makalah munasabah

28
KELOMPOK 7 ILMU AL- QUR’AN ILMU HUKUM, FAK. SYARI’AH & HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR MUNASABAH AL- QUR’AN

Upload: rahman-uzumaki

Post on 04-Aug-2015

138 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH MUNASABAH

KELOMPOK 7

ILMU AL- QUR’AN

ILMU HUKUM, FAK. SYARI’AH & HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Page 2: MAKALAH MUNASABAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan

segala petunjuknya. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada baginda Muhammad

saw.

Kitab suci al-Qur’an merupakan kitab yang berisi berbagai petunjuk dan peraturan yang

disyari’atkan dan al-Qur’an memiliki sebab dan hikmah yang bermacam. Untuk dapat

memahami al-qur’an secara cerdas maka diperlukan seperangkat pengetahuan yang tersusun

secara sistematis. Untuk itu, ilmu al-qur’an hadir sebagai jawaban atas kebutuhan perangkat

tersebut. Terkait hal itu pula, makalah bertajuk “ Munasabah al-Qur’an” ini dapat rampung

sebagai salah satu alternative media bantu dalam ilmu al-Qur’an yang khusus membahas sector

munasabah.

Kekurangan dan kelemahan tentunya masih menjadi corak tersendiri dalam makalah ini.

Untuknya itu, kami memohon maaf seraya berharap agar pembaca dapat kritis (membangun)

dalam menikmati makalah ini.

Samata, 24 Oktober 2011

Penulis

2

Page 3: MAKALAH MUNASABAH

DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………………….1

Daftar isi…………………………………………………………………………………………...2

Pendahuluan……………………………………………………………………………………….3

1. Latar belakang……………………………………………………………………………..3

2. Rumusan

masalah……………………………………………………………………………………3

3. Tujuan penulisan……………………………………………………………………….....3

Pembahasan……………………………………………………………………………………….4

1. Pengertian munasabah…………………………………………………………………….4

2. Dasar-dasar pemikiran adanya munasabah……………………………………………….5

3. Macam-macam munasabah……………………………………………………………….9

4. Faedah munasabah……………………………………………………………………….17

Penutup

1. Simpulan…………………………………………………………………………………19

2. Penutup……………………………………………………………………………..……19

3. Saran…………………………………………………………………………………..…19

Daftar pustaka……………………………………………………………………………………20

3

Page 4: MAKALAH MUNASABAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ayat-ayat al-Qur’an memiliki maksud-maksud tertentu yang diturunkan sesuai dengan

situasi dan kondisi yang membutuhkan, turunnya ayat juga bersangkutan dengan peristiwa yang

terjadi pada masa itu. Susunan ayat-ayat dan surah-surahnya ditertibkan sesuai dengan yang

terdapat dalam lauh al-mahfudh, sehingga tampak adanya persesuaian antara ayat satu dengan

ayat yang lain dan antara surah satu dengan surah yang lain.

Oleh karena itu, timbul cabang ilmu dari ulumul Qur’an yang khusus membahas

persesuaian-persesuaian tersebut, yaitu yang disebut ilmu munasabah atau ilmu tanaasubil ayati

wassuwari. Orang yang pertama kali menulis cabang ilmu ini adalah Imam Abu Bakar an-

Naisaburi (324 H). Kemudian disusul oleh Abu Ja’far ibn Zubair yang mengarang kitab “Al-

Burhanu fi Munasabati Suwaril Qur’ani” dan diteruskan oleh Burhanuddin al-Buqai yang

menulis kitab “Nudzumud Durari fi Tanasubil Aayati Wassuwari” dan as-Suyuthi yang menulis

kitab “Asraarut Tanzilli wa Tanaasuqud Durari fi Tanaasubil Aayati Wassuwari” serta M.

Shodiq al-Ghimari yang mengarang kitab “Jawahirul Bayani fi Tanasubi Wassuwari Qur’ani”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan hal yang melatar belakangi penulisan makalah ini, maka kami merumuskan

rumusan masalah yang terbagi atas:

1. Apa yang dimaksud dengan munasabah?

2. Bagaimana munasabah bisa muncul?

3. Bagaimanakah pembagian dalam munasabah?

4. Apa manfaat dari munasabah?

C. Tujuan penulisan

4

Page 5: MAKALAH MUNASABAH

Makalah ini bertujuan agar pengkajian kebenaran al-Qur’an dapat lebih bergairah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah

Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu hubungan

persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum atau

sesudahnya.

Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan antara ayat atau surat

yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya.

Karena itu sebagian pengarang menamakan ilmu ini dengan “ilmu tanasubil ayati was

suwari”, yang artinya juga sama, yaitu ilmu yang menjelaskan persesuaian antara ayat atau

surat yang satu dengan ayat atau surat yang lain.

Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu

untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian al-Qur’an yang mulia.

Ilmu ini menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat / beberapa surat al-

Qur’an. Apakah hubungan itu berupa ikatan antara ‘am (umum) dan khusus / antara abstrak

dan konkret / antara sebab-akibat atau antara illat dan ma’lunya, ataukah antara rasional dan

irasional, atau bahkan antara dua hal yang kontradiksi.

Jadi pengertian munasabah itu tidak hanya sesuai dalam arti yang sejajar dan parallel

saja. Melainkan yang kontradiksipun termasuk munasabah, seperti sehabis menerangkan

orang mukmin lalu orang kafir dan sebagainya. Sebab ayat-ayat al-Qur’an itu kadang-kadang

merupakan takhsish (pengkhususan) dari ayat-ayat yang umum. Dan kadang-kadang sebagai

penjelasan yang konkret terhadap hal-hal yang abstrak.

5

Page 6: MAKALAH MUNASABAH

Sering pula sebagai keterangan sebab dari suatu akibat seperti kebahagiaan setelah

amal sholeh dan seterusnya. Jika ayat-ayat itu hanya dilihat sepintas, memang seperti tidak

ada hubungan sama sekali antara ayat yang satu dengan yang lainnya, baik dengan yang

sebelumnya maupun dengan ayat yang sesudahnya. Karena itu, tampaknya ayat-ayat itu

seolah-olah terputus dan terpisah yang satu dari yang lain seperti tidak ada kontaknya sama

sekali. Tetapi kalau diamati secara teliti, akan tampak adanya munasabah atau kaitan yang

erat antara yang satu dengan yang lain.

Karena itu, ilmu munasabah itu merupakan ilmu yang penting, karena ilmu itu bisa

mengungkapkan rahasia kebalaghahan al-Qur’an dan menjangkau sinar petunjuknya.

B. Dasar-dasar Pemikiran Adanya Munasabah

Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak

masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi

hendaknya memperhatikan pula akhir surat atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian, akan

terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.

Mengenai hubungan antara suatu ayat atau surat dengan ayat atau surat lain (sebelum

atau sesudahnya) tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab

mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surat-surat itu dapat pula membantu kita

memahami dengan tepat ayat-ayat dan surat-surat yang bersangkutan. Ilmu al-Qur’an

mengenai masalah ini disebut :

. والّس�ور األيات تناسب علم

Ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu asbabul nuzul, apabila kita tidak dapat

mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu

dengan yang lainnya. Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan

antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan

yang lainnya.

6

Page 7: MAKALAH MUNASABAH

Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan pendapat,

bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain. Ada pula

yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Akan tetapi sebagian besar ayat-ayat

dan surat-surat ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat bahwa mudah

mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan

antara suatu surat dengan surat yang lain.

Muhammad ‘Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu

ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara keduanya.

Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat itu ada hubungan antara

satu dengan yang lain.

Sebagaimana contoh surat al-Fath, ada hubungannya dengan surat sebelumnya (surat

al-Qital/Muhammad) dan dengan surat sesudahnya (al-Hujurat). Surat al-Fath diturunkan

sesudah Nabi mencapai perdamaian Hudaibiyah dengan musyrikin Makkah dan umat Islam

mendapatkan kemenangan setelah didahului dengan peperangan dengan musyrikin Arab,

maka jelaslah ada hubungannya dengan surat sebelumnya (al-Qital/Muhammad). Setelah

kemenangan di tangan Islam dan keamanan serta ketertiban masyarakat sudah mantap, maka

turunlah surat al-Hujurat yang mengatur bagaimana seharusnya sikap umat Islam. Mengenai

contoh antara ayat satu dengan ayat yang lain dapat dilihat pada uraian-uraian berikut:

Firman Allah dalam surat al-Ghasyiyah ayat 17-20

Ÿxsùr& tbrã�ÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$#

y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur

ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit,

bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi

bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20)

Dalam ayat tersebut kelihatan tidak ada relevansinya dan perpaduan pikiran pada ayat

tersebut. Sebab meninggikan langit terpisah dari menciptakan unta. Dan menegakkan gunung

7

Page 8: MAKALAH MUNASABAH

terpisah dari meninggikan langit dan juga menghamparkan bumi terputus dari menegakkan

gunung. Akan tetapi al-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan 1:45, telah menunjukkan ada

munasabah antara ayat-ayat itu. Pada waktu turun al-Qur’an masyarakat badui yang masih

primitif, binatang unta adalah sangat vital untuk kehidupan mereka dan unta-unta itu

membutuhkan air untuk minum. Oleh sebab itu, mereka sering memandang ke langit untuk

mengharapkan hujan turun. Mereka juga memerlukan tempat tinggal untuk berlindung dan

tiada lain adalah di gunung-gunung, kemudian mereka selalu berpindah-pindah dari satu

tempat ke tempat yang lain untuk kelangsungan hidupnya.

Sebagaimana keterangan di atas bahwasanya mencari munasabah atau relevansi

antara satu ayat dengan ayat yang lain tidaklah begitu sulit. Sebab pembicaraan kita sedikit

yang tidak bisa dipahami dengan satu ayat saja, sehingga perlu ada ayat-ayat yang

mengiringinya untuk menjelaskan maksud ayat yang terdahulu. Berbeda dengan mencari

hubungan antara surat satu dengan surat yang lain terlihat adanya kesulitan. Oleh karena itu,

hanya sedikit ulama tafsir yang mengungkapkan adanya munasabah atau relevansi antara

surat satu dengan surat yang lainnya. Mereka cukup mencari-cari adanya dua lafadz yang

serupa atau adanya dua ayat yang sebanding dalam kedua surat yang berurutan letaknya baik

di permulaan, di pertengahan maupun di penghabisan surat.

Di bawah ini adalah beberapa contoh surat yang ada munasabah / relevansi.

1. Permulaan surat al-Baqarah

$O!9# y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu‘ ¡ Ï ‹m Ïù ¡

“Alif laam miin. Kitab (Al Qur’an) Ini tidak ada keraguan padanya”.

Di dalam ayat ini terdapat isyarah kepada lafaz yang ada di dalam surat al-Fatihah ayat ke

enam.

$tRω÷d$# xÞºuŽ _Å Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ

“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”

8

Page 9: MAKALAH MUNASABAH

Di dalam surat ini seolah-olah ketika mereka mohon petunjuk ke jalan yang lurus yang

mereka mohon itu adalah al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah jalan yang lurus dan tidak

ada keragu-raguan di dalamnya seperti surat yang pertama.

2. Surat al-Isra’ yang dimulai dengan tasbih ada munasabah atau relevansi dengan surat al-

Kahfi yang dimulai dengan tahmid. Sebab tasbih biasanya didahului dengan tahmid.

3. Surat al-Kautsar merupakan imbangan dari surat al-Ma’un. Sebab pada surat al-Ma’un

terdapat tanda-tanda atau sifat-sifat orang munafik sebanyak empat, yaitu kikir, tidak

sembahyang, melakukan shalat dengan riya’ (show) dan enggan mengeluarkan zakat.

Maka di dalam surat al-Kautsar :

!$¯RÎ) š�»oYø‹sÜôãr& t�rOöqs3ø9$# ÇÊÈ

“Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”. (QS. Al-

Kautsar: 1)

Sebagai imbangan sifat kikir, dan lafadz فصل (maka shalatlah kamu) sebagai bandingan

dengan meninggalkan shalat dan lafadz untuk) لربك keridhaan Allah bukan untuk

manusia). Sebagai imbangan dengan sifat riya’, kemudian lafadz (berkurbanlah) وانحر

sebagai imbangan sifat ingin memberi zakat dan yang dimaksud dengan ialah وانحر

bersedekah dengan daging kurban.

Pencarian-pencarian ini yang dilakukan oleh ulama tafsir tidak sia-sia, sebab tidak

sedikit manfaatnya bagi umat Islam yang bermaksud mendalami al-Qur’an. Berkah

ketekunan ulama tafsir yang luar biasa itu mereka sendiri puas dan juga memberi kepuasan

umat Islam. al-Qur’an mengandung macam hukum dan peraturan dan karena sebab-sebab

yang berbeda-beda maka tersusunlah ayat-ayat al-Qur’an dengan sebaik-baiknya dan setepat-

tepatnya dalam tiap-tiap surat. Sehingga apabila kita bisa mengetahui adanya

munasabah/relevansi, maka kita tidak perlu mencari sebab turunnya ayat-ayat al-Qur’an satu

persatu.

C. Macam-macam Munasabah

9

Page 10: MAKALAH MUNASABAH

Munasabah / persesuaian / persambungan / kaitan bagian al-Qur’an yang satu dengan

yang lain itu bisa bermacam-macam, jika dilihat dari berbagai seginya.

1. Macam-macam sifat munasabah

Jika ditinjau dari segi sifat munasabah atau keadaan persesuaian dan

persambungannya, maka munasabah itu ada dua macam, yaitu :

a. Persesuaian yang nyata (dzahirul irtibath) / persesuaian yang tampak jelas yaitu yang

bersambungan atau persesuaian antara bagian yang satu dengan yang lain tampak

jelas dan kuat. Karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali.

Sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna, jika dipisahkan

dengan kalimat yang lain, maka deretan beberapa ayat yang menerangkan sesuatu

materi itu kadang-kadang ayat yang satu itu sebagai penguat, penafsir, penyambung,

penjelasan, pengecualian / pembatasan dari ayat yang lain. Sehingga ayat-ayat

tersebut tampak sebagai satu kesatuan yang sama. Contohnya, seperti persambungan

antara ayat 1 surat al-Isra’

z`»ysö6ß™ ü“Ï%©!$# 3“uŽór& ¾Ínωö7yèÎ/ Wxø‹s9 šÆÏiB Ï

‰Éfó¡yJø9$# ÏQ#t�ysø9$# ’n<Î) ωÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$#

“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari

Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha”.

Ayat tersebut menerangkan Isra Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, ayat 2 surat al-

Isra yang berbunyi :

$oY÷�s?#uäur Óy›qãB |=»tGÅ3ø9$# ç »m oYù=yèy_ur “W‰èd ûÓÍ_t6Ïj9

Ÿ ƒ@ ÏäÂuŽóÎ)

“Dan kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan kami jadikan Kitab Taurat itu

petunjuk bagi Bani Israil”.

10

Page 11: MAKALAH MUNASABAH

Ayat tersebut menjelaskan diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa as.

Persesuaian antara kedua ayat tersebut ialah tampak jelas mengenai diutusnya kedua

Nabi/Rasul tersebut.

b. Persambungan tidak jelas (khafiyyul istibadh) samarnya persesuaian antara pertalian

untuk keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayat atau surat itu sendiri-sendiri

baik karena ayat-ayat yang satu itu diathofkan kepada yang lain, atau karena yang

satu bertentangan dengan yang lain. Contohnya, seperti hubungan antara ayat 189

surat al-Baqarah dengan ayat 190 surat al-Baqarah. Ayat 189 surat al-Baqarah

tersebut berbunyi :

š�tRqè=t«ó¡o„ Ç`tã Ï'©#ÏdF{$# ( ö@è% }‘Ïd àM‹Ï%ºuqtB Ĩ$¨ =Y Ï9 Ædkysø9$#ur 3

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah

tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.

Ayat tersebut menerangkan bulan tsabit/tanggal untuk tanda-tanda waktu dan untuk

jadwal ibadah haji.

Sedangkan ayat 190 surat al-Baqarah berbunyi :

(#qè=ÏG»s%ur ’Îû È ‹@ Î6y™ «!$# tûïÏ%©!$# óOä3tRqè=ÏG»s)ムŸwur (#ÿrß

‰tG÷ès? 4

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah

kamu melampaui batas”.

Ayat tersebut menerangkan perintah menyerang kepada orang-orang yang menyerang

umat Islam. Sepintas, antara kedua ayat tersebut seperti tidak ada hubungannya /

hubungan yang satu dengan yang lainnya samar. Padahal sebenarnya ada hubungan

antara kedua ayat tersebut yaitu, ayat 189 surat al-Baqarah mengenai soal waktu

untuk haji, sedang ayat 190 surat al-Baqarah menerangkan: sebenarnya, waktu itu haji

umat Islam dilarang berperang, tetapi jika ia diserang lebih dahulu, maka serangan-

serangan musuh itu harus dibalas, walaupun pada musim haji.

11

Page 12: MAKALAH MUNASABAH

2. Macam-macam materi munasabah

Ditinjau dari segi materinya, maka munasabah itu ada 2 macam sebagai berikut :

a. Munasabah antar ayat yaitu munasabah / persambungan antara ayat yang satu dengan

yang lainnya. Munasabah itu bisa berbentuk persambungan-persambungan sebagai

berikut :

1) Diathofkan ayat yang satu kepada ayat yang lain, seperti munasabah antara ayat

103 surat Ali Imran :

(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $Yè‹ÏJy_ Ÿwur (#qè%§�xÿs? 4

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

kamu bercerai berai”.

Dengan surat Ali Imran ayat 102 :

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è?

Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡•B ÇÊÉËÈ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa

kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan

beragama Islam”.

Faedah dari munasabah dengan athaf ini ialah untuk menjadikan 2 ayat tersebut

sebagai dua hal yang sama (an-Nadzraini). Ayat 102 surat Ali Imran menyuruh

bertaqwa dan ayat 103 surat Ali Imran menyuruh berpegang teguh pada agama

Allah, dua hal yang sama.

2) Tidak diathofkan ayat yang satu kepada yang lain, seperti munasabah antara ayat

11 surat Ali Imran.

É>ù&y‰Ÿ2 ÉA#uä tböqtãó�Ïù tûïÏ%©!$#ur `ÏB óOÎgÎ=ö6s% 4 (#qç/¤‹x.

$uZÏG»tƒ$t«Î/

12

Page 13: MAKALAH MUNASABAH

“(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang

sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami”.

Dengan ayat 10 surat Ali Imran

¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rã�xÿx. `s9 š_Í_øóè? óOßg÷Ytã óOßgä9ºuqøBr&

Iwur Oèd߉»s9÷rr& z`ÏiB «!$# $\«ø‹x© ( y7Í´¯»s9'ré&ur öNèd ߊqè

%ur Í‘$¨ 9Y $# ÇÊÉÈ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka,

sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah

bahan bakar api neraka”

Dalam munasabah ini, tampak hubungan yang kuat antara ayat yang kedua (ayat

11) dengan ayat yang sebelumnya (ayat 10), sehingga ayat 11 surat Ali Imran itu

dianggap sebagai bagian kelanjutan dari ayat 10 surat Ali Imran.

3) Digabungkannya dua hal yang sama, seperti persambungan antara ayat 5 surat al-

Anfal

!$yJx. y7y_t�÷zr& y7•/u‘ .`ÏB y7ÏG÷�t/ Èd,ysø9$$Î/ ¨bÎ)ur $Z)ƒÌ�sù z`ÏiB

tûüÏZÏB÷sßJø9$# tbqèdÌ�»s3s9 ÇÎÈ

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran,

padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak

menyukainya”.

Dengan ayat 4 surat al-Anfal

y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_u‘yŠ y

‰YÏã óOÎgÎn/u‘ ×ot�ÏÿøótBur ×-ø—Í‘ur Ò ƒO Ì�Ÿ2 ÇÍÈ

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan

memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta

rezki (nikmat) yang mulia”.

13

Page 14: MAKALAH MUNASABAH

Kedua ayat itu sama-sama menerangkan tentang kebenaran, ayat 5 surat al-Anfal

itu menerangkan kebenaran status mereka sebagai kaum mukminin.

4) Dikumpulkannya dua hal yang kontradiksi (al-mutashadattu)

Seperti yang dikumpulkan ayat 95 surat al-A’raf

§NèO $uZø9£‰t/ tb%s3tB Ïpy¥ÍhŠ¡¡9$# spoY|¡ptø:$# 4Ó®Lym

(#qxÿtã (#qä9$s%¨r ô‰s% ¡§tB $tRuä!$t/#uä âä!#§ŽœØ9$# âä!

#§Žœ£9$#ur

“Kemudian kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan

harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek

moyang kamipun Telah merasai penderitaan dan kesenangan"

Dengan ayat 94 surat al-A’raf

!$tBur $uZù=y™ö‘r& ’Îû 7ptƒö�s% `ÏiB @cÓÉ<¯R HwÎ) !$tRõ‹s{r&

$ygn=÷dr& Ïä!$y™ù't7ø9$$Î/ Ïä!#§ŽœØ9$#ur óOßg¯=yès9

tbqã㧎œØo„ ÇÒÍÈ

“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu

penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan kami timpakan kepada

penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan

merendahkan diri”.

Ayat 94 surat al-A’raf tersebut menerangkan ditimpakannya kesempitan dan

penderitaan kepada penduduk, tetapi ayat 95 surat al-A’raf menjelaskan

kesusahan dan kesempitan itu diganti dengan kesenangan.

5) Dipindahkannya satu pembicaraan, ayat 55 surat Shaad :

#x‹»yd 4 žcÎ)ur tûüÉó»©Ü=Ï9 §Ž|³s9 5>$t«tB ÇÎÎÈ

14

Page 15: MAKALAH MUNASABAH

“Beginilah (keadaan mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka

benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk”

Dialihkan pembicaraan kepada nasib orang-orang yang durhaka yang benar-benar

akan kembali ke tempat yang buruk sekali, dan pembicaraan ayat 54 surat Shaad

yang membicarakan rezeki dari ahli surga.

¨bÎ) #x‹»yd $oYè%ø—Ì�s9 $tB ¼çms9 `ÏB >Š$xÿ¯R ÇÎÍÈ

“Sesungguhnya Ini adalah benar-benar rezki dari kami yang tiada habis-

habisnya”.

b. Munasabah antar surat yaitu munasabah / persambungan antara surat yang satu dengan

surat yang lainnya.

Munasabah ini ada beberapa bentuk sebagai berikut :

1) Munasabah antara dua surat dalam soal materinya, yaitu materi surat yang satu

sama dengan materi surat yang lain.

Contohnya : seperti surat kedua al-Baqarah sama dengan isi surat yang pertama

al-Fatihah, keduanya sama-sama menerangkan 3 hal kandungan al-Qur’an, yaitu

masalah aqidah, ibadah, muamalah, kisah dan janji serta ancaman. Dalam surat al-

Fatihah semua itu diterangkan secara ringkas, sedang dalam surat al-Baqarah

dijelaskan dan dirinci secara panjang dan bebas.

2) Persesuaian antara permulaan surat dengan penutupan surat sebelumnya. Sebab

semua pembukaan surat itu erat sekali kaitannya dengan akhiran dari surat

sebelumnya, sekalipun sudah dipisah dengan basmalah.

Contohnya: seperti awalan dari surat al-An’am yang berbunyi sebagai berikut :

15

Page 16: MAKALAH MUNASABAH

߉ôJptø:$# ¬! “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºu »q yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur Ÿ@yèy_ur

ÏM»uHä>—à9$# u‘q‘ 9Z $#ur ( ¢OèO tûïÏ%©!$# (#rã�xÿx. öNÍkÍh5t�Î/

šcqä9ω÷ètƒ ÇÊÈ

“Segala puji bagi Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan

gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu)

dengan Tuhan mereka”.

Awalan surat al-An’am tersebut sesuai dengan akhiran surat al-Maidah yang

berbunyi :

¬! à7ù=ãB ÏNºu »q yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $tBur £`Í Žk Ïù 4 uqèdur 4’n?tã

Èe@ä. &äóÓx« 7�ƒÏ‰s% ÇÊËÉÈ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya;

dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dan seperti antara awalan surat al-Hadid yang berbunyi sebagai berikut :

yx¬7y™ ¬! $tB ’Îû ÏNºu »q uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ( uqèdur Ⓝ͕yèø9$# ãLìÅ3ptø:$#

ÇÊÈ

“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah

(menyatakan kebesaran Allah). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”.

Awalan surat al-Hadid tersebut sesuai dengan akhiran surat al-Waqi’ah:

ôxÎm7|¡sù ËLôœ$$Î/ y7În/u‘ ËLìÏàyèø9$# ÇÒÏÈ

“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar”.

Dan seperti awalan surat al-Quraisy

É#»n=ƒ\} C·÷ƒt�è% ÇÊÈ

16

Page 17: MAKALAH MUNASABAH

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”,

Dengan awalan surat al-Quraisy tersebut sesuai dengan surat al-Fiil:

öNßgn=yèpgmú 7#óÁyèx. ¥Aqà2ù'¨B ÇÎÈ

“Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.

3) Persesuaian antara pembukaan dan akhiran sesuatu surat sebab, semua ayat dari

sesuatu surat dari awal sampai akhir itu selalu bersambungan dan bersesuaian.

Contoh : seperti persesuaian antara awal surat al-Baqarah

$O!9# ÇÊÈ y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu‘ ¡ Ï ‹m Ïù ¡ “W‰èd z`ŠÉ)FßJù=Ïj9 ÇËÈ

“Alif laam miin. Kitab (Al Qur’an) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa”

Awal surat al-Baqarah tersebut sesuai dengan akhirnya yang memerintahkan

supaya berdo’a agar tidak disiksa Allah, bila lupa atau bersalah.

ß#ôã$#ur $¨Ytã ö�Ïÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö‘$#ur 4 |MRr&

$uZ9s9öqtB $tRö�ÝÁR$$sù ’n?tã ÏQöqs)ø9$# šúïÍ�Ïÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ

“Beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah

penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Dan seperti persesuaian antara awal surat al-Mukminun

ô‰s% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”

Dengan akhiran surat tersebut yang berbunyi :

4 ¼çm¯RÎ) Ÿw ßxÎ=øÿムtbrã�Ïÿ»s3ø9$# ÇÊÊÐÈ

17

Page 18: MAKALAH MUNASABAH

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”.

D. Faedah Ilmu Munasabah

Faedah mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat

atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya. Sehingga lebih

memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan memperkuat

keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan. Karena itu, Izzudin Abdul Salam

mengatakan, bahwa ilmu munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika

menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Beliau mensyaratkan harus

jatuh pada hal-hal yang berkaitan betul-betul, baik di awal atau diakhirnya.

2. Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan bahasa al-

Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain. Serta persesuaian

ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih meyakinkan

kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu betul-betul wahyu dari Allah SWT, dan bukan

buatan Nabi Muhammad Saw. Karena itu imam Arrazi mengatakan, bahwa kebanyakan

keindahan-keindahan al-Qur’an itu terletak pada susunan dan persesuaiannya, sedangkan

susunan kalimat yang paling baligh (bersastra) adalah yang sering berhubungan antara

bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.

3. Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.

Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan kalimat / ayat yang

lain, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau isi

kandungannya.

18

Page 19: MAKALAH MUNASABAH

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Selanjutnya kesimpulan dari makalah ini, antara lain:

1. Munasabah merupakan ilmu yang menerangkan hubungan antara ayat atau surat yang

satu dengan ayat atau surat yang lainnya.

2. Munasabah muncul sebagai cabang ilmu al-Qur’an yang dipelopori oleh pemikiran-

pemikiran inovatif dalam memahami al-Qur’an.

3. Munasabah dapat dijabarkan dalam sifat serta disiplin ilmunya.

4. Muhasabah sangat bermanfaat terkait kebutuhan interpretasi terhadap al-Qur’an.

B. Penutup

19

Page 20: MAKALAH MUNASABAH

Demikianlah uraian makalah yang dapat kami sajikan. Semoga dapat dimanfaatkan

sebagaimana mestinya. Atas segala kekurangan dan kelemahan dari makalah ini, kami memohon

maaf yang sebesar-besarnya.

C. Saran

Kritk dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan dalam

upaya revisi makalah ini, ataupun penulisan ilmiah pada masa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. (2001), Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bogor: Pustaka Litera

Antar Nusa.

Anwar, Rosihan. (2000), Ulumul Qur’an, Bandung : Pustaka Setia.

Hamid Abu Zaid, Nasr. (2005), Tekstualitas al- Qur’an. Yokyakarta: pelangi aksara

http://assaadah.com/?pilih=lihat&id=185, diakses tanggal 24 oktober 2011

20