makalah kelompok 9 perkembangan disiplin

46
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tanpa adanya halangan berarti dalam proses pengerjaannya sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini berisi mengenai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik yang berhubungan dengan “ Perkembangan Disiplin Peserta Didik”. Disiplin diri sangat diperlukan bagi peserta didik terutama dalam hal belajar, karena dengan disiplin belajar dapat membantu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam makalah ini berisi materi-materi tentang kedisiplinan bagi calon pendidik agar dapat menigkatkan kedisiplinan para peserta didik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1) Bapak Drs. Romli Manarus, SU.Kons., selaku dosen pengasuh mata kuliah Perkembangan Peserta Didik; 2) Kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan serta senantiasa memberikan doa restunya, baik secara moril maupun secara materil dalam setiap langkah kedepannya; 1

Upload: abhie-furqon-sunrise

Post on 20-Oct-2015

152 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tanpa adanya halangan

berarti dalam proses pengerjaannya sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini berisi mengenai pengetahuan tentang

perkembangan peserta didik yang berhubungan dengan “ Perkembangan Disiplin Peserta

Didik”. Disiplin diri sangat diperlukan bagi peserta didik terutama dalam hal belajar, karena

dengan disiplin belajar dapat membantu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh

karena itu dalam makalah ini berisi materi-materi tentang kedisiplinan bagi calon pendidik

agar dapat menigkatkan kedisiplinan para peserta didik.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1) Bapak Drs. Romli Manarus, SU.Kons., selaku dosen pengasuh mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik;

2) Kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan serta senantiasa memberikan doa

restunya, baik secara moril maupun secara materil dalam setiap langkah kedepannya;

3) Seluruh sahabat-sahabat kami, keluarga besar Bugafis 2010 yang selalu memberikan

dukungan serta semangat yang tak kenal henti.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca

yang sekiranya membangun serta meningkatkan kualitas makalah ini. Mudah-mudahan

makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pada khususnya dan umumnya bagi semua

pihak yang membaca makalah ini.

Inderalaya, April 2011

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................ 4

BAB II ISI

2.1 Pengertian Disiplin....................................................................................... 5

2.2 Unsur-Unsur Disiplin................................................................................... 8

2.3 Fungsi Disiplin............................................................................................. 10

2.4 Perkembangan Disiplin................................................................................ 12

2.5 Jenis-Jenis dan Cara Pembentukan Disiplin................................................ 15

2.6 Upaya Meningkatkan Disiplin dan Implikasinya Bagi Pendidikan............. 21

2.7 Model Pengukuran Disiplin......................................................................... 24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................27

3.2 Saran.............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah modal utama bangsa untuk menyongsong masa depan generasi

muda yang akan menggerakkan pembangunan bangsa di masa yang akan datang.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan, maka para calon pendidik diharapkan dapat

mengetahui dan memahami proses perkembangan peserta didik yang meliputi

perkembangan intelek, emosional, moral, sikap, sosial, dan disiplin yang terdapat pada

peserta didik. Dalam hal ini akan membahas mengenai perkembangan disiplin peserta

didik.

Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan oleh anak dalam

perkembangannya khususnya dalam keseimbangan orang tua di dalam mengasihi anak.

Dimana ada kasih, harus ada disiplin. Dalam suatu masyarakat sekolah, anak sebagai

peserta didik harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya masing-

masing, dengan kata lain mereka harus mengikuti dengan baik tata perilaku yang telah

ditetapkan oleh sekolah. Keterampilan siswa dalam mendisiplikan diri dengan baik

merupakan hal penting bagi mereka, namun tingkat disiplin setiap siswa dalam

mengembangkan penerimaan dan kepatuhan tehadap peraturan sekolah berbeda-beda.

Dewasa ini ada tiga kelompok siswa yang memprihatinkan orang tua, masyarakat, dan

sekolah, mereka adalah anak putus sekolah, siswa yang kurang berprestasi dan melanggar

tata tertib sekolah. Setiap siswa menimbulkan kekecewaan pada staf sekolah karena

perilaku yang nampaknya tidak rasional. Ketiga masalah ini biasanya akibat dari masalah-

masalah yang kompleks dari kehidupan siswa-siswa dan untuk memperbaikinya bukan

pekerjaan yang mudah. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan harus

senantiasa memperhatikan kedisiplinan anak dalam mengikuti proses pembelajaran.

Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan orang tua anak dalam

rangka menumbuhkan atau membina kedisiplinan pada anak sebagi peserta didik.

Mengembangkan disiplin juga merupakan salah satu upaya mencapai kesuksesan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah pengertian dan perkembangan disiplin?

2) Apa saja unsur, fungsi, dan jenis-jenis disiplin?

3

3) Bagaimana upaya meningkatkan disiplin dan implikasinya bagi penyelenggaraan

pendidikan ?

4) Apa saja model pengukuran disiplin?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Penulis dapat menjelaskan tentang pengertian perkembangan disiplin.

2) Penulis dapat menjelaskan tentang unsur, fungsi, dan jenis-jenis displin

3) Penulis dapat menjelaskan tentang upaya menigkatkan disiplin belajar peserta didik dan

implikasinya bagi pendidikan.

4) Penulis dapat menjelaskan model pengukuran disiplin.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1) Manfaat untuk mahasiswa

Penulis melakukan penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

mahasiswa, diantaranya dapat dijadikan sebagai salah satu solusi yang bisa menjembatani

permasalahan yang dialami peserta didik mengenai proses perkembangan terutama

perkembangan disiplin, sehingga kelak dapat mengurangi dampak negatif dari perkembangan

peserta didik yang menyimpang tersebut ketika menjadi seorang pendidik.

2) Manfaat untuk penulis

Manfaat untuk penulis yaitu memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

perkembangan peserta didik serta sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah

selanjutnya.

