makalah pai akhlak,etika dan moral

25
MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 Anindya Ayu Puspitasari (04011381320036) Khairinnisa (04011381320012) Siti Farahhiyah D.M. (04011281320046) Ratih Haerany Rowiyan (04011281320044) Puput Eka Sari (04011381320052) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: icakh

Post on 15-Nov-2015

74 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

cccc

TRANSCRIPT

MATA KULIAH DASAR UMUMPENDIDIKAN AGAMA ISLAMAKHLAK, ETIKA, DAN MORAL

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6Anindya Ayu Puspitasari(04011381320036)Khairinnisa(04011381320012)Siti Farahhiyah D.M.(04011281320046)Ratih Haerany Rowiyan(04011281320044)Puput Eka Sari (04011381320052)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYATAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas Akhlak, Etika, dan Moral.Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai Akhlak, Etika, dan Moral.Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada : Nurbuana, S.Ag., M.Ag . selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam Rekan-rekan kelompok 6 yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, 18 Maret 2015Penyusun

Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............2 DAFTAR ISI................3 BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang...............4B. Tujuan Makalah........................................4C. Rumusan Masalah.........5 BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral........................................................5B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)...........................................................6C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak.........................................................8D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan).....................................................9 BAB III PENUTUPA. Kesimpulan.................12 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Tujuan MakalahTujuan dari disusun nya makalah ini adalah setelah mempelajari makalah ini diharapkan kita dapat menerapkan akhlak al-Karimah dalam kehidupan sehari- hari.

C. Rumusan MasalahAdapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika 2. Pengertian dari Moral 3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak 4. Menjelaskan persamaan dan perbedaan Akhlak, etika dan moral5. Menyebutkan karakteristik Akhlak6. Menjelaskan hubungan antara Akhlak dengan tasawuf Menjelaskan akhlak kepada Allah, sesama manusia dan lingkungan

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral1. AkhlakKata akhlak berasal dari kala khalaqa dengan akar kata khaluqun yang berarti perangai, tabiat dan adat, atau dari kata kalqun yang berarti kejadian, buatan dan ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau system perilaku yang dibuat (Daradjat, 1984; 253). Akhlak secara kebahasaan bisa baik, bisa juga buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi "orang yang berakhlak" berarti orang yang berakhlak baik. Sebenarnya kata akhlak baik dapat disebut dengan aklak al-karomah sedangkan yang buruk disebut dengan akhlak mazmumah. Ibnu Miskawaih mengemukakan bahwa akhlak seseorang dapat berubah dengan kebiasaan dan latihan serta pelajaran yang baik. Manusia dapat diperbaiki akhlaknya dengan mengosongkan dirinya dari segala sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan luhur (Iberani, 2003;114). Menurut Imam al-Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tetap 100 pada jiwa seseorang. Dari jiwa tersebut timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak membutuhkan pemikiran (Ghazali,tt;52). Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.5) Dilakukan dengan ikhlas.

2. EtikaSecara etimologi, kata "etika" berasal dari bahasa Yunani kuno "ethos" yang artinya adat kebiasaan sama dengan akhlak dalam arti bahasa. Artinya etika adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang, yang tersusun dari suatu system nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah masyarakat kelompok tersebut. Sifat baik dari perilaku tersebut merupakan persetujuan sementara dari kelompok yang menggunakan perilaku tersebut dengan kata lain nilai etika tersebut bersifat dapat berubah sesuai dengan persetujuan masyarakat tersebut. Etika juga dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan normative yang bertugas memberikan pertimbangan perilaku manusia dalam masyarakat apakah baik atau buruk dan benar atau salah (Iberani, 2003;112). Austin Fogothey dalam Jamal Syarif mengemukakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat, meliputi bidang antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik dan hukum. Sedangkan Frankena menjelaskan bahwa etika sebagai cabang filsafat yaitu filsafat moral atau pemikiran kefilsafatan tentang moralitas dan problem moral dan pertimbangan moral (Iberani, 2003;113).

