makalah kusta di pegunungan
TRANSCRIPT
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
1/16
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANGStatus kesehatan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui tumbuh
kembang suatu negara. Dimana apabila masyarakat suatu negara mengalami
status kesehatan yang buruk maka tingkat produktivitas juga akan terganggu
dan menghambat pemasukan hasil negara. Adapun salah satu penyakit yang
dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tersebut adalah penyakit Morbus
Hansen atau yang sering juga disebut penyakit kusta, penyakit lepra atau
masyarakat pegunungan menyebutnya penyakit kutukan adalah salah satu
penyakit yang menyerang susunan saraf tepi seseorang.
Secara internasional prevalensi kusta di dunia 5,5 juta kasus, mayoritas
terdapat di daerah tropik dan subtropik. Di seluruh dunia 80% kasus ditemukan
di lima negara, yaitu India, Myanmar, Indonesia, Brazil, dan Nigeria. Kusta
kebanyakan ditemukan di Afrika Tengah dan Asia Tenggara, dengan angka
kejadian di atas 10 per 1.000. Hal ini disebabkan meningkatnya mobilitas
penduduk, misalnya imigrasi, pengungsi dan sebagainya. Sebagaimana yang
dilaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan
di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun
2006 adalah 219.826 kasus. Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya
adalah 296.499 kasus.
Menurut data WHO, Indonesia dan negara-negara tetangga di Asia
Tenggara pada akhir Desember 2005 sudah berhasil memberantas wabah kusta
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
2/16
sebagai masalah kesehatan masyarakat. Tingkat penularan rata-rata hanya 0,87
per 10.000 orang, atau sudah di luar zona wabah. Namun, belakangan muncul
kasus-kasus baru dengan perkembangan yang pesat. Bahkan, menurut WHO,
68 persen dari total kasus baru kusta berada di Asia Tenggara selama 2010. Di
akhir 2010, Indonesia memiliki 17.012 penderita baru sehingga memposisikan
Indonesia berada di peringkat tiga dunia setelah India dan Brasil sebagai
negara utama penyumbang kasus baru kusta. Sulitnya memberantas tuntas
penyakit yang bisa diobati ini tidak terlepas dari kondisi iklim tropis di
Indonesia. Selain itu, kasus-kasus baru kusta kebanyakan muncul di lapisan
masyarakat kelas bawah karena mereka kurang memiliki akses ke pelayanan
kesehatan.
Kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh
penyebaran mycrobacterium yang mudah menyebar utamanya di lingkungan
yang tidak bersih. Stigma yang sudah melekat pada penyakit kusta
menyebabkan banyak kerabat penderita malah mengasingkan yang
bersangkutan dari masyarakat, atau memindahkannya ke lokasi yang terpencil.
Kemajuan teknologi di bidang promotif, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan di bidang kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan
seharusnya sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tetapi
karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui mengenai
penyakit kusta ini, terutama mengenai tanda dini dan akibat yang
ditimbukannya serta cara perawatannya maka penyebaran penyakit kusta tetap
saja terjadi. Sampai saat ini masih banyak penderita kusta yang baru datang ke
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
3/16
fasilitas pelayanan kesehatan setelah mengalami kecacatan. Padahal untuk
mencegah meluasnya penyakit ini masyarakat harus mampu mengenali
penyakit tersebut dan berobat sedini mungkin. Tanda awal penyakit kusta
memang tidak seperti penyakit lainnya yang memiliki gejala khas. Penyakit
kusta hanya ditandai dengan bercak putih yang seringkali dianggap sepele oleh
penderitanya. Penyakit Kusta merupakan penyakit yang tak mematikan, namun
jika dibiarkan berkembang begitu saja tanpa ada upaya pencegahan maka akan
berakibat fatal, sebab dengan membiarkan Kusta berkembang di tengah
masyarakat, itu sama saja dengan perbuatan membunuh generasi bangsa
Indonesia.
B.RUMUSAN MASALAHC.TUJUAN
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
4/16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.TINJAUAN UMUM TENTANG PENYAKIT KUSTAKusta merupakan penyakit infeksi mycrobacterium yang bersifat kronik
progresif, mula mula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat
manifestasi kulit. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah.
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen,
sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer
Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya Penyakit kusta menyerang syaraf tepi, kulit dan organ
tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota
tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyakit ini
sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang
dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,
ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.
Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana
microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies
Mycobacterium, berukuran panjang 18 micro, lebar 0,20,5 micro biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
5/16
tahan asam (BTA) atau gram positif,tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai
akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena
itu dinamakan sebagai basil tahan asam.
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit kusta bagi seseorang antara lain
1. Faktor Kuman kustaDari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid)
bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan dari pada
orang yang tidak utuh lagi Mycobacterium leprae bersifat tahan asam,
bermentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup diluar
tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan
diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan
penularan.
