makalah kualitas3
DESCRIPTION
dsTRANSCRIPT
MAKALAH TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS & UJI KELEMAHAN KUALITAS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahPengendalian Kualitas
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
No. Nama NIM1 Teguh Prasetyo Widarmo 1301300012 Santi Zuhra 1301300093 Sofyan Sauri 130130018
DOSEN PENGAMPU:
DEFI IRWANSYAH, ST., M. Eng
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam juga tak lupa pula kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, sehingga kita bisa sampai seperti saat ini. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Kualitas di semester V
di tahun ajaran 2015/2016 ini dengan pembahasan mengenai “Teknik Perbaikan Kualitas
dan Uji Kelemahan Kualitas”.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Defi Irwansyah, ST., M. Eng yang tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
2. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................11.1. Latar Belakang...........................................................................................11.2. Rumusan Masalah......................................................................................11.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................21.4. Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas...............................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................32.1. Pengertian Pengendalian Mutu..................................................................3
2.1.1. Pengendalian..................................................................................32.1.2. Mutu...............................................................................................32.1.3. Pengendalian Mutu.........................................................................3
2.2. Pentingnya Pengendalian Mutu.................................................................42.2.1. Kebutuhan Pengendalian Mutu......................................................42.2.2. Obyek Pengendalian Mutu.............................................................52.2.3. Operasi Pengendalian Mutu...........................................................5
2.3. Contoh Penerapan Manajemen Kualitas Pada Perusahaan........................72.4. Teknik Perbaikan Kualitas Menurut Crosby..............................................72.5. Keunungan dan Faktor Kegagalan Penerapan QC...................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................133.1. Kesimpulan..............................................................................................133.2. Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengontrol dan meningkatkan kualitas telah menjadi strategi bisnis yang
penting bagi banyak organisasi, produsen, distributor, transportasi perusahaan,
organisasi jasa keuangan, penyedia layanan kesehatan, dan instansi pemerintah.
Kualitas adalah keunggulan kompetitif. Sebuah bisnis yang dapat menyenangkan
pelanggan dengan meningkatkan dan mengendalikan mutu dapat mendominasi
pesaingnya. Kebutuhan pengendalian kualitas timbul setelah masa revolusi industri,
dimana proses produksi yang dilakukan oleh mesin menimbulkan dua persoalan
utama, yaitu:
a) Penggunaan mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.
b) Produksi barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan
keseragaman komponen dalam proses assembling dimana hal tersebut hanya
dapat dilakukan oleh mesin.
Agar proses produksi berjalan dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk
menyortir barang yang memiliki kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu
mulai dikenal usaha pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem
mekanisasi industri yang lebih maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak
beraturan, sehingga para produsen menjadi berkurang perhatiannya dalam
menghasilkan barang-barang yang bermutu tinggi. Sehingga timbul anggapan bahwa
petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi pekerja dan
supervisor untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi.
Namun seiring dengan perkembangan penerangan dan komunikasi, maka keadaan
tersebut mulai berubah dimana pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin
dibutuhkan sehingga prosedur dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan
kearah yang lebih baik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembahasan ini antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan pengendalian kualitas?
1
2. Bagaimana teknik-teknik perbaikan kualitas?
3. Bagaimana uji kelemahan kualitas?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari pengendalian kualitas.
2. Mengetahui teknik-teknik perbaikan kualitas.
3. Mengetahui uji kelemahan kualitas.
1.4. Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas
Maksud dari pengendalian mutu adalah mengusahakan produk akhir yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu
terdapat beberapa tujuan dilakukannya usaha pengendalian mutu, yaitu:
1. Untuk memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.
2. Untuk mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling
penerimaan.
3. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
4. Mengusahakan biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
5. mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.
6. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengendalian Mutu
2.1.1.Pengendalian
Pengendalian Menurut kamus bahasa Indonesia (1992), arti pengendalian
secara umum yaitu proses, cara, pembuatan, mengendalikan, atau pula dapat
pengawasan atas kemajuan (tugas) dapat membandingkan hasil dan sasaran secara
teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan, sehingga
dengan kata lain, pengendalian adalah nama lain dari pegawasan. Sementara itu arti
kendali dalam industri adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab
dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara
untuk menjamin hasil yang memuaskan.
