makalah khitan

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khitan adalah syariat Islam yang menjadi sunnah Nabi Muhamad SAW. bahkan dalam syariat Nabi Ibrahim as. Dalam Al Hadits banyak sekali dijumpai perintah yang mewajibkan khitan. Anak yang sudah mencapai usia baligh wajib melakukannya, karena secara syar’i dirinya sudah dianggap menjadi seorang mukallaf. Perintah khitan sebetulnya adalah ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim as. atas perintah Allah SWT. Dalam kitab Mughni Al-Muhtaj dikatakan bahwa laki-laki yang pertama melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim as. Islam memerintahkan melakukannya dengan tujuan mengikuti millah Ibrahim as. dan sebagai syarat kesucian dalam ibadah, karena ibadah (shalat) mensyaratkan kesucian badan, pakaian dan tempat. Banyak orang tua yang mengkhitankan anak-anaknya, tetapi hal itu ia lakukan tidak disertai penghayatan terhadap makna khitan. Ia merasa cukup dengan membawa anaknya kepada ahli khitan dan membayar sekian rupiah, lalu selesai. Ia tidak pernah mencari tahu makna apa yang terkandung dalam khitan. Dalam pandangan Islam, anak adalah perhiasan Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Hadirnya akan membuat bahagia ketika memandangnya, hati akan terasa 1

Upload: cynk-leny

Post on 27-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sunnah rasul

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Khitan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Khitan adalah syariat Islam yang menjadi sunnah Nabi Muhamad SAW.

bahkan dalam syariat Nabi Ibrahim as. Dalam Al Hadits banyak sekali dijumpai

perintah yang mewajibkan khitan. Anak yang sudah mencapai usia baligh wajib

melakukannya, karena secara syar’i dirinya sudah dianggap menjadi seorang

mukallaf.

Perintah khitan sebetulnya adalah ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim as.

atas perintah Allah SWT. Dalam kitab Mughni Al-Muhtaj dikatakan bahwa laki-

laki yang pertama melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim as. Islam

memerintahkan melakukannya dengan tujuan mengikuti millah Ibrahim as. dan

sebagai syarat kesucian dalam ibadah, karena ibadah (shalat) mensyaratkan

kesucian badan, pakaian dan tempat.

Banyak orang tua yang mengkhitankan anak-anaknya, tetapi hal itu ia

lakukan tidak disertai penghayatan terhadap makna khitan. Ia merasa cukup

dengan membawa anaknya kepada ahli khitan dan membayar sekian rupiah, lalu

selesai. Ia tidak pernah mencari tahu makna apa yang terkandung dalam khitan.

Dalam pandangan Islam, anak adalah perhiasan Allah SWT yang

diberikan kepada manusia. Hadirnya akan membuat bahagia ketika

memandangnya, hati akan terasa tentram dan suka cinta setiap bercanda dengan

mereka, dialah bunga di kehidupan dunia.

Khitan bukan hal asing di kalangan umat Islam. Ia menjadi penting karena

di samping menjadi perintah Allah, ia juga menjadi persyaratan kesempurnaan

seseorang dalam melaksanakan ibadah seperti, shalat lima waktu, membaca Al

Quran, haji dan ibadah lain yang mensyaratakan kesucian dari hadats dan najis.

Oleh karena itu, seorang anak yang telah berstatus Mukallaf bertanggung jawab

atas semua kewajiban melaksanakan shalat, puasa dan lain-lain. Karena ia sendiri

yang terkena kewajiban shalat, makanya dirinya pula yang harus menunaikan

shalat tersebut dan bukan kedua orang tua. Tugas orang tua hanya memberi

pengertian dan pendidikan kepada anak.

1

Page 2: Makalah Khitan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Khitan menurut bahasa berasal dari akar kata arab khatana, yakhtanu,

khatnan yang berarti “memotong”. Berdasarkan ilmu syar’i, pengertian khitan

berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Khitan bagi laki-laki adalah memotong

kulit yang menutupi hasyafah (kepala kemaluan), sehingga menjadi terbuka.

Sedangkan khitan bagi perempuan adalah membuang bagian dalam faraj yaitu

kelentit atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva

bagian atas kemaluan perempuan. Khitan bagi laki-laki dinamakan juga I’zar dan

bagi perempuan disebut khafd. Namun keduanya lazim disebut khitan.

