makalah kualitas3

27
MAKALAH TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS & UJI KELEMAHAN KUALITAS Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Kualitas DISUSUN OLEH: KELOMPOK III No . Nama NIM 1 Teguh Prasetyo Widarmo 13013000 1 2 Santi Zuhra 13013000 9 3 Sofyan Sauri 13013001 8 DOSEN PENGAMPU: DEFI IRWANSYAH, ST., M. Eng

Upload: arie-gonzales

Post on 31-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ds

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Kualitas3

MAKALAH TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS & UJI KELEMAHAN KUALITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahPengendalian Kualitas

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

No. Nama NIM1 Teguh Prasetyo Widarmo 1301300012 Santi Zuhra 1301300093 Sofyan Sauri 130130018

DOSEN PENGAMPU:

DEFI IRWANSYAH, ST., M. Eng

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2015

Page 2: MAKALAH Kualitas3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat, dan

karunia-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat beserta salam juga tak lupa pula kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, sehingga kita bisa sampai seperti saat ini. Adapun tujuan penulisan karya

ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Kualitas di semester V

di tahun ajaran 2015/2016 ini dengan pembahasan mengenai “Teknik Perbaikan Kualitas

dan Uji Kelemahan Kualitas”.

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama

disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Defi Irwansyah, ST., M. Eng yang tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.

2. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan

dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.

Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,

penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah

yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Penyusun

Kelompok III

i

Page 3: MAKALAH Kualitas3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................11.1. Latar Belakang...........................................................................................11.2. Rumusan Masalah......................................................................................11.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................21.4. Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas...............................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................32.1. Pengertian Pengendalian Mutu..................................................................3

2.1.1. Pengendalian..................................................................................32.1.2. Mutu...............................................................................................32.1.3. Pengendalian Mutu.........................................................................3

2.2. Pentingnya Pengendalian Mutu.................................................................42.2.1. Kebutuhan Pengendalian Mutu......................................................42.2.2. Obyek Pengendalian Mutu.............................................................52.2.3. Operasi Pengendalian Mutu...........................................................5

2.3. Contoh Penerapan Manajemen Kualitas Pada Perusahaan........................72.4. Teknik Perbaikan Kualitas Menurut Crosby..............................................72.5. Keunungan dan Faktor Kegagalan Penerapan QC...................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................133.1. Kesimpulan..............................................................................................133.2. Saran.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

ii

Page 4: MAKALAH Kualitas3

iii

Page 5: MAKALAH Kualitas3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengontrol dan meningkatkan kualitas telah menjadi strategi bisnis yang

penting bagi banyak organisasi, produsen, distributor, transportasi perusahaan,

organisasi jasa keuangan, penyedia layanan kesehatan, dan instansi pemerintah.

Kualitas adalah keunggulan kompetitif. Sebuah bisnis yang dapat menyenangkan

pelanggan dengan meningkatkan dan mengendalikan mutu dapat mendominasi

pesaingnya. Kebutuhan pengendalian kualitas timbul setelah masa revolusi industri,

dimana proses produksi yang dilakukan oleh mesin menimbulkan dua persoalan

utama, yaitu:

a) Penggunaan mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.

b) Produksi barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan

keseragaman komponen dalam proses assembling dimana hal tersebut hanya

dapat dilakukan oleh mesin.

Agar proses produksi berjalan dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk

menyortir barang yang memiliki kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu

mulai dikenal usaha pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem

mekanisasi industri yang lebih maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak

beraturan, sehingga para produsen menjadi berkurang perhatiannya dalam

menghasilkan barang-barang yang bermutu tinggi. Sehingga timbul anggapan bahwa

petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi pekerja dan

supervisor untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi.

Namun seiring dengan perkembangan penerangan dan komunikasi, maka keadaan

tersebut mulai berubah dimana pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin

dibutuhkan sehingga prosedur dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan

kearah yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembahasan ini antara lain

sebagai berikut:

1. Bagaimana yang dimaksud dengan pengendalian kualitas?

1

Page 6: MAKALAH Kualitas3

2. Bagaimana teknik-teknik perbaikan kualitas?

3. Bagaimana uji kelemahan kualitas?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian dari pengendalian kualitas.

2. Mengetahui teknik-teknik perbaikan kualitas.

3. Mengetahui uji kelemahan kualitas.

1.4. Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas

Maksud dari pengendalian mutu adalah mengusahakan produk akhir yang

dihasilkan sesuai dengan spesifikasi produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu

terdapat beberapa tujuan dilakukannya usaha pengendalian mutu, yaitu:

1. Untuk memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.

2. Untuk mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling

penerimaan.

3. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

4. Mengusahakan biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal

mungkin.

5. mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan

mutu produksi tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.

6. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.

2

Page 7: MAKALAH Kualitas3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengendalian Mutu

2.1.1.Pengendalian

Pengendalian Menurut kamus bahasa Indonesia (1992), arti pengendalian

secara umum yaitu proses, cara, pembuatan, mengendalikan, atau pula dapat

pengawasan atas kemajuan (tugas) dapat membandingkan hasil dan sasaran secara

teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan, sehingga

dengan kata lain, pengendalian adalah nama lain dari pegawasan. Sementara itu arti

kendali dalam industri adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab

dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara

untuk menjamin hasil yang memuaskan.

2.1.2.Mutu

Mutu adalah suatu yang diputuskan oleh suatu pelanggan, bukan pula oleh

pemasaran atau manajemen umum. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

pelanggan pada produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut

dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan

secara teknis atau bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam

pasar yang penuh persaingan. Sementara itu mutu produk dan jasa dapat

didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa

pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan membuat produk dan jasa yang

digunakan memenuhi harapan pelanggan (Feigenbaum, 1992). Maksud dari

kebanyakan pengukuran mutu ini adalah menentukan dan megevaluasikan dengan

derajat atau tingkat dimana jasa atau produk mendekati hasil yang baik.

2.1.3.Pengendalian Mutu

Dari uaraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi pengendalian mutu

adalah suatu proses pengendalian dan pengawasan atas kemajuan dengan

membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha atau

kegiatan dengan hasil pengawasan agar konsumen atau pelanggan merasa tetap puas

dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Feigenbaum (1992),

3

Page 8: MAKALAH Kualitas3

pengendalian mutu terpadu dapat didefinisikan sebagai : “Suatu sistem yang efektif

untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan usaha-usaha

perbaikan mutu dari berbagai kelompok didalam suatu organisasi untuk

memungkinkan produksi dan jasa berada pada tingkat yang paling ekonomis yang

memungkinkan kepuasan konsumen secara penuh”. Melaksanakan kendali mutu

menurut Feigenbaum (1992) berarti:

1. Menggunakan pengawasan mutu sebagai dasar.

2. Melaksanakan pengendalian biaya, harga dan laba secara terintegrasi.

3. Pengendalian jumlah (jumlah produksi, penjualan, dan persediaan), dan tanggal

pengiriman.

Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam

pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam

pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya, dan pengendalian jumlah.

Jika tidak, kendali mutu bahkan dalam pengertian singkatnya tidak dapat

dilaksanakan.

2.2. Pentingnya Pengendalian Mutu

2.2.1.Kebutuhan Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu produk merupakan usaha untuk meminimalisasi produk

cacat dari produk yang dihasilkan perusahaan. Tanpa adanya pengendalian kualitas

produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena

penyimpangan-penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa

dilakukan dan akhirnya penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila

pengendalian kualitas dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi

penyimpangan dapat langsung diperbaiki dan dapat digunakan untuk perbaikan

proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan demikian proses produksi yang

memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas

dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.

Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang semakin

bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan. Perusahaan

bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi juga kualitas dari

produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas produk yang

4

Page 9: MAKALAH Kualitas3

dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam pemasarannya, sehingga produk

kurang laku dan mengalami penurunan penjualan.

2.2.2.Obyek Pengendalian Mutu

Searah dengan perkembangan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan

ekonomi, lingkungan manufaktur mengalami pergeseran kearah yang lebih maju.

Lingkungan persaingan juga bertambah ketat. Agar mampu bertahan dan bahkan

bersaing dalam kondisi persaingan yang ketat ini, para pelaku bisnis hendaknya

mampu terus menerus menyempurnakan proses produksi dan produk itu sendiri

untuk dapat menciptakan keunggulan baru. Untuk itu perusahaan harus terus

menerus mengadakan perbaikan pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena

itu setiap perusahaan sangat membutuhkan suatu pengendalian mutu atau kualitas

yang dilakukan secara terus menerus. Pengendalian mutu atau kualitas merupakan

cara untuk memproduksi barang atau jasa secara ekonomis sesuai dengan keinginan

pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak hanya untuk mengetahui

kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian kualitas terhadap kinerja

karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang

dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun karyawan.

2.2.3.Operasi Pengendalian Mutu

Adapun operasi pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode di antaranya adalah perbaikan kualitas produk dengan pendekatan metode

kaizen (5W+1H), perbaikan kualitas produk dengan pendekatan metode statistik

serta evaluasi pengendalian kualitas pada bagian produksi.

Kaizen merupakan konsep payung yang mencakup teori-teori praktis seperti

Gugus Kendali Mutu, JIT, Sistem Saran, Kanban, Total Quality Management(TQM),

Manajemen visual, dan aktivitas kelompok kecil, yang kesemuanya ini saling

berkaitan. Antara kaizen dan inovasi sebenarnya merupakan bagian dari fungsi

perbaikan atau penyempurnaan. Suatu perbedaan besar antara kaizen dan inovasi

adalah bahwa kaizen tidak memerlukan investasi besar untuk melaksanakannya,

tetapi menuntut adanya usaha berkesinambungan dan bertanggung jawab. Sementara

inovasi berorientasi pada hasil dengan melibatkan investasi yang besar. Sasaran akhir

dari kaizen adalah kualitas (quality), biaya (cost), dan penjadwalan (scheduling),

5

Page 10: MAKALAH Kualitas3

yang kemudian penjadwalan dirubah menjadi penyerahan (delivery). Ketiga hal ini

dikenal dengan QCD yang merupakan aspek yang paling penting untuk diperbaiki.

Kualitas (Q) tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk jadi atau jasa layanan,

namun juga kualitas dari proses yang menghasilkan produk maupun jasa layanan

tersebut. Biaya (C) berkaitan dengan biaya keseluruhan sejak dari merancang,

memproduksi, menjual dan memelihara produk atau layanan tersebut. Penyerahan

(D) adalah penyerahan produk atau jasa layanan secara tepat jumlah dan tepat waktu.

Pengendalian kualitas statistik adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk

menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang

minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan. Pada

dasarnya pengendalian kualitas statistik merupakan penggunaan metode statistik

untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menentukan dan mengawasi

kualitas hasil produk. Tujuan utama pengendalian kualitas statistik adalah

pengurangan variabilitas secara sistemik dalam karakteristik kunci produk itu.

Manfaat dari penerapan pengendalian kualitas statistik antara lain: kualitas produk

yang lebih beragam, memberikan informasi kesalahan lebih awal, mengurangi

besarnya bahan yang terbuang sehingga menghemat biaya bahan, meningkatkan

kesadaran perlunya pengendalian kualitas serta menunjukan tempat terjadinya

permasalahan dan kesulitan. Pengendalian kualitas statistik dapat dikelompokan atas

dua bagian, yaitu : proses pengendalian dan pengendalian produk. Tujuan utama

proses pengendalian adalah menjaga setiap proses agar tetap terkendali dan untuk itu

digunakan peta kendali, metode grafik yang menunjukan urutan setiap proses.

Tujuan utama pengendalian produk adalah memutuskan apakah suatu lot diterima

atau ditolak yang didasarkan pada bukti yang ditemui dari satu atau banyak sampel

yang ditarik secara acak dari lot yang diteliti.

Dalam melakukan evaluasi pengendalian kualitas perusahaan, visi/misi

perusahaan di bidang produksi adalah mampu untuk memproduksi produk zero

defect. Untuk menunjang visi/misi perusahaan tersebut perlu menentukan standar

kerusakan produk sebagai sasaran jangka pendek misalkan tidak boleh lebih dari dua

persen. Dalam penentuan standar kerusakan maksimum dua persen tersebut perlu

untuk dievaluasi. Penentuan standar tersebut harus melihat kembali tentang persepsi

kualitas yang meliputi tiga variabel yaitu kualitas produk, kualitas karyawan dan

kualitas pelayanan karyawan. Selain itu tentang komitmen karyawan departemen

6

Page 11: MAKALAH Kualitas3

produksi, ukuran yang digunakan adalah variabel perencanaan dan perbaikan secara

kontinyu. Setelah diperoleh hasil dari analisis tersebut dapat digunakan sebagai

evaluasi terhadap strategi bisnis perusahan yang telah mencanangkan kebijakan mutu

barang yang dihasilkan oleh perusahaan, termasuk kebijakan tingkat kerusakan

barang.

2.3. Contoh Penerapan Manajemen Kualitas Pada Perusahaan

Beberapa perusahaan yang terkenal karena kesuksesan sistem manajemen

kualitasnya adalah Toyota. Toyota berhasil mengalahkan GM dengan prinsip kaizen-

nya. Kaizen merupakan bahasa Jepang yang berasal dari huruf kanji ‘kai’ dan ‘zen’.

Kai berarti baik, dan zen berarti perubahan. Secara tersirat, kaizen berarti perbaikan

secara berkelanjutan (continuous improvement).

Pada dasarnya, prinsip kaizen menuntut partisipasi tiap orang dalam organisasi/

perusahaan untuk berubah menjadi lebih baik lagi secara berkelanjutan. Dengan

peran serta seluruh anggota organisasi maka dengan sendirinya kualitas produk yang

dihasilkan pun akan menjadi lebih bagus lagi karena produk yang dihasilkan sesuai

dengan rancangan yang ada.

2.4. Teknik Perbaikan Kualitas Menurut Crosby

Philips B. Crosby merupakan seorang tokoh manajemen mutu berkebangsaan

Amerika yang mempromosikan ungkapan “zero defect” dan “right first time” untuk

pertama kalinya pada awal tahun 1970.

Menurut Crosby mutu itu merupakan sesuatu yang gratis. Caranya adalah

melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan segala sesuatunya dengan benar

dari sejak awal, sehingga kesalahan, kegagalan, pemborosan, penundaan waktu, serta

semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan. Dengan adanya kemauan

dari institusi, maka hal-hal tersebut merupakan hal dapat diwujudkan. Ide seperti

itulah yang menjadi dasar pemikiran “tanpa cacat” atau yang sering kali kita dengan

dengan istilah “zero defect”.

Zero defect merupakan kontribusi pemikiran Crosby yang kontroversial

mengenai mutu. Ide ini melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang

memastikan bahwa segala sesuatuya dikerjakan dengan benar dari sejak awal. Dalam

konteks bisnis, Crosby berpendapat bahwa zero defect akan meningkatkan

7

Page 12: MAKALAH Kualitas3

keuntungan dan penghematan biaya. Seperti “quality gurus” lainnya, Crosby telah

berusaha keras menekankan bahwa “zero defect” merupakan sebuah hal yang

mungkin untuk diwujudkan, walaupun memang sangat sulit.

Zero defect tidak mengartikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi, namun

bertujuan untuk menekan dan meminimalkan jumlah cacat maupun kesalahan yang

terjadi dalam sebuah proses, dan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari

sejak awal. Tujuan utamanya adalah untuk menekan tingkat kecacatan sampai

dengan nol. Setelah diterapkan di bidang dirgantara dan pertahanan, 30 tahun

kemudian zero defects digunakan di dunia otomotif. Selama tahun 1990-an,

perusahan besar otomotif mencoba memotong biaya produksi dengan mengurangi

proses pemeriksaan dan meminta pemasok untuk meningkatkan mutu dari barang

pasokannya. Manfaat akhir dari semua itu adalah Zero Defects dan metode tersebut

telah diterapkan di seluruh dunia.”

Philip Crosby meyakini bahwa manajemen memegang peranan penting dalam

pengendalian mutu, yaitu dengen berperan sebagai sebagai penanggung jawab utama

dan para pekerja hanyalah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh manager

mereka. Apabila terdapat kualitas produk yang jelek, maka para manajer-lah yang

harus bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap produk tersebut.

Crosby menggambarkan empat hal yang mutlak pada manajemen mutu yang

lebih dikenal dengan “The Four Absolutes of Quality Management” yang antara lain

menekankan:

1. Mutu digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan sebagai

“kebaikan” atau “kerapihan”

Kesepakatan akan kebutuhan-kebutuhan ini berada diantara segala sesuatu

yang terlibat dalam proses. Ini merupakan sebuah bagian penting dalam

mempertahankan sebuah kualitas jasa. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut

telah ditentukan secara jelas, proses untuk memeriksa apakah segala

sesuatunya telah terpenuhi akan menjadi mungkin.

