makalah kusta di pegunungan

Upload: harfainasyaba

Post on 18-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.LATAR BELAKANGStatus kesehatan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui tumbuh

    kembang suatu negara. Dimana apabila masyarakat suatu negara mengalami

    status kesehatan yang buruk maka tingkat produktivitas juga akan terganggu

    dan menghambat pemasukan hasil negara. Adapun salah satu penyakit yang

    dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tersebut adalah penyakit Morbus

    Hansen atau yang sering juga disebut penyakit kusta, penyakit lepra atau

    masyarakat pegunungan menyebutnya penyakit kutukan adalah salah satu

    penyakit yang menyerang susunan saraf tepi seseorang.

    Secara internasional prevalensi kusta di dunia 5,5 juta kasus, mayoritas

    terdapat di daerah tropik dan subtropik. Di seluruh dunia 80% kasus ditemukan

    di lima negara, yaitu India, Myanmar, Indonesia, Brazil, dan Nigeria. Kusta

    kebanyakan ditemukan di Afrika Tengah dan Asia Tenggara, dengan angka

    kejadian di atas 10 per 1.000. Hal ini disebabkan meningkatnya mobilitas

    penduduk, misalnya imigrasi, pengungsi dan sebagainya. Sebagaimana yang

    dilaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan

    di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun

    2006 adalah 219.826 kasus. Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya

    adalah 296.499 kasus.

    Menurut data WHO, Indonesia dan negara-negara tetangga di Asia

    Tenggara pada akhir Desember 2005 sudah berhasil memberantas wabah kusta

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    2/16

    sebagai masalah kesehatan masyarakat. Tingkat penularan rata-rata hanya 0,87

    per 10.000 orang, atau sudah di luar zona wabah. Namun, belakangan muncul

    kasus-kasus baru dengan perkembangan yang pesat. Bahkan, menurut WHO,

    68 persen dari total kasus baru kusta berada di Asia Tenggara selama 2010. Di

    akhir 2010, Indonesia memiliki 17.012 penderita baru sehingga memposisikan

    Indonesia berada di peringkat tiga dunia setelah India dan Brasil sebagai

    negara utama penyumbang kasus baru kusta. Sulitnya memberantas tuntas

    penyakit yang bisa diobati ini tidak terlepas dari kondisi iklim tropis di

    Indonesia. Selain itu, kasus-kasus baru kusta kebanyakan muncul di lapisan

    masyarakat kelas bawah karena mereka kurang memiliki akses ke pelayanan

    kesehatan.

    Kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh

    penyebaran mycrobacterium yang mudah menyebar utamanya di lingkungan

    yang tidak bersih. Stigma yang sudah melekat pada penyakit kusta

    menyebabkan banyak kerabat penderita malah mengasingkan yang

    bersangkutan dari masyarakat, atau memindahkannya ke lokasi yang terpencil.

    Kemajuan teknologi di bidang promotif, pencegahan, pengobatan, dan

    pemulihan di bidang kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan

    seharusnya sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tetapi

    karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui mengenai

    penyakit kusta ini, terutama mengenai tanda dini dan akibat yang

    ditimbukannya serta cara perawatannya maka penyebaran penyakit kusta tetap

    saja terjadi. Sampai saat ini masih banyak penderita kusta yang baru datang ke

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    3/16

    fasilitas pelayanan kesehatan setelah mengalami kecacatan. Padahal untuk

    mencegah meluasnya penyakit ini masyarakat harus mampu mengenali

    penyakit tersebut dan berobat sedini mungkin. Tanda awal penyakit kusta

    memang tidak seperti penyakit lainnya yang memiliki gejala khas. Penyakit

    kusta hanya ditandai dengan bercak putih yang seringkali dianggap sepele oleh

    penderitanya. Penyakit Kusta merupakan penyakit yang tak mematikan, namun

    jika dibiarkan berkembang begitu saja tanpa ada upaya pencegahan maka akan

    berakibat fatal, sebab dengan membiarkan Kusta berkembang di tengah

    masyarakat, itu sama saja dengan perbuatan membunuh generasi bangsa

    Indonesia.