2.2 Manfaat Khitan

Di antara hikmah-hikmah khitan yang terkandung dari pelaksanaan khitan

adalah

1. Khitan merupakan pangkal fitrah, syiar Islam dan syari’at

2. Khitan merupakan salah satu masalah yang membawa kesempurnaan ad-

Din yang disyari’atkan Allah swt. lewat lisan Nabi Ibrahim as.

sebagaimana terdapat dalam QS. 16:123 yang berbunyi:

3. Khitan itu membedakan kaum muslimin daripada pengikut agama lain

4. Khitan merupakan pernyataan Ubudiyah terhadap Allah swt, ketaatan

melaksanakan perintah, hukum dan kekuasaannya

Berikut ini adalah sedikit faedah-faedah khitan menurut al-Hawani :

Pertama : Dengan memotong Qulfah atau kulup seorang anak, ia akan terbebas

dari endapan yang mnegandung lemak, dan lendir-lendir yang sangat kotor. Ini

dapat menekan serendah mungkin terjadinya peradangan pada kemaluan, dan

proses pembusukan yang diakibatkan oleh endapan lendir-lendir tersebut.

Kedua: Dengan terpotongnya Qulfah, batang kemaluan akan bebas dari kekangan

semasa terjadi ketegangan (ereksi)

2

Page 3: Makalah Khitan

Ketiga : Dengan khitan kemungkinan terserang penyakit kanker sangat kecil.

Realitas menunjukan penyakit kanker penis ternyata banyak diderita oleh orang

yang tidak di khitan. Dan jarang sekali menimpa bangsa-bangsa yang syariat

agamanya memerintahkan agar pemeluknya berkhitan.

Keempat : Bila secepatnya mengkhitan sang anak, berarti kita telah

menghindarkan dari kebiasaan ngompol di tempat tidur. Penyebab utama anak

mengompol ditempat tidur pada malam hari karena qulfahnya terasa gatal dan

keruh (tergelitik).

Kelima : Dengan khitan anak terhinar dari bahaya melakukan onani. Apabila

qulfah masih ada, maka lendir-lendir yang tertumpuk dalam gulfah, ini dapat

merangsang syaraf-syaraf kemaluan dan mengelitik ujung kemaluan yang

merupakan daerah sensitif terhadap rangsangan (stimulus). Maka dia akan sering

menggaruknya. Bila hal ini terus berjalan sampai usia puber, maka dia akan

semakin sering mempermainkannya sehingga akhirnya kebiasaan itu meningkat

pada onani.

Keenam : Para dokter mengatakan secara tidak langsung khitan berpengaruh pada

daya tahan sek. Oleh sebagian lembaga ilmiah pernah diadakan suatu sensus

mengenai hal ini. Hasilnya menunjukan bahwa orang yang berkhitan mempunyai

kemampuan seks yang cukup lama dibandingkan orang yang tidak dikhitan. Falh

Gray juga menyatakan berdasarkan penelitiannya, orang yang khitan memiliki

ketahanan lebih lama dibanding orang yang tidak dikhitan dalam melakukan

hubungan suami istri (al-Halwani :46) versi lengkap.

2.3 Hukum Khitan Menurut Imam Mazhab

Hukum dasar khitan menurut beberapa mazhab berbeda-beda. Menurut

beberapa fuqaha mengenai hukum dasar khitan adalah sebagai berikut:

1. Mazhab Syafi’i. Menurut mazhab Syafi’i, khitan bagi laki-laki dan perempuan

hukumnya wajib. Hal ini didasarkan pada Al Qur’an, surah An Nahl : 123.

Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan millah Nabi Ibrahim as, salah

3

Page 4: Makalah Khitan

satunya adalah berkhitan. Dan berdasarkan hadits Rasulullah saw yakni, dari

Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Potonglah rambut kufur darimu dan

berkhitanlah” (HR Muslim)

2. Mazhab Hambali. Menurut mazhab Hambali, khitan bagi laki-laki hukumnya

wajib dan khitan memuliakan bagi perempuan. Hal ini sebagaimana hadits

Rasulullah saw, “Khitan itu sunah buat laki-laki dan memuliakan buat

wanita” (Ahmad dan Baihaqi).