3. MoralMoral berasal dari kata latin "Mos" dan "Mores" (bentuk jamaknya) yang berarti adat atau cara hidup. Moral adalah tindakan manusia yang sesusai dengan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Ada perbedaan diantara moral dan etika yaitu etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis (Suryana, 1997 : 188)

4. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak) Allah telah berkehendak bahwa akhlak dalam Islam memiliki karakteristik yang berbeda dan unik (istimewa). Yusuf Al-Qardhawi mengajukan tujuan karakteristik etika (moral/akhlak) Islam.1. Sebuah moral yang beralasan (argumentatif) dan dapat dipahami. Islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan (argumentatif) yang dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan menjelaskan maslahat (kebaikan) dibalik apa yang diperintahkan-Nya dan kerusakan dari terjadinya apa yang dilarang-Nya (Q.S Al-Ankabut;45, Q.S Al-Jumuah;9)2. Moral Universal Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang universal, yaitu larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga bagi ras yang lain, bahkan umat Islam dan umat-umat yang lain adalah sama dihadapan moral Islam yang universal. Dalam surat al-Maidah ayat 8 menyebutkan Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dengan demikian etika (moral/akhlak) Islam adalah bebas dari segala tendensi (kecenderungan) rasisme kebangsaan, kesukuan maupun golongan.3. Kesesuaian dengan fitrah Islam datang dengan membawa sesuatu yang sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia serta penyempurnaannya. Islam mengakui eksistensi manusia sebagaimana yang telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan, kecenderungan fitrah serta segala yang telah digariskan-Nya. Islam menjadikan mulia dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia itu sendiri. Islam dengan segala yang diperbolehkannya demi menjaga tabiat manusiawi telah meletakkan konsep aturan dan batasan-batasan yang netral atau moderat, sikap berlebih-lebihan dan ekstrim akan menjurus kepada perangai binatang yang tercela. 4. Memperhatikan Realita Al-quran tidak membebankan kepada manusia suatu kewajiban untuk mencintai musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan sesuatu hal yang tidak dimiliki jiwa manusia, akan tetapi al-Quran memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk berlaku adil terhadap musuh- musuhnya, supaya ras permusuhan dan kebencian mereka terhadap musuh-musuhnya tidak mendorong untuk melakukan pelanggaran terhadap musuh-musuh mereka.5. Moral Positif Moral Islam menganjurkan menggalang kekuatan, keyakinan dan cita- cita, melawan sikap ketidakberdayaan dan pesimisme (keputusasaan), malas serta segala bentuk penyebab kelemahan. Islam menolak sikap pasif (apatis) dalam menghadapi kerusakan sosial dan politik, dekadensi moral dan agama, bahkan Islam memerintahkan kepada muslim untuk merubah suatu kemungkaran dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu lagi maka dengan hatinya. 6. Komprehensifitas (menyeluruh) Islam bukanlah agama yang menganggap bahwa moral dalam agama berkisar pada pelaksanaan ibadah ritual atau seremonial, padahal akhlak atau etika Islam tidak membiarkan kegiatan manusia hanya dalam ibadah mahdah saja. Islam menggariskan bahwa hubungan manusia 103 dengan dirinya sendiri dan manusia lainnya serta hubungan manusia dengan alam secara global maupun detail haruslah dengan etika Islam atau akhlak. Oleh sebab itu, akhlak Islam meletakkan apa yang dikehendaki manusia dari adab susila yang tinggi dan luhur. 7. Tawazun (keseimbangan) Tawazun dalam etika Islam yaitu menggabungkan sesuatu dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun pengurangan. Contohnya seimbang dalam mengejar dunia dan akhirat. Dalam Islam, dunia adalah ladang untuk mencapai akhirat, oleh karena orang yang beruntung adalah orang yang bahagia dunia dan akhirat.