    B.RUMUSAN MASALAHC.TUJUAN

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    4/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.TINJAUAN UMUM TENTANG PENYAKIT KUSTAKusta merupakan penyakit infeksi mycrobacterium yang bersifat kronik

    progresif, mula mula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat

    manifestasi kulit. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah.

    Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan

    gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen,

    sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer

    Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.

    Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh

    kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan

    jaringan tubuh lainnya Penyakit kusta menyerang syaraf tepi, kulit dan organ

    tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota

    tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyakit ini

    sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang

    dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,

    ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.

    Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana

    microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk

    batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies

    Mycobacterium, berukuran panjang 18 micro, lebar 0,20,5 micro biasanya

    berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    5/16

    tahan asam (BTA) atau gram positif,tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai

    akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena

    itu dinamakan sebagai basil tahan asam.

    Faktor yang dapat menimbulkan penyakit kusta bagi seseorang antara lain

    1. Faktor Kuman kustaDari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid)

    bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan dari pada

    orang yang tidak utuh lagi Mycobacterium leprae bersifat tahan asam,

    bermentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron,

    biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel

    terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup diluar

    tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan

    diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan

    penularan.

    2. Faktor ImunitasSebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil

    penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang

    tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi

    sakit.

    3. Keadaan LingkunganKeadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan,

    merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    6/16

    meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama

    mencegah munculnya kusta.

    4. Faktor UmurPenyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini

    meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan

    kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur

    dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-

    lahan menurun.

    5. Faktor Jenis KelaminInsiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita,

    kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor

    fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi

    akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta. Secara umum, telah

    disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

    B.TINJAUAN UMUM PEGUNUNGANPada umumnya karakteristik desa pegunungan adalah sama, yaitu

    mempunyai udara yang sejuk, potensi alam yang kaya dan keadaan tanah yang

    berlereng.

    Di wilayah Indonesia kira-kira 80% merupakan pedesaan dan 20%

    merupakan perkotaan. Dimana seluruh wilayah Indonesia secara administrative

    terbagi menjadi desa - desa. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan,

    maka terdapat desa di tengah pulau dan desa di tepi pantai, di samping itu

    terdapat desa yang meliputi pulau kecil. Berhubung permukaan bumi tidak

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    7/16

    sama, maka dapat dibedakan pula desa di dataran, desa di lembah, pegunungan

    di perbukitan, dan desa di pegunungan.

    1. Karakteristik Masyarakat PegununganKaraktersitik kehidupan masyarakat pegunungan terutama nampak dengan

    adanya tata masyarakat dan ekonomi pertanian yang membedakan dengan tata

    masyarakat kota. Secara umum dapat dikemukakan bahwa perbedaan utama

    antara kehidupan masyarakat kota dengan masyarakat pegunungan adalah

    dalam tuntutan kebutuhan dalam usaha-usaha memenuhi kebutuhan hidup.

    Pada umumnya keluarga petani dapat memenuhi kebutuhan sendiri dalam

    melengkapi keperluan hidupnya. Mereka memproduksi pangannya sendiri,

    sekaligus memenuhi kebutuhan - kebutuhan yang esensiil lainnya seperti

    sandang, peralatan dan lain-lain. Di daerah pegunungan kegiatan masyarakat

    sangatdidomiasi oleh kegiatan pertanian. Dengan kata lain susunan

    masyarakatnya merupakan satuan yang bersifat lebih homogen dibanding

    dengan masyarakat di daerah perkotaan yang bersifat heterogen. Pada

    umumnya keadaan masyarakat di pegunungan bila dilihat dari segi sosial

    mempunyai sifat yang statis. Apabila menemukan suatu masalah mereka

    menyelesaikannya dengan cara musyawarah, karena mereka masih memiliki

    rasa kekeluargaan yang kuat.

