makalah kia pkm kalianda

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur dari pada kesejahteraan umum. Dalam Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Menjelaskan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinabungan (Depkes RI, 1995) Dalam Rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat serta keluarga berencana dan menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka peningkatan, 1

Upload: kriziazia

Post on 24-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

kesehatan ibu dan anak

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur dari

pada kesejahteraan umum. Dalam Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Menjelaskan  bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinabungan (Depkes RI, 1995)

Dalam Rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat serta keluarga

berencana dan menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka peningkatan,

pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas sebagai

unit pelayanan yang memberikan pelayanan dasar langsung kepada masyarakat mutlak

dilakukan, mengingat bahwa Puskesmas adalah satuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan

terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2000).

Salah satu program yang dijalankan di suatu puskesmas adalah program kesehatan ibu

dan anak. Program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kalianda merupakan tempat untuk

1

memberikan pelayanan kesehatan masyarakat. Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan

melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di

wilayah kerja puskesmas kalianda.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Membahas pengelolaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas

Kalianda.

b. Mengetahui masalah-masalah yang ditemukan dalam

pengelolaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kalianda.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai pengelolaan kesehatan ibu dan anak dalam program

puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kalianda.

1.4 Manfaat Penulisan

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya, mengenai pengelolaan program kesehatan ibu dan anak di

wilayah kerja Puskesmas Kalianda.

2

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur,

laporan bulan januari hingga maret tahun 2013 dan pengelolaannya di wilayah kerja

Puskesmas Kalianda tahun 2013.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta

anak prasekolah.

Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya

memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya

mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk

masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon

rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,  pemuka

masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan  di taman

kanak-kanak.

2.2 Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta

mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini

diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :

4

1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan

dengan mutu sesuai standar serta manjangkau seluruh sasaran.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas

kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua

pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh

sasaran.

4. Peningkatan deteksi dini resiko/ komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga

kesehatan maupun masyarakat.

5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat dan

pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.

6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan

menjangkau seluruh sasaran.

7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.

8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi

baru lahir, bayi dan anak balita.

9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.

2.2.1 Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar

pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku standar pelayanan kebidanan

(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik

( umum dan kebidanan ), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi

5

umum dan khusus ( sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan ). Dalam

penerapannya terdiri atas :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Ukur Tekanan darah

c) Ukur Tinggi fundus uteri

d) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus Toksoi (TT) bila

diperlukan

e) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

f) Tes laboraturium ( rutin dan kusus )

g) Tata laksana kasus

h) Temu wicara ( konseling )

Pemeriksaan laboraturium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein

urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan kusus dilakukan di daerah prevalensi

tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko; dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria,

tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional , pelayanan antenatal disebut layak apabila

dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar ‘’7T’’ tersebut.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :

Minimal 1 kali pada trimester pertama

Minimal 1 kali pada trimester kedua

6

Minimal 2 kali pada trimester ketiga

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

2.2.2 Pertolongan persalinan

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Pencegahan infeksi

b. Metode pertolongan yang sesuai persalinan standart.

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

d. Melakukan inisiasi menyusu dini ( IMD ).

e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K, salep mata dan imunisasi

Hepatitis B0 (Hep B0).

2.2.3 Pelayanan kesehatan Ibu Nifas

Untuk deteksi dini komplikasi ibu nifas diperlukan pemantauan

pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali

dengan distribusi waktu

a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai

dengan 7 hari.

7

b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.

c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri ( involusi uterus ).

c. Pemeriksaan lokhea dan pengeluaran pervagina lainnya.

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ( 2 × 24jam).

f. Pelayanan KB pasca persalinan.

2.2.4 Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/ Komplikasi Kebidanan Dan

Bayi Baru Lahir

Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan

ibu hamil dengan resiko/ komplikasi kebidanan

Kehamilan merupakan proses reproduksi yanh normal, tetapi tetap mempunyai resiko

untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan

masyarakat tentang adanya resiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini

mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi yang

dilahirkan.