C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak Tasawuf merupakan salah satu dimensi spiritual dari ajaran Islam. Kaum orientalis menyebutnya sufisme atau mistisme, suatu istilah yang sebenarnya tidak tepat, karena istilah itu tidak menggambarkan hakikat tasawuf yang sebenarnya.

Tasawuf berasal dari kata suf artinya kain yang dibuat dari wool. Sebab para penganut tasawuf pada masa dulu hanya menggunakan pakaian dari bulu binatang atau kain wool kasar, wool ini menggambarkan kesederhanaan dan kemiskinan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan miskin, tetapi berhati suci dan mulia (Suryana, 1996;78).

Istilah tasawuf atau sufi baru muncul pada abad ke-2 H. Pada dasarnya tasawuf merupakan pola hidup sederhana, memperbanyak ibadah dengan mendekatkan diri kepada Allah, mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu dan lain sebagainya. Tasawuf ini tidak dikenal siapa pencetusnya dan tidak pula diketahui secara pasti mengenai pengertian terminologisnya.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan latar belakang gerakan moral yang dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam untuk meningkatkan kualitas peribadatan kepada Allah SWT. Dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia. Mereka hidup dengan amat sederhana sebagai bentuk perlawanan moral terhadap suasana kehidupan umat ketika itu yang cenderung hidup bermewah-mewah. Tujuan mereka adalah mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT. Sehingga dapat memelihara Zat Allah dengan mata hatinya, serta merasakan kehadiran-Nya secara rohaniah. (Dipertais,2001;96).

Dalam perkembangan selanjutnya, ada kelompok yang menjadikan tasawuf sebagai suatu metode spesifik untuk meningkatkan kualitas pendekatan jiwa secara akstrim kepada Allah SWT. Menurut kelompok ini, Allah bersifat immateri hanya bisa didekati oleh sesuatu yang immateri pula, yakni dengan jiwa. Oleh sebab itu, menurut mereka, karena dzat Allah itu Mahasuci, maka jiwa yang bisa mendekatinya hanyalah jiwa yang bersih pula. Menurut kelompok ini lagi dalam pendekatan diri kepada Allah mempunyai tingkatan-tingkatan atau station bisa juga disebut maqom. Tingkatan yang paling tinggi adalah itihad (menyatukan jiwa manusia dalam wujud Allah) atau hulul (menyatukan wujud Allah dalam jiwa raga manusia). Demikian makna tasawuf dalam kelompok ini (Dipertais, 2001;97)

Sebenarnya akhlak atau etika pada dasarnya telah diletakkan oleh Allah SWT. Dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yang dicontohkan secara kongkrit oleh Rasulullah dalam perilakunya sehari-hari. Firman Allah dalam al-Quran surat al-Qalam ayat 4 dan al-Ahzab ayat 21, dijelaskan bahwa contoh keteladanan yang baik adalah Rasulullah SAW, karena itu konsepsi tasawuf dapat diterima sepanjang memanifestasikan ajaran akhlak, yakni melatih kesucian jiwa dan budi pekerti yang baik. Artinya tasawuf dapat dipahami sebagai doktrin Islam yang mengajarkan tentang pendekatan diri kepada Allah dengan cara mendidik perilaku yang sesuai dengan akhlak Islam melalui rohani dengan berbagai ibadah.

Tasawuf berusaha mentransedensikan segala pandangan, sikap dan tindakan atau perilaku manusia sehingga membuahkan pengalaman ketasawufan dan religius. Contohnya melatih sikap zuhud dalam pengertian hati tidak dikendalikan atau didominasi oleh dunia dan sikap tawakal dalam pengertian berikhtiar dengan keras lalu berserah diri kepada Allah atas segala hasil yang diraihnya. Dengan demikian berperang pada doktrin tasawuf lebih akan membentuk pribadi manusia yang berakhlak (bermoral), karena doktrin yang terkandung dalam nilai-nilai tasawuf lebih menekankan aspek aktualisasi nilai-nilai luhur, perasaan etis dan kesadaran moral (Jamal Syarif, 2003:120).