3) Manfaat untuk penulis selanjutnya

Manfaat penulisan makalah ini untuk penulis selanjutnya adalah dapat digunakan

sebagai contoh dalam pembuatan makalah yang akan datang.

4

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Disiplin

a). Pengertian Disiplin Secara Umum

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal asal dari bahasa latin

“disciplina” yang menujuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa

inggrisnya yaitu ‘discipline” yang berarti; 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku,

penguasakan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai

kemampuan mental atau karakter moral; 3) Hukuman yang di berikan untuk melatih atau

memperbaiki; 4) Kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Mac

Milan dikutip oleh Tu’u Tulus, 2004:20).

Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri

sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat,bernegara maupun

beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang

lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran

maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang anut.

Pengertian disiplin terkait dengan dua karakteristik. Pertama cara berpikir tentang

disiplin dan kedua disiplin terkait dengan multi dimensi yang berhubungan dengan pikiran,

tindakan dan emosi. Implikasinya sering terjadi pembahasan yang tumpang tindih antara

disipilin dengan fungsi kematangan individu yang lain seperti komptensi, kemandirian, dan

pengendalian diri. Seseorang dengan karakteristik disiplin yang sehat adalah orang yang

mampu melakukan fungsi psikososial dalam berbagai setting termasuk : (1) kompetensi

dalam bidang akademik, pekerjaan dan relasi sosial; (2) pengelolaan emosi dan mengontrol

perilaku-perilaku yang impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga diri yang yang positif dan

identitas diri. Disiplin dapat diukur atau dapat diobservasi baik secara emosional maupun

tampilan perilaku.

b). Pengertian Penanaman Disiplin Menurut Ahli

Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan

kelompok. (Syaiful Bakri Djamarah, 2002:12). Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa

karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut. Makna kata disiplin dapat

5

dipahami dalam kaitannya dengan ”latihan yang memperkuat”, “koreksi dan sanksi”, kendali

atau terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku”

Lemhannas, (1997:11). Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama

ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh

dan lain-lain. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam

suatu keterkaitan dan peraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu

mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan peraturan. Seorang peserta didik yang

perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri

untuk terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali dan tahan lama, dibandingkan dengan

sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang peserta didik

yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan bertindak semuanya dalam proses

belajarnya apabila tidak ada pengawasan. Oleh karena itu perlu di tegakan di rumah atau di

sekolah berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi, Apabila melanggar

dapat di lakukan tiga macam tindakan yaitu koreksi, teguran dan sanksi. Suatu hal yang

menjadi titik tolak dalam disiplin adalah sikap dan tindakan yang senantiasa taat dan mau

melaksanakan keteraturan dalam suatu peraturan atau tata tertib yang ada. Peraturan adalah

Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok sedangkan

tata tertib yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib sama dengan mentaati

(mematuhi) tata tertib (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 12).

Disiplin dibagi menjadi 4 (Lemhannas, 1997:11) antara lain yaitu:

1) Latihan yang memperkuat. Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama

ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilan kendali diri, kebiasaan untuk patuh,

dan sebagainya.

2) Latihan dalam rangka menghasilan kebiasakan patuh dapat dilihat pada penanaman

disiplin di rumah atau di sekolah.

3) Koreksi dan sanksi. Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama

diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Terkait

dengan pelanggaran yang terjadi, bagi yang melanggar tata tertib dapat dikenakan dua

macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi

untuk memberi hukuman yang bertujuan untuk memberi efek jera yang tentunya masih

berada dalam batas-batas mendidik dan tidak bermaksud untuk menyakiti.

4) Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan. Pelakunya adalah orang-orang yang

mampu mengendalikan diri untuk meningkatkan ketertiban dan keteraturan. Sikap disiplin

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Peserta

6

didik dapat tumbuh dan berkembang dengan melakukan latihan-latihan yang dapat

memperkuat diri sendiri dengan jalan membiasakan diri untuk patuh pada peraturan-

peraturan yang ada.

Dengan membiasakan diri untuk berdisiplin lambat laun akan tumbuh kesadaran pada

segala peraturan yang ada, sikap displin yang tumbuh dari kesadaran dalam diri peserta didik

akan dapat bertahan lama dan bahkan dapat melekat dalam diri peserta didik yang terwujud

dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya dalam sepanjang hidupnya. Disiplin merupakan

salah satu aspek pendidikan yang sangat penting untuk diperhatikan. Tanpa adanya kesadaran

akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak

mungkin menuju target yang maksimal. Maman Rachman (1999:168) menyatakan disiplin

sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam

mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan

dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Dari pendapat Maman rachman

dapat diambil suatu pengertian bahwa disiplin merupakan persesuaian antara sikap, tingkah

laku dan perbuatan seseorang dengan peraturan yang sedang berlakukan. Sebab itulah guna

mewujudkan disiplin dalam diri peserta didik diperlukan adanya peraturan atau tata tertib

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Soegeng Prijodarminto (1994:23) mengemukakan disiplin adalah suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah

menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan

melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Dari pengertian ini, maka dapat disimpulkan

bahwa penanaman disiplin adalah penyesuaian antara sikap dan tingkah laku seseorang

dengan peraturan yang sedang diberlakukan sehingga untuk mewujudkan disiplin dalam diri

peserta didik diperlukan adanya tata tertib.

Bohar Soeharto (dikutip oleh Tulus Tu’u, 2004:32) menyebutkan tiga hal mengenai

disiplin, yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai hukuman, disiplin sebagai alat

Pendidikan.

1) Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang

2) Disiplin sebagai hukuman. Bila seseorang berbuat salah harus dihukum. Hukuman itu

sebagai upaya mengeluarkan yang jelek dari dalam diri orang itu sehingga menjadi baik.

3) Disiplin sebagai alat untuk mendidik. Seorang peserta didik memiliki potensi untuk

berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan realisasi dirinya.