2. Faktor ImunitasSebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang
tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi
sakit.
3. Keadaan LingkunganKeadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan,
merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
6/16
meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama
mencegah munculnya kusta.
4. Faktor UmurPenyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini
meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan
kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur
dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-
lahan menurun.
5. Faktor Jenis KelaminInsiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita,
kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor
fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi
akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta. Secara umum, telah
disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
B.TINJAUAN UMUM PEGUNUNGANPada umumnya karakteristik desa pegunungan adalah sama, yaitu
mempunyai udara yang sejuk, potensi alam yang kaya dan keadaan tanah yang
berlereng.
Di wilayah Indonesia kira-kira 80% merupakan pedesaan dan 20%
merupakan perkotaan. Dimana seluruh wilayah Indonesia secara administrative
terbagi menjadi desa - desa. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan,
maka terdapat desa di tengah pulau dan desa di tepi pantai, di samping itu
terdapat desa yang meliputi pulau kecil. Berhubung permukaan bumi tidak
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
7/16
sama, maka dapat dibedakan pula desa di dataran, desa di lembah, pegunungan
di perbukitan, dan desa di pegunungan.
1. Karakteristik Masyarakat PegununganKaraktersitik kehidupan masyarakat pegunungan terutama nampak dengan
adanya tata masyarakat dan ekonomi pertanian yang membedakan dengan tata
masyarakat kota. Secara umum dapat dikemukakan bahwa perbedaan utama
antara kehidupan masyarakat kota dengan masyarakat pegunungan adalah
dalam tuntutan kebutuhan dalam usaha-usaha memenuhi kebutuhan hidup.
Pada umumnya keluarga petani dapat memenuhi kebutuhan sendiri dalam
melengkapi keperluan hidupnya. Mereka memproduksi pangannya sendiri,
sekaligus memenuhi kebutuhan - kebutuhan yang esensiil lainnya seperti
sandang, peralatan dan lain-lain. Di daerah pegunungan kegiatan masyarakat
sangatdidomiasi oleh kegiatan pertanian. Dengan kata lain susunan
masyarakatnya merupakan satuan yang bersifat lebih homogen dibanding
dengan masyarakat di daerah perkotaan yang bersifat heterogen. Pada
umumnya keadaan masyarakat di pegunungan bila dilihat dari segi sosial
mempunyai sifat yang statis. Apabila menemukan suatu masalah mereka
menyelesaikannya dengan cara musyawarah, karena mereka masih memiliki
rasa kekeluargaan yang kuat.
2. Pemukiman PegununganKarateristik kawasan pemukiman penduduk pegunungan ditandai terutama
oleh ketidakberaturan bentuk fisik rumah yang tersebar. Pola pemukimannya
cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
8/16
dari sumber air, biasanya sungai. Pola pemukiman pegunungan yang masih
sangat tradisional masih banyak mengikuti pola bentuk sungai, karena pada
saat sungai di samping sebagai sumber kehidupan sehari-hari, juga berfungsi
sebagai jalur transportasi antar wilayah.
Saat ini pola pemukiman masyarakat pegunungan, sedikit - banyak pula
dipengaruhi oleh kerangka jalan lokal, atau jalan kampung yang tidak beraspal.
Kerangka jalannya sering berbentuk sangat tidak beraturan. Sejalan dengan itu,
posisi bangunan rumah pegunungan menghadap ke arah yang tidak teratur.
Menurut kondisi fisik bangunan, rumah pegunungan banyak dibangun secara
tidak permanen, dari bahan yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok.
Perumahan di pegunungan dibangun menurut kondisi alam pegunungan
tersebut. Bentuk perumahan di pegunungan mempunyai kaitan dengan aspek
budaya rakyat. Perumahan pegunungan pada umumnya kurang memenuhi
persyaratan dalam konstruksinya, karena pembangunan yang tergesa-gesa,
diburu oleh kebutuhan yang sangat menpegunungank.
Masyarakat pegunungan adalah masyarakat agraris yang hidup sebagai
petani, sehingga umumnya mereka bekerja di sawah ladang dari pagi sampai
sore hari. Hanya di waktu menunggu padi siap panen atau palawija berbuah,
mereka dapat mempergunakan waktu tersebut untuk mencapai pekerjaan
tambahan lain. Dan itupun kadang-kadang digunakan untuk berdagang di kota-
kota, menjadi buruh dan sebagainya. mereka kembali ke kampung dengan
tenaga terpecah-pecah, sehingga tidak mempunyai kesempatan memikirkan
dan memperbaiki kondisi rumah mereka, walaupun rakyat pegunungan bisa
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
9/16
bergotong-royong pada saat mendirikan rumah, tetapi bidang kemampuan
teknik mereka masih rendah. Dalam membangun rumah mereka mementingkan
kecepatan waktu sehingga ada kesan asal jadi, tidak mencerminkan suatu
rumah dengan konstruksi yang kuat. Apabila rumah-rumah mereka miring atau
condong akibat angina atau hujan, mereka hanya cukup menyangga dengan
bambu atau mengikat diantara tiang yang satu dengan yang lainnya. Bila tidak
ada paku maka tali dari bambu akan mereka gunakan sebagai penggantinya.