    2. Pemukiman PegununganKarateristik kawasan pemukiman penduduk pegunungan ditandai terutama

    oleh ketidakberaturan bentuk fisik rumah yang tersebar. Pola pemukimannya

    cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    8/16

    dari sumber air, biasanya sungai. Pola pemukiman pegunungan yang masih

    sangat tradisional masih banyak mengikuti pola bentuk sungai, karena pada

    saat sungai di samping sebagai sumber kehidupan sehari-hari, juga berfungsi

    sebagai jalur transportasi antar wilayah.

    Saat ini pola pemukiman masyarakat pegunungan, sedikit - banyak pula

    dipengaruhi oleh kerangka jalan lokal, atau jalan kampung yang tidak beraspal.

    Kerangka jalannya sering berbentuk sangat tidak beraturan. Sejalan dengan itu,

    posisi bangunan rumah pegunungan menghadap ke arah yang tidak teratur.

    Menurut kondisi fisik bangunan, rumah pegunungan banyak dibangun secara

    tidak permanen, dari bahan yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok.

    Perumahan di pegunungan dibangun menurut kondisi alam pegunungan

    tersebut. Bentuk perumahan di pegunungan mempunyai kaitan dengan aspek

    budaya rakyat. Perumahan pegunungan pada umumnya kurang memenuhi

    persyaratan dalam konstruksinya, karena pembangunan yang tergesa-gesa,

    diburu oleh kebutuhan yang sangat menpegunungank.

    Masyarakat pegunungan adalah masyarakat agraris yang hidup sebagai

    petani, sehingga umumnya mereka bekerja di sawah ladang dari pagi sampai

    sore hari. Hanya di waktu menunggu padi siap panen atau palawija berbuah,

    mereka dapat mempergunakan waktu tersebut untuk mencapai pekerjaan

    tambahan lain. Dan itupun kadang-kadang digunakan untuk berdagang di kota-

    kota, menjadi buruh dan sebagainya. mereka kembali ke kampung dengan

    tenaga terpecah-pecah, sehingga tidak mempunyai kesempatan memikirkan

    dan memperbaiki kondisi rumah mereka, walaupun rakyat pegunungan bisa

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    9/16

    bergotong-royong pada saat mendirikan rumah, tetapi bidang kemampuan

    teknik mereka masih rendah. Dalam membangun rumah mereka mementingkan

    kecepatan waktu sehingga ada kesan asal jadi, tidak mencerminkan suatu

    rumah dengan konstruksi yang kuat. Apabila rumah-rumah mereka miring atau

    condong akibat angina atau hujan, mereka hanya cukup menyangga dengan

    bambu atau mengikat diantara tiang yang satu dengan yang lainnya. Bila tidak

    ada paku maka tali dari bambu akan mereka gunakan sebagai penggantinya.

    Bila tidak ada genteng untuk mengganti atap yang bocor, mereka

    menggunakan atap rumbia atau daun kelapa. Rakyat di pegunungan pada

    umumnya menginginkan rumah-rumah mereka dibangun atau dipugar menurut

    kondisi dan ukuran kebutuhan mereka masing-masing sesuai dengan lahan

    yang dimiliki. Mereka menginginkan rumah yang sederhana, kokoh, kuat dan

    menggunakan bahan yang berada di sekeliling mereka. Mereka menginginkan

    rumah yang sehat, tahan lama, tidak merubah bentuk ciri khas daerahnya.

    Ukuran rumah di pegunungan - pegunungan lebih mementingkan luas,

    mempunyai banyak kamar. Mereka mendirikan rumah dua atau tiga bubungan

    termasuk untuk dapur tersendiri. Selain untuk bangunan rumah, diperlukan

    perlengkapan lainnya yang membentuk satu bubungan walau ukurannya

    berbeda-beda, seperti lubung padi, tempat menyimpan kayu bakar, tempat

    menumbuk padi, kandang ternak dan sebagainnya. Sebuah pegunungan akan

    menimbulkan kondisi yang baik apabila perumahan rakyatnya teratur rapih,

    bersih dan sehat.