Dalam interaksi tersebut peserta didik belajar tentang nilai-nilai sesuatu, proses belajar

7

dengan lingkungan yang didalamnya terdapat nilai-nilai tertentu telah membawa pengaruh

dan perubahan perilakunya.

Konseptual disiplin atau ciri utama dari disiplin ini adalah adanya keteraturan,

ketertiban (Soegeng Prijodarminto, 1994:3). Yang dimaksud dengan keteraturan disini adalah

suatu gambaran kehidupan keluarga yang bergairah. tertib, teratur, sehat dan kuat. Biasanya

diikuti dengan kehidupan yang rukun dan bahagia pula. Didalam penelitian ini alat

pendidikan yang digunakan preventif dan repretif. Disiplin sebagai hukuman bertujuan untuk

memperbaiki dan mendidik para peserta didik yang melakukan pelanggaran disiplin.

Hukuman disiplin harus setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik

yang bersangkutan, sehingga hukuman disiplin tersebut dapat mencerminkan rasa keadilan.

Untuk mewujudkan rasa keadilan tersebut setiap pelanggaran disiplin wajib di periksa oleh

para pendidik atau pengurus yang berada disekolah tersebut. Setiap pelanggaran disiplin

wajib diperiksa oleh pengurus yang berwenang menghukum dengan terlebih dahulu

mempelajari kasusnya, dan memperhatikan dengan seksama faktor-faktor yang mendorong

atau menyebabkan terjadinya pelanggaran disiplin. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai

pendidikan artinya peserta didik menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa

sesuatu tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya. Para peserta didik yang lainpun

takut melakukan pelanggaran, karena sekolah pun akan menerapkan sanksi disiplin secara

konsisten.

Berkaitan dengan perkembangan disiplin peserta didik tentu erat kaitannya dengan

disiplin belajar, bahwa disiplin belajar adalah sikap peserta didik yang terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan

berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar sosial.

2.2. Unsur-Unsur Disiplin

Hurlock(1999: 84) menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat unsur yaitu:

peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi.

1. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat

ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan peraturan adalah untuk

menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman prilaku yang disetujui

dalam situasi tertentu.

8

Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini

disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya

sama. Oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan

tingkat pemahaman masing-masing individu.

2. Hukuman

Hukuman berarti menjatuhkan sanksi pada seseorang karena suatu kesalahan,

perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Anonymous, (2003: 157) mengemukakan bahwa tujuan dari hukuman adalah

menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang

berlaku agar anak jera baik secara biologis maupun psikologis.

Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan disiplin anak.

Fungsi pertama adalah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan

yang tidak diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan

mendatangkan hukuman, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena

teringat akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat tindakan tersebut.

Fungsi hukuman kedua adalah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka

dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat

hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila

mereka melakukan tindakan yang diperbolekhan. Aspek edukatif lain dari hukuman

yang sering kurang diperhatikan adalah mengajar anak membedakan besar kecilnya

kesalahan yang diperbuat mereka. Kriteria yang diterapkan anak adalah frekuensi dan

beratnya hukuman. Beratnya hukuman membuat mereka mampu membedakan

kesalahan yang serius dan yang kurang serius. Fungsi hukuman yang ketiga adalah

memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah diperlukan sebagai motivasi

untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan

tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar

memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk

dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi

untuk menghindari tindakan tersebut.

3. Penghargaan

Penghargaan merupakan setiap bentuk apresiasi untuk suatu hasil yang baik.

Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata-kata pujian,

senyuman, dan lain-lain. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak

9

perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan.

Sikap pendidik yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan peserta didik

merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu pendidik harus sadar tentang

betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya

jika mereka berhasil.

Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.

Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian.

Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai

edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang

baik dan dapat menambah rasa harga diri anak.

4. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama

dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu

kecenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan

tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah.

Mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu

proses belajar peserta didik.

Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang

tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan

menghindari hal yang salah.

5. Kebiasaan-kebiasaan

Kebiasaan ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern.

Kebiasaan tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam

kepada orang tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi,

menggosok gigi, dan sebagainya.

2.3. Fungsi Disiplin

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peserta didik . Disiplin menjadi

prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan

mengantar seorang peserta didik sukses. Beberapa fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u

(2004:38) yaitu:

a. Menata Kehidupan Bersama

Disiplin mempunyai fungsi untuk mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok

tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan atara individu satu dengan yang

10

lain menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Suatu lingkungan yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang baik, akan mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap kepribadian seseorang. Anak didik merupakan sosok manusia

muda yang sedang tumbuh kepribadiannya, apabila dalam lingkungan sekolah terdapat

suasana yang tertib, teratur, tenang, dan tentram, maka akan sangat berperan dalam

membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih kepribadian

Suatu sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk

serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses untuk membentuk

kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

d. Pemaksakan

Disiplin dapat terjadi karena adanya dorongan dan kesadaran dari dalam dirinya

sendiri dan adapula yang muncul karena adanya pemaksakan dan tekanan yang berasal dari

luar dirinya. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi

kebaikan dan kemajuan dan pengembangan dirinya. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi

karena adanya pemaksakan dan tekanan dari luar.

e. Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh peserta

didik. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukumana sangat penting karena dapat memberikan

dorongan dan kekuatan bagi peserta didik untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman

hukuman / sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup

mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi sebagai mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni

peraturan bagi pendidik di sekolah dan bagi para peserta didik, serta peraturan yang lain,

yang dapat dianggap perlu dan penting. Kemudian diimplementasikan (diterapkan) secara

konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang

aman, tenang, tentram, tertib dan teratur.

Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dengan baik konsisten dan konsekuen akan

berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku sendiri. Disiplin dapat mendorong mereka

belajar secara konkret dalam praktek hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu melakukan

hal-hal yang lurus dan benar dan menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan pemberlakuan

11

disiplin, peserta didik belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul

keseimbangan diri dalam hubungan orang lain.

Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal

ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik, baik itu proses belajar

di rumah maupun di sekolah. Peserta didik yang menyadari belajar merupakan suatu

kebutuhan dan kewajiban dengan sendirinya akan belajar tanpa ada yang memaksa dan

peserta didik tersebut memiliki kecenderungan disiplin yang tinggi dalam belajarnya. Dengan

disiplin belajar rasa malas, rasa enggan dan rasa menentang akan dapat teratasi sehingga

siswa akan belajar sesuai dengan harapan – harapan yang terbentuk dari masyarakat.

Disiplin belajar pada siswa ikut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang

dicapainya. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik,

terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

Sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik, akan tetapi tinggal rencana kalau tidak

adanya disiplin maka tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya. Dengan demikian peranan

disiplin belajar sangat besar bagi peserta didik karena dengan disiplin belajar peserta didik

akan mampu mengkondisikan dirinya untuk belajar sesuai dengan harapan masyarakat.

Dengan disiplin rasa malas, rasa enggan akan dapat teratasi sehingga hal ini memungkinkan

speserta didik untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

2.4. Perkembangan Disiplin

Perilaku disiplin berkembang pada individu, implikasinya dapat dilakukan intervensi

sehingga terfasilitasi proses perkembangan disiplin dan dapat dicapai kematangan.

Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh :

1. pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku.

Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak berpikir, berperasaan dan

bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan dan mendidik anak untuk

memahami dan mematuhi aturan akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada

sisi lain anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak

beraturan.

2. pemahaman tentang diri dan motivasi

Pemahaman terhadap siapa diri, apa yang diinginkan diri dan apa yang dapat

dilakukan oleh diri sendiri agar hidup menjadi lebih nyaman, menyenangkan, sehat

12

dan sukses membuat individu memebuat perencanaan hidup dan mematuhi

perencanaan yang dibuat.

3. hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu

Relasi sosial dengan individu maupun lembaga sosial memaksa individu memahami

aturan sosial dan melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima secara sosial. Jika

dalam suatu masyarakat berkembang budaya bersih tentu akan sangat tidak nyaman

manakala kita membuat sampah sembarang dan semua orang melihat kita menyatakan

keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan adalah salah.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan prilaku baik

pengetahuan, sikap dan tingkah laku kearah keajuan. Belajar sebagai proses atau aktivitas

diisyaratkan oleh banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor – faktor yang mempengaruhi

belajar. Suryabrata (1995: 249) mengklasifikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi

belajar menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan faktor yang berasal dari

dalam diri siswa. Disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat terlihat pada

siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan teratur dan akan

menghasilkan prsetasi yang baik pula. Demikian sebaliknya faktor – faktor belajar turut

berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan faktor –

faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari luar diri siswa

Faktor dari luar dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Faktor non – sosial, seperti keadaan uadara, suhu udara, waktu, tempat dan

alat – alat yang dipakai untuk belajar. Siswa yang memiliki tempat belajar

yang teratur dan memiliki buku penunjang pelajaran cenderung lebih

disiplin dalam belajar. Tidak kalah pentingnya faktor waktu, siswa yang

mampu mengatur waktu dengan baik akan belajar secara terarah dan teratur.

b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. Siswa yang tinggal

dalam lingkungan yang tertib tentunya siswa tersebut akan menjalani tata

tertib yang ada di lingkungannya. Seorang guru yang mendidik siswa

dengan disiplin akan cenderung menghasilkan siswa yang disiplin pula.

2. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi dua yaitu

13

a. Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain,

pendengaran, penglihatan, kesegaran jani, keletihan, kekurangan gizi,

kurang tidur dan sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam

menentukan disiplin blajar siswa. Siswa yang tidak menderita sakit

cenderung lebih disiplin dibandingkan siswa yang menderita sakit dan

badannya keletihan.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar antara lain:

(1) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar.

Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan

dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat

yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam

belajar.

(2) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses

belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan

memperoleh hasil yang lebih baik.

(3) Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar

adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar

untuk mencapai tujuan.

(4) Konsentrasi

Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi

psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar

terhadap suatu obyek (materi pelajaran).

(5) Kemampuan kognitif

Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan,

sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan

kognitif lebih diutamakan.

14

Faktor eksternal dan internal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan

sangat diperlukan daklam belajar. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses belajar,

maka dituntut adanya keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu faktor tersebut ada

kekurangan akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.

2.5. Jenis-Jenis dan Cara Pembentukan Disiplin

Cara dan kebiasaan orang tua, guru, dan masyarakat dalam membentuk disiplin anak

tergantung pada pengalaman, sikap, karakter, dan pribadinya.

Secara umum ada dua jenis cara pembentukan perilaku disiplin yaitu:

1. Disiplin Negatif

Setiap keluarga maupun sekolah mempunyai masalah tentang tingkah laku

anak yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk mengatasi hal

tersebut, mereka menggunakan disiplin yang salah. Namun, kebanyakan mereka tidak

menyadari bahwa mereka telah mengajarkan anak dengan cara disiplin yang negatif,

berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan anak.

Menggunakan hukuman pada anak sebenarnya merupakan intervensi yang sangat

buruk dan tidak tepat. Dengan memberi hukuman, orang tua dan guru tidak dapat

mengubah perilaku anak yang tidak baik menjadi baik. Bahkan hukuman dapat

membuat perilaku anak menjadi lebih buruk. Ini merupakan realita yang ada

dimasyarakat bahwa

kebanyakan guru di taman kanak-kanak bukan lulusan dari pendidikan anak

usia dini dan belum pernah mengenal metode dalam menangani tingkah laku yang

kurang baik. Mereka melihat hukuman sebagai hal yang wajar dan merupakan satu-

satunya cara untuk menekan tingkah laku dan membentuk disiplin pada anak.

Perlakuan-perlakuan seperti menekan anak, mengomeli, mengancam merupakan

mekanisme yang muncul sebagai bentuk penegakan disiplin yang sebenarnya lebih

terkait dengan ketidakpuasan orang tua ataupun guru atas perilaku anak yang tidak

sesuai dengan harapan mereka.

2. Disiplin Positif

Pembentukan disiplin dengan cara-cara yang positif tergantung pada

pengalaman, pengetahuan, sikap, dan watak orang tua dan guru. Mereka yang

menggunakan disiplin positif selalu memulai dengan kesabaran, cinta dan kepedulian.

Apabila orang tua dan guru mengajarkan dan menanamkan disiplin melalui

kemarahan maka cara demikian akan menghasilkan kebingungan dan ketakutan pada

15

anak. Mereka harus belajar mengatasi kemarahan dan mengubahnya dengan

kesabaran sebagai kunci dari disiplin positif. Pemberian hukuman pada anak bukanlah

cara yang tepat untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik yang ditunjukkan

anak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesabaran dan pengertian adalah hal

yang sangat penting dalam proses pembelajaran disiplin anak. Hal ini disebabkan

karena pada waktu orang tua atau guru mengajarkan dan menanamkan disiplin, anak

belum mengerti dan memahami tentang disiplin. Untuk itu mereka harus

memperhatikan tingkat perkembangan anak.

Menggunakan pendekatan disiplin positif akan menciptakan atmosfir yang

positif dan akan menghasilkan disiplin diri anak yang kondusif. Memberi pujian pada

anak apabila mereka telah melakukan sesuatu dan tidak menyalahkan mereka karena

telah berbuat kesalahan merupaka cara untuk mendorong anak mencoba kembali

melakukan sesuatu. Disiplin positif merupakan suatu pendekatan yang efektif untuk

mengajarkan anak agar memiliki disiplin diri, tanggungjawab, kerjasama, dan

kemampuan memecahkan masalah. Konsep positif dari disiplin adalah sama dengan

pendekatan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan dari dalam, disiplin diri,

dan pengendalian diri yang kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam serta

dapat menumbuhkan kematangan. Dengan kata lain disiplin positif adalah cara yang

dilakukan orang dewasa yang memperlakukan anak dengan respek dan harga diri. Ini

merupakan tindakan yang berpusat pada anak dan tidak egois, berpusat pada apa yang

dibutuhkan anak dan tidak menekan pada apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang

tua. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dapat dipahami bahwa disiplin positif

adalah berpusat pada pengajaran dan bukan pada hukuman. Dengan disiplin positif

anak diberikan informasi yang benar agar mereka dapat belajar dan mempraktekkan

tingkah laku yang benar. Selain itu, dapat diajarkan pada anak bagaimana membina

hubungan yang baik. Contohnya saling menghargai, bekerjasama dan rasa hormat

pada orang yang lebih tua.

Sedangkan menurut Hurlock (1999: 93) ada tiga jenis cara menanamkan

disiplin pada anak yaitu:

1. Disiplin Otoriter

Orang tua yang otoriter ditandai dengan selalu melarang anaknya

dengan mengorbankan otonomi anak. Orang tua tipe ini tidak mendorong

sikap untuk memberi dan. Disiplin secara otoriter mempunyai aturan yang

kaku dari orang tua. Kebebasan anak dibatasi, orang tua memaksa anak

16

berperilaku sesuai dengan keinginan mereka. Apabila aturan tersebut

dilanggar, mereka biasanya akan memberi hukuman fisik kepada anak.

Namun, apabila anak patuh pada aturan orang tua, mereka tidak memberikan

hadiah atau ganjaran kepada anak. Mereka beranggapan bahwa sudah

sewajarnya apabila anak patuh kepada orang tua. Akibatnya hubungan antara

orang tua dan anak kurang harmonis dan anak kurang mendapatkan pengakuan

dari orang tua.

2. Disiplin Permisif

Tipe orang tua yang permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan

anak. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan arahan kepada anak. Semua

keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua. Anak

tidak mengetahui perbuatan dan perilakunya itu benar atau salah karena orang

tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkannya. Orang tua yang permisif

adalah orang tua yang bersifat mengalah, menuruti semua keinginan anak, dan

melindungi secara berlebihan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa orang

tua yang permisif yaitu orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada

anak untuk berbuat sekehendak hatinya. Mereka selalu menerima,

membenarkan atau mungkin tidak peduli terhadap perilaku anaknya sehingga

mereka tidak pernah memberikan sangsi atau ganjaran kepada anak. Mereka

tidak mengontrol sikap dan kurang memberikan bimbingan dan arahan kepada

anaknya. Bagi orang tua yang permisif, apa yang mereka lakukan merupakan

protes terhadap orang tua yang otoriter yang menerapkan peraturan secara

kaku dan keras pada anak-anak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu, anak

sering tidak diberi batas-batas yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan.

Mereka mengizinkan anak untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat

sekehendak mereka.

3. Disiplin Demokratis

Menanamkan disiplin dengan cara demokratis pada umumnya ditandai

dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat

semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis

yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

Pada waktu yang sama, mereka menentukan aturan mereka sendiri,

mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan,

17

perasaan serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Dalam hal

ini, peran orang tua sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap

aktivitas anak. Dengan demikian orang tua yang demokratis menempatkan

anak pada posisi yang sama. Artinya hak dan kewajiban orang tua dan anak

adalah sama. Anak selalu diikutsertakan untuk berpendapat dan berdialog

membicarakan masalah-masalah dalam keluarga terutama yang menyangkut

anak itu sendiri. Antara orang tua dan anak mempunyai sikap keterbukaan dan

saling memberi sehingga anak merasakan adanya pengakuan terhadap dirinya.

Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak dan

secara bertahap mengontrol dan memberikan bimbingan dan motivasi kepada

anak agar ia dapat hidup secara mandiri. Sesuai dengan hal di atas, metode

demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu

anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih

menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukuman. Bila anak

masih kecil, mereka diberi penjelasan mengenai peraturan-peraturan yang

harus dipatuhi dengan kata-kata yang dapat dimengerti. Misalnya bila ada

peraturan bahwa anak tidak boleh menyentuh kompor di dapur, mereka harus

diberitahu bahwa perbuatan itu akan menyakiti mereka atau diperlihatkan

dengan mendekatkan tangan mereka pada kompor. Dengan bertambahnya

usia, mereka tidak hanya diberi penjelasan tentang peraturan melainkan juga

diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan.

Contohnya bila peraturan itu berbeda dengan peraturan teman mereka, orang

tua memberi kesempatan anak untuk mengemukakan mengapa mereka merasa

tidak perlu mematuhi peraturan yang tidak berlaku bagi teman mereka. Bila

alasan mereka masuk akal, orang tua yang demokratis biasanya mau

mengubah peraturan yang ada.

Disiplin yang demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan

dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah

keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya

digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan

apa yang diharapkan orang tua. Bila perilaku anak memenuhi standar yang

diharapkan, orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian

atau pernyataan persetujuan yang lain.

18

Mengikuti dan Menaati DISIPLIN

Kesadaran Diri

Alat Pendidikan

Hukuman

Bagan. Pengaruh dan Pembentukan Disiplin (Tulus Tu’u, 2004:34)

Bagan tersebut menunjukan disiplin dapat terbentuk dan terwujud oleh empat

kekuatan, yakni mengikuti dan mentaati aturan, adanya kesadaran diri, hasil proses

pendidikan hukuman dalam rangka pendidikan. Dalam bagan di atas dapat di

terangkan suatu kesadaran diri sebagai pemahan diri bahwa disipin merupakan aspek

penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Mengikuti dan mentaati aturan

merupakan langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang megatur

perilaku individu sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh

kemampuan dan kemampuan diri yang kuat. Alat Pendidikan dapat digunakan untuk

mempengaruhi mengubah perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan

atau diajarkan. Hukuman merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang

kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Hal ini selaras dengan gerakan

disiplin Nasional dalam Biro Kepegawaian Satwilda (Satuan Wilayah Daerah)

Tingkat I Jawa Tengah (1999:10), disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan

norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang

dilaksanakan secara sadar dan iklas lahir batin, sehingga timbul rasa malu terkena

saksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Achmad Munib (2004:46-47) disiplin sebagai pendidik artinya seorang pendidik juga

harus mengenal alat pendidikan yang normative yang dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu:

1). Alat pendidikan preventif yaitu alat pendidikan yang bersifat pencegahan. Yang

termasuk didalam alat pendidikan preventif ialah

a) Tata tertib

b) Anjuran dan perintah

19

c) Larangan dan ancaman

d) Paksakan

e) Disiplin

2). Alat Pendidikan repretif disebut juga alat Pendidikan kuratif / alat Pendidikan

korektif (perbaikan). Bertujuan untuk menyadarkan peserta didik kembali kepada

hal-hal yang benar yang baik dan yang tertib. Termasuk dalam alat-alat

Pendidikan represif:

a) Pemberitahuan

b) Teguran

c) Peringatan

d) Hukuman (punishment)

e) Ganjaran/ penghargakan (reward)

Kemudian pendapat Soegeng Prijodarminto (1994:15-17;23–24) tentang pembentukan

disiplin. Disiplin terjadi karena alasan berikut ini:

a. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan, Pendidikan penanaman kebiasaan

dan keteladanan. Pembinakan itu dimulai dari lingkungan keluarga sejak kanak-kanak.

b. Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling kecil, organisasi atau

kelompok.

c. Displin diproses melalui pembinakan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari keluarga

dan sekolah atau Pendidikan disiplin lebih mudah ditegakan apabila muncul dari

kesadaran diri.

d. Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan kepada bawahan.

Jadi dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa, pembentukan disiplin ternyata

harus melalui proses panjang, dimulai sejak dini dalam keluarga dilanjutkan di sekolah. Hal-

hal penting dalam pembentukan itu terdiri dari kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi,

teladan, lingkungan disiplin, dan latihan-latihan. Langkah untuk menegakkan disiplin yang

ideal harus dimulai dari jajaran pembuat tata tertib / peraturan / pendidik kemudian harus

disebar luaskan ke peserta didik. Karena harus disadari bahwa disiplin itu sesungguhnya

perlu pemahaman, latihan, Pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-

keteladanan tentu, agar akhirnya dapat menjadi kebutuhan bersama bagi seluruh sekolah.

20

2.6. Upaya Meningkatkan Disiplin dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Sebelum megetahui cara meningkatkan disiplin para peserta didik, sebaiknya para

pendidik mengetahui penyebab prilaku indisiplin peserta didik, yakni :

1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh pendidik

2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang

kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan

perilaku yang kurang atau tidak disiplin.

3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh peserta didik , peserta didik yang

berasal dari keluarga yang broken home.

4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak

terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa

menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada

khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang pendidik harus mampu

menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini,

pendidik harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap

peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai

karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan

ini pendidik harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap

peserta didik dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya

secara optimal.

2. Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya karena peserta didik

berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki

standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang

sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap pendidik dan

berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun

dalam pergaulan pada umumnya.

3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat

aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum.

Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan

21

sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong

perilaku negatif atau tidak disiplin.

