makalah kapuk jadi
DESCRIPTION
semoga bermanfaatTRANSCRIPT
TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN TEBU, TEMBAKAU DAN SERAT
PROSPEK DAN BUDIDAYA TANAMAN KAPUK
Disusun Oleh :
1. Rembulan Marchelita H0710089 / AGT.B
2. Reza Grahito Nugroho H0710091 / AGT.B
3. Ria Amelia H0710092 / AGT.B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang
tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae. Berasal dari bagian utara dari
Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas
C. pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika. Klasifikasi
kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra L. Gaertn
Meskipun berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, juga Karibia dan Afrika,
kapuk randu juga dengan mudah dapat ditemukan di wilayah Asia, seperti
Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Kapuk (Ceiba pertandra) atau randu (Sunda/Jawa) dan kapo (Madura)
umumnya tumbuh di kawasan pinggir pantai serta lahan-lahan dengan
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl). Kapuk randu kurang
menghendaki tanah yang berpasir. Syarat tumbuh tanaman kapuk adalah
membutuhkan musim kering yang panjang namun tidak terlalu kering.
Hubungan antara curah hujan di beberapa daerah penghasil kapuk di pulau
Jawa, menunjukkan bahwa curah hujan pada periode kering menentukan saat
berbunga dan pembentukan buah. Jenis pohon ini mulai berbunga dan berbuah
pada usia 5-6 tahun dengan masa panen dilakukan setelah biji-biji kapuk
berwarna kuning kelabu. Tanaman perkebunan ini berbeda dengan kapas yang
dihasilkan dari tanaman kapas yang digunakan untuk bahan baku tekstil atau
pakaian lainnya. Secara tradisional, kapuk digunakan sebagai bahan pembuat
atau pengisi kasur dan saat ini dikembangkan aneka jenis keperluan lainnya.
Sejumlah data menyebutkan tahun 1936-1937 ekspor kapuk Indonesia
mencapai 28,4 juta kg/tahun. Seiring dengan minimnya peningkatan nilai
tambah kapuk menyebabkan budidaya terus menurun. Tidak ada dukungan
sarana dan teknologi memadai serta minimnya permodalan semakin
memerosotkan kapuk. Akibatnya kualitas dan produksi kapuk semakin
menurun. Pada awal 1990-an, data yang ada menyebutkan luas areal tanaman
kapuk sekitar 600 ribu ha, jumlah ini pun terus menurun.
Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara
intensif. Misalnya di Pulau Jawa dilereng Gunung Muria (Pati) disekitar
Weleri, antara Semarang dan Pekalongan, di daerah Pandaan antara Gunung
Arjuno dan Penanggungan dan antara Pare dan Ngantang yaitu jalan dari
Kediri menuju ke Malang. Di Sulawesi kapuk didapati dibagian selatan Danau
Tempe dekat Sengkang, dibagian selatan dan timur Gunung Lompobattang
sekitar Jeneponto dan Bantaeng, kemudian disekitar Tanette dan pulau Muna.
Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat, perkebunan swasta
dan perkebunan pemerintah (BUMN).
II. PEMBAHASAN
A. Prospek Tanaman Kapuk
Serat buah, batang, dan daun merupakan komoditas serat alam yang sangat
prospektif di masa mendatang karena komoditas tersebut memiliki keunggulan
untuk bahan baku berbagai industri dan kontribusinya dalam penyelamatan
lingkungan. Tanaman yang menghasilkan serat buah adalah kapuk. Serat buah,
batang dan daun merupakan komoditas serat alam yang sebelumnya kurang
memperoleh perhatian, baik oleh pemerintah, petani, maupun pengusaha.
Namun pada saat ini dan dimasa yang akan datang, komoditas serat alam
merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
bahan baku berbagai industri. Sebagai informasi salah satu kegunaan
komoditas serat buah kapuk adalah untuk tekstil (Sudjindro, 2004).
