakan untuk

merealisasikan tujuan negara yang bersifat menyelenggarakan kesejahteraan untuk rakyat.

Pedoman

umum

dalam

mengukur

keadilan,

yaitu

asas-asas

perbandingan (evenreddigheid) yang perumusannya adalah setiap anggota masyarakat adalah sama dan sederajat.

Pemungutan pajak haruslah umum (adgemeinheid) dan merata

(gelijkheid). b. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus didasarkan pada ketentuan yang legal dan formal, atau dengan kata lain harus ada dasar hukumnya.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

c.

Syarat Ekonomis

Pada pokoknya pemungutan pajak merupakan alat bagi pemerintah untuk melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Sehingga dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus tetap terjaga keseimbangan kehidupan ekonomi. Syarat ekonomis ini sejalan dengan fungsi mengatur, oleh karenanya pemungutan pajak diusahakan tidak menghambat usaha rakyat dan membantu dalam menciptakan pemerataan pendapatan nasional. d. Syarat Finansial

Bahwa pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk menutup sebagian pengeluaran negara.

7.

Pajak Daerah Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah disamping retribusi

daerah. Pengertian pajak menurut M.Suparmoko dirumuskan sebagai berikut pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah, yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk. Misalnya pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan. Pengaturan lebih lanjut dikeluarkan melalui sumber-sumber pendapatan daerah, khususnya mengenai pajak daerah (Undang-Undang Darurat No.11 tahun 1957). Inti

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

dari UU No 11 Tahun 1957 tersebut menjelaskan tentang peraturan umum pajak daerah dan menyebutkan beberapa hal sebagai berikut : a. Pengertian dari pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum politik. b. Mengadakan, megubah, dan meniadakan pajak daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. c. Lapangan pajak daerah adalah lapangan pajak yang belum digunakan oleh negara. Lapangan pajak tingkat bawahan adalah lapangan pajak yang belum digunakan oleh negara atau daerah tingkat atasan.d. Apabila suatu daerah tingkat atasan telah mengunakan suatu lapangan pajak,

daerah tingkat bawahannya tidak dipekenankan memasuki lapangan pajak itu, akan tetapi dalam peraturan pajak tingkat atasan itu dapat ditentukan bahwa daerah tingkat bawahannya dipekenankan memungut opsen atas pajak daerah tingkat atasannya.

8.

Pajak-Pajak Daerah di Indonesia Mengenai pajak daerah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pajak daerah tingkat I

dan pajak daerah tingkat II. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) Berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 disebutkan bahwa pajak daerah yang dapat dipungut oleh daerah tingkat I antara lain :

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

a. b. c. d.

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan. Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten) Sedangkan menurut UU No. 34 tahun 2000 disebutkan bahwa pajak daerah yang dapat dipungut oleh Daerah Tingkat II, antara lain: a. b. c. d. e. f. Pajak Hotel dan Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak ParkirPajak-Pajak Daerah di Indonesia Mengenai pajak daerah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pajak daerah tingkat I dan pajak daerah tingkat II. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) Berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 disebutkan bahwa pajak daerah yang dapat dipungut oleh daerah tingkat I antara lain : a. b. c. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

d.

Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten) Sedangkan menurut UU No. 34 tahun 2000 disebutkan bahwa pajak daerah yang

dapat dipungut oleh Daerah Tingkat II, antara lain: a. b. c. d. e. Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir

9.

Azas Pemungutan pajak Daerah Azas pemunguatan pajak daerah sebagai berikut: a. b. c.d.

Harus ada kepastian hukum Pemungutan pajak daerah tidak boleh diborong Masalah pajak harus jelas Barang-barang keperluan hidup sehari-hari tidak boleh langsung

dikenakan pajak daerah dan memberikan keistimewaan yang menguntungkan kepada seseorang atau golongan. Duta dan konsulat asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan keputusan presiden. Pemungutan pajak daerah selain didasarkan dan dilaksanakan menurut asas-asas dan norma-norma hukum, juga perlu diperhatikan bahwa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik kepada wajib pajak. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

a.

Prinsip kesamaan

Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam tingkat penghasilan harus digunakan sebagai dasar di dalam retribusi beban pajak itu, sehingga bukan beban pajak dalam arti uang yang penting tetapi baban riil dalam arti kepuasan yang hilang. b. Prinsip kepastian

Pajak jangan sampai membuat rumit bagi wajib pajak, sehingga mudah di mengerti oleh mereka dan juga akan memudahkan administrasi pemerintah sendiri. c. Prinsip kecocokan

Pajak jangan sampai menekan bagi wajib pajak, sehingga wajib pajak akan dengan suka dan senang hati melakukan pembayaran pajak kepada pemerintah.

10. Tolak Ukur Penilaian Suatu Pajak Daerah Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada sekarang ini dapat menggunakan berbagai ukuran, yaitu : Pertama, Hasil (Yield)

Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan juga perbandigan hasil pajak dengan biaya pemungutan. Kedua, Keadilan (equity)

Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-wenang. Pajak bersangkutan harus adil dan secara horisontal, artinya baban pajak haruslah sama

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

antar berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama. Kemudian harus adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan sumbangan ysng lebih besar dari pada kelompok yang lebih banyak memiliki sumber daya ekonomi. Pajak harus adil dari tempat ke tempat dalam arti, hendaknya tidak ada perbedaan-perbedaan besar dan sewenang-wenang dalam beban pajak dari daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan masyarakat. Ketiga, Daya Guna Ekonomi (economic Eficiency)

Pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi, mencegah jangan sampai dilihat konsumen dan pilihan produsen menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil beban lebih dari pajak. Keempat, Kecocokan Sebagai Sumber Penerimaan Daerah (suitability as a

revenue souece) Dalam hal ini berarti, harus jelas kepada daerah mana suatu pajak haruslah dibayarkan dan tempat pemungutan pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beben pajak, pajak tidak mudah dihindari dengan cara memimdahkan objek pajak dari sauatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan antara daerah dari segi ekonomi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

11. Pajak Hotel dan Restoran Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 62 tahun 2001 pengertian pajak hotel dan restoran adalah : Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan fasilitas lainnya dengan dipunggut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Retoran adalah tempat menyantap makanan minuman yang disediakan dengan di pungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa baga dan katering. Berdasarkan Perda No.3 tahun 2003 tentang pajak hotel dan Perda No. 4 tahun 2003 tentang restoran dijelaskan mengenai nama, objek, dan subjek pajak hotel dan restoran. a. Dengan nama pajak hotel, restoran dan usaha sejenis dipungut atas

pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, restoran dan usaha sejenis. b. Subjek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di hotel, restoran dan usaha sejenis. c. subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran atas pelayanan hotel, restoran dan usaha sejenis. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel, restoran dan usaha sejenis. Tarif pajak hotel dan restoran ditetapkan 10% dari jumlah pembayaran yang dilakukan kepada pengusaha hotel, restoran dan usaha sejenis.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

12. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada suatu kebupaten atau kota adalah sebagaimana di bawah ini. 1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan

atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. 3. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Hotel. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel sebagai

aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Hotel pada kabupaten/kota dimaksud.

13. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel 1. Dasar pengenaan Pajak Hotel

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pemakaian jasa tempat penginapan dan fasilitas penunjang termasuk pula semua tambahan dengan nama apa pun juga dilakukan berkaitan dengan usaha hotel.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Tarif Pajak Hotel

Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten kota diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak lebih dari 10%. 3. Perhitungan Pajak Hotel

Besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan Pajak Hotel adalah sesuai dengan rumus berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan Kepada Hotel

14. Masa

Pajak,

Tahun

Pajak,

Saat

Terutang

Pajak

dan

Wilayah

Pemungutan Pajak Hotel Pada Pajak Hotel, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan dihitung satu bulan. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.Saat pajak terutang dalam masa pajak ditentukan menurut keadaan, yaitu pada saat terjadi pembayaran atau pelayanan jasa penginapan di hotel atau penginapan.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Setiap pengusaha hotel yang menjadi wajib pajak dalam memungut pembayaran Pajak Hotel dari konsumen yang menggunakan jasa hotel harus menggunakan bon penjualan atau note pesan (bill), kecuali ditetapkan lain oleh bupati/walikota. Termasuk pengertian penggunaan bon penjualan adalah penggunaan mesin cash registersebagai bukti pembayaran. Dalam bon penjualan sekurang-kurangnya harus mencantumkan catatan tentang jenis kamar yang ditempati, lama menginap, dan fasilitas, hotel yang digunakan. Bon penjualan harus mencantumkan nama dan alamat usaha, dicetak dengan diberi nomor seri, dan digunakan sesuai nomor urut. Wajib pajak yang wajib menggunakan bon penjualan, tetapi tidak menggunkan bon penjualan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar dua persen per bulan dari dasar pengenaan pajak.Bon penjualan baru dapat digunakan setelah diporporasi oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Wajib pajak wajib melegalisasi bon penjualan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, kecuali ditetapkan lain oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Legalisasi antara lain berupa porporasi atau stempel. Bagi wajib pajak yang dikecualikan melegalisasi bon penjualan, wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Wajib pajak yang wajib melegalisasi bon penjualan, tetapi menggunakan bon penjualan yang tidak dilegalisasi dikenakan sanksi administrasi, umumnya berupa denda sebesar dua persen per bulan dari dasar pengenaan pajak.

15. Pengukuhan, Pendaftaran, dan Pendataan 1. Pengukuhan Wajib Pajak

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Wajib Pajak Hotel wajib mendaftarkan usahanya kepada bupati/walikota, dalam praktik umumnyakepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota dalam jangka waktu tertentu, misalnya selambat-lambatnya tiga puluh hari sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk dikukuhkan dan diberikan NomorPokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh bupati atau walikota di mana Pajak Hotel dipungut. Surat Keputusan Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah tidak merupakan dasaruntuk menentukan mulai sat terutang Pajak Hotel, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugasDinas Pendapatan Daerah. Apabila pengusaha hotel atau penginapan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktuyang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah akan menetapkan pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan. Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang.Tata cara pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/walikota dan surat keputusan. 2. Pendaftaran dan Pendataan

Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang dilakukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disiapkan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, serta mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir pendaftaran dan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak, dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarka nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.

16. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemungutan pajak hotel dapat dilakukan dengan Official Assessment yakni berdasarkan penetapan kepala daerah melalui penerbitan surat ketetapan pajak daerah. Atau, secara Self assessment yakni dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Walikota dapat menerbitkan SPTPD jika : a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak terutang

tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai

akibat salah tulis dan atau salah hitung; c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan atau

denda 2% tiap bulannya dan paling lambat 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak yang ditagih melaui SPTPD. d. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

e.

Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang

dihitung secara jabatan Tata Cara Pembayaran dan Penagihan pajak terutang sesuai dengan Pasal 73 dalam Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 adalah : 1) Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran

pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak. 2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi jangka waktu paling lama satu (1) bulan sejak tanggal diterbitkan. 3) Walikota atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan

yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,

tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Walikota.

17. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota/bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. Keterangan dan dokumen harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh bupati/walikota. Bupati/walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu, yang diatur dalam peraturan daerah. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan dalam peraturan daerah.

18. Penetapan Pajak Hotel 1. Cara Pemungutan Pajak Hotel

Kegiatan pemungutan Pajak Hotel tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, kecuali adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain : pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang tertuang pengawasan penyetoran pajak, dan penagiahan pajak.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Penetapan Pajak Hotel

Setiap pengusaha hotel wajib menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri Pajak Hotel yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Ketentuan ini menunjukkan sistem pemungutan Pajak Hotel dan dasarnya merupakan self assessment, yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Jumlah wajib pajak terutang ditetapkan dengan menerbitkan SKPD. SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh bupati atau walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga besar dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD). 3. Ketetapan Pajak

Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, bupati/walikota dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). Surat Ketetapan Pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak. Penerbitan surat ketetapan pajak ini, untuk menerbitkan kepastian hukum apakah perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPTPD telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan pajak daerah atau tidak.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Selain terhadap wajib pajak yang dikenakan Pajak Hotel dengan system self assessment, penerbitan SKPDKB dan SKPDKBT juga dapat diterbitkan terhadap wajib pajak yang penetapan pejaknya dilakukan oleh bupati/walikota. 4. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

Bupati/walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) jika Pajak Hotel dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; hasil penelitian STPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; dan wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STPD juga merupakan saran yang digunakan untuk menagih SKPDKB atau SKPDKBT yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak sampai dengan jatuh tempo pembayaran pajak dalam SKPDKB atau SKPDKBT. Pajak yang tidak atau kurang bayar yang ditagih dengan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua persen sebulan untuk jangka waktu paling lama lima belas bulan sejak saat terutang pajak. Bentuk isi serta tata cara penerbitan, dan penyampaian STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN, dan STPD ditetapkan oleh bupati/walikota

19. Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel 1. Pembayaran Pajak Hotel

Pajak Hotel tertutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulam berikutnya dari

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

masa pajak yang terutang setelah berakhirnya masa pajak. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran Pajak Hotel ditetapkan oleh bupati/walikota. Pembayaran Pajak Hotel yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh bupati/walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh bupati/walikota. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pada hari libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan. Dalam keadaan tertentu, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran Pajak Hotel terutang dalam kurun waktu tertentu. Angsuran pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Pembarian persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Persyaratan serta tata cara pembayaran angsuran ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Penagihan Pajak Hotel

Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dilakukan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Dalam jangka waktu tujuh hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterima, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. Selanjutnya, bila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis akan ditagih dengan Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelelangan, pencegahan, dan penyanderaan jika wajib pajak tidak mau melunasi utang pajaknya sebagaimana mestinya. Terakhir, apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan barang milik wajib pajak yang disita, pemerintah kabupaten/kota diberi hak hak mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau pananggunga pajak. Ketentuan hak mendahulu meliputi pokok pajak, sanksi, administrasi berupa kenaikan, bunga, denda dan biaya penagihan pajak tetap tidak mau melunasi utang. Adanya Ketentuan tantang hak mendahulu ini untuk memberikan jaminan kepada daerah

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

pelunasan utang pajak daerah bila pada saat yang bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak dan juga utang/kewajiban perdata kreditur lainnya, sementara wajib pajak tidak mampu melunasi semua utangnya sehingga dinyatakan pailit.

20. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi. Bupati/walikota karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat : 1. Membetulkan SKPD, SKPDKB, atau STPD yang dalam penerbitannya

terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah; 2. 3. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar; dan Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,

denda, dan kenaikan pajak yang terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan bukan karen kesalahannya.

21. Keberatan dan Banding 1. Keberatan

Wajib Pajak Hotel yang tidak puas atas penetapan pajak yang dilakukan oleh bupati/walikota dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dan membuat perhitungan junlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan wajib pajak. Keberatan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

dalam peraturan daerah tentang Pajak Hotel dimaksud. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban pajak untuk membayar Pajak Hotel dan pelaksaan penagihan Pajak Hotel sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ini disebabkan agar wajib pajak tidak menghindari kewajiban membayar pajak yang telah ditetapkan dengan dalih mengajukan keberatan, sehingga dapat dicegah tertanggungnya penerimaan daerah. Setelah melakukan pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu, bupati/walikota akan mengeluarkan keputusan atas pengajuan keberatan tersebut. Bupati/walikota atau pajabat yang ditunjuk dalam jangka waktu palinmg lama dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila pengajuan keberatan diterima sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak (bila ada) dikembalikan kepada wajib pajak dengan ditambah imbalan bunga sebesar dua persen sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan 2. Banding

Keputusaan keberatan yang diterbitkan oleh bupati/walikota disampaikan kepada wajib pajak untuk dilaksanakan. Wajib Pajak Hotel dapat mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak keputusan diterima dan dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Apabila pengajuan banding diterima sebagian atau seluruhnya, kelebihan pambayaran pajak (bila ada) dikembalikan kepada wajib pajak dengan ditambah imbalan bunga sebesar dua persen sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.

22. Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Hotel

1. Wajib

Pembukuan Pajak Hotel dengan peredaran usaha tertentu, umumnya Rp.

600.000.000,00 per tahun ke atas, wajib menyelenggarakan pembukuan, yang menyajikan keterangan yang cukup untuk menghitung harga perolehan, harga jual, dan harga penggantian dari penjualan makanan dan atau minuman. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir. Wajib pajak yang tidak diwajibkan membuat pembukuan yaitu wajib pajak yang peredaran usahanya kurang dari jumlah yang ditentukan, tetap diwajibkan menyelengarakan pencatatan nilai peredaran usaha secara teratur, yang menjadi dasar pengenaan pajak. Pembukuan atau pencatatan serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan usaha atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama lima tahun. Tata cara pencatatan ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Pemeriksaan Pajak Hotel

Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh bupati/walikota atau pejabat yang berwenang. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal pemeriksa dan surat pemerintah pemeriksaan serta harus memperlihatkannya kepada wajib pajak yang diperiksa. 23. Keringanan dan Pembebasan Pajak Hotel Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan Pajak Hotel. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

24. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Hotel Proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah memungkinkan terjadi kelebihan pembayaran Pajak Hotel, apabila ternyata wajib pajak membayar pajak tetapi sebenarnya tidak ada pajak yang terutang, dikabulkannya permohonan keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib pajak telah melunasi utang pajak tersebut, ataupun sebab lainnya. Atas kelebihan pembayaran Pajak Hotel, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota.

25. Bagi Hasil Pajak dan Biaya Pemungutan Pajak Hotel 1. Bagi Hasil Pajak Hotel

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Hasil penerimaan Pajak Hotel merupakan pendapatan daerah yang harus disetorkan seluruhnya ke kas daerah kabupaten/kota. Khusus Pajak Hotel yang dipungut oleh pemerintah kabupaten sebagian diperuntukan bagi desa di wilayah daerah kabupaten tempat pemungutan Pajak Hotel. Hasil penerimaan Pajak Hotel tersebut diperuntukkan paling sedikit sepuluh persen bagi desa di wilayah daerah kabupaten yang bersangkutan. 2. Biaya Pemungutan Pajak Hotel

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemungutan dan pengelolaan Pajak Hotel, diberikan biaya pemungutan sebesar lima persen dari hasil penerimaan pajak yang telah disetorkan ke kas daerah kabupaten/kota. Biaya pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat pelaksanaan pemungutan dan aparat penunjang dalam rangka kegiatan pemungutan. Alokasi biaya pemungutan Pajak hotel ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

26. Kedaluwarsa Penagihan Pajak dan Penghapusan Piutang Pajak Hotel 1. Kedaluwarsa Penagiahan Pajak Hotel

Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan Pajak Hotel kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. Walaupun demikian, dalam keadaan tertentu kedaluwarsa penagihan Pajak Hotel dapat ditangguhkan, yaitu apabila kepada wajib pajak diterbitkan surat teguran dan Surat

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Paksa atau ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung. 2. Penghapusan Piutang Pajak Hotel

Piutang Pajak Hotel yang penagihannya sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan oleh bupati/walikota berdasarkan permohonan penghapusan piutang pajak dari Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan permohonan tersebut bupati/walikota menetapkan penghapusan piutang Pajak Hotel dengan terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari tim yang dibentuk oleh bupati/walikota.

27. Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak Hotel 1. Kewajiban Pejabat

Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengelola Pajak Hotel dilarang memberitahu pahak lain tentang segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan oleh wajib pajak kepadanya dalam rangka jabatan atau pekerjaan untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian akan hak wajib pajak bahwa setiap keterangan dokumen yang disampaikannya kepada kepala daerah atau pejabat pajak (petugas) yang ditunjuk hanya untuk kepentingan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel. 2. Ketentuan Pidana

Wajib Pajak Hotel, yang karena sengaja atau karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

melapirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah, dapat dipidana dengan pidana penjara/kurungan dan atau denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak pidana dibidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Sanksi pidana kurungan dan atau denda juga dikenakan terhadap pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan keterangan tentang wajib pajak yang disampaikan kepadanya. 3. Penyidikan Pajak Hotel

Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana Pajak Hotel, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. Penyidikan tindak pidana dibidang Pajak Hotel dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

28. Hubungan Pajak hotel dan restoran Dengan Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendaptan rutin dari usaha-usaha

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya. Dalam penjelasan UU No. 25 tahun 1999 diperbarui dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah menjelaskan bahwa: Pembangunan daerah sebagai sebagian intergal dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatan kesejahteraan daerah menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi, kolusi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan negara yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan partipasi masyarakat dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada hakekatnya mengemban tugas dan fungsi utama yaitu fungsi alokasi yang meliputi alokasi yang meliputi antara lain pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan fungsi stabilitas yang meliputi antara lain, pertahanan dan keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi dan fungsi stsbilitas pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah daerah, karena daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian pembagian ketiga fungsi dimaksudkan sangat penting sebagai landasan dalam menentukan dasar-dasar perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Untuk mendorong penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenagan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. 2. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-lain Penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan, yang terdiri: a. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah yang dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah sebagai badan hukum publik. b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