3. Mazhab Maliki dan Hanafi. Menurut kedua mazhab ini hukum khitan adalah

sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan, dalilnya: Dari Anas Ibn Malik

R.a, bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada Ummu Athiyyah,

tukang khitan perempuan di Madinah: “Sentuhlah sedikit saja dan jangan

berlebihan, karena hal itu adalah bagian kenikmatan perempuan dan

kecintaan suami.” (HR Abu Dawud)

Adapun dalil-dalil yang dijadikan landasan para ulama yang mengatakan

khitan hukumnya wajib antara lain:

1. Dari Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda bahwa nabi Ibrahim

melaksanakan khitan ketika berumur 80 tahun, beliau khitan dengan

menggunakan kapak. (H.R. Bukhari). Nabi Ibrahim melaksanakannya

ketika diperintahkan untuk khitan padahal beliau sudah berumur 80 tahun.

Ini menunjukkan betapa kuatnya perintah khitan.

2. Kulit yang di depan alat kelamin terkena najis ketika kencing, kalau tidak

dikhitan maka sama dengan orang yang menyentuh najis di badannya

sehingga sholatnya tidak sah. Sholat adalah ibadah wajib, segala sesuatu

yang menjadi prasyarat sholat hukumnya wajib.

3. Hadist riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah saw berkata kepada

Kulaib: “Buanglah rambut kekafiran dan berkhitanlah”. Perintah

Rasulullah saw menunjukkan kewajiban.

4. Diperbolehkan membuka aurat pada saat khitan, padahal membuka aurat

sesuatu yang dilarang. Ini menujukkan bahwa khitab wajib, karena tidak

diperbolehkan sesuatu yang dilarang kecuali untuk sesuatu yang sangat

kuat hukumnya.

4

Page 5: Makalah Khitan

5. Memotong anggota tubuh yang tidak bisa tumbuh kembali dan disertai

rasa sakit tidak mungkin kecuali karena perkara wajib, seperti hukum

potong tangan bagi pencuri.

2.4 Khitan Bagi Laki-Laki.

Khitan pada anak laki-laki dilakukan dengan cara memotong kulup

(qalfah/preputium) atau kulit yang menutupi ujung zakar. Minimal

menghilangkan apa yang menutupi ujung zakar, dan disunnahkan untuk

mengambil seluruh kulit di ujung zakar tersebut.

Al-Imam al-Mawardi telah menjelaskan, untuk melaksanakan khitan ada

dua waktu, waktu yang wajib dan waktu yang mustahab (sunnah). Waktu yang

wajib adalah ketika seorang anak mencapai baligh, sedangkan waktu mustahab

sebelum baligh. Boleh pula melakukannya pada hari ketujuh setelah kelahiran.

Juga disunnahkan untuk tidak mengakhirkan pelaksanaan khitan dari waktu

mustahab kecuali karena ada uzur. (Fathul Bari, 10/355)

Dijelaskan pula masalah waktu pelaksanaan khitan ini oleh Ibnul Mundzir.

Beliau mengatakan, “Tidak ada larangan yang ditetapkan oleh syariat yang

berkenaan dengan waktu pelaksanaan khitan ini. Juga tidak ada batasan waktu

yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan khitan tersebut, begitu pula sunnah yang

harus diikuti. Seluruh waktu diperbolehkan. Tidak boleh melarang sesuatu kecuali

dengan hujjah. Kami juga tidak mengetahui adanya hujjah bagi orang yang

melarang khitan anak kecil pada hari ketujuh.” (Dinukil dari al-Majmu’ Syarhul

Muhadzdzab, 1/352)

Yang juga tak lepas dari kaitan pelaksanaan khitan ini adalah masalah

walimah khitan. Sebagaimana yang lazim di tengah masyarakat, setelah anak

dikhitan, diundanglah para tetangga untuk menghadiri acara makan bersama.

Mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya, bolehkah yang demikian ini

diselenggarakan?

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani telah menyebutkan di akhir-akhir “bab

Walimah” pada Kitab an-Nikah dalam syarah beliau terhadap kitab Shahih al-

Bukhari tentang disyariatkannya mengundang orang-orang untuk menghadiri

5

Page 6: Makalah Khitan

walimah dalam khitan. Beliau juga menyebutkan bahwa riwayat dari ‘Utsman bin

Abil ‘Ash z yang menyatakan:

“Kami tidak pernah mendatangi walimah khitan semasa Rasulullah n dan tidak

pernah diadakan undangan padanya.”

Mungkin masih tersisa pertanyaan di benak ayah dan ibu, manakala

mengingat buah hatinya menanggung rasa sakit, bolehkah memberikan hiburan

kepadanya. Dikisahkan oleh Ummu ‘Alqamah:

“Anak-anak perempuan saudara laki-laki ‘Aisyah dikhitan, maka ditanyakan

kepada ‘Aisyah, ‘Bolehkah kami memanggil seseorang yang dapat menghibur

mereka?’ ‘Aisyah mengatakan, ‘Ya, boleh.’ Maka aku mengutus seseorang untuk

memanggil ‘Uda, lalu dia pun mendatangi anak-anak perempuan itu. Kemudian

lewatlah ‘Aisyah di rumah itu dan melihatnya sedang bernyanyi sambil

menggerak-gerakkan kepalanya, sementara dia mempunyai rambut yang lebat.

‘Aisyah pun berkata, ‘Cih, setan! Keluarkan dia, keluarkan dia!’.” (Dihasankan

oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 945 dan dalam

ash-Shahihah no. 722)

Atsar dari Ummul Mukminin ‘Aisyah kali ini menunjukkan disyariatkannya

memberikan hiburan kepada anak yang dikhitan agar dia melupakan sakit yang

dirasakannya. Bahkan ini termasuk kesempurnaan perhatian ayah dan ibu kepada

sang anak. Akan tetapi, tentu saja hiburan tersebut tidak boleh berlebih-lebihan

sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang, seperti menggelar nyanyian,

menabuh alat-alat musik, dan selainnya yang tidak ditetapkan oleh syariat.

(Ahkamul Maulud, 113—114)

Semua ini tentu tak kan luput dari perhatian ayah dan ibu yang ingin

membesarkan buah hatinya di atas ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya n.

Mereka berdua tak akan membiarkan sekejap pun dari perjalanan hidup mutiara

hati mereka, kecuali dalam bimbingan agamanya.

2.5 Khitan bagi wanita.

Khitan bagi perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang

menutupi ujung klitoris (preputium clitoris) atau membuang sedikit dari bagian

klitoris (kelentit) atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang

6

Page 7: Makalah Khitan

vulva bagian atas kemaluan perempuan. Khitan bagi laki-laki dinamakan juga

I’zar dan bagi perempuan disebut khafd.

Bagi wanita fungsi khitan adalah (di antaranya) untuk menstabilkan

rangsangan syahwatnya. Jika dikhitan terlalu dalam bisa membuat dia tidak

memiliki hasrat sama sekali, sebaliknya, jika kulit yang menonjol ke atas

vaginanya (Klitoris) tidak dipotong bisa berbahaya, karena kalau tergesek atau

tersentuh sesuatu dia cepat terangsang. Maka Rasululloh Shallallahu alaihi wa

Salam bersabda kepada tukang khitan wanita (Ummu A'Thiyyah), yang artinya:

"Janganlah kau potong habis, karena (tidak dipotong habis) itu lebih

menguntungkan bagi perempuan dan lebih disenangi suami." (HR: Abu Dawud)

Mengenai khitan bagi wanita ini memang kurang dikenal oleh sebagian

besar masyarakat kita, namun semoga saja melalui informasi ini, kita mulai

mengamalkannya dan bagi muslimah dengan profesi medis mulai mempelajari

atau mendalami hal ini sehingga membantu umat Islam dalam melaksanakan

khitan bagi kaum wanita, sehingga jangan sampai yang mengkhitan muslimah

yang baligh adalah para lelaki.

Sebuah kekhawatiran apabila tidak di khitan bagi wanita adalah akan

menyebabkan menjadi salah satu pendorong dia menjadi lesbian. Maka dari itu

Islam memerintahkan agar menstabilkan syahwatnya dengan cara khitan

2.6 Hukum khitan.

1)      Ulama-Ulama Yang Mengatakan Wajib

Imam Nawawi (al-Majmu’ (1/301) mengatakan bahwa jumhur atau

mayoritas ulama menetapkan khitan itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Imam

Nawawi menekankan bahwa jumhur itu mewakili mazhab Syafi’i, Hanabilah dan

sebagian Malikiah. Pendapat ini turut didukung oleh Syaikh Muhammad Mukhtar

al-Syinqithi (Ahkamul Jiraha wa Tibbiyah (168)) dan salafi Syam pimpinan al-

Albani.

Kalau menurut Imam Ibn Qudamah (al-Mughni 1/85) malah lain lagi.

Menurut beliau jumhur menetapkan bahwa khitan wajib bagi laki-laki tapi

dianjurkan (mustahab) bagi perempuan. Imam Qudamah malah mendakwa bahwa

7

Page 8: Makalah Khitan

jumhur itu mewakili sebagian Hanbilah, sebagian Maliki dan Zahiri. Pendapat Ibn

Qudamah disetujui oleh Syaikh Ibn Uthaimiin.

Disini kita bisa melihat bahwa istilah jumhur (mayoritas) itu sendiri tidak

sama antara Imam Ibn Qudamah dan Imam Nawawi. Dalil-dalil yang mereka

pakai untuk menyatakan bahwa khitan itu hukumnya wajib adalah sebagai berikut.

a.       Dalil dari Al’Quran

a)     Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat

(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (Al’Quran 2:124).

Menurut Tafsir Ibn Abbas, khitan termasuk ujian ke atas Nabi Ibrahim dan

ujian ke atas Nabi adalah dalam hal-hal yang wajib (al-Fath, 10:342).

b)     Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim

seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang

mempersekutukan Tuhan (Al’Quran 16:123). Menurut Ibn Qayyim (Tuhfah,

101), khitan termasuk dalam ajaran Ibrahim yang wajib diikuti sehingga ada

dalil yang menyatakan sebaliknya.

b.      Dalil Hadith

a)      Dari Utsaim bin Kulaib dari ayahnya dari datuknya, bahwa dia datang

menemui RasuluLlah S.A.W dan berkata, “Aku telah memeluk Islam. Maka

Nabi pun bersabda, “Buanglah darimu rambut-rambut kekufuran dan

berkhitanlah.” [HR Ahmad, Abu Daud dan dinilai Hasan oleh al-Albani].

Hadith ini dinilai dha’if oleh manhaj mutaqaddimin.

b)      Dari az-Zuhri, bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa masuk Islam, maka

berkhitanlah walaupun sudah dewasa.” Komentar Ibn Qayyim yang

memuatkan hadith di atas dalam Tuhfah, berkata walaupun hadith itu dha’if,

tapi ia dapat dijadikan penguat dalil.

c.       Atsar Salaf

a)      Kata Ibn Abbas, ” al-Aqlaf (orang belum khitan) tidak diterima solatnya dan

tidak dimakan sembelihannya.” (Ibn Qayyim, Tuhfah) dalam versi Ibn Hajar

“Tidak diterima syahadah, solat dan sembelihan si Aqlaf (org belum khitan)”.

Itulah dalil-dalil yang dipegang oleh mayoritas fuqaha yang menyatakan

khitan itu wajib.

8

Page 9: Makalah Khitan

2)      Ulama-Ulama Yang Mengatakan Sunnat

Pendapat ini didukung oleh Hanafiah dan Imam Malik. Syeikh al-

Qardhawi menyetujui pendapat ini dan berkata, “Khitan bagi lelaki cuma

sunnah syi’ariyah atau sunnah yang membawa syi’ar Islam yang harus

ditegakkan. Ini juga pendapat al-Syaukani. (Fiqh Thaharah)

a.       Dalil Hadisth

a)      Dari Abu Hurayrah ra: “Perkara fitrah ada lima: berkhitan….” (Sahih

Bukhari-Muslim). Oleh kerana khitan dibariskan sekali dengan sunan alfitrah

yang lain, maka hukumnya adalah sunat juga. (al-Nayl oleh Syaukani).

b)      “Khitan itu sunnah bagi kaum lelaki dan kehormatan bagi kaum wanita.” (HR

Ahmad, dinilai dha’if oleh mutaqaddimin dan mutaakhirin seperti al-Albani).

Jika hadith ini sahih barulah isu hukum wajib dan sunat dapat diselesaikan

secara muktamad. Sayangnya hadith yang begini jelas adalah dha’if.

9

Page 10: Makalah Khitan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Khitan menurut bahasa berasal dari akar kata arab khatana, yakhtanu,

khatnan yang berarti “memotong”. Berdasarkan ilmu syar’i, pengertian khitan

berbeda untuk laki-laki dan perempuan.