2.1.2.Mutu
Mutu adalah suatu yang diputuskan oleh suatu pelanggan, bukan pula oleh
pemasaran atau manajemen umum. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual
pelanggan pada produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut
dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan
secara teknis atau bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam
pasar yang penuh persaingan. Sementara itu mutu produk dan jasa dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa
pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan membuat produk dan jasa yang
digunakan memenuhi harapan pelanggan (Feigenbaum, 1992). Maksud dari
kebanyakan pengukuran mutu ini adalah menentukan dan megevaluasikan dengan
derajat atau tingkat dimana jasa atau produk mendekati hasil yang baik.
2.1.3.Pengendalian Mutu
Dari uaraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi pengendalian mutu
adalah suatu proses pengendalian dan pengawasan atas kemajuan dengan
membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha atau
kegiatan dengan hasil pengawasan agar konsumen atau pelanggan merasa tetap puas
dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Feigenbaum (1992),
3
pengendalian mutu terpadu dapat didefinisikan sebagai : “Suatu sistem yang efektif
untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan usaha-usaha
perbaikan mutu dari berbagai kelompok didalam suatu organisasi untuk
memungkinkan produksi dan jasa berada pada tingkat yang paling ekonomis yang
memungkinkan kepuasan konsumen secara penuh”. Melaksanakan kendali mutu
menurut Feigenbaum (1992) berarti:
1. Menggunakan pengawasan mutu sebagai dasar.
2. Melaksanakan pengendalian biaya, harga dan laba secara terintegrasi.
3. Pengendalian jumlah (jumlah produksi, penjualan, dan persediaan), dan tanggal
pengiriman.
Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam
pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam
pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya, dan pengendalian jumlah.
Jika tidak, kendali mutu bahkan dalam pengertian singkatnya tidak dapat
dilaksanakan.
2.2. Pentingnya Pengendalian Mutu
2.2.1.Kebutuhan Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu produk merupakan usaha untuk meminimalisasi produk
cacat dari produk yang dihasilkan perusahaan. Tanpa adanya pengendalian kualitas
produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena
penyimpangan-penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa
dilakukan dan akhirnya penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila
pengendalian kualitas dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi
penyimpangan dapat langsung diperbaiki dan dapat digunakan untuk perbaikan
proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan demikian proses produksi yang
memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas
dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.
Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang semakin
bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan. Perusahaan
bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi juga kualitas dari
produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas produk yang
4
dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam pemasarannya, sehingga produk
kurang laku dan mengalami penurunan penjualan.
2.2.2.Obyek Pengendalian Mutu
Searah dengan perkembangan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan
ekonomi, lingkungan manufaktur mengalami pergeseran kearah yang lebih maju.
Lingkungan persaingan juga bertambah ketat. Agar mampu bertahan dan bahkan
bersaing dalam kondisi persaingan yang ketat ini, para pelaku bisnis hendaknya
mampu terus menerus menyempurnakan proses produksi dan produk itu sendiri
untuk dapat menciptakan keunggulan baru. Untuk itu perusahaan harus terus
menerus mengadakan perbaikan pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena
itu setiap perusahaan sangat membutuhkan suatu pengendalian mutu atau kualitas
yang dilakukan secara terus menerus. Pengendalian mutu atau kualitas merupakan
cara untuk memproduksi barang atau jasa secara ekonomis sesuai dengan keinginan
pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak hanya untuk mengetahui
kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian kualitas terhadap kinerja
karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang
dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun karyawan.
2.2.3.Operasi Pengendalian Mutu
Adapun operasi pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan berbagai macam
metode di antaranya adalah perbaikan kualitas produk dengan pendekatan metode
kaizen (5W+1H), perbaikan kualitas produk dengan pendekatan metode statistik
serta evaluasi pengendalian kualitas pada bagian produksi.