2. Sistem yang menghasilkan mutu adalah “pencegahan”, bukan “pemeriksaan”

Gagasan yang diberikan Crosby adalah dengan melakukan tindakan

pencegahan, yaitu melakukan segala sesuatu dengan benar dan berkelanjutan

dari sejak awal. Dengan demikian maka kesalahan, kegagalan, pemborosan,

8

Page 13: MAKALAH Kualitas3

dan pemborosan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat

dihilangkan jika ada kemauan dari institusi untuk mencapainya.

3. Zero defect merupakan standar mutu

Pada prinsip yang ketiga ini, Philip Crosby menegaskan bahwa standar kerja

adalah “zero defect”, sesuatu yang sempurna tanpa cacat.

4. Pengukuran dari mutu adalah harga ketidaksesuaian dan bukan indeks

Crosby menekankan bahwa ada harga yang harus dikeluarkan untuk setiap

kesalahan yang terjadi. Harga tersebut diantaranya meliputi waktu pengecekan,

pengerjaan ulang, material serta biaya pekerja yang terbuang sia-sia,

pendapatan yang seharusnya dapat diterima dan biaya yang dikeluarkan karena

kekecewaan yang dirasakan oleh konsumen. Selain itu, sering kali kesalahan

yang terjadi juga mengakibatkan terjadinya penundaan waktu pada area kerja

lain. Dalam industri jasa, Crosby memperkirakan bahwa biaya yang

ditimbulkan dari kesalahan tersebut dapat mencapai 40% dari budget tahunan.

Menurut Philip B. Crosby (1979) kualitas adalah conformance to requirement,

yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki

kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar

kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Crosby terkenal

dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkat

kualitas yang dapat diterima secara statistik (acceptable quality level). Crosby

mengemukakan 14 langkah untuk perbaikan kualitas (Corby’s Fourteen Steps to

Quality Improvement), yaitu:

1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)

Inisiatif mutu haruslah diperlihatkan oleh top level manajemen, serta

dikomunikasikan dalam sebuah kebijakan mutu yang singkat, jelas dan dapat

dicapai. Hal ini adalah hal yang paling krusial menuju sukses dan merupakan

poin yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus diarahkan

dan dipimpin oleh manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen

ini harus dikomunikasikan dalam sebuah statement kebijakan mutu, yang harus

singkat, jelas, dan dapat dicapai.

2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)

Tim peningkatan mutu memiliki tugas untuk mengatur serta mengarahkan

program yang akan diimplementasikan melalui institusi, namun tugas untuk

9

Page 14: MAKALAH Kualitas3

mengimplementasikanya merupakan tanggung jawab tim dalam masing-

masing bagian. Membangun tim peningkatan mutu di atas dasar komitmen

dikarenakan setiap fungsi dalam organisasi menjadi kontributor potensial bagi

kerusakan dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus

berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu bertugas

mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui

oraganisasi.

3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)

Pengukuran mutu diperlukan untuk mengukur ketidaksesuaian yang terjadi

maupun yang akan terjadi dengan cara melakukan evaluasi dan perbaikan.

Bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dan organisasi

layanan dan bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan

pemeriksaan data statistik dan data umpan balik dari pelanggan.

4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)

Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya

pembongkaran, baiaya inspeksi dan biaya pemeriksaan.

5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)

Merupakan langkah untuk menumbuhkan kesadaran akan setiap orang dalam

institusi. Informasi mengenai program yang dilakukan untuk peningkatan

kualitas haruslah dikomunikasikan oleh tim peningkatan mutu.

6. Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)

Tindakan perbaikan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mutu yang

terjadi. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu,

Crosby menganjurkan untuk menggunakan aturan Pareto. Masalah besar

ditangani terlebih dahulu, baru kemudian diikuti dengan masalah-masalah

lainnya. Pihak pengawas harus bekerjasama dengan para staf untuk

memperbaiki mutu yang rendah. Metodologi yang sistematis diperlukan untuk

mengatasi masalah.

7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defect Planning)

Salah satu cara untuk menyoroti proses peningkatan mutu adalah melalui

langkah ketujuh ini yaitu perencanaan tanpa cacat. Crosby berpendapat bahwa

program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh tim peningkatan

mutu yang juga bertanggung jawab terhadap implementasinya. Beliau juga

10

Page 15: MAKALAH Kualitas3

menagatakan bahwa seluruh staf harus menandatangani kontrak formal

mewujudkan kontrak formal tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.

8. Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)

Merupakan pelatihan yang diberikan agar para supervisor dapat memahami

peranan mereka dalam proses peningkatan kualitas.

9. Hari Tanpa Cacat (Zero defect Day)

Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Acara

ini semacam Family Gathering atau Annivesary Party yang pada dasarnya

adalah sebuah acara atau pesta untuk menyoroti dan merayakan penerapan

metode tanpa cacat dan untuk menekankan Komitmen Manajemen terhadap

metode tersebut.

10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)

Setelah diimplementasikan dibidang bisnis, langkah selanjutnya adalah

mengajak karyawan dan atasan dibagian tersebut untuk menetapkan tujuan

yang hendak dituju secara spesifik dan terukur. Langkah ini dimaksudkan agar

para staf dapat mengkomunikasikan kepada manajemen tentang situasi tertentu

yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih

dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen

dan semua bentuk tersebut harus sudah menerima jawaban dalam periode

waktu tertentu.

11. Kesalahan Menyebabkan Perubahan (Error Causal Removal)

Mendorong komunikasi karyawan dengan manajemen mengenai rintangan dan

tantangan dalam membangun mutu.

12. Pengakuan (Recognition)

Crosby menyatakan akan pentingnya untuk memberikan apresiasi kepada

mereka yang berpartisipasi dalam hal peningkatan mutu.

13. Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)

Ini merupakan struktur institusional yang juga dianjurkan oleh Juran. Mengikut

sertakan tenaga professional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat

ditangani dengan tepat dan baik adalah salah satu langkah penting. Bagian dari

peran kualitas adalam mengawasi efektifitas program dan menjamin bahwa

proses peningkatan tersebut terus menerus berlanjut.

11

Page 16: MAKALAH Kualitas3

14. Lakukan Lagi (Do it Over Again)

Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan

program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi dari awal dan

lagi.

2.5. Keuntungan dan Faktor Kegagalan Penerapan Quality Control

          Keuntungan penerapan Quality Control meliputi:

1.      Pembinaan/pengembangan personel

2.      Membina rasa kebersamaan

3.      Perbaikan Kualitas

4.      Pengurangan Biaya

5.      Perbaikan Sikap Mental

6.      Membangun Team yang tangguh

7.      Membangun kata sepakat dan motivasi

8.      Menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalah

9.      Penghargaan terhadap karyawan

Kegagalan dalam  penerapan Quality Control dapat disebabkan oleh :

1.      Meremehkan anggota team yang lain

2.      Tidak mendengarkan

3.      Suka interupsi

4.      Menggurui

5.      Rendah diri

6.      Mengabaikan kemampuan yang positif

7.      Tidak mengikut sertakan

8.      Menomor satukan orang lain

9.      Gagal berbicara

10.  Gagal berpraktek

11.  Seakan dirinya tidak terpakai

12.  Seakan dirinya nomor satu

13.  Menyembunyikan belang

12

Page 17: MAKALAH Kualitas3

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari pembahasan ini antara lain sebagai

berikut:

1. Pengendalian mutu adalah suatu proses pengendalian dan pengawasan atas

kemajuan dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta

menyesuaikan usaha atau kegiatan dengan hasil pengawasan agar konsumen

atau pelanggan merasa tetap puas dengan produk atau jasa yang ditawarkan.

2. Teknik perbaikan kualitas menurut Crosby ada 14 langkah yang harus

ditempuh untuk menempuh kualitas yang telah ditentukan.

3. Beberapa faktor penting yang dapat menggagalkan penerapan pengendalian

mutu seperti meremehkan anggota tim lain, tidak mau mendengarkan,

menyembunyikan belang, dan sebagainya.

3.2. Saran

Sebaiknya setiap perusahaan dapat menerapkan teknik manajemen kualitas

untuk dapat mencapai kualitas suatu produk baik barang atau jasa sehingga

pelanggan merasa puas yang dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan itu

sendiri.

13

Page 18: MAKALAH Kualitas3

DAFTAR PUSTAKA

http://karto-iskandar.blogspot.co.id/2009/10/zero-defect-philips-crosby.html. Diakses

pada tanggal 14 November 2015. 15:00 WIB.

http://yenirangkuti.blogspot.co.id/2012/03/implementasi-manajemen-mutu-

terpadu.html. Diakses pada tanggal 14 November 2015. 16:30 WIB.

http://permanas.wordpress.com/2008/03/05/strategi-pemasaran-dan-      

pengendalian-mutu-produk.html. Diakses pada tanggal 14 November 2015.

17:45 WIB.

14