jasa usaha milik daerah bagi yang berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. c. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang merupakan badan usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Merupakan penerimaan selain yang disebutkan di atas tapi sah. Penerimaan ini mencakup sewa rumah dinas daerah, sewa gedung dan tanah milik daerah, jasa giro, hasil penjualan barang-barang bekas milik daerah dan penerimaan-penerimaan lain yang sah menurut Undang-Undang. Pajak hotel dan restoran merupakan bagian dari pajak daerah, yang mana kesemuanya terdapat dalam Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang akan digunakan untuk membiyai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah yang bersangkutan. Pajak hotel dan restoran sebagai salah satu penyumbang pendapatan daerah sangat potensi untuk ditingkatkan mengingat peran pajak hotel dan restoran ini dalam peningkatan PAD. Pajak hotel dan restoran bisa terus diupayakan dan dimaksimalkan pemungutannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ini diharapkan akan memperlancar jalannya pembangunan dan pemerintahan. Bila pembangunan bisa berjalan dengan lancar maka kesejahteraan masyarakat juga diharapkan akan meningkat. Dengan diketahuinya pengaruh pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah maka upaya peningkatan pajak hotel dan restoran untuk menambah keuangan daerah harus dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.

C.

Definisi Konsepsional Definisi konsepsional yang penulis jadikan dasar penulisan ini adalah Analisis

Pajak Hotel Terutang. Definisi dari pajak sendiri menurut Prof. Dr. M. J. H Smeets, pajak adalah prestasi pada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa ada kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

D.

Hipotetsis Sebagai dasar pembahasan dalam kaitannya dengan judul yang diambil penulis,

maka penulis dalam hal ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut :1.

Diduga perhitungan pajak hotel pada Hotel Mesra Internasional

Samarinda bulan September 2011 telah sesuai dengan ketetentuan perpajakan yang berlaku.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Diduga pengisian SPTPD pada Hotel Mesra Internasional Samarinda

bulan Sepetember 2011 telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Definisi Operasional Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan Hotel. Pengeritan hotel disini termasuk

juga rumah penginapan yang memungut bayaran pada Mesra Business & Resort Hotel Samarinda. Wajib Pajak Hotel adalah pemilik dari Mesra Business & Resort Hotel Samarinda. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel Mesra Internasional Samarinda dengan pembayaran, termasuk pelayanan sebagaimana di bawah ini :

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

a.

Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, yang antara

lain: gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen, dan rumah penginapan.b.

Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau

tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyaman, antara lain telepon faksimili, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola Hotel Mesra Internasional Samarinda.c.

Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu

hotel, bukan untuk umum, antara lain pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tennis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola oleh Mesra Business & Resort Hotel Samarinda. d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

Pada Pajak Hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas palayanan hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh Mesra Business & Resort Hotel Samarinda. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu pemilik dari Mesra Business & Resort Hotel Samarinda. Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang Pajak Hotel. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara pajak

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

tanggung rentang atas pembayaran pajak terutang. Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

B.

Jangkauan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada Mesra Business & Resort Hotel Samarinda,

yang beralamatkan di Jl. Pahlawan No. 1 Telp. 0541 732772 di Samarinda. Dalam penelitian ini penulis membahas perhitungan pajak hotel terutang yang dibayar dan cara pengisian Surat Peberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) pada bulan September 2011 oleh Mesra Business & Resort Hotel Samarinda.

C.

Jenis Dan Sumber Sumber Data Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti kasus di Mesra Business

& Resort Hotel Samarinda yaitu Data Primer yang mencakup sebagai berikut : a.b.

Data mengenai gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi. Data-data yang meliputi jumlah kamar penginapan yang disewa dan

fasilitas hotel yang digunakan oleh konsumen pada saat menginap yang terjadi bulan September 2011. Sumber data diperoleh dari wawancara dengan pihak perusahaan, pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

D.

Teknik Pengumpulan Data

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data di lokasi penelitian dengan jalan mengadakan tanya jawab atau wawancara langsung dengan pegawai serta pihak yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

E.

Teknik Analisis Data Untuk menjawab permasalahan dan setelah data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini terkumpul, maka penulis akan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut :

Perhitungan Pajak Hotel Terutang dengan metode Self Assessment : Pajak hotel terutang = Penghasilan Bruto dalam 1 bulan Tarif Pajak Alat Analisis Yang Digunakan Jadi penelitian ini, penulis akan menggunakan metode analisis pajak hotel dengan metode Self Assessment.

F.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Hotel Mesra Internasional

Di Kalimantan Timur banyak Hotel yang berdiri dari kelas Melati sampai kelas berbintang dan salah satunya adalah Mesra Business & Resort Hotel yang berkedudukan di Samarinda.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Bapak Drs. H.M. Rusli adalah penduduk asli pribumi Kalimantan Timur yang mencoba membangun tempat penginapan berbentuk Hotel untuk berpartisipasi mendukung program Pemerintah Daerah dalam pengembangan pembangunan kota dan sebagai aset daerah serta menampung para wisatawan lokal dan manca negara untuk tinggal sementara menikmati pemandangan alamnya serta kaya dengan budayanya, bertepatan dengan diselenggarakannya MTQ ke IX di ibu Kota Samarinda. PT. Swadaya Putera Jaya merupakan Perusahaan Swasta berkedudukan di Samarinda bergerak di bidang jasa perhotelan yang didalamnya termasuk nama Hotel Mesra sebagai usaha jasa dan diberi nama MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL dan didirikan pada tanggal 26 Juni 1976 dengan jumlah 18 kamar dan mendapat izin dari Wlikota Madya Tingkat II Samarinda pada tanggal 21 Agustus 1975 dengan nomor : 176/G-4/Komas/1975, kemudian berkembang karena kebutuhan untuk para wisatawan lokal maupun wisatawan dari manaca negara dan mendapat izin dari Walikota Madya Tingkat II Samarinda pada tanggal 5 April 1997 degan nomor: 75/G4/Komas/1997. Sejalan dengan kemajuan perkembangan jaman dan era gloabalisasi serta persaingan ketat yang sehat dengan hotel-hotel lain, maka Hotel Mesra

menambah lagi jumlah kamar dan mendapat izin dari Direktorat Jendral Pariwisata dengan Surat Keputusan No. Kep: 21/ITUH/IV/DIR/1989 tentang pemberian Izin Tetap Usaha Hotel (ITUH). Dan sampai saat ini Mesra Business & Resort Hotel Samarinda terdapat bintang 4 (Empat).