Kaizen merupakan konsep payung yang mencakup teori-teori praktis seperti
Gugus Kendali Mutu, JIT, Sistem Saran, Kanban, Total Quality Management(TQM),
Manajemen visual, dan aktivitas kelompok kecil, yang kesemuanya ini saling
berkaitan. Antara kaizen dan inovasi sebenarnya merupakan bagian dari fungsi
perbaikan atau penyempurnaan. Suatu perbedaan besar antara kaizen dan inovasi
adalah bahwa kaizen tidak memerlukan investasi besar untuk melaksanakannya,
tetapi menuntut adanya usaha berkesinambungan dan bertanggung jawab. Sementara
inovasi berorientasi pada hasil dengan melibatkan investasi yang besar. Sasaran akhir
dari kaizen adalah kualitas (quality), biaya (cost), dan penjadwalan (scheduling),
5
yang kemudian penjadwalan dirubah menjadi penyerahan (delivery). Ketiga hal ini
dikenal dengan QCD yang merupakan aspek yang paling penting untuk diperbaiki.
Kualitas (Q) tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk jadi atau jasa layanan,
namun juga kualitas dari proses yang menghasilkan produk maupun jasa layanan
tersebut. Biaya (C) berkaitan dengan biaya keseluruhan sejak dari merancang,
memproduksi, menjual dan memelihara produk atau layanan tersebut. Penyerahan
(D) adalah penyerahan produk atau jasa layanan secara tepat jumlah dan tepat waktu.
Pengendalian kualitas statistik adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk
menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang
minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan. Pada
dasarnya pengendalian kualitas statistik merupakan penggunaan metode statistik
untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menentukan dan mengawasi
kualitas hasil produk. Tujuan utama pengendalian kualitas statistik adalah
pengurangan variabilitas secara sistemik dalam karakteristik kunci produk itu.
Manfaat dari penerapan pengendalian kualitas statistik antara lain: kualitas produk
yang lebih beragam, memberikan informasi kesalahan lebih awal, mengurangi
besarnya bahan yang terbuang sehingga menghemat biaya bahan, meningkatkan
kesadaran perlunya pengendalian kualitas serta menunjukan tempat terjadinya
permasalahan dan kesulitan. Pengendalian kualitas statistik dapat dikelompokan atas
dua bagian, yaitu : proses pengendalian dan pengendalian produk. Tujuan utama
proses pengendalian adalah menjaga setiap proses agar tetap terkendali dan untuk itu
digunakan peta kendali, metode grafik yang menunjukan urutan setiap proses.
Tujuan utama pengendalian produk adalah memutuskan apakah suatu lot diterima
atau ditolak yang didasarkan pada bukti yang ditemui dari satu atau banyak sampel
yang ditarik secara acak dari lot yang diteliti.
Dalam melakukan evaluasi pengendalian kualitas perusahaan, visi/misi
perusahaan di bidang produksi adalah mampu untuk memproduksi produk zero
defect. Untuk menunjang visi/misi perusahaan tersebut perlu menentukan standar
kerusakan produk sebagai sasaran jangka pendek misalkan tidak boleh lebih dari dua
persen. Dalam penentuan standar kerusakan maksimum dua persen tersebut perlu
untuk dievaluasi. Penentuan standar tersebut harus melihat kembali tentang persepsi
kualitas yang meliputi tiga variabel yaitu kualitas produk, kualitas karyawan dan
kualitas pelayanan karyawan. Selain itu tentang komitmen karyawan departemen
6
produksi, ukuran yang digunakan adalah variabel perencanaan dan perbaikan secara
kontinyu. Setelah diperoleh hasil dari analisis tersebut dapat digunakan sebagai
evaluasi terhadap strategi bisnis perusahan yang telah mencanangkan kebijakan mutu
barang yang dihasilkan oleh perusahaan, termasuk kebijakan tingkat kerusakan
barang.
2.3. Contoh Penerapan Manajemen Kualitas Pada Perusahaan
Beberapa perusahaan yang terkenal karena kesuksesan sistem manajemen
kualitasnya adalah Toyota. Toyota berhasil mengalahkan GM dengan prinsip kaizen-
nya. Kaizen merupakan bahasa Jepang yang berasal dari huruf kanji ‘kai’ dan ‘zen’.