Metode / Strategi untuk Mendisplinkan Seseorang Tulus Tu’u (2004:56) menyatakan

bahwa suatu startegi untuk mendisiplinkan seseorang adalah meliputi:

a. Adanya tata tertib. Dalam mendisiplinkan peserta didik, tata tertib sangat bermanfaat

untuk membiasakan dengan standar perilaku yang sama dan diterima oleh individu lain

dalam ruang lingkupnya. Dengan standar yang sama ini, diharapkan tidak ada

diskriminasi (pembedaan) dan rasa ketidakadilan pada individu-individu yang ada

dilingkungan tersebut. Di samping itu, adanya tata tertib, para peserta didik tidak dapat

lagi bertindak dan berbuat sesuka hatinya.

b. Konsisten dan Konsekuen. Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak

konsistennya penerapan disiplin, ada perbedakan antara tata tertib yang tertulis dengan

pelaksanakan dilapangan. Dalam sanksi atau hukuman ada perbedakan antara pelanggar

dan keteguhan didalam melaksanakan peraturan.

c. Hukuman. Hukuman anak bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik atau tidak di

inginkan.

d. Kemitraan dengan orang tua. Pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan

masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga

tanggung jawab orang tua atau keluarga. Keluarga atau orangtua merupakan pendidik

pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan

mengembangan perilaku peserta didik.

Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum

merancang disiplin siswa, yaitu :

1. konsep diri (Self Concept); untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga

siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik,

menerima, hangat dan terbuka;

2. keterampilan berkomunikasi (Communication Skills); guru terampil

berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan

mendorong kepatuhan siswa;

3. konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (Natural and Local Consequences);

guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga

22

membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis

dan alami dari perilaku yang salah;

4. terapi realitas (Reality Therapy); sekolah harus berupaya mengurangi

kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan

bertanggung jawab; dan

5. disiplin yang terintegrasi (Assertive Dicipline); metode ini menekankan

pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan

peraturan; (modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang

kondusif.

6. Modifikasi perilaku (Behavior Modification); Pendidik harus menciptakan

iklim pendidikan yang kondusif, yang dapat diubah perilaku peserta didik.

7. Tantangan untuk disiplin (Dare to Discipline); pendidik harus cekatan,

terorganisasi dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik.

Bagi anak yang berdisiplin dan sudah menyatu dalam dirinya, sikap dan perbuatan

disiplin yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai suatu beban, sebaliknya akan

merupakan beban bila anak tersebut tidak melakukan disiplin, karena disiplin telah menyatu

menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupan sehari – hari. Sukardi ( 1983: 42) berpendapat

bahwa mendisiplinkan anak dalam kegiatan belajar tidak dengan secara tiba – tiba atau dalam

waktu satu dua hari bisa terciptakan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk

menanamkan disiplin dalam kegiatan belajar, diperlukan cara- cara sebagai berikut :

1. Membiasakan hidup yang teratur.

2. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan serta tempat yang

telah tersedia.

Untuk mendorong anak agar disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar, memerlukan

beberapa cara antara lain :

1. Pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung misalnya, melalui

pemantauan kegiatan belajar di dalam kelas, pemantauan yang dilakukan di rumah

oleh orang tua, pemeriksaan fisik dan kesehatan, serta kegiatan organisasi di

sekolah. Pengawasan tidak langsung misalnya, dengan memberikan tugas-tugas di

rumah dan melalui evaluasi belajarnya atau ulangan harian.

23

2. Pembinaan dapat dilaksanakan dengan jalan memberikan bimbingan di dalam

kelas, memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik dari

pendidik, orang tau maupun lingkungan anak tersebut.

3. Pemberian pembinaan pengembangan bakat atau potensi yang ada dalam diri anak

dan juga memberikan penghargaan apabila anak tersebut menunjukkan prestasinya

atau memberikan hukuman apabila anak melanggar ketentuan atau tata tertib.

Tentunya ada hubungan terkait antar disiplin dengan prestasi belajar. Disiplin adalah

sikap patuh terhadap peraturan yang berlaku, sikap disiplin sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman

dan kondusif untuk belajar, dengan bersikap disiplin siswa dapat mencapai tujuan belajar.

Sikap disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Apabila seorang siswa memiliki sikap disiplin dalam kegiatan belajarnya, maka kepatuhan

dan ketekunan belajarnya akan terus meningkat sehingga membuat prestasi belajar meningkat

juga.

Jadi apabila siswa memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam kegiatan belajar tentunya

prestasi belajar yang diperoleh menjadi baik. Sebaliknya jika siswa tidak memiliki sikap

disiplin dalam belajar maka kegiatan belajarnya tidak terencana dengan baik sehingga

kegiatan belajarnya tidak teratur dan membuat prestasi belajar akan menurun.

Hasil penelitian Untatik Setiyo (Pendidikan Matematika) tahun 2007 menyatakan

bahwa Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar memberikan SR sebesar 52,33% dan SE

sebesar 40,5.%. Sedangkan Nanik Murwani tahun 2007 menyatakan bahwa dari (SE) dan

(SR) Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar memberikan sumbangan relatif 62,92 % dan

sumbangan efektif sebesar 31,92 %”.

2.7. Model Pengukuran Disiplin

Salah satu aspek yang sangat penting untuk memahami sikap manusia adalah

pengungkapan atau ukuran sikap maka, masalah pengukuran sikap akan mendapat perhatian

khusus dalam penelitian ini. Dalam pengukuran sikap diharapkan hasilnya merupakan

gambaran yang sesuai dari sikap individu atau kelompok yang akan diteliti. Faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayakan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta

faktor emosi dalam diri individu (Saifuddin Azwar, 2000:30). Metode pengukuran

sikap meliputi:

24

a. Observasi langsung/ observasi perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan

perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.

b. Penanyaan langsung

Bahwa sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung pada yang

bersangkutan. Kalau ingin mengetahui apkah orang tersebut memiliki sikap yang favorabel,

maka lebih jalasnya dengan menanyakan langsung pada orang tersebut. Beberapa asumsi

yang mendasari metode penanyakan langsung guna pengungkapan sikap yaitu bahwa

individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan

mengemukan secara terbuka apa yang dirasakan.

c. Pengungkapan langsung

Pengungkapan langsung secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan

item tunggal dan dengan menggunakan item ganda” (Saifuddin Azwar, 2000:93).