Bila tidak ada genteng untuk mengganti atap yang bocor, mereka
menggunakan atap rumbia atau daun kelapa. Rakyat di pegunungan pada
umumnya menginginkan rumah-rumah mereka dibangun atau dipugar menurut
kondisi dan ukuran kebutuhan mereka masing-masing sesuai dengan lahan
yang dimiliki. Mereka menginginkan rumah yang sederhana, kokoh, kuat dan
menggunakan bahan yang berada di sekeliling mereka. Mereka menginginkan
rumah yang sehat, tahan lama, tidak merubah bentuk ciri khas daerahnya.
Ukuran rumah di pegunungan - pegunungan lebih mementingkan luas,
mempunyai banyak kamar. Mereka mendirikan rumah dua atau tiga bubungan
termasuk untuk dapur tersendiri. Selain untuk bangunan rumah, diperlukan
perlengkapan lainnya yang membentuk satu bubungan walau ukurannya
berbeda-beda, seperti lubung padi, tempat menyimpan kayu bakar, tempat
menumbuk padi, kandang ternak dan sebagainnya. Sebuah pegunungan akan
menimbulkan kondisi yang baik apabila perumahan rakyatnya teratur rapih,
bersih dan sehat.
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
10/16
BAB III
PEMBAHASAN
A.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KUSTA PADAMASYARAKAT PEGUNUNGAN
Sumber penularan di luar manusia, yaitu dari lingkungan mengingat
banyaknya kasus yang ditemukan tanpa adanya riwayat kontak langsung
dengan penderita kusta. Secara tidak langsung, sumber penularan kusta dapat
juga melalui lingkungan. Mycobacterium leprae mampu hidup di luar tubuh
manusia dan dapat ditemukan pada tanah atau debu di sekitar lingkungan
rumah penderita, bahkan juga ditemukan pada air untuk mandi dan mencuci.
Beberapa faktor faktor yang secara umum mempengaruhi kejadian
penyakit kusta pada masyarakat pegunungan, yaitu :
1. Faktor tingkah laku dan budaya manusia warga masyarakatnyaPada dasarnya masalah kesehatan masyarakat timbul dari
ketidakseimbangan hubungan ekologi antara manusia dan lingkungannya.
Berbagai penyakit timbul karena faktor manusia itu sendiri, contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Warga masyarakat tidak mengetahui dan tidak menyadari bahayalingkungan rumah kumuh yang kotor membahayakan terhadap
kesehatannya.
b. Warga masyarakat tidak merasa bahwa lingkungan rumah yang kotormembahayakan bagi kehidupannya. Mereka merasa terbiasa dan
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
11/16
mengikuti kebiasaan keadaan umum dari warga masyarakat sekitarnya
dan kebiasaan dari leluhur.
c. Warga masyarakat tidak memiliki keterampilan untuk membuat danmenyelenggarakan, memelihara sarana sanitasi dan hygiene
pemukiman sehat serta perilaku hidup bersih sehat.
d. Banyak masyarakat yang mengalami Leprophobia atau ketakutan yangberlebihan. Mereka berpandangan bahwa penyakit kusta sebagai
kutukan, penyakit keturunan, atau akibat guna-guna sehingga
pengobatannya akan sulit. Stigma masyarakat yang buruk tentang kusta
menyebabkan penderita kusta berusaha menyembunyikan penyakit
yang dideritanya, sehingga tidak bisa ditangani sejak dini dan
menimbulkan cacat tubuh secara permanen.
2. Kondisi Perumahana. Pencahayaan
Pencahayaan yang baik dinilai dari ada tidaknya jendela/ ventilasi atau dibuka
tidaknya jendela/ ventilasi. Berdasarkan penelitian Yudied et. al. didapatkan
bahwa sebesar 59% responden ( orang yang berpenyakit kusta ) tidak memiliki
ventilasi ataupun jarang membuka ventilasi di rumahnya. Pada daerah
pegunungan ventilasi tidak menjadi perhatian yang serius oleh masyarakat.