8

Faktor resiko pada ibu hamil :

a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Anak lebih dari 4

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

d) kurang energy kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,

atau gizi buruk dengan indeks massa tubuh <>

e) Anemia : hemoglobin <>

f) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan

tulang belakang.

g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

h) sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkolosis, kelainan

jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus, Sistemik

Lupus Eritematosis dll), Tumor dan Keganasan.

i) Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, Kehamilan Ekotopik

Terganggu, Mola Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat

Kongenital.

j) Riwayat persalinan beresiko : persalinan dengan seksio sesaria, ekstraksi

vakum/ forceps.

k) Riwayat nifas beresiko : pendarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas,

psikosis post partum (post partum blues)

l) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat

cacat congenital.

9

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

a) Pendarahan pervaginam pada kehamilan : keguguran, Plasenta Previa, Solusio

Plasenta.

b) Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi (sistolik>140 mmHg,

diastolik>90mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.

c) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.

d) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

e) Kalinan letak & posisi janin : Lintang/Oblique,Sungsang pada usia kehamilan

lebih dari 32 minggu.

f) Ancaman persalinan premature.

g) Ketuban pecah dini.

h) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.

i) Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.

j) Perdarahan pasca persalinan : atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan lahir,

kelainan darah.

k) Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang

adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.Factor waktu dan transportasi merupakan hal yang

sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi.Oleh karenanya deteksi faktor resiko

pada ibu bayi oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya

penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

10

2.2.5 Penanganan komplikasi Kebidanan

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam

sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Diperkirakan sekitar 15-20% ibu

hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan

tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan

harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan

ditangani.

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan, maka

diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan

obstetric dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu

PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukakan dipuskesmas mampu PONED meliputi

pelayanan obtetri uang terdiri dari :

a) Penanganan perdarahan pada kehamilan , persalinan, dan nifas

b) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan ( preeklamsi dan eklamsi)

c) Pencegahan dan penaganan infeksi

d) Penanganan partus lama / macet

e) Penanganan abortus

Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :

11

a) Pencegahan dan penanganan asfiksia

b) Pencegahan dan penanganan hipotermi

c) Penanganan bayi berat lahir rendah ( BBLR)

d) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang, ikterus ringan-sedang

e) Pencegahan dan penanganan gangguan minum

2.2.6 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan

kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi tau bayi

mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam

pertama dan bulan pertama kehidupannya.

Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal

difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

neonatal I sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat , pada saat bayi pulang atau

bidan meninggalkan bayi jika persalinan dirumah.

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan kompherensif, manajemen

terpadu bayi muda untuk bidan / perawat yang meliputi:

a. Pemeriksaan tanda bahaya sepertikemungkinan infeksi, bakteri, ikterus, diare berat badan

rendah.

b. Perawatan tali pusat.

c. Pemberian vit K 1 bila belum diberikan pada saat lahir.

d. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.

12

e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif , pencegaha

hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan

buku KIA.

f. Penanganan dan rujukan kasus

Pelayanan kesehatan neonatus (bayi berumur 0- 28 hari)

Dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di

fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.Setiap neonatus harus diberikan

pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada minggu

kedua setelah lahir.

Pelaksanan pelayanan kesehatan neonatus:

a. Kunjungan neonatal hari ke 1 (KN 1)

1) Untuk bayi baru lahir difasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum bayi

pulang dari fasilitas kesehatan (e”24 jam)

2) Untuk bayi baru lahir dirumah , bila bidan meninggalakan bayi sebelum 24 jam, maka

pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah lahir.

b. Kunjungan neonatal hari ke 3 (KN 2)

Pada hari ketiga

c. Kunjungan noenatal minggu ke 2 (KN 3)

13

Pada minggu kedua

2.2.7 Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan

dasar , mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat

mendapatPertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan

pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh

kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:

a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1-4, DPT-HB 1-3, Campak)

b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)

c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)

d. Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI

e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan

Buku KIA

f. Penanganan dan rujukan kasus

Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis

anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah.Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada triwulan I,

satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.

14

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

a. Kunjungan bayi antara umur 29 hari - 3 bulan

b. Kunjungan bayi antara umur 3 – 6 bulan

c. Kunjungan bayi antara umur 6 – 9 bulan

d. Kunjungan bayi antara umur 9 – 11 bulan

2.2.8 Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari

pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi

dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim.Bayi

baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani

dengan adekuat dapat terjadi kematian.Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama,

minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.

Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan

kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di

polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Komplikasi pada neonatus antara lain: Asfiksia, Kejang, Ikterus, Hipotermia, Tetanus

Neonatorum, Sepsis, Trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah)

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan

komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target

setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.

Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas

PONED 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan

15

kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan

kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada

kasus yang tidak mampu ditangani.

Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU kabupaten / kota

mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang

siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan operasi seksio

sesaria, perawatan neonatus level II dan tranfusi darah.

Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus – kasus

komplikasi kebidanan dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu

dan bayi baru lahir.

2.2.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.

Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar

kemampuan keindraan,berfikir,berbicara,serta pertumbuhan mental yang intelektual yang

intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk

mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Dilain pihak

upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dinimenjadi sangat

penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kearah yang lebih

berat.

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak yang berumur 12

– 59 bulan yang sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan

masyarakat dan petugas sektor lain, yang meliputi :

16

a. Pelayanan pemantauan prtumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku

KIA/KMS, dan Pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

(SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam satahun.

Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan

yang tercatat pada buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan

berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus di rujuk ke

sarana pelayanan kesehatan.

b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik

halus, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).

Pelayana SDIDTK di berikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)

maupun di luar gedung.

c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita

minimal 2 kali pertahun.

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

2.2.10 Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang sesuai dengan standar dengan

menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan dan

menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan).

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda, menjarangkan, dan/atau menghentikan

kehamilan, dengan menggunakan metode kontrasepsi. Metode Kontrasepsi meliputi:

a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi).

17

b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).

c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomo, dan tubektomi).

Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraseptive Prevalence

Rate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan pencapaian tertinggi di

antara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak

menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2002 akseptor

KB yang menggunakan suntik sebesar 21,1%, pil 15,4%, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%,

vasektomi 0,4%, dan kondom 0,7%.

Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek

sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus.Disamping itu pengelola program KB perlu

memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering, dan

banyak).

Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan

pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis, dan aspek

manajerial pelayanan KB.Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan

variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-

klinis secara berkesinambungan.Selanjutnya asoek manajerial, pengelola program KB perlu

melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan system pencatatan dan

pelaporan pelayanan KB.

2.3 Batasan dan Indikator Pemantauan

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA

18

(PWS-KIA) dengan batasan :

Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta

alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan

untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.

2.3.1 Batasan

a. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehaan untuk ibu

selama masa kehamilannya , yang dilaksanankan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang di tetapkan .

b. Penjaringan / deteksi dini kehamilan beresiko

Kegiatan ini bertujuan menemukan bumil beresiko/kompilkasi oleh kader, dukun bayi

dan tenaga kesehatan .

c. Kunjungan ibu hamil

Yang di maksud kunjungan ibu hamil di sini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang di

tetapkan .

Istilah kunjungan di sini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung

ke fasilitas pelayanan , tetapi tidak kontak dengan tenaga kesehatan (di posyandu ,

pondok bersalin desa , kunjungan rumah ) dengan ibu hamil untuk dapat memberikan

pelayanan antenatal sesuai standar dapat di anggap sebagai kunjungan ibu hamil .

d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)

Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan .

19

e . K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan dengan syarat :

1) Minimal 1 kali pada trimester pertama

2) Minimal 1 kali pada trimester kedua

3) Minimal 2 kali pada trimester ketiga

f. kunjungan Neonatal (KN)

adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan

pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar gedung

puskesmas (termasuk di bidan desa , polindes dan kunjungan rumah ) dengan ketentuan

1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam sampai

setelah lahir hari ke tujuh)

2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delapan (8-28

hari )

3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal

Contoh : Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ke tujuh (1-7 hari)

Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delap

Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 Keterangan

X X Sebagai KN

20

-

XX

XX

XX

-

XX

Bukan KN

Bukan KN

Sebagai KN

g. Kunjungan ibu Nifas (KF)

adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan pelayanan

dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas , baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas termasuk

bila di desa , polindes dan kunjungan rumah dengan ketentuan :

1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama samapai hari ketujuh (1-7 hari)

2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28 hari)

3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapulah sembilan sampai dengan hari ke empat puluh

dua (29-42 hari)

Contoh :

Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 29 s/d 42 Keterangan

X

-

X

X

X

XX

XX

-

X

X

-

X

Kunjungan KF

Bukan KF

Bukan KF

Bukan KF

h. Sasaran ibu hamil

21

Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu 1

tahun.

i. Ibu hamil beresiko

Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.

2.3.2 Indikator

Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan tehnis dan

non tehnis.

a. Indikator Pemantauan Tehnis

1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)

2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)

3) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi

kebidanan.

4) Cakupan pelayanan nifas oleh tanaga kesehatan

5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.

6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN1) oleh tenaga kesehatan

7) Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan

8) Penanganan Komplikasi Obstetri

9) Penanganan komplikasi neonatal

Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator yang di

gunakan pada program pengelola KIA yang di sesuaikan dengan kebutuhan

22

program.Oleh karena itu indikator tersebut di sebut dengan pemantauan

tehnis.

b. Indikator Pemantauan Non – Teknis

Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait khususnya para tenaga kesehatan

setempat, dipergunakan indikator-indikator yang terpilih yaitu

1) Cakupan KI, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.

2) Cakupan K4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.

3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/parnakes), yang menggambarkan

tingkat keamanan persalinan.

4) Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.

5) Cakupan kunjungan nifas.

6) Cakupan pelayanan KB aktif.

7) Cakupan kunjungan neonates.

8) Cakupan kunjungan bayi.

Penyajian indikator –indikator tersebut kepada lintas sektor di tujukan sebagai

alat motivasi, informasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan maupun

permasalahan operasional program KIA, sehingga para tenaga kesehatan dapat

memahami program KIA dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan.

Indikator pemantauan ini dapat di pergunakan dalam berbagai pertemuan lintas sektor di

semua tingkat administrasi pemerintah secara berkala dan di sajikan setiap bulan, untuk

23

melihat kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah yang cakupannya masih rendah di

harapkan lintas sektor dapat menindak lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan

masyarakat dan menggali sumber daya setempat yang diperlukan.

BAB III

24

MASALAH

DATA CAKUPAN K1 , K4, LINAKES UPT PUSKESMAS KALIANDA JANUARI – MARET 2013

No Desa Sasaran2012 K1 K4

K4 tahun 2012

DO K1 – K4 LINAKES

ABS % ABS % ABS % ABS % ABS % K1 Palembapang 75 21 28 13 17 9 12 7 35 33 462 n.pandan 65 20 31 6 9 7 11 11 55 15 243 Sukaratu 59 5 8 5 8 4 7 0 0 14 254 Babulang 51 3 6 4 8 3 6 0 0 5 105 Kecapi 40 9 22 8 20 5 13 1 12 10 256 Pematang 79 10 13 13 16 4 5 0 0 14 187 Kesugihan 46 6 13 7 15 4 9 0 0 10 248 Buah berak 40 14 35 4 10 2 5 10 72 8 219 Sumur

kumbang29 9 31 3 10 1 4 6 67 7 25

10 Bumi Agung 112 19 17 34 30 12 11 0 0 25 2311 Kalianda 160 26 16 29 18 10 12 0 0 47 3112 Maja 42 2 17 5 12 5 12 0 0 10 2413 Pt.iman 39 4 10 3 8 2 6 0 0 4 1114 Tengkujuh 35 5 14 4 11 5 15 1 20 9 2715 Jondong 36 9 25 7 19 5 14 2 23 7 21Jumlah 908 167 18 145 16 79 9 22 14 218 25

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) LINNAKES

25

26

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kunjungan K1 Ibu Hamil

DATA CAKUPAN KELAHIRAN PUSKESMAS KALIANDA JANUARI- MARET 2013

27

No desa Bayi 2012 Lahir mati Lahir

hidup

BBLR Neo resti Kematian Bayi

ABS % ABS % ABS % ABS % ABS %1 Palembapang 68 0 0 27 37 0 0 0 0 0 02 n.pandan 59 1 1,6 11 18 0 0 0 0 0 03 Sukaratu 54 1 1,8 12 21 0 0 0 0 0 04 Babulang 47 0 0 3 6 0 0 0 0 0 05 Kecapi 36 0 0 8 20 0 0 0 0 0 06 Pematang 73 0 0 9 12 0 0 0 0 0 07 Kesugihan 39 0 0 6 15 0 0 0 0 0 08 Buah berak 36 0 0 7 18 0 0 0 0 0 09 Sumur

kumbang26 0 0 7 25 0 0 0 0 0 0

10 Bumi Agung 102 0 0 18 17 1 1 0 0 0 011 Kalianda 148 1 0,6 36 23 0 0 0 0 0 012 Maja 38 0 0 7 17 0 0 0 0 0 013 Pt.iman 35 0 0 3 8 0 0 0 0 0 014 Tengkujuh 32 0 0 7 21 1 0 0 0 0 015 jondong 33 0 0 6 18 0 0 0 0 0 0

825 3 3,02 167 19 1 0,9 0 0 7 1

28

DATA CAKUPAN KN1 DAN KN2 PUSKESMAS KALIANDA JANUARI – MARET 2013

29

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KN1

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KN2

30

31

DATA KUNJUNGAN BAYI PUSKESMAS KALIANDA JANUARI-MARET 2013

DATA KASUS KEMATIAN IBU UPT PUSKESMAS KALIANDA BULAN JANUARI – MARET 2013

32

DATA KEMATIAN BAYI UPT PUSKESMAS KALIANDA TAHUN 2013

Data-data dari table maupun grafik di atas merupakan masalah yang ada pada program

kesehatan ibu dan anak di puskesmas kalianda pada tiga bulan terakhir yaitu bulan januari hingga

maret 2013. Masalah yang ada berupa pencapaian dari cakupan-cakupan yang belum memenuhi

target. Mengenai masalah ini akan dibahas lebih lanjut pada bab IV mengenai pembahasan dan

tindak lanjut.

33

BAB IV

PEMBAHASAN DAN TINDAK LANJUT

1. Indikator untuk masalah kematian ibu adalah MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka

Kematian Ibu), yaitu jumlah kematian ibu karena komplikasi kehamilan dan persalinan

dalam suatu wilayah tertentu dibandingkan dengan jumlah lahir hidup di wilayah dan waktu

yang sama dikali konstanta tertentu (1000 atau 100.000).

Keterangan :

X = Jumlah kematian ibu waktu hamil, bersalin, dan masa nifas pada suatu wilayah

tertentu selama 1 tahun

Y = Jumlah kelahiran hidup pada wilayah dan waktu yang sama

K = Konstanta (1000 atau 100.000)

Angka kematian ibu di Puskesmas Kalianda Bulan Januari – Maret : 0 / Nihil

34

MMR = X x k

Y

2. Indikator untuk masalah kematian bayi adalah IMR (Infant Mortality Rate atau

Angka Kematian Bayi), yaitu jumlah kematian bayi berumur < 13 bulan dalam suatu

wilayah tertentu dibandingkan dengan jumlah bayi yang lahir hidup dalam tahun yang

sama dikali konstanta tertentu (1.000 atau 100.000).

Keterangan:

X = Jumlah bayi berumur < 13 bulan yang meninggal pada suatu wilayah suatu wilayah

tertentu selama 1 tahun.

Y = Jumlah kelahiran hidup pada wilayah dan waktu yang sama.

k = Konstanta (1.000 atau 100.000).

3. Penyebab kematian ibu saat hamil, saat/pasca melahirkan dan masa nifas adalah:

Saat hamil

Perdarahan semisal karena abortus provokatus dan infeksi.