Tiap bagian dari tanaman kapuk randu memiliki manfaat dan potensi yang
sangat besar, mulai dari kayu, daun, bunga, buah, biji hingga kulit buah.
a. Bagian kayu dari tanaman kapuk randu dapat digunakan untuk pembuatan
kertas, pintu, furniture, kotak dan mainan.
b. Daun dari tanaman kapuk randu dapat digunakan sebagai makanan ternak
dan dapat memperbaiki tanah.
c. Bunganya merupakan sumber madu yang bagus dan bunga kapuk randu ini
dapat digunakan sebagai obat tradisional di Asia Tenggara untuk penyakit
demam, batuk, serak dan lain sebagainya.
d. Buah Ceiba petandra merupakan sumber serat kapuk, dapat digunakan
sebagai bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung,
penahan panas dan suara.
e. Kulit buah digunakan sebagai pengganti bahan kertas untuk pembuatan
kertas di Jawa Timur. Bagian kulit ini kaya akan potassium dan abu
sehingga dapat digunakan sebagai pupuk, membuat baking soda dan sabun.
Kulit kering digunakan sebagai bahan bakar (Rama.P.dan Ray.H, 2007).
Disamping itu kapuk merupakan salah satu tanaman yang berpotensi
menghasilkan minyak. Setiap gelondong buah kapuk mengandung 26% biji,
sehingga setiap 100 kg gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kg limbah biji.
Aplikasi kapuk seed oil diantaranya adalah :
a. Kosmetik
b. Minyak goreng
c. Campuran minyak goreng
d. Margarine vegetable
e. Oil additive lubricant
f. Bio-fuel
g. Bio-diesel
h. Pengawetan ikan tuna,daging dll.
Perkebunan merupakan sub sektor yang mampu bertahan dari goncangan
krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 - 1998. Kapuk randu
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sudah sejak lama
diperdagangkan sebagai salah satu sumber serat alami. Serat alami yang sering
digunakan diantaranya adalah serat rami, serat nanas, eceng gondok, jute,
kenaf, abaca, kapas, jerami dan serat kelapa. Serat alam tersebut mempunyai
berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga aplikasi hasil dari
proses manufaktur tersebut akan berbeda-beda (Adji, 2006). Menurut hasil
pengamatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia, negara
Indonesia merupakan pengekspor kapuk terbesar di dunia dengan jumlah
mencapai 28.400 ton serat atau 85% kebutuhan serat kapuk dunia. Potensi ini
seharusnya membuat prospek dan budidaya kapuk semain meningkat. Namun
pada tahun 2003 ekspor serat kapuk menurun menjadi 1.496 ton serat.
Penurunan ekspor kapuk antara lain disebabkan :
a. banyaknya kapuk tua yang tidak produktif
b. penebangan kapuk tanpa diimbangi peremajaan
c. meningkatnya penggunaan serat kapuk dalam negeri
d. persaingan dengan bahan sintetis seperti karet busa
e. selain itu penurunan ekspor kapuk Indonesia disebabkan kalah bersaing
dalam harga dengan Thailand yang lebih murah.
Untuk meningkatkan ekspor serat kapuk antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan tetap mempertahankan kualitas serat kapuk yang baik
Varietas unggul yang telah dilepas Balittas untuk mendukung pengembangan
kapuk adalah Muktiharjo 1 (MH 1), Muktiharjo 2 (MH 2), dan Togo B dari tipe
Karibea yang dilepas pada tahun 2006 dan sesuai untuk usaha tani monokultur,
serta Muktiharjo 3 (MH 3) dan Muktiharjo 4 (MH 4) dari tipe yang sama yang
sesuai untuk program penghijauan dan konservasi lahan yang dilepas pada
tahun 2007. Menilik berbagai manfaat dan kemampuan yang dihasilkan oleh
kapuk dan utamanya sebagai tanaman penghasil serat maka dapat dikatakan
bahwa tanaman kapuk memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan.
B. Budidaya Tanaman Kapuk
Untuk mengjasilkan kapuk dengan produksi yang tinggi dan kualitas yang
baik, maka duperlukan proses budidaya yang tepat. Sebelum melakukan
budidaya tanaman kapuk, kita harus terlebih dahulu mengenal tanaman kapuk,
atau biasa disebut kapuk randu. Dengan mengenal karakteristik dan syarat
hidup kapuk maka kita dapat menentukan cara budidaya yang tepat. Tanaman
kapuk diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra L. Gaertn
Tanaman kapuk memiliki perakaran tunggang, batangnya berbentuk
silinder, halus dan berwarna abu-abu serta terdapat duri-duri yang melekat
pada batang serta mempunyai banyak cabang. Daunnya tersusun dari 5-9 helai
daun mempunyai panjang 7-8 cm dan lebarnya 1,35 cm serta berkhasiat
menghilangkan bekas luka,mengobati panas dalam dan menyuburkan Rambut.