D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Menurut obyeknya aktualisasi akhlak dalam kehidupan terdapat pada akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.1. Akhlak kepada Allah a. Beribadah kepada-Nya yaitu , melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. b. Berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi apapun baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati. Karena berdzikir akan menentramkan hati sesuai dengan firman Allah surat Ar-Rad ayat 28. c. Berdoa, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Doa adalah cara membuktikan kelemahan manusia di hadapan Allah, karena itu berdoa merupakan inti dari ibadah. Orang yang tidak suka berdoa adalah orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan dirinya di hadapan Allah. d. Tawakkal kepada Allah, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu kegiatan atau rencana. Sikap tawakkal merupakan gambaran dari sabar dan menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan semestinya, maka ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan dan putus asa. e. Tawadhu kepada Allah adalah rendah hati dihadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah yang maha kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan oranglain dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. f. Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang diberikan Allah merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseirang kepada Nya sehingga apa saja yang diterimanya dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, seorang yang husnudzon tidak akan mengalami kekecewaan atau putus asa.

2. Akhlak terhadap Manusia a. Akhlak terhadap diri sendiri 1) Setia (Amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta , rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya. Orang yang setia adalah orang yang memegang kepercayaan dengan baik sesuai dengan keharusannya. 2) Benar (Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik perkataan maupun perbuatan3) Memelihara kesucian (Ifafah) yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya.4) Malu (hayya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan yang melanggar perintah Allah. Perasaan ini dapat mencegah orang berbuat buruk dan nista. 5) Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah. 6) Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa dihitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Irang yang selalu bersyukur akan ditambah nikmatnya oleh Allah.

b. Akhlak terhadap orang tua Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada orang tua dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :1) Patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali perintah itu bertentangan dengan perintah Allah. 2) Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya3) Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan 4) Merendahkan diri kepada mereka4) Berterimakasih 5) Berdoa untuk mereka baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal atau memintakan doa kepada mereka.

c. Akhlak kepada orang lain 1) Kasih sayang 2) Saling menghormati

Macam-macam akhlak kepada sesama manusiaa) Akhlak terpuji (Mahmudah)1. HusnuzanHusnuzan berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:a. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.b. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

2. TawadukTawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.

3. TasamuArtinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.

5. TaawunTaawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.

b) Akhlak tercela (Mazmumah)1. HasadArtinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung..

2. DendamDendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.

3. Gibah dan FitnahMembicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.

4. NamimahAdu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

3. Akhlak kepada Lingkungana. Tanggung jawab b. Kasih sayang c. Memelihara lingkungan dan tidak mengeksploitasi

BAB III KESIMPULANAkhlak adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Etika adalah ilmu yang menyelidiki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan masnusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran manusia. Moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika bersifat teoritis, sedangkan moral bersifat praktis. Etika memandang perbuatan manusia secara universal (umum) sedangkan moral memandang secara lokal.

Akhlak, etika dan moral sama-sama ilmu tentang perbuatan baik dan buruk. Bedanya akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya, sedangkan etika dan moral bertitik tolak dari pikiran manusia.

Karakteristik etika Islam (akhlak), 1) Moral yang beralasan dan dapat dipahami; 2) moral universal; 3) kesesuaian dengan fitrah; 4) memperhatikan realita; 5) moral positif; 6) kpmprehensif (menyeluruh); 7) tawazun (keseimbangan).

Hubungan tasawuf dengan akhlak yaitu melatih kesucian jiwa dan budi pekerti yang baik. Agar seseorang memiliki akhlak yang baik hendaklah mendekatkan diri kepada Allah dengan kesucian hati (tasawuf).

Aktualisasi akhlak dalam kehidupan, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazali.Imam tt. Ihya Ulum al-Din. _hari : Dar al-Syab Dipertasi Depag. 2001. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada PTU. Jakarta : Depag RI Iberani, Jamal Sharif dan MM Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta : El Kahfi Suryana, Toto, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Tiga Mutiara Daradjat, Zakiah, dkk. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang16