makalah kasus biasa sitepu

Upload: siti-lulu-auliah

Post on 10-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    1/8

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan

    atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia,

    dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Selama

    perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu

    dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan

    lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu

    sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam

    masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak

    dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial,

    termasuk juga aturan-aturan moral. Dengan kata lain, mengapa bisnis tidak bebas untuk berlaku

    etis atau tidak? Tentu saja secara faktual, telah berulang kali terjadi hal-hal yang tidak etis dalam

    kegiatan bisnis, dan hal ini tidak perlu disangkal, tetapi juga tidak perlu menjadi fokus perhatian

    kita. Pertanyaannya bukan tentang kenyataan faktual, melainkan tentang normativitas :

    seharusnya bagaimana dan apa yang menjadi dasar untuk keharusan itu.

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    2/8

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Etika

    Etika berasal dari kata Yunani Kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan. Etika

    adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai

    standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,

    baik, buruk, dan tanggung jawab.

    2.2 Pengertian Bisnis

    Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa

    kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari

    bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti sibuk dalam konteks individu,

    komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang

    mendatangkan keuntungan.

    Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis

    dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik

    dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital

    yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya

    bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi

    pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras

    dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat

    umum, atau serikat pekerja.

    2.3 Pengertian Etika Bisnis

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    3/8

    Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh

    aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam

    suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam

    membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,

    masyarakat.

    Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis

    dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah

    etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

    Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk

    manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-haridengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

    2.4 Etika Bisnis Yang Baik

    Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal

    pokok yaitu :

    Produk yang baik

    Managemen yang baik

    Memiliki Etika

    Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.

    Sudut pandang ekonomis.

    Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara

    produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan produsen

    dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    4/8

    karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak,

    tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.

    Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja

    menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.

    Sudut pandang moral.

    Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan

    keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita

    lakukan boleh1 dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas

    diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan

    dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.

    Sudut pandang Hukum

    Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan Hukum Hukum Dagang atau

    Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek

    hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international.

    Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan Makalah

    Etika Bisnis apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih

    jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi

    tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal :

    Quid leges sine moribus yang artinya : apa artinya undang-undang kalau tidak disertai

    moralitas

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    5/8

    BAB III

    KASUS

    3.1 Contoh Kasus Etika Bisnis Dalam Praktek

    Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat

    Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk

    mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga

    terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi

    mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di

    bidang otomotif tersebut.

    Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa

    (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para

    saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam

    kasus ini.

    Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu

    terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan

    pinjaman ke BRI.

    Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh

    akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan

    korupsinya.

    Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam

    laporan keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak

    kejaksaan dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut, tegas Fitri.

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    6/8

    Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan

    dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus

    tersebut di Kejati Jambi. Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI

    saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad

    sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap

    oleh akuntan publik.

    Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi

    dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja

    yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus

    korupsinya. Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau

    memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam

    dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

    Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah

    kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein

    Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan

    dua orang tersangka, pertama Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan

    pinjaman dan tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai

    pengajuan kredit.

    3.2 Pembahasan Diskusi :

    Dalam berita ini, akuntan publik (Biasa Sitepu) diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi

    dalam kredit macet untuk pengembangan usaha Perusahaan Raden Motor. Keterlibatan itu

    karena Biasa Sitepu tidak membuat empat kegiatan data laporan keuangan milik Raden Motor

    yang seharusnya ada dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI sebagai pihak pemberi

    pinjaman. Empat kegiatan data laporan keuangan tersebut tidak disebutkan apa saja akan tetapi

    hal itu telah membuat adanya kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Sehingga

    dalam hal ini terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsi.

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    7/8

    Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan

    publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang ada.

    Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen

    Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :

    1. Independensi, integritas, dan obyektivitas

    2. Standar umum dan prinsip akuntansi

    3. Tanggung jawab kepada klien

    4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

    5. Tanggung jawab dan praktik lain

    Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional

    (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu

    Kantor Akuntan Publik (KAP).

    3.3 Solusi:

    Dalam kasus ini, seorang akuntan publik (Biasa Sitepu) sudah melanggar prinsip kode

    etik yang ditetapkan oleh KAP ( Kantor Akuntan Publik ). Biasa Sitepu telah melanggar

    beberapa prinsip kode etik diantaranya yaitu :

    1) Prinsip tanggung jawab : Dalam melaksanakan tugasnya dia (Biasa Sitepu) tidak

    mempertimbangkan moral dan profesionalismenya sebagai seorang akuntan sehingga dapat

    menimbulkan berbagai kecurangan dan membuat ketidakpercayaan terhadap masyarakat.

    2) Prinsip integritas : Awalnya dia tidak mengakui kecurangan yang dia lakukan hingga akhirnya

    diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para saksi.

    3) Prinsip obyektivitas : Dia telah bersikap tidak jujur, mudah dipengaruhi oleh pihak lain.

    4) Prinsip perilaku profesional : Dia tidak konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai akuntan

    publik telah melanggar etika profesi.

    5) Prinsip standar teknis : Dia tidak mengikuti undang-undang yang berlaku sehingga tidak

    menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar teknis dan standar profesional yang relevan.

  • 5/19/2018 Makalah Kasus Biasa Sitepu

    8/8

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan integritas dan

    obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh

    membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau

    mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.