Pengungkapan langsung dengan item tunggal sangat sederhana. Respon diminta menjawab

langsung suatu pernyatakan sikap tertulis dengan memberikan tanda setuju atau tidak setuju.

Sedangkan item ganda responden diminta memilih dimensi dengan menggunkan sepasang

kata sifat yang bertentangan satu sama lain.

d. Skala sikap

Skala sikap berupa kumpulan pernyatakan-perrnyatakan mengenai suatu objek sikap.

Dari responden subjek pada setiap pernyatakan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai

arah intensitas sikap seseorang.

e. Pengukuran terselubung

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan

perilakunya tetapi pengamatan ini dibalik layar dalam artian subyek yang kita amati tidak tau

kalau sebenarnya kita sedang mengamati perilakunya. (Saifuddin Azwar, 2000:87), di dalam

pengukuran sikap ada beberapa karakteristik sikap yang meliputi; arah, intensitas, keluasan,

konsistensi, dan sponitasnya. Maksudnya arah, artinya sikap terpilah pada dua arah

kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak

atau tidak memihak terhadap seseorang atau seseorang sebagai objek.

Cara mengukur atau mengetahui tingkat kedisiplinan para peserta didik sebagai berikut:

a. Sikap disiplin peserta didik akan meningkat apabila ditangani secara intensif

b. Adanya pembentukan disiplin Tingkatan ruang lingkup dari budaya disiplin dapat

dibedakan menurut tingkatannya yaitu sebagai berikut:

25

1. Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-

aturan yang mengatur perilaku individu

2. Disiplin kelompok sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat patuh

terhadap aturan-aturan (hukum) atau norma-norma yang berlaku pada kelompok

tersebut.

3. Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap yang patuh yang

ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai yang

berlaku secara nasional.

Sedangkan, indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut :

1. Indikator disiplin belajar di sekolah adalah sebagai berikut :

a. Patuh dan taat terhadap taat tertib belajar di sekolah

b. Persiapan belajar

c. Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran

d. Menyelesaikan tugas pada waktunya.

2. Indikator disiplin belajar di rumah adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai rencana atau jadwal belajar

b. Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung

c. Ketaatan dan keteraturan dalam belajar

d. Perhatian terhadap materi pelajaran

26

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan:

1. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya

termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan disiplin belajar perlu ditumbuhkan pada peserta didik,

karena dengan disiplin belajar yang baik akan berpengaruh pada prestasi belajar

yang baik pula. Berbagai proses disiplin diperlukan untuk mencapai perkembangan

disiplin. Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh pola asuh dan kontrol yang

dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku, pemahaman tentang

diri dan motivasi dan juga hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar peserta didik yaitu faktor dari

dalam peserta didik dan faktor dari luar peserta didik. Faktor dari dalam diri

peserta didik ada faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor dari luar

peserta didik ada faktor sosial dan non sosial.

3. Upaya meningkatkan disiplin belajar peserta didik yang dapat dilakukan oleh

pendidik yaitu, konsep diri, keterampilan berkomunikasi, konsekuensi-konsekuensi

logis dan alami, modifikasi prilaku, tantangan untuk disiplin, terapi realitas, dan

disiplin yang terintegrasi

3.2. Saran

Setelah penulis membahas dan mengkaji tentang perkembangan disiplin peserta didik.

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dari pembahasan materi ini yaitu:

1. Sebaiknya menanamkan disiplin pada anak diperlukan adanya kesabaran dan

pengertian dari para orang tua. Hal ini sangat penting dalam proses perkembangan

disiplin anak. Dalam mengajarkan dan menanamkan disiplin orang tua dan guru harus

memperhatikan tingkat perkembangan anak.

2. Orang tua serta keluarga juga sangat berperan dalam membantu menigkatkan displin

diri anak, tentunya dengan membuat peraturan-peraturan yang bijak dan menghukum

secara bijaksana dan sesuai dengan kesalahan yang anak lakukan. Tujuannya agar

nantinya anak dapat hidup disiplin dan mandiri.

27

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin.2000. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka

pelajar.

Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Lemhannas. 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Munib, Achmad. 2004. Pengantar Ilmu pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Rochman, Maman. 1999. Manajemen Kelas. Depdiknas. Jakarta: Proyek pembelajaran Guru

Slameto. 2003. Belajara dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinyai. Jakarta: Rineka Cipta.

Soegeng, Prijodarminto. 1994. Disiplin menuju sukses. Jakarta: Pradaya paramita.

Susila Jaka. 2009. Pembinaan Disiplin anak Tuna Grahita di Sekolah. Skripsi tidak

diterbitkan (download). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Triana, I Ktut. 2010. Laporan Hasil Penelitian Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab

Siswa. Denpasar.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disipin pada perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Ulfah, Syarifatul. 2006. Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia

Prasekolah. Skripsi tidak diterbitkan (download). Semarang : Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Wantah, J. Maria. 2005. Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia

Dini. Jakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Wati Handayani, Lina. 2007. Penanaman Disiplin dalam Menaati Peraturan dan Tata Tertib.

Kripsi tidak diterbitkan (download). Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang

Wikipedia. Disiplin. (Online), (http://www.wikipedia.org/disiplin, diakses 4 April 2011)

28