Saat/pasca melahirkan

Perdarahan post partum, eklampsia, ruptur dan atonia uteri.

Masa nifas

Infeksi.

35

IMR = X x k

Y

Penyebab kematian bayi adalah: IUFD, asfiksia, tetanus neonatorum, jantung bawaan,

ISPA, dehidrasi, dll. Penyebab kematian di Puskesmas Kalianda pada tahun 2013 adalah:

IUFD sebanyak 3 orang, asfiksia 2 orang, jantung bawaan 1 orang, dan dehidrasi 1 orang.

4. Kegiatan program KIA yang seharusnya dan yang dilaksanakan di Puskesmas Kalianda

NoLevel of Prevention

Kegiatan Program Pelaksanaan Program

1. Pencegahan primer

a. Health promotion

b. Specific protection

Memberi penyuluhan & nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat mengenai segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk kesehatan umum, gizi, KB, ASI dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan

Penyuluhan secara individu dan kelompok mengenai tumbuh kembang anak dan ASI.

Imunisasi TT 2 kali pada semua ibu hamil.

Memberi tablet atau sirup zat besi pada semua bumil.

Pemberian vit A sebanyak 2x dalam setahun

Penyuluhan diberikan saat ibu memeriksakan diri ke puskesmas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan.

Penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif dan tumbuh kembang anak diberikan di puskesmas atau saat posyandu atau imunisasi.

Imunisasi TT pada bumil sudah dilakukan integrasi dengan program imunisasi puskesmas

Pemberian tablet zat besi pada semua bumil sudah

36

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Pelayanan imunisasi yaitu BCG, hepatitis B, DPT, Polio dan Campak bagi bayi

Imunisasi Campak, TT dan DT terhadap anak usia sekolah

dilakukan. Pemberian vit A sudah

dilakukan Puskesmas tidak

menyediakan layanan pertolongan persalinan karena tidak ada fasilitas rawat inap

Pelayanan imunisasi bagi bayi sudah dilakukan.

Imunisasi Campak, TT dan DT terhadap anak usia sekolah sudah dilakukan.

2. Pencegahan sekunder

a. Early detection

Memberikan perawatan antenatal (ANC) terhadap ibu hamil termasuk pelayanan 7T untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.

Deteksi ibu hamil resiko tinggi. Pencatatan ibu hamil, evaluasi riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu, dan evaluasi penyakit yang diderita ibu.

Melakukan pemantauan secara intensif selama proses persalinan untuk mendeteksi jika ada penyulit dalam persalinan (salah satunya dengan partograf).

Pelayanan kesehatan neonatus dilakukan sebanyak 3x

Penimbangan bayi secara teratur di posyandu.

Deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak.

ANC sudah dilakukan di puskesmas oleh dokter atau bidan yang ada.

Deteksi bumi resiko tinggi sudah dilakukan.

Pemantauan dengan partograf dan intaruterine growth chart tidak dilakukan karena puskesmas tidak menyediakan layanan pertolongan persalinan

Penimbangan bayi secara teratur di posyandu sudah dilakukan

Deteksi dini tumbuh kembang anak hanya dilakukan pada balita yang datang ke posyandu dan puskesmas.

Pelayanan kesehatan neonatus hanya dilakukan sampai KN 2

37

b. Prompt treatment

Penanganan komplikasi kebidanan melalui PONED (Program Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar).

Melaksanakan MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) di puskesmas dan posyandu.

Di Puskesmas tidak melakukan PONED karena tidak ada fasilitas rawat inap.

MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit). Pada bayi sakit umur 2 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas dilayani oleh poli umum

3. Pencegahan tersier

a. Disability limitation

b. Rehabilitation

Melakukan rujukan sesuai indikasi. Sudah dilakukan.

5. Indikator keberhasilan program

Cakupan K1 (96%)

Rumus K1 = Jumlah bumil ANC pertama kali x 100

Jumlah sasaran bumil

38

Pelayanan ANC meliputi :

Timbang BB dan ukur tinggi badan

Ukur tekanan darah

Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Ukur tinggi fundus uteri

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

Screening status imunisasi TT

Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama hamil

Tes laboratorium (rutin dan khusus) seperti Hb, urine (khususnya HB, HIV, sifilis dan

malaria)

Tata laksana kasus

Temu wicara (konseling) termasuk P4K dan KB pasca salin

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil

adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat

Pencapaian K1 pada bulan januari-maret 2013 sebesar 73 % sedangkan target yang ingin

dicapai dalam 12 bulan adalah 100%.

39

Cakupan K4 (95%)

Cakupan K4 =

Jumlah bumil mendapat pelayanan minimal 4 kali sesuai standar oleh nakes x 100

Jumlah sasaran ibu hamil dalam setahun

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil

adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat

Pencapaian K4 pada bulan januari-maret 2013 sebesar 67 % sedangkan target yang ingin

dicapai dalam 12 bulan adalah 95%.

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (90%)

Cakupan KN 1 =

Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir x 100

Jumlah sasaran bayi dalam setahun

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

KN 1 pada 6-48 jam setelah lahir

KN 2 pada hari ke 3-7 setelah lahir

40

KN 3 pada hari ke 8-28 setelah lahir

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan

pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat,

yang meliputi :

Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Tali pusat

Melaksanakan ASI Eksklusif

Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat

badan rendah dan Masalah pemberian ASI.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru

lahir

41

Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan

hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan

Buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Cakupan Kunjungan Bayi (KBy) (90%)

KBy = Jumlah bayi yang telah mendapat 4x pelayanan kesehatan x 100

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam setahun

KBy adalah cakupan bayi yang mendapat pelayanan paripurna minimal 4x :

Umur 29 hari – 2 bulan

Umur 3-5 bulan

Umur 6- 8 bulan

Umur 9-11 bulan

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum

bayi berusia 1 tahun.

Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

42

Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan

perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Input Proses Output Outcome Dampak

Man

Tersedia tenaga kesehatan yaitu bidan-bidan yang terlatih yang mampu memberikan pelayanan KIA.

Money

Anggaran dana dari Dinkes

Material

Tensimeter, timbangan dewasa dan bayi, ukuran tinggi badan, KMS ibu hamil dan anak, vaksin TT, BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B

Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal.

Petugas kesehatan dan masyarakat dapat mendeteksi secara dini ibu hamil yang berisiko.

Bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan pada masa neonatal.

Ibu nifas mendapatkan pelayanan kesehatan selama masa nifas.

Balita mendapatkan

Cakupan K1 dan K4 meningkat.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat.

Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan dan masyarakat meningkat.

Cakupan kunjungan neonatus meningkat.

Cakupan kunjungan ibu nifas meningkat.

Jumlah kematian ibu menurun.

Jumlah kematian bayi menurun.

Angka harapan hidup ibu meningkat.

Angka harapan hidup bayi meningkat.

43

Minute

Pelayanan di KIA dilakukan tiap hari kerja. Pelayanan imunisasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis tiap minggunya sedangkan posyandu dilakukan tiap bulan

Method

ANC, KF, KN, deteksi dini resti

Market

Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, balita

deteksi dini tumbuh kembang.

Cakupan penjaringan dini tumbuh kembang pada balita meningkat.

6. Target dan pencapaian program KIA Bulan Januari – Maret 2013

No. IndikatorTarget

(%)Pencapaian

(%)

1 K1(96%) 24 18,4

2 K4(95%) 24 16

3 KN 1(90%) 23 14,5

44

4 KN2(90%) 23 14,6

6 Linakes(90%) 22,5 19,3

Pencapaian ini hanya dalam waktu tiga bulan terakhir sehingga dengan kinerja dan ketepatan pencatatan dan pelaporan saya yakin bahwa pencapaian ini bisa ditingkatkan tiap bulannya hingga mencapai target yang seharusnya dalam waktu satu tahun ke depan.

7. Tidak ada persalinan yang dibantu oleh dukun bersalin . Menurut pemegang program puskesmas sebelumnya juga tidak pernah melakukan pelatihan dukun bersalin.