Kondisi dinding rumah yang terbuat dari papan dan pembuatan ventilasi yang
sekadarnya saja atau tidak sama sekali. Jika ruangan dalam rumah kurang
cahaya maka udara dalam ruangan menjadi media atau tempat yang baik untuk
hidup dan berkembang biak bibit bibit penyakit. Makin panas cuaca makin
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
12/16
cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk
ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.
b. Suhu dan KelembabanMycobacterium leprae, tumbuh dengan baik pada suhu 27C - 30C. Suhu dan
kelembapan mempengaruhi pertumbuhan leprosy bacilli di luar tubuh. Basil
lepra dapat bertahan hidup lebih panjang pada suhu 26,9-29,4C dan
kelembapan 70-90 %. Suhu ruangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan membuat sistem pengaturan suhu tubuh bekerja tidak efektif, sehingga
akan membuat kondisi fisik menurun, akibatnya seseorang akan mudah tertular
penyakit.
c. Kondisi Tiang RumahKondisi di masyarakat yang menjadikan kayu misalnya bambu sebagai tiang
penyangga rumah mesti diperhatikan cara pemotongan karena dapat menjadi
tempat bersarangnya tikus sebagai vektor vpembawa penyakit.
3. .Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan.
Dalam keadaan pemukiman yang buruk, bibit penyakit tersebut akan hidup
subur dan mudah menular kepada penduduk, khususnya penghuni rumah
masing-masing. Yang terjadi bagian pokok dari kesehatan lingkungan
pemukiman tersebut adalah keadaan hygiene bangunan dan sanitasi, sarana
untuk mandi, cuci, dan kakus, air bersih dan air limbah belum memenuhi syarat
kesehatan. Hal ini merupakan sumber bibit penyakit seperti terlihat masih
banyak air tergenang di halaman rumah dengan warna hitam dan penuh jentik-
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
13/16
jentik nyamuk. Sedangkan kakus tampak di luar rumah tanpa memakai cara
pembuangan yang benar menurut syarat kesehatan lingkungan. Lebih-lebih
antara penduduk masih ada yang membuang kotoran, buang air besar di kebun,
hutan, dan menyimpan kotoran hewan di kolong rumah. Dari keadaan
kesehatan lingkungan tersebut dapat diketahui masalah kesehatan utama.
Pola penyebaran bakteri Mycobacterium leprae pada aspek kesehatan
lingkungan di masyarakat adalah :
a. Lingkungan fisikAngka prevalensi kusta lebih dari 5/1000 biasanya ditemukan di pedesaan
daerah tropis dan sub tropis. Iklim (panas dan lembab) merupakan faktor yang
dapat berperan dalam kejadian dan penyebaran kusta. Pada lingkungan tropis
kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari.
b. Lingkungan biologikLingkungan biologik yang berisiko tinggi terkena kusta yaitu lingkungan
dimana daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang
tidak memadai, air yang tidak bersih bahkan faktor keadaan letak tanah yang
apabila musim kemarau sumber air menjadi kering mengakibatkan sumber air
bersih dari sumur gali menjadi kering sehingga bakteri Mycobacterium leprae
dapat menyebar dengan cepat..
c. Lingkungan sosioekonomikUmumnya negara negara endemis kusta pada mayarakat pegunungan
adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan tinggal di daerah
terisolir, sehingga berpengaruh pada tingkat pendidikan mereka yang rendah
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
14/16
juga dan kurangnya pengetahuan mereka untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit kusta karena sulit terdeteksi oleh petugas kesehatan. Kurang
pengetahuannya tentang penyakit kusta dapat menyebabkan kurangnya
kewaspadaan diri dan kurangnya upaya pencegahan sehingga memudahkan
tertular penyakit kusta.
Kondisi sosial ekonomi warga masyarakat yang umumnya petani penggarap
yang miskin dan golongan pegawai rendah sehingga pendapatan perkapita
warga masyarakat rendah. Mereka umumnya tidak mampu sehingga ragu-ragu
untuk membelanjakan uangnya untuk keperluan sarana sanitasi dan hygiene
lingkungan serta perilaku hidup bersih sehat.
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
15/16
REFERENCES :
Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Meningkatkan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Untuk Menunjang Pembangunan
Nasional BUKU I. Prosiding Lokakarya II Penelitian dan pengembangan
kesehatan Ciloto, 24-26 Juli 1990.
Nadesul, Handrawan. 1997. Bagaimana kalau terkena penyakit kulit cet. II.
Jakarta : Puspa Swara.
D.B.Jelliffe. 1994. Kesehatan Anak di daerah tropis cetakan I. Jakarta : Bumi
AksaraSiregar, R. S.Atlas berwarna saripati penyakit kulit Edisi 2. Jakarta : EGC , 2004
Kustur, Raldi Hendro. Perspektif Lingkungan Desa-Kota : Teori dan Kasus.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press ), 1997.
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta :
EGC
-
5/28/2018 Makalah Kusta Di Pegunungan
16/16