Kai berarti baik, dan zen berarti perubahan. Secara tersirat, kaizen berarti perbaikan
secara berkelanjutan (continuous improvement).
Pada dasarnya, prinsip kaizen menuntut partisipasi tiap orang dalam organisasi/
perusahaan untuk berubah menjadi lebih baik lagi secara berkelanjutan. Dengan
peran serta seluruh anggota organisasi maka dengan sendirinya kualitas produk yang
dihasilkan pun akan menjadi lebih bagus lagi karena produk yang dihasilkan sesuai
dengan rancangan yang ada.
2.4. Teknik Perbaikan Kualitas Menurut Crosby
Philips B. Crosby merupakan seorang tokoh manajemen mutu berkebangsaan
Amerika yang mempromosikan ungkapan “zero defect” dan “right first time” untuk
pertama kalinya pada awal tahun 1970.
Menurut Crosby mutu itu merupakan sesuatu yang gratis. Caranya adalah
melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan segala sesuatunya dengan benar
dari sejak awal, sehingga kesalahan, kegagalan, pemborosan, penundaan waktu, serta
semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan. Dengan adanya kemauan
dari institusi, maka hal-hal tersebut merupakan hal dapat diwujudkan. Ide seperti
itulah yang menjadi dasar pemikiran “tanpa cacat” atau yang sering kali kita dengan
dengan istilah “zero defect”.
Zero defect merupakan kontribusi pemikiran Crosby yang kontroversial
mengenai mutu. Ide ini melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang
memastikan bahwa segala sesuatuya dikerjakan dengan benar dari sejak awal. Dalam
konteks bisnis, Crosby berpendapat bahwa zero defect akan meningkatkan
7
keuntungan dan penghematan biaya. Seperti “quality gurus” lainnya, Crosby telah
berusaha keras menekankan bahwa “zero defect” merupakan sebuah hal yang
mungkin untuk diwujudkan, walaupun memang sangat sulit.
Zero defect tidak mengartikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi, namun
bertujuan untuk menekan dan meminimalkan jumlah cacat maupun kesalahan yang
terjadi dalam sebuah proses, dan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari
sejak awal. Tujuan utamanya adalah untuk menekan tingkat kecacatan sampai
dengan nol. Setelah diterapkan di bidang dirgantara dan pertahanan, 30 tahun
kemudian zero defects digunakan di dunia otomotif. Selama tahun 1990-an,
perusahan besar otomotif mencoba memotong biaya produksi dengan mengurangi
proses pemeriksaan dan meminta pemasok untuk meningkatkan mutu dari barang
pasokannya. Manfaat akhir dari semua itu adalah Zero Defects dan metode tersebut
telah diterapkan di seluruh dunia.”
Philip Crosby meyakini bahwa manajemen memegang peranan penting dalam
pengendalian mutu, yaitu dengen berperan sebagai sebagai penanggung jawab utama
dan para pekerja hanyalah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh manager
mereka. Apabila terdapat kualitas produk yang jelek, maka para manajer-lah yang
harus bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap produk tersebut.
Crosby menggambarkan empat hal yang mutlak pada manajemen mutu yang
lebih dikenal dengan “The Four Absolutes of Quality Management” yang antara lain
menekankan:
1. Mutu digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan sebagai
“kebaikan” atau “kerapihan”
Kesepakatan akan kebutuhan-kebutuhan ini berada diantara segala sesuatu
yang terlibat dalam proses. Ini merupakan sebuah bagian penting dalam
mempertahankan sebuah kualitas jasa. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut
telah ditentukan secara jelas, proses untuk memeriksa apakah segala
sesuatunya telah terpenuhi akan menjadi mungkin.
2. Sistem yang menghasilkan mutu adalah “pencegahan”, bukan “pemeriksaan”
Gagasan yang diberikan Crosby adalah dengan melakukan tindakan
pencegahan, yaitu melakukan segala sesuatu dengan benar dan berkelanjutan
dari sejak awal. Dengan demikian maka kesalahan, kegagalan, pemborosan,
8
dan pemborosan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat
dihilangkan jika ada kemauan dari institusi untuk mencapainya.
3. Zero defect merupakan standar mutu
Pada prinsip yang ketiga ini, Philip Crosby menegaskan bahwa standar kerja
adalah “zero defect”, sesuatu yang sempurna tanpa cacat.
4. Pengukuran dari mutu adalah harga ketidaksesuaian dan bukan indeks
Crosby menekankan bahwa ada harga yang harus dikeluarkan untuk setiap
kesalahan yang terjadi. Harga tersebut diantaranya meliputi waktu pengecekan,
pengerjaan ulang, material serta biaya pekerja yang terbuang sia-sia,
pendapatan yang seharusnya dapat diterima dan biaya yang dikeluarkan karena
kekecewaan yang dirasakan oleh konsumen. Selain itu, sering kali kesalahan
yang terjadi juga mengakibatkan terjadinya penundaan waktu pada area kerja
lain. Dalam industri jasa, Crosby memperkirakan bahwa biaya yang
ditimbulkan dari kesalahan tersebut dapat mencapai 40% dari budget tahunan.
Menurut Philip B. Crosby (1979) kualitas adalah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki
kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar
kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Crosby terkenal
dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkat
kualitas yang dapat diterima secara statistik (acceptable quality level). Crosby
mengemukakan 14 langkah untuk perbaikan kualitas (Corby’s Fourteen Steps to
Quality Improvement), yaitu:
1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
Inisiatif mutu haruslah diperlihatkan oleh top level manajemen, serta
dikomunikasikan dalam sebuah kebijakan mutu yang singkat, jelas dan dapat
dicapai. Hal ini adalah hal yang paling krusial menuju sukses dan merupakan
poin yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus diarahkan
dan dipimpin oleh manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen
ini harus dikomunikasikan dalam sebuah statement kebijakan mutu, yang harus
singkat, jelas, dan dapat dicapai.
2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
Tim peningkatan mutu memiliki tugas untuk mengatur serta mengarahkan
program yang akan diimplementasikan melalui institusi, namun tugas untuk
9
mengimplementasikanya merupakan tanggung jawab tim dalam masing-
masing bagian. Membangun tim peningkatan mutu di atas dasar komitmen
dikarenakan setiap fungsi dalam organisasi menjadi kontributor potensial bagi
kerusakan dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus
berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu bertugas
mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui
oraganisasi.
3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
Pengukuran mutu diperlukan untuk mengukur ketidaksesuaian yang terjadi
maupun yang akan terjadi dengan cara melakukan evaluasi dan perbaikan.
Bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dan organisasi
layanan dan bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan
pemeriksaan data statistik dan data umpan balik dari pelanggan.
4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya
pembongkaran, baiaya inspeksi dan biaya pemeriksaan.
5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Merupakan langkah untuk menumbuhkan kesadaran akan setiap orang dalam
institusi. Informasi mengenai program yang dilakukan untuk peningkatan
kualitas haruslah dikomunikasikan oleh tim peningkatan mutu.
6. Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)
Tindakan perbaikan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mutu yang
terjadi. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu,
Crosby menganjurkan untuk menggunakan aturan Pareto. Masalah besar
ditangani terlebih dahulu, baru kemudian diikuti dengan masalah-masalah
lainnya. Pihak pengawas harus bekerjasama dengan para staf untuk
memperbaiki mutu yang rendah. Metodologi yang sistematis diperlukan untuk
mengatasi masalah.
7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defect Planning)
Salah satu cara untuk menyoroti proses peningkatan mutu adalah melalui
langkah ketujuh ini yaitu perencanaan tanpa cacat. Crosby berpendapat bahwa
program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh tim peningkatan
mutu yang juga bertanggung jawab terhadap implementasinya. Beliau juga
10
menagatakan bahwa seluruh staf harus menandatangani kontrak formal
mewujudkan kontrak formal tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.
8. Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
Merupakan pelatihan yang diberikan agar para supervisor dapat memahami
peranan mereka dalam proses peningkatan kualitas.
9. Hari Tanpa Cacat (Zero defect Day)
Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Acara
ini semacam Family Gathering atau Annivesary Party yang pada dasarnya
adalah sebuah acara atau pesta untuk menyoroti dan merayakan penerapan
metode tanpa cacat dan untuk menekankan Komitmen Manajemen terhadap
metode tersebut.
10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
Setelah diimplementasikan dibidang bisnis, langkah selanjutnya adalah
mengajak karyawan dan atasan dibagian tersebut untuk menetapkan tujuan
yang hendak dituju secara spesifik dan terukur. Langkah ini dimaksudkan agar
para staf dapat mengkomunikasikan kepada manajemen tentang situasi tertentu
yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih
dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen
dan semua bentuk tersebut harus sudah menerima jawaban dalam periode
waktu tertentu.
11. Kesalahan Menyebabkan Perubahan (Error Causal Removal)
Mendorong komunikasi karyawan dengan manajemen mengenai rintangan dan
tantangan dalam membangun mutu.
12. Pengakuan (Recognition)
Crosby menyatakan akan pentingnya untuk memberikan apresiasi kepada
mereka yang berpartisipasi dalam hal peningkatan mutu.
13. Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)
Ini merupakan struktur institusional yang juga dianjurkan oleh Juran. Mengikut
sertakan tenaga professional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat
ditangani dengan tepat dan baik adalah salah satu langkah penting. Bagian dari
peran kualitas adalam mengawasi efektifitas program dan menjamin bahwa
proses peningkatan tersebut terus menerus berlanjut.
11
14. Lakukan Lagi (Do it Over Again)
Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan
program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi dari awal dan
lagi.
2.5. Keuntungan dan Faktor Kegagalan Penerapan Quality Control
Keuntungan penerapan Quality Control meliputi:
1. Pembinaan/pengembangan personel
2. Membina rasa kebersamaan
3. Perbaikan Kualitas
4. Pengurangan Biaya
5. Perbaikan Sikap Mental
6. Membangun Team yang tangguh
7. Membangun kata sepakat dan motivasi
8. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalah
9. Penghargaan terhadap karyawan
Kegagalan dalam penerapan Quality Control dapat disebabkan oleh :
1. Meremehkan anggota team yang lain
2. Tidak mendengarkan
3. Suka interupsi
4. Menggurui
5. Rendah diri
6. Mengabaikan kemampuan yang positif
7. Tidak mengikut sertakan
8. Menomor satukan orang lain
9. Gagal berbicara
10. Gagal berpraktek
11. Seakan dirinya tidak terpakai
12. Seakan dirinya nomor satu
13. Menyembunyikan belang
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari pembahasan ini antara lain sebagai
berikut:
1. Pengendalian mutu adalah suatu proses pengendalian dan pengawasan atas
kemajuan dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta
menyesuaikan usaha atau kegiatan dengan hasil pengawasan agar konsumen
atau pelanggan merasa tetap puas dengan produk atau jasa yang ditawarkan.
2. Teknik perbaikan kualitas menurut Crosby ada 14 langkah yang harus
ditempuh untuk menempuh kualitas yang telah ditentukan.
3. Beberapa faktor penting yang dapat menggagalkan penerapan pengendalian
mutu seperti meremehkan anggota tim lain, tidak mau mendengarkan,
menyembunyikan belang, dan sebagainya.
3.2. Saran
Sebaiknya setiap perusahaan dapat menerapkan teknik manajemen kualitas
untuk dapat mencapai kualitas suatu produk baik barang atau jasa sehingga
pelanggan merasa puas yang dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan itu
sendiri.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://karto-iskandar.blogspot.co.id/2009/10/zero-defect-philips-crosby.html. Diakses
pada tanggal 14 November 2015. 15:00 WIB.
http://yenirangkuti.blogspot.co.id/2012/03/implementasi-manajemen-mutu-
terpadu.html. Diakses pada tanggal 14 November 2015. 16:30 WIB.
http://permanas.wordpress.com/2008/03/05/strategi-pemasaran-dan-
pengendalian-mutu-produk.html. Diakses pada tanggal 14 November 2015.
17:45 WIB.
14