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

2.

Perkembangan Kamar dan Fasilitas Hotel Mesra Internasional

Samarinda Dengan banyak arus wisatawan manca negara dan wisatawan lokal yang datang ke Kalimantan Timur dengan beraneka tujuan masing-masing wisatawan khususnya bagi wisatawan yang datang ke Samarinda sebagai Ibu Kota yang kaya dengan budayanya dan hasil alamnya, maka Mesra Business & Resort Hotel mengembangkan tahap demi tahap tingkat huniannya atau jumlah kamarnya dengan melengkapi fasilitas yang diperlukan oleh tamu wisatawan, agar lebih senang, aman dan mesra tinggal sementara di Mesra Business & Resort Hotel. Pada tahun 1976 Mesra Business & Resort Hotel memiliki 18 kamar, kemudian pada tahun 1979 ditambah 39 kamar dengan jenis kamar Suite Room, Superior dan Standar dilengkapi dengan penambahan fasilitaskolam renang dan restaurannya serta ruang pertemuan Asoka. Dengan jumlah 57 kamar, Mesra Business & Resort Hotel masih belum mampu menampung lajunya arus wisatawan yang datang ke Kalimantan Timur khususnya kota Samarinda, dengan demikian pada tahun 1987 dikembangkan lagi dan menambah 10 kamar Cottage, sehingga jumlah kamar Superior dan Deluxe menjadi 142 kamar dengan melengkapi fasilitas Restauran Pendopo, Segiri Coffe Shop, Fitnes dan sauna, logistik, kantor business centre dan dilengkapi dengan ruang pertemuan mancong dan luwai. Pada tahun 1993 beberapa kamar di renovasi sebanyak 14 kamar (201 s/d 208 dan 301 s/d 306) ditambah 9 kamar sehingga menjadi 23 kamar dengan jenis standar

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

serta dilengkapi dengan ruang pertemuan Melati, Drug Store dan Toilet Wanita, sedangkan kamar 410 dijadikan tempat penitipan barang sementara. Tahun 1988 ditambah lagi fasilitas hotel dengan menambah Lapangan Golf dengan 5 hole. Tahun 2002 ruang pertemuan Asoka direnovasi menjadi tambahan Restaurant Alamanda dilengkapi dengan fasilitas Billyard, sehingga jumlah kamar secara keseluruhan ada 115 kamar. Hingga terakhir renovasi pada tahun 2008 direnovasi kembali dengan total 156 kamar, sehingga total penambahan kamar hotel hingga tahun 2011 sebanyak 307 kamar. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :1.

Perkembangan Kamar Mesra Business & Resort Hotel Tahun 1976 berjumlah 18 kamar Tahun 1979 ditambah 39 kamar menjadi 57 kamar, dengan jenis kamar

Superior dan Standar. Tahun 1987 ditambah 10 kamar Cottage menjadi 67 kamarr. Tahun 1988 ditambah fasilitas hotel dengan Lapangan Golfnya. Tahun 1991 ditambah 75 kamar menjadi 142 kamar, dengan jenis

kamar Superior dan Deluxe.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Tahun 1993 renovasi kamar (201 s/d 208 dan 301 s/d 306) menjadi 23

kamar sehingga penambahan kamar menjadi 9 buah dan jumlah secara keseluruhan ada 151 kamar.

Tahun 2008 ditambah 156 kamar, dengan jenis kamar Suite Room dan

Delux II. Sehingga total kamar hingga tahun 2011 adalah 307 kamar.2.

Jenis-jenis Kamar Kamar Mesra Business & Resort Hotel Mesra business & Resort hotel memiliki kamar sebanyak 307 kamar, yang

terdiri dari beberapa type, yaitu :

Cotagge sebanyak 10 kamar (C1 s/d C10).

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut :-

2 tempat tidur double bed ukuran king size bed Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air Dilengkapi dengan mini bar Dapat memarkirmobil disamping kamar (mempunyai garasi) View-nya menghadap jalan dan ada juga yang menghadap pada swimming pool

-

-

Suite Room sebanyak 13 kamar (501 S/D 597).

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut :-

1 tempat tidur double bed ukuran king size bed Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air Dilengkapi dengan mini bar View-nya menghadap jalan dan ada juga yang menghadap pada swimming pool

-

Deluxe I sebanyak 47 kamar (418 S/D 616).

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut : -

2 tempat tidur (twin bed) ukuran single Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air Dilengkapi dengan mini bar View-nya menghadap jalan Deluxe II sebanyak 144 kamar (2103 S/D 7126).

-

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut : 2 tempat tidur (twin bed) ukuran king size bed

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

-

Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air Dilengkapi dengan mini bar View-nya menghadap jalan & swimming pool Superior sebanyak 28 kamar (201 s/d 417).

