makalah marasmus.docx

Upload: yasintaputri

Post on 02-Jun-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    1/21

    LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

    BLOK 24

    Disusun oleh:

    Yasinta Putri Astria

    04111001073

    Kelompok X

    Tutor: dr. Aisyah Gani

    PENDIDIKAN DOKTER UMUM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2014

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    2/21

    SKENARIO A BLOK 24

    MARASMUS

    A. DEFINISIBerikut ialah definisi Marasmus menurut para ahli,

    1. Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber

    energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila

    kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup

    lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar,

    2001).

    2. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.(Suriadi, 2001:196).

    3. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan

    tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit

    klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    3/21

    B. CARA PENEGAKKAN DIAGNOSIS

    A. Gejala dan Tanda Marasmus

    Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan

    kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit

    sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan

    pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum

    menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi

    otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-

    mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi

    biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,

    dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Nelson, 2007).

    Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran

    sbb: berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa

    rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya

    melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak

    lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan

    tampak lebih tua (old man face), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput

    bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare

    kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil (Dr. Solihin, 1990:116).

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    4/21

    B. Pemeriksaan Fisik Marasmus

    Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak

    subkutan dan pengecilan otot. Kulit adalah xerotik, keriput, dan longgar. Monyet

    fasies sekunder hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan

    ini. Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis klinis. Namun, temuan tidak

    konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu, dan

    fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada dalam

    fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari normal. Kadang-

    kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai pertumbuhan rambut lanugo dicatat.

    (Rabinowitz, 2009)

    C. Pemeriksaan Penunjang Marasmus

    Pada pemeriksaan laboratorium , anemia selalu ditemukan terutama jenis

    normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia

    kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam

    makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar

    albumin serum yang menurun. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar

    zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya

    hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). Pemeriksaan radiologis juga perlu

    dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru (Carpenito, 2000).

    Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:

    bin

    D. Pemeriksaan Anthropometrik

    Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    5/21

    1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel

    standar.

    2. Menghitung indeks massa tubuh ( BMI , Body Mass Index ), yaitu berat badan (dalam

    kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh antara 20-50

    dianggap normal untuk pria dan wanita.

    3. Mengukur ketebalan lipatan kulit. Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang

    (lipatan trisep ) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya

    dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung ( kaliper ). Lemak

    dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal adalah

    sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

    4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk

    memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh ( Lean Body Mass , massa tubuh yang

    tidak berlemak).

    D. ETIOLOGI

    Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi

    karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang

    hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau

    malformasi kongenital. (Nelson,1999).

    Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai

    pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya

    atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain

    seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    6/21

    gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.

    (Dr. Solihin, 1990:116).

    E. PATOFISIOLOGI

    Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,

    protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan

    kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan

    memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan

    karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

    mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh

    jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan

    karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

    Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan

    asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa

    jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat

    mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

    kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan

    sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

    (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

    F. MANIFESTASI KLINIS

    - Bayi cengeng dan sering merasa lapar.

    - Iga gambang dan perut cekung

    - Otot paha mengendor (baggy pant )

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    7/21

    - Ubun-ubun cekung pada bayi

    - Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).

    - Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat

    bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.

    - Oedema (bengkak) tidak terjadi.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    8/21

    - Warna rambut tidak berubah.

    - Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi pertumbuhan, berat badan dibanding

    usianya sampai kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan adipose pada

    marasmus berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun

    menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan persediaan lemak dalam tubuh

    adalah faktor yang menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive.

    - Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat

    badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi

    berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi.

    - Abdomen dapat kembung dan datar.

    - Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,

    kemudian lesu dan nafsu makan hilang.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    9/21

    - Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,

    dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.

    G. TATALAKSANA & PENCEGAHAN

    Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:

    1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

    Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP

    berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika

    anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair

    2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air

    gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan

    glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.

    2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)

    Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C. Pada

    keadaan ini anak harus dihangatkan . Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau

    orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru).

    Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

    Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan

    lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai

    menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak

    pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal

    dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh

    kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan

    menggunakan botol berisi air panas.

    3.Atasi/cegah dehidrasi

    Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk

    dengan dehidrasi adalah :

    Ada riwayat diare sebelumnya

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    10/21

    Anak sangat kehausan

    Mata cekung

    Nadi lemah

    Tangan dan kaki teraba dingin Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

    Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

    Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa

    berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan

    memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan

    rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.

    Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakanoralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi

    intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan

    1:1.

    4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

    Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

    diantaranya :

    Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

    Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan

    keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

    Berikan :

    - Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.

    - Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan

    penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa

    makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum,

    Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak.

    Contoh bahan makanan sumber mineral :

    Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam

    Sumber Cuprum : daging, hati.

    Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    11/21

    Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

    Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging tanpa

    lemak.

    5. Obati/cegah infeksi

    Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi

    seperti demam seringkali tidak tampak , oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi

    buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :

    UMUR

    ATAU

    BERAT

    BADAN

    KOTRIMOKSASOL

    (Trimetoprim + Sulfametoksazol)

    Beri 2 kali sehari selama 5 hari

    AMOKSISILI

    N

    Beri 3 kali

    sehari

    untuk 5

    hari

    Tablet

    dewasa

    80 mg trimeto

    prim + 400

    mg

    sulfametok

    sazol

    Tablet Anak

    20 mg trimeto

    prim + 100 mg

    sulfametok

    sazol

    Sirup /5ml

    40 mg trimeto

    prim + 200 mg

    sulfametok

    sazol

    Sirup

    125 mg

    per 5 ml

    2 sampai 4 bulan

    (4 - < 6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml

    4 sampai 12

    bulan

    (6 - < 10 Kg)

    2 5 ml 5 ml

    12 bln s/d 5 thn

    (10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    12/21

    Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

    Catatan :

    Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi,

    maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila

    tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.

    Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan

    sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5

    mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit

    6. Mulai pemberian makanan

    Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

    Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

    Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :

    Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali

    anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

    Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

    sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal

    saja.

    Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco yang dianjurkan dan

    jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip

    tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

    - Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

    - Energi : 100 kkal/kg/hari

    - Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

    - Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

    - Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

    75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah

    berikan dengan sendok/pipet

    - Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan jadwal

    pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak.

    Keterangan :

    Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian

    formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    13/21

    Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco dalam

    sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan

    ketrampilan petugas )

    Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari

    Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada

    hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam

    Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

    Pantau dan catat :

    - Jumlah yang diberikan dan sisanya

    - Banyaknya muntah

    - Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

    - Berat badan (harian)

    - Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-

    mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

    7. Fasilitasi tumbuh- kejar (catch up growth)

    Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

    Fase Transisi (minggu ke 2) :

    Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk

    menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan

    dalam jumlah banyak secara mendadak.

    Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan

    formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam

    jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan

    dengan kandungan energi dan protein yang sama.

    Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,

    biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

    Pemantauan pada fase transisi:

    1. frekwensi nafas

    2. frekwensi denyut nadi

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    14/21

    Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit

    dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.

    Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

    3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

    Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

    - Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

    - Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

    - Protein 4-6 gram/kg bb/hari

    - Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO

    100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk

    tumbuh-kejar.

    Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

    - Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering

    - Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

    - Protein 4-6 g/kgbb/hari

    - Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula (

    lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-

    kejar.

    - Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

    Pemantauan fase rehabilitasi :

    Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

    - Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

    - Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

    Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu. Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    15/21

    8. Koreksi defisiensi nutrien mikro

    Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.

    Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).

    Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu

    ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

    Berikan setiap hari :

    Tambahan multivitamin lain Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup

    besi dengan dosis sebagai berikut :

    Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :

    TAHAPAN PEMBERIAN DIET

    FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

    FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO

    100 ATAU PENGGANTIFASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

    MAKANAN KELUARGA

    UMUR

    DAN

    BERAT BADAN

    TABLET BESI/FOLAT

    Sulfas ferosus 200 mg +

    0,25 mg Asam Folat

    Berikan 3 kali sehari

    SIRUP BESI

    Sulfas ferosus 150 ml

    Berikan 3 kali sehari

    6 sampai 12 bulan

    (7 - < 10 Kg) tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

    12 bulan sampai 5

    tahun tablet 5 ml (1 sendok teh)

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    16/21

    Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal

    sebagai berikut :

    Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

    UmurKapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

    200.000 IU 100.000 IU

    6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

    12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

    Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

    9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

    Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

    karenanya berikan :

    - Kasih sayang

    - Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

    - Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari

    - Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

    - Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

    10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

    Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di

    rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.

    UMUR ATAU BERAT BADAN

    PIRANTEL PAMOAT

    (125mg/tablet)

    (DOSIS TUNGGAL)

    4 bulan sampai 9 bulan (6-

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    17/21

    Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah

    setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan

    aktifitas bermain.

    Nasehatkan kepada orang tua untuk :

    - Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas

    - Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan

    selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan

    anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.

    - pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat

    - penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

    - Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

    - Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )

    sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

    Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,

    fase transisi, dan fase rehabilitasi . Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana

    yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,

    Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

    Bagan dan Jadwal Pengobatan :

    No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITAS

    Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

    1 Hipoglikemia

    2 Hipotermia

    3 Dehidrasi

    4 Elektrolit

    5 Infeksi

    6 MulaiPemberian

    makanan

    7 Tumbuh kejar

    (Meningkatkan

    Pemberian Makanan)

    8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

    9 Stimulasi

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    18/21

    10 Tindak lanjut

    TINDAKAN PENCEGAHAN

    Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab

    diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk

    pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

    1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang

    paling baik untuk bayi.

    2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke

    atas.

    3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

    kebersihan perorangan.

    4. Pemberian imunisasi.

    5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

    6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha

    pencegahan jangka panjang.

    Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang

    gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

    SYARAT DIET PENDERITA MARASMUS ENERGI TINGGI PROTEIN TINGGI

    (ETPT) :

    1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.

    2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.

    3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.

    4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

    5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    19/21

    Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :

    Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

    Sumber karbohidrat Nasi, Roti, mie,

    makaroni, cake, tarcis,

    puding, pastri, dodol,

    ubi, gula pasir.

    Sumber protein Daging sapi, ayam,

    ikan, telur, susu, keju,

    yoghurt dan es krim.

    Dimasak dengan

    banyak minyak atau

    kelapa/santan kental.

    Sumber protein nabati Semua jenis kacang-

    kacangan, tempe, tahu

    dan pindakas.

    Dimasak dengan

    banyak minyak atau

    kelapa/santan kental

    Sayuran Semua jenis sayuran,

    terutama jenis bayam,

    daun singkong, kacang

    panjang, labu siam, dan

    wortel, dengan teknik

    pengolahan direbus,

    dikukus dan ditumis

    Dimasak dengan

    banyak minyak atau

    kelapa/santan kental.

    Buah-buahan Semua jenis buah segar,

    buah kaleng, buah

    kering dan jus buah.

    Lemak dan minyak Minyak goreng,

    mentega, margarin,

    santan encer dan salad

    dressing.

    Santan kental

    Minuman Soft drink, madu, sirup,

    teh dan kopi encer.

    Minuman rendah

    energi.

    Bumbu Bumbu tidak tajam

    seperti bawang merah,

    bawang putih, laos,

    salam dan kecap.

    Bumbu yang tajam

    seperti cabe dan merica.

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    20/21

    CONTOH MENU

  • 8/11/2019 Makalah Marasmus.docx

    21/21

    H. KOMPLIKASI

    1. Defisiensi Vitamin A

    2. Dermatosis

    3. Kecacingan

    4. diare kronis

    5. tuberculosis

    DAFTAR PUSTAKA

    Arisman, 2004, Gizi dalam daur kehidupan , Jakarta : EGC

    Nelson, & behrman, kliegman, 2000, Nelson teks book of pediatric 15/e, vol. 2, Ed 15, alih

    bahasa A Samik Wahab, Jakarta, EGC