Khitan pada anak laki-laki dilakukan dengan cara memotong kulup

(qalfah/preputium) atau kulit yang menutupi ujung zakar. Minimal

menghilangkan apa yang menutupi ujung zakar, dan disunnahkan untuk

mengambil seluruh kulit di ujung zakar tersebut.

Khitan bagi perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang

menutupi ujung klitoris (preputium clitoris) atau membuang sedikit dari bagian

klitoris (kelentit) atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang

vulva bagian atas kemaluan perempuan.

Hukum melakukan khitan berbeda-beda, ada sebagian ulama mengatakan

wajib dan ada yang mengatakan sunnah bagi kaum lelaki dan kehormatan bagi

kaum wanita. Menurut Kata Ibn Abbas, ” al-Aqlaf (orang belum khitan) tidak

diterima solatnya dan tidak dimakan sembelihannya.” (Ibn Qayyim, Tuhfah).

3.2 Saran

1. Bagi wanita yang telah mampu, mengetahui bahwa khifadh (khitan wanita)

itu memiliki banyak manfaat, meskipun tidak ada dalil shahih yang

mewajibkan, dan siap untuk dikhifadh, berkhifadhlah!

2. Bagi yang telah mampu dan mengetahui manfaat khitan, namun belum

siap untuk di khitan, maka persiapkan diri terlebih dahulu.

3. Bagi yang telah mampu, namun belum siap dan belum mengetahui

manfaat khitan, maka terlebih dahulu mencari informasi tentang manfaat

khitan

10

Page 11: Makalah Khitan

DAFTAR PUSTAKA

Tausyiah275.blogsome.com – Tinjauan Sunat (Khitan) Perempuan Menurut Islam

Hasan, M. Ali.2003.Masail Fiqhiyah al-Haditsah.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asrori, Achmad Ma’ruf, Ismail, Suheri, Faizin, Khoirul. 1998. Berkhitan, Akikah, Kurban. Surabaya : Penerbit Al Miftah.

Hindi, Maryam Ibrahim, Dr. 2008. Misteri di Balik Khitan Wanita. Solo : Penerbit Zamzam.

Muslim Al-Atsari, Al-Ustadz Abu Ishaq. 2007. Makalah Sunnah-sunnah Fithrah (Masalah Khitan).

Niam, Muhammad. 2010. Makalah Ajaran Khitan dalam Islam.

11

Page 12: Makalah Khitan

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, Tuhan yang senantiasa

melimpahkan taufik serta hidayah Nya kepada kita semua. Alhamdulillah, berkat

rahmat Nya pula segala bentuk kesukaran berbuah kemudahan dalam

menyelesaikan tulisan makalah ini. salam dan taslim tak lupa kita haturkan kepada

Baginda Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman pembawa serta penyempurna

pedoman dan tuntunan hidup bagi umat manusia di muka bumi.

Merupakan fondasi utama dari makalah ini adalah sebagai acuan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan tentang segala ilmu syar'I khususnya dalam

bidang pensucian diri. Hal ini dianggap sangat penting mengingat keberadaan

hukum – hukum islam yang kurang ditegakkan oleh kaum muslimin. Sedangkan

peranan ilmu syar'i adalah cermin untuk melihat varian problema itu dalam

bingkai solusi dan penyelesaian. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan

sesuatu yang sesuai atau tidak dengan target tujuan yang telah ditetapkan.

Materi yang kami susun dalam makalah ini merupakan jenis materi yang

agak lumayan rumit diniliai dari tingkatan keilmuannya. Oleh sebab itu, kami

tidak berani menilai bahwa dalam penulisan makalah ini mengandung nilai

kesempurnaan. Namun dalam mendekati kesempurnaan itu kami sangat berharap

saran serta sumbangsi pola pikir anda sangat kami butuhkan.

Sebagai manusia biasa kami sangat sarat dengan kekurangan dan kesalahan,

dengan itu kami menyampaikan permintaan maaf dan ucapan terimah kasih yang

sebasar- besarnya .

Matangglumpangdua, Maret 2013

Penulis

12i

Page 13: Makalah Khitan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ................................................................................................ 2

2.2 Manfaat Khitan .......................................................................................... 2

2.3 Hukum Khitan Menurut Imam Mazhab ................................................... 3

2.4 Khitan Bagi Laki-Laki. .............................................................................. 5

2.5 Khitan bagi wanita. ................................................................................... 6

2.6 Hukum khitan. ........................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10

3.2 Saran ......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

13ii