-

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut : -

2 tempat tidur (twin bed) ukuran king size bed Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air Dilengkapi dengan mini bar View-nya menghadap jalan dan ada juga yang menghadap pada swimming pool

-

Standar Room sebanyak 43 kamar(100 s/d 515).

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut : -

2 tempat tidur (twin bed) ukuran king size bed Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air

-

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

-

Dilengkapi dengan mini bar View-nya menghadap pada belakang hotel / tembok Junior Standar Room sebanyak 22 kamar (107 s/d 523)

Dengan fasilitas yang diperoleh sebagai berikut : -

1 tempat tidur ukuran single Fasilitas bath room dilengkapi dengan standing shower Air minum dilengkapi dengan pemanas air View-nya menghadap pada belakang hotel / tembok

-

Masing-masing kamar dilengkapi dengan shower bath room, tea / coffe maker, IDD telephone, satellite TV & local channel, FM radio & music serta in house movie.3.

Harga harga jenis kamar :

Cotagge Room seharga Rp 1.250.000/malam Suite Room seharga Rp 1.750.000/malam Deluxe I & Deluxe II Seharga Rp 950.000/malam Superior Room seharga Rp 400.000/malam Standard Room seharga Rp 400.000/malam

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

4.

Junior Standar Room seharga Rp 450.000/malam Perkembangan Fasilitas Mesra Business & Resort Hotel

Tahun 1979 penambahan Restaurant Alamanda, Kolam Renang dan

Ruang Pertemuan Asoka. Tahun 1991 penambahan Restaurant Pendopo dan Segiri Shop, Fitness

Sauna, Logistik Kantor, Business Centre, Ruang Pertemuan Mancong dan Luwai. Tahun 1993 penambahan ruang pertemuan melati dan drug store. Tahun 2002 renovasi ruang pertemuan Asoka menjadi penambahan

Restaurant Alamanda dengan fasilitas billyard.

tahun 2008 renovasi Business Centre menjadi beberapa ruang

pertemuan yaitu pertemuan Mawar, Dahlia, Flamboyan dan Cempaka.5.

Penghargaan yang Diterima oleh Mesra Business & Resort Hotel Award to Tourist, Hotel and Catering Industry Sahwali Award Member of Trade Leaders Club Member of ISF Germany

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

6.

DWTV Partner Hotel Und Touristikfachschule CHUR Switzerland Partner. Tujuan Mesra Business & Resort Hotel Samarinda

a.

Menyediakan saranan akomodasi bagi pendatang dari luar daerah

maupun luar negeri untuk keperluan dinas, bisnis maupun sebagai wisatawan.b.

Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Membantu pemerintah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan

c.

sumber daya manusia.

7.

Misi Mesra Business & Resort Hotel Samarinda

Hotel Mesra Internasional merupakan kelompok usaha yang bergerak di bidang jasa. Keberhasilan perusahaan jasa adalah fasilitas yang ditawarkan dan pelayanan kepada konsumen. Misi Mesra Business & Resort Hotel menurut slogan : MESRA NAMA KAMI, PELAYANAN KAMI adalah agar seluruh jajaran karyawan perusahaan di bawah mesra berusaha terus menerus meningkatkan kemampuan dalam menawarkan fasilitas-fasilitas yang ada serta meningkatkan kualitas mutu pelayanan yang prima kepada konsumen, dengan demikian seluruh jajaran karyawan mesra

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

mempunyai rasa kebanggaan untuk ikut memiliki dan ikut didalam melaksanakan semboyan MESRA NAMA KAMI, PELAYANAN KAMI8.

Struktur Organisasi Mesra Business & Resort Hotel

Organisasi adalah pengelompokan secara teratur suatu kerja sama orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu Hotel sebagai usaha pelayanan umum yang disediakan di dalam Hotel berupa : a. b. c. Pelayanan penginapan. Pelayanan mandi. Pelayanan makan dan minum serta pelayanan lain.

Pelayanan yang disajikan kepada tamu diusahakan dengan sebaik-baiknya, sehingga tamu merasa seperti tinggal di rumahnya sendiri. Kepuasan tamu menjadi ukuran keberhasilan suatu Hotel dalam mencapai tujuannya. Sebagai usaha perhotelan harus memiliki organisasi karena dengan organisasi seluruh karyawan Hotel akan mendapatkan informasi yang jelas tentang : a. b. c. Batas dan jalur wewenang serta tanggung jawab Departemen dan seksi-seksi yang ada di dalam Hotel. Fungsi dan tugas masing-masing Departemen dan seksi-seksi.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

d. e.

Jalur-jalur informasi instruksi. Hierarki jabatan yang ada dalam Hotel tersebut.

Susunan organisasi Hotel adalah susunan para pemegang fungsi dan jabatan dari tingkat yang paling bawah dalam suatu organisasi Hotel. Pada dasarnya susunan organisasi hotel manapun mempunyai kesamaan, karena setiap Hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama yaitu pelayanan penginapan, makan, dan minum. Tetapi bentuk suatu organisasi Hotel berbeda antara Hotel yang satu dengan yang lain, hal ini disebabkan adanya perbedaan : a. b. c. Tipe atau jenis kamar. Size atau ukuran kamar dan besar kecilnya Hotel. Sistem manajemen Hotel itu.

Selain itu, struktur organisasi Hotel juga bisa berbeda karena setiap Hotel memiliki karakteristik (ciri khas) masing-masing, di antaranya karena menitikberatkan pada penyediaan pelayanan khusus tertentu.9.

Bidang Usaha Mesra Business & Resort Hotel Samarinda

Hotel Mesra International bergerak dalam bidang jasa dan pelayanan. Dalam menentukan kegiatan pelayanan dan jasa dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Jasa penyewaan kamar

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Mesra Business & Resort Hotel memiliki beberapa jenis kamar antara lain: a. b. c. d. e.f. g.

Cottage Suite Room Deluxe I Deluxe II Superior Standar Room Junior standar Room / Standar Single Room

2.

Restaurant

Beberapa restaurant anatara lain : a. b. c. d. e. Pendopo Segiri Coffeeshop Alamanda Sangkulirang Pulau Miang

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

3.

Meeting Room

Beberapa ruang meeting : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Anggrek Asoka Luwai Mancong Melati Mawar Dahlia Flamboyan Cempaka Pangadan Sandaran Kaliorang

m. Maloi n. Kunangan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

o. p. q. 4.

Paridan Manubar Ballroom Fasilitas

Beberapa fasilitas lainnya yang ditawarkan : a.b.

Kolam Renang Alamanda Kolam Renang Sangkulirang Kolam Renang Kenanga Souna Dan Fitnes Business Centre VIP Room Tenis Meja Game Centre Billiard Lapangan Tenis Lapangan Basket

c.d.

e. f. g. h. i.j.

k.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

l.

Lapangan Futsal

m. Jogging Track

B.

Struktur Organisasi Perusahaan Organisasi Chart (Struktur organisasi) Hotel Mesra Business Dan Resort Hotel,

terdiri dari : Direksi. General Manager. Finance Manager and Accounting Manager Duty Manager.

Purchasing Marketing Chief Engineering Personalia Chief Security Front Office Manager

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Executive Housekeeper Food and Bererage Minor Operating Department (MOD) Dalam struktur secara umum di Hotel Mesra Business Dan Resort Hotel Samarinda, pembagian tugas masing-masing bagian diuraikan dan dijelaskan berikut : Direksi

Fungsi adalah : Menciptakan kebijksanaan, memimpin, mnyetujui dan mengkoordinasi pelaksanaan / operasional dari tujuan usaha perusahaan. Tugas adalah : a. Mengkoordinir kebijaksanaan perusahaan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah disetujui komisaris. b. Menyetujui struktur organisasi, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing departemen. c. Menjaga likuiditas dabn tanggung jawab atas keuangan perusahaan agar operasional tidak terganggu. d. Satu tahun sekali mengadakan rapat umum pemegang saham.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

e. Menganalisa hasil pebuatan budgeting dan General Manager untuk

pengambilan keputusan dalam pengembangan kebijaksanaan.

General Manager

Fungsi adalah : Menetapkan dan mengawasi kebijaksanaan, memimpin, menyetujui dan mengkoordinasi pelaksanaan / operasional dari tujuan usaha hotel. Tugas adalah :a. Bersama EAM (Asisten Excecutive Manager), menyusun kebijaksanaan hotel.

b. Menerima dan menganalisa laporan yang diterima dari EAM dari hasil kegiatan hotel. c. Bersama-sama EAM mengetahui dan menyetujui penambahan karyawan baru dan asisten penggajiannya. d. Memberikan laporan perusahaan kepada direktur.

Finance Manager and Accounting Manager Fungsi adalah :

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

Merencanakan, mengorganisir, melaksanakan serta mebgontrol kegiatan operasional di lingkungan Accounting dan bertanggung jawab atas pembuatan laporan keuangan yang akurat. Tugas adalah : a. Membuat laporan keuangan b. Mengurus mengenai perpajakanc. Menangani elektronik data processing d. Mengontrol biaya langsung dan tidak langsung di bagian ACC e. Mengawasi kegiatan di seluruh bagian Accounting dan Cashier f. Menganalisa laporan keuangan dan menyampaikan kepada atasan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Analisis Berdasarkan hasil penelitian pada bab terdahulu dan dilandasi dengan dasar teori yang dikemukakan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan menganalisis sesuai

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK HOTEL DAN PENGISIAN SPTPD PADA MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL DI KOTA SAMARINDA

66

dengan alat analisis pada bab III yakni analisis pajak hotel berdasarkan rumus-rumus yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan menggunakan rumus-rumus pada alat analisis, maka pajak hotel yang dibayar oleh Mesra Business & Resort Hotel pada bulan September penggunaan kamar dapat diketahui sebagai berikut : Suite Room sebanyak 28 hari Deluxe I Room sebanyak 27 hari Deluxe II Room sebanyak 29 hari Superior Room sebanyak 30 hari Cottage Room sebanyak 28 hari Standard Room sebanyak 30 hari Junior Standard Room sebanyak 30 hari Pembayaran dari kamar selama bulan September 2011 2011 dari

(28 x Rp 1.750.000) + (27 x Rp 950.000) + (29 x Rp. 950.000) + = (30 x Rp 400.000) + (28 x Rp 1.250.000) + (30 x Rp 400.000) + (30x Rp 450.000) Rp 49.000.000 + Rp 25.650.000 + Rp 27.550.000 + Rp 12.000.000 + Rp 35.000.000 + Rp 12.000.000 + Rp 13.500.000

=

= Rp 174.700.000

Jadi, penghasilan bruto hotel bulan September 2011 adalah Rp 174.700.000.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJