makalah kwn tanjung priok

Upload: marsius-sihombing

Post on 20-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KEWARGANEGARAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL TANJUNG PRIOK

Disusun oleh: Paskarina Samosir 21070111140097

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

I.

Latar Belakang Masalah

Infrastruktur merupakan modal bagi suatu negara dan sangat berpengaruh terhadap pergerakan perekonomian, terutama dalam menghadapi proses globalisasi yang bergerak sangat cepat. Listrik, telekomunikasi, dan jalan merupakan beberapa infrastruktur fisik penting yang harus dibangun dandikembangkan oleh suatu negara, termasuk Indonesia jika ingin dapat bersaingdan bertahan dalam menghadapi proses globalisasi tersebut. Pembangunan infrastruktur menjadi fokus kerja pemerintah tahun ini. Prioritas pembangunan infrastruktur ini baik yang terkait dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012 yang telah tersedia dananya dalam APBN maupun pembangunan yang digarap BUMN atau swasta kerjasama dengan BUMN ataupun investor yang masuk dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Target-target pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot dan harus rampung hingga 2014 itu misalnya, di Jawa, ada pembangunan rel ganda (double track) kereta api jalur Jakarta-Surabaya, pembangunan kereta circle line (bandara SoekarnoHatta), jalan tol, waduk, bendungan, pengendali banjir dan pengembangan pelabuhan Tanjung Priok. Di tengah kemacetan Ibukota yang semakin tidak masuk akal, sarana infrastruktur jalan bakal bertambah dan diharapkan bisa menjadi sebuah solusi mengurangi kemacetan di Ibukota. Proses urbanisasi di Kota-kota besar di Indonesia utamanya Jakarta berlangsung sangat cepat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta terkonsentrasinya pertumbuhan dipusat-pusat kota menjadikan beban tersendiri bagi kota tersebut. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka berarti meningkat pula jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi kota tersebut, kondisi kota ideal adalah

dimana dengan meningkatnya jumlah penduduk seharusn ya mampu diimbangi dengan penyediaan pelayanan kota.

II.

Perumusan Masalah Dalam mempersiapkan pembangunan jalan tol Tanjung Priok bakal

membutuhkan biaya yang cukup besar dari pemerintah. Kondisi ini terkendala dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan pembiayaan bagi penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakatnya. Selama Pelita VI hingga Pelita VII dana yang dibutuhkan untuk pembangunan melebihi US S 132 Billion. Dan sampai tahun 2014 biaya pembangunan infrastruktur di tanah air diprediksikan akan menelan biaya hingga 1500 triliun rupiah. Dana tersebut tentunya sangat berat jika hanya ditanggung oleh Anggaran Belanja Negara atau APBN, di daerah juga dirasakan sangat berat jika hanya mengandalkan APBD. Dalam proses pembangunan tol ini juga diprediksi akan menekan kemacetan lebih dari 30 persen dan sebagai alternatif untuk membatasi waktu operasional kendaraan berat di ruas tol dalam kota. Pembangunan jalan tol ini dapat memperolah manfaat baik dari kota Jakarta sendiri maupun perekonomian. Oleh karena itu Diperlukan juga analisa terkait kemitraan yang akan bekerja sama dengan pihak pemerintah dalam mewujudkan pembangunan Jalan Tol Tanjungpriok (Rorotan-Tanjung Priok-Ancol-Pluit) Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU), akan membangun tol diatas, selain untuk memecah kepadatan kendaraan, proyek yang

ditargetkan rampung 2013 bertujuan menanggulangi dampak rob yang kerap merendam kawasan Jakarta Utara. Pemerintah akan bekerjasama untuk membangun jalan tol Tanjung priok dengan perusahan- perusahaan, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya berkoordinasi dengan melibatkan PT Pelindo II, JICT, Pemprov DKI, Pemkot Jakarta Utara, Polisi dan juga tokoh masyarakat, serta tim pendamping dari BPKP Pusat.

III.

Pembahasan

Proses urbanisasi di Kota-kota besar di Indonesia utamanya Jakarta berlangsung sangat cepat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta

terkonsentrasinya pertumbuhan dipusat-pusat kota menjadikan beban tersendiri bagi kota tersebut. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka berarti meningkat pula jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi kota tersebut, kondisi kota ideal adalah dimana dengan meningkatnya jumlah penduduk seharusnya mampu diimbangi dengan penyediaan pelayanan kota. Namun kondisi ini terkendala dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan pembiayaan bagi penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakatnya. Selama Pelita VI hingga Pelita VII dana yang dibutuhkan untuk pembangunan melebihi US S 132 Billion. Dan sampai tahun 2014 biaya pembangunan infrastruktur di tanah air diprediksikan akan menelan biaya hingga 1500 triliun rupiah. Dana tersebut tentunya sangat berat jika hanya ditanggung oleh Anggaran Belanja Negara atau APBN, di daerah juga dirasakan sangat berat jika hanya mengandalkan APBD.

Kondisi inilah yang terus dialami indonesia, berdasarkan data yang diperoleh dari 86 proyek yang didanai Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB) di Indonesia sepanjang tahun 1965-2000, hanya tujuh persen (enam proyek) yang masuk kategori gagal. Sementara, dari 19 proyek ADB di Indonesia antara tahun 19962000, 10,5 persen (dua proyek) dinilai gagal. Kondisi ini diharapkan tidak kembali terjadi pada Indonesia, dimana jumlah kegagalan pembangunan sangat besar dan sebagaian besar kendalanya diakibatkan oleh minimnya ketersediaan dana pemerintah. Di tahun 2012 ini salah satu proyek yang terancam gagal adalah pembangunan jalan tol akses Tanjungpriok (Rorotan-Tanjung Priok-Ancol-Pluit) sepanjang 2,8 kilometer. Untuk membebaskan lahan saja diperkirakan menelan biaya Rp 1,04 triliun sementara dana yang ada baru Rp150 miliar pembangunan jalan tol ini diharapkan dapat memperlancar distribusi barang dari kawasan industri ke Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara. Pembangunan jalan tol akses Tanjungpriok memang sangat mendesak. Nantinya, semua traffic menuju pelabuhan aka n melewati jalan tol tersebut. Sedangkan akses jalan yang sudah ada saat ini, nantinya setelah pembangunan jalan tol bandara terealisasi, akan lebih diprioritaskan untuk transportasi lokal atau jaringan jalan dalam kota. Pembangunan jalan ini dianggap penting karena diharapkan mampu berkontribusi besar mengurangi kemacetan guna memperlancar arus barang dan jasa peti kemas dan proses eksporimpor yang melalui akses jalan tol Tanjung Priok. Namun sejak tahun 2011 lalu proyek ini selalu terganjal masalah pembiayaan. Pemerintah dianggap belum siap untuk melakukan pembangunan infrastruktur yang dipredikasikan akan memberikan banyak keuntungan bagi kota Jakarta sendiri. Sebelum pelaksanaan proyek ini disetujui, pemerintah perlu melakukan uji kelayakan terkait pembangunan Jalan Tol Priok, salah satu metode uji yang dapt digunakan adalah dengan metode BCA atau Benefit-Cost Analysis. BCA merupakan

salah satu metode yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk seleksi prioritas program, sehingga pemerintah tidak akan gegabah dalam penentuan prioritas pembangunan dan dengan pihak mana pemerintah akan melakukan kerja sama. Dengan adanya uji ini akan memberikan pandangan nyata pada pemerintah sebesar apa cost yang harus pemerintah keluarkan untuk mampu mendanai pelaksanaan pembangunan serta berapa keuntungan yang akan didapatkan oleh pemerintah setelah jalan tol ini dioperasikan. Hal ini akan meminimalisir kegagalan proyek ditengah pengerjaannya, karena perencanaan pembiayaan matang. Bahkan JICA (Japan International Cooperation Agency) sendiri telah mengkaji bahwa Jalan Tol ini baru layak secara finansial pada tahun 2021. Diperlukan juga analisa terkait kemitraan yang akan bekerja sama dengan pihak pemerintah dalam mewujudkan pembangunan Jalan Tol Tanjungpriok (RorotanTanjung Priok-Ancol-Pluit). Pemerintah dapat melakukan sebuah analisa terkait pihak swasta yang akan berkepentingan langsung dengan dibangunnya Jalan Tol ini. Mengingat Jalan tol ini akan menghubungkan Tol dalam kota Jakarta dengan Tol lingkar luar Jakarta sehingga jelas akan melibatkan banyak stakeholder. Namun dalam skema kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam pembangunan Tol Tanjungpriok ini harus dilaksanakan secara transparan, kredibel dan profesional. Segenap pihak terkait dalam pembangunan harus memahami dan mengikuti prinsip-prinsip yang sama. Pihak swasta dan pemerintah harus melaksanakan kewajiban masing-masing dan memberikan kontribusi terbaiknya. Karena tidak jarang dalam konsep kemitraan ini terjadi pelanggaran kerjasama yang memberikan dampak pada tersendatnya pembangunan infrastruktur yang ada. Perhitungan besarnya kontribusi yang diberikan masing-masing pihak harus jelas, serta besarnya manfaat yang akan diperoleh masing-masing pihak terkait. Mengingat dana yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan tol ini sangat besar, sehingga perhitungan besarnya biaya konstruksi hingga pemeliharaan serta manfaat

kangsung yang diperoleh harus secara transparan dilakukan. Hal ini sekaligus untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pembiayaan dan manfaat yang akan diperoleh setelah proyek ini dioperasikan. Dengan demikian dalam pembangunan Tol Tanjungpriok ini, pemerintah tidak gegabah dalam memberikan keputusan pembangunan, sekaligus kemitraan yang akan dilaksanakan akan memberikan keuntungan bersama terutama bagi masyarakat yang akan menikmati pelayanan yang akan diberikan. Kondisi ini juga perlu menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan prioritas pembangunan di seluruh wilayah di Indonesia, hal ini sebagai upaya untuk meminimalisir besarnya angka kegagalan pembangunan infrastruktur akibat terkendala pembiayaan. Sementara jalan tol yang sudah mulai di bangun adalah Pembangunan akses tol kawasan industri di Cikarang, Bekasi, menuju Pelabuhan Tanjung Priok E-1 yang mulai dibuka 2011. Sementara akses tol ruas E-2, diperkirakan selesai dua tahun berikutnya. Dan direncanakan aka nada lagi jalan tol yang akan di bangun pada September mendatang yaitu, jalan tol Tanjung Priok NS Direct siap digarap.

Berikut ini akan dijelaskan salah satu rencana pembanguan jalan tol tanjung priok pada September mendatang.

Jalan tol Tanjung Priok NS Direct siap digarap

Pembangunan akses jalan tol Tanjung Priok seksi NS Direct Ramp, yang ditargetkan bakal mulai terlaksana pada September 2012 mendatang. Kabar ini menyusul sudah adanya persetujuan pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk kontrak proyek jalan tol sepanjang 1,1 kilometer (km).

Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Djoko Murdjanto mengatakan, pinjaman tambahan dari JICA untuk pembangunan NS Direct Ramp tidak lagi bermasalah. JICA sudah menyetujui sejumlah pinjaman tambahan yang diajukan pemerintah untuk pembiayaan proyek ruas jalan tol tersebut dengan nilai sebesar Rp 400 miliar. Japan International Cooperation Agency sudah tertarik untuk membiayai pembangunan ruas tol ini karena yang membangun seluruhnya adalah pemerintah," kata Djoko Murdjanto, ketika dihubungi KONTAN, di Jakarta, Minggu (8/4) kemarin. Menurut Djoko, pihak Kementerian Pekerjaan Umum akan memulai proses konstruksi pada September 2012 mendatang, dan ditargetkan pelaksanaannya bisa berlangsung selama 18 bulan. Mereka pun berharap proyek ini dapat rampung pada Maret 2014. Sebenarnya, ruas tol NS Direct Ramp tersebut merupakan ruas tol tambahan yang akan menghubungkan keempat akses Tanjung Priok dengan jalan tol Tanjung Priok. Nantinya ruas tol NS Direct Ramp ini akan menghubungkan keempat paket ruas tol lainnya, sehingga akan ada bukaan langsung. Ruas ini akan menjadi penyambung dengan ruas jalan lainnya," ujarnya. Djoko menambahkan, akses ruas jalan tol Tanjung Priok terdiri dari empat paket. Pertama, seksi E1 yang akan melintasi Rorotan-Cilincing dengan panjang 3,4 km. Kedua, seksi E2 yang akan melintasi Cilincing-Jampea dengan panjang 2,74 km. Ketiga, seksi E2A yang akan melintasi Cilincing-Simpangan-Jampea dengan panjang ruas sebesar 1,92 km. Terakhir adalah seksi NS Link yang melintasi Yos Sudarso-Simpang Jampea dengan panjang 2,24 km.

Keempat akses ruas tol Tanjung Priok ini memiliki total nilai investasi sebesar Rp 3,3 triliun. Djoko mengatakan, pinjaman untuk pembangunan beberapa ruas jalan itu kini juga sudah cair. Adapun rincian nilai kontrak untuk seksi E1 adalah sebesar Rp 662,547 miliar dengan progres pembangunan fisik 100%. Untuk seksi E2 memiliki nilai kontak sebesar Rp 1,04 triliun, dengan progres pembangunan fisik sudah mencapai 10% . Selanjutnya, seksi E2A dengan nilai kontrak sebesar Rp 1,042 triliun, dengan progres pembangunan fisik sebesar 10%. Sedangkan untuk seksi NS Link, nilai kontrak adalah Rp 564 miliar, dengan progres pembangunan fisik sekitar 50%. Sekadar mengingatkan, ruas tol ini dibangun sebagai percepatan arus lalu lintas dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Pemerintah berharap, dengan selesainya ruas jalan tol ini, maka kemacetan di kawasan pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya dapat teratasi dengan baik. Dengan demikian, arus barang yang keluar masuk dari pelabuhan tersebut bisa berjalan lebih lancer

IV.

Penutup

A. Kesimpulan Pembangunan tol ini dibangun sebagai percepatan arus lalu lintas dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Pemerintah berharap, dengan selesainya ruas jalan tol ini, maka kemacetan di kawasan pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya dapat teratasi dengan baik. Dengan demikian, arus barang yang keluar masuk dari pelabuhan tersebut bisa berjalan lebih lancar.

B. Saran Pembangunan jalan tol sangat bermanfaat bagi, Perhitungan besarnya kontribusi yang diberikan masing-masing pihak kemitraan harus jelas, serta besarnya manfaat yang akan diperoleh masing-masing pihak terkait. Mengingat dana yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan tol ini sangat besar, sehingga perhitungan besarnya biaya konstruksi hingga pemeliharaan serta manfaat kangsung yang diperoleh harus secara transparan dilakukan. Hal ini sekaligus untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pembiayaan dan manfaat yang akan diperoleh setelah proyek ini dioperasikan.

V. Referensi

1. William E. Wallace, Investasi untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Pemulihan, Jakarta, 2006 2. Rika Panda ,2012, Jalan tol Tanjung Priok NS Direct siap digarap, (online), hhtp://www.google.com-pembangunan jalan tol htm/ diakses 08 Mei 2012) 3. Nihil, 2012, Kemitraan Pemerintah Swasta di Sektor Infrastruktur, Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Tanjung Priok (online), 4. Adhito/Jaringnews, 2012,Masalah Infrastruktur, (online), 5. Kompas. 26 Maret 2012. Jalan Akses Tol Tanjung Priok Mulai Dibangun, hlm. 41.