8. Faktor-faktor p elaksanaan yang dilakukan serta alternatif pemecahan masalah.

Pelaksanaan Alternatif Pemecahan

MTBS tidak bisa dilaksanakan pada semua anak karena memerlukan waktu yang lama dan ibu si anak cenderung merasa bosan

Pemantauan dengan partograf dan intaruterine growth chart tidak dilakukan karena puskesmas tidak menyediakan layanan pertolongan persalinan

Pelayanan kesehatan neonatus

hanya dilakukan sampai KN 2

karena penting untuk mengetahui

kemungkinan efek samping lain

yang diakibatkan oleh partus

Di Puskesmas tidak melakukan PONED karena tidak tersedia fasilitas rawat inap

Menjelaskan kepada ibu pentingnya dilakukan MTBS untuk deteksi dini penyakit-penyakit yang mungkin dialami oleh anak yang tidak disadari oleh ibu.

Perlu dilakukan pelatihan PONED pada SDM Puskesmas

Segera melakukan perujukan untuk

bumil yang mengalami kejadian post

partum yang tidak diinginkan

45

Cakupan K1 mencapai 73%, namun cakupan K4 hanya 67%, padahal pemeriksaan ANC pada trisemester III amatlah penting. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian bumil lebih memilih melakukan ANC selanjutnya di tempat lain

Puskesmas punya data untuk

mengetahui bumil yang sudah

melakukan K1 agar untuk kunjungan

selanjutnya diingatkan dengan

media hubungan seperti telepon

ataupun kabar demi kesehatan

Segera merujuk ke rumah sakit

apabila ad kejadian” post pertum yg

tidak diinginkan

Saat bumil melakukan K1, bumil diberi KIE secara intensi supaya para ibu yang hamil mengetahui dengan baik pentingnya pemeriksaan kehamilannya dan rutin

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pengelolaan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kalianda

Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak sacara promotif di Puskesmas

Kalianda dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui

penyuluhan.

Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak secara preventif kepada

masyarakat dilakukan dengan melakukan pemantauan wilayah setempat PWS-

KIA yang ada di wilayah kalianda, dan berjalannya berbagai kegiatan seperti

kunjungan dan pemeriksaan.

Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak secara kuratif di Puskesmas

Kalianda dilakukan dengan melakukan pengobatan yang rasional terhadap ibu,

bayi dan balita tersebut.

Secara umum, progam pengelolaan kesehatan ibu dan anak ini

d i l a k s a n a k a n d e n g a n c u k u p b a i k .

Masalah yang dihadapi pada program kesehatan ibu dan anak ini mencakup

masalah sarana prasarana, pendanaan, dan tenaga kesehatan, kinerja tenaga

kesehatan serta kurangnya kerja sama lintas sektoral.

47

SARAN

Dilakukan advokasi mengenai pendanaan yang terkait dengan pengelolaan

program kesehatan ibu dan anak kepada pemerintah oleh pihak puskesmas.

Dilakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat oleh para

pemegang program di puskesmas agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam

setiap program yang dilakukan puskesmas.

Dilakukannya pencatatan dan pelaporan data-data maupun cakupan dengan tepat

waktu.

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, A, 1980, Puskesmas dan Kesehatan Masyarakat, h: 12, 14, Medica Press,

Jakarta.

2. Effendy. Nasrul, 1995. Perawatan Kesehatan Masyarakat, h: 1, Buku Kedok-teran EGC,

Jakarta.

3. Kotch, J.B, 1997. Maternal and child Health. Aspen Publishers Inc. Maryland.

4. Kosim, M.S, 2000. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,

Bidan, dan Perawat Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta.

5. Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Saper

(MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta.

6. Departemen Kesehatan RI. 2005. Kesehatan Ibu dan Anak 2005-2009. Jakarta.

7. Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2003 Menuju Indonesia

Sehat 2010. Jakarta.

8. http://privacy-gembelz.blogspot.com/2008/10/mutu-layanan-organisasi-

pusat kesehatan.html

9. http://id.wikipedia.org/wiki/kesehatan ibu dan anak

49

50