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    10/16

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KUSTA PADAMASYARAKAT PEGUNUNGAN

    Sumber penularan di luar manusia, yaitu dari lingkungan mengingat

    banyaknya kasus yang ditemukan tanpa adanya riwayat kontak langsung

    dengan penderita kusta. Secara tidak langsung, sumber penularan kusta dapat

    juga melalui lingkungan. Mycobacterium leprae mampu hidup di luar tubuh

    manusia dan dapat ditemukan pada tanah atau debu di sekitar lingkungan

    rumah penderita, bahkan juga ditemukan pada air untuk mandi dan mencuci.

    Beberapa faktor faktor yang secara umum mempengaruhi kejadian

    penyakit kusta pada masyarakat pegunungan, yaitu :

    1. Faktor tingkah laku dan budaya manusia warga masyarakatnyaPada dasarnya masalah kesehatan masyarakat timbul dari

    ketidakseimbangan hubungan ekologi antara manusia dan lingkungannya.

    Berbagai penyakit timbul karena faktor manusia itu sendiri, contohnya adalah

    sebagai berikut :

    a. Warga masyarakat tidak mengetahui dan tidak menyadari bahayalingkungan rumah kumuh yang kotor membahayakan terhadap

    kesehatannya.

    b. Warga masyarakat tidak merasa bahwa lingkungan rumah yang kotormembahayakan bagi kehidupannya. Mereka merasa terbiasa dan

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    11/16

    mengikuti kebiasaan keadaan umum dari warga masyarakat sekitarnya

    dan kebiasaan dari leluhur.

    c. Warga masyarakat tidak memiliki keterampilan untuk membuat danmenyelenggarakan, memelihara sarana sanitasi dan hygiene

    pemukiman sehat serta perilaku hidup bersih sehat.

    d. Banyak masyarakat yang mengalami Leprophobia atau ketakutan yangberlebihan. Mereka berpandangan bahwa penyakit kusta sebagai

    kutukan, penyakit keturunan, atau akibat guna-guna sehingga

    pengobatannya akan sulit. Stigma masyarakat yang buruk tentang kusta

    menyebabkan penderita kusta berusaha menyembunyikan penyakit

    yang dideritanya, sehingga tidak bisa ditangani sejak dini dan

    menimbulkan cacat tubuh secara permanen.

    2. Kondisi Perumahana. Pencahayaan

    Pencahayaan yang baik dinilai dari ada tidaknya jendela/ ventilasi atau dibuka

    tidaknya jendela/ ventilasi. Berdasarkan penelitian Yudied et. al. didapatkan

    bahwa sebesar 59% responden ( orang yang berpenyakit kusta ) tidak memiliki

    ventilasi ataupun jarang membuka ventilasi di rumahnya. Pada daerah

    pegunungan ventilasi tidak menjadi perhatian yang serius oleh masyarakat.

    Kondisi dinding rumah yang terbuat dari papan dan pembuatan ventilasi yang

    sekadarnya saja atau tidak sama sekali. Jika ruangan dalam rumah kurang

    cahaya maka udara dalam ruangan menjadi media atau tempat yang baik untuk

    hidup dan berkembang biak bibit bibit penyakit. Makin panas cuaca makin

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    12/16

    cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk

    ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.

    b. Suhu dan KelembabanMycobacterium leprae, tumbuh dengan baik pada suhu 27C - 30C. Suhu dan

    kelembapan mempengaruhi pertumbuhan leprosy bacilli di luar tubuh. Basil

    lepra dapat bertahan hidup lebih panjang pada suhu 26,9-29,4C dan

    kelembapan 70-90 %. Suhu ruangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

    akan membuat sistem pengaturan suhu tubuh bekerja tidak efektif, sehingga

    akan membuat kondisi fisik menurun, akibatnya seseorang akan mudah tertular

    penyakit.

    c. Kondisi Tiang RumahKondisi di masyarakat yang menjadikan kayu misalnya bambu sebagai tiang

    penyangga rumah mesti diperhatikan cara pemotongan karena dapat menjadi

    tempat bersarangnya tikus sebagai vektor vpembawa penyakit.

    3. .Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan.

    Dalam keadaan pemukiman yang buruk, bibit penyakit tersebut akan hidup

    subur dan mudah menular kepada penduduk, khususnya penghuni rumah

    masing-masing. Yang terjadi bagian pokok dari kesehatan lingkungan

    pemukiman tersebut adalah keadaan hygiene bangunan dan sanitasi, sarana

    untuk mandi, cuci, dan kakus, air bersih dan air limbah belum memenuhi syarat

    kesehatan. Hal ini merupakan sumber bibit penyakit seperti terlihat masih

    banyak air tergenang di halaman rumah dengan warna hitam dan penuh jentik-

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    13/16

    jentik nyamuk. Sedangkan kakus tampak di luar rumah tanpa memakai cara

    pembuangan yang benar menurut syarat kesehatan lingkungan. Lebih-lebih

    antara penduduk masih ada yang membuang kotoran, buang air besar di kebun,

    hutan, dan menyimpan kotoran hewan di kolong rumah. Dari keadaan

    kesehatan lingkungan tersebut dapat diketahui masalah kesehatan utama.

    Pola penyebaran bakteri Mycobacterium leprae pada aspek kesehatan

    lingkungan di masyarakat adalah :

    a. Lingkungan fisikAngka prevalensi kusta lebih dari 5/1000 biasanya ditemukan di pedesaan

    daerah tropis dan sub tropis. Iklim (panas dan lembab) merupakan faktor yang

    dapat berperan dalam kejadian dan penyebaran kusta. Pada lingkungan tropis

    kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari.

    b. Lingkungan biologikLingkungan biologik yang berisiko tinggi terkena kusta yaitu lingkungan

    dimana daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang

    tidak memadai, air yang tidak bersih bahkan faktor keadaan letak tanah yang

    apabila musim kemarau sumber air menjadi kering mengakibatkan sumber air

    bersih dari sumur gali menjadi kering sehingga bakteri Mycobacterium leprae

    dapat menyebar dengan cepat..

    c. Lingkungan sosioekonomikUmumnya negara negara endemis kusta pada mayarakat pegunungan

    adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan tinggal di daerah

    terisolir, sehingga berpengaruh pada tingkat pendidikan mereka yang rendah

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    14/16

    juga dan kurangnya pengetahuan mereka untuk pencegahan dan pengobatan

    penyakit kusta karena sulit terdeteksi oleh petugas kesehatan. Kurang

    pengetahuannya tentang penyakit kusta dapat menyebabkan kurangnya

    kewaspadaan diri dan kurangnya upaya pencegahan sehingga memudahkan

    tertular penyakit kusta.

    Kondisi sosial ekonomi warga masyarakat yang umumnya petani penggarap

    yang miskin dan golongan pegawai rendah sehingga pendapatan perkapita

    warga masyarakat rendah. Mereka umumnya tidak mampu sehingga ragu-ragu

    untuk membelanjakan uangnya untuk keperluan sarana sanitasi dan hygiene

    lingkungan serta perilaku hidup bersih sehat.

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    15/16

    REFERENCES :

    Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Meningkatkan

    Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Untuk Menunjang Pembangunan

    Nasional BUKU I. Prosiding Lokakarya II Penelitian dan pengembangan

    kesehatan Ciloto, 24-26 Juli 1990.

    Nadesul, Handrawan. 1997. Bagaimana kalau terkena penyakit kulit cet. II.

    Jakarta : Puspa Swara.

    D.B.Jelliffe. 1994. Kesehatan Anak di daerah tropis cetakan I. Jakarta : Bumi

    AksaraSiregar, R. S.Atlas berwarna saripati penyakit kulit Edisi 2. Jakarta : EGC , 2004

    Kustur, Raldi Hendro. Perspektif Lingkungan Desa-Kota : Teori dan Kasus.

    Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press ), 1997.

    Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta :

    EGC

  • 5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan

    16/16