Buahnya berkayu, halus dan mempunyai warna hijau muda. Buah yang
masak berwarna coklat keruh dan akan pecah dan terbuka dipohon setelah
daunnya berguguran. Didalam buah tersebut terdapat bijinya berbentuk bulat
seperti kacang polong berwarna coklat dan terdapat kapas yang seperti serat
disekelilingnya. Di dalam buah kapuk terdapat seratbut kapuk, biji dan hati
kapuk.
Tanaman kapuk digolongkan menjadi dua klon, yaitu: (1) klon Caribean
(caribaca), terdiri dari kapuk Suriname dan kapuk Congo; dan (2) klon Indica
(kapuk jawa), terdiri dari kapuk randu biasa dan kapuk randu alas. Tanaman
kapuk dari klon caribean dicirikan oleh pohon yang besar dan tinggi, warna
batang hijau tua, dameter batang mencapai 30 cm dan tinggi mencapai 50m.
Tanaman kapuk klon caribean berdaun lebat, tahan terhadap benalu dan
produksi buahnya dapat mencapai 2000 gelondong/pohon/tahun. Di Indonesia,
klon caribean ini tidak banyak ditanam. Tanaman kapuk klon karibean ini
pertumbuhannya lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama penyakit
dibanding klon indica.
Tanaman kapuk klon indica banyak terdapat di Indonesia. Di Indonesia,
klon ini lebih dekenal dengan sebutan kapuk “Jawa”. Klon indica ini banyak
dibudayakan di daerah Asia. Secara umum, klon indica mempunyai ciri-ciri
kanopi sempit, benuk pohonnya kecil dan rendah, batangnya tidak berduri,
daya tumbuhnya agak lemah, daunnya jarang, berbuah teratur sepanjang tahun
dan produksi buahnya mencapai 6000 gelondong/ tahun. Buah dari kapuk klon
indica berukuran sedang, dengan panjang 14-18 cm, serat kapuk berwarna
kuning keputih-putihan dan buahnya tidak pecah walaupun telah masak.
Saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai jenis kapuk hasil
persilangan dari klon indica dan caibean. Persilangan ini dilakuakn untuk
mendapatkan tanaman dengan sifat unggul dari kedua klon dan dapat
memberikan keuntungan besar bagi usaha tani. Beberapa jenis persilangan
kapuk diantaranya: Kapuk varietas Mukti Harjo, gebangan, Togo, dan lain-lain
yang msing-masing mempunyai keunggulan masing-masing. Pemilihan jenis
tanaman kapuk yang akan ditanam tentu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan perhitungan ekonomi.
Budidaya tanaman kapuk harus memperhaikan kondisi lahan yang akan
ditanami. Untuk memilih kondisi lahan yang tepat untuk budidaya tanaman
kapuk, kita harus mengetahui syarat tumbuh dari tanaman kapuk itu sendiri.
Pohon kapuk dapat tumbuh di dataran rendah sampai dengan 900 m dpl. Pada
musim kering yang panjang tetapi jangan terlalu kering. Curah hujan pada
periode kering menentukan saat berbunga dan pembentukan buah. Dalam
periode tersebut jumlah curah hujan tiap bulan yang kurang dari 100 mm
sebaiknya tidak lebih dari empat bulan, sedangkan jumlah hujan seluruhnya
sedikitnya 150 mm dan setinggi-tingginya 350 mm, dengan jumlah hari
sedikitnya 10 hari dan setinggi-tingginya 25 hari.
Budidaya kapuk meliputi tiga hal pokok yaitu: pembibitan, penanaman di
kebun dan pemeliharaan tanaman. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan
saling menunjang. Penanganan yang baik akan menghasilkan tanaman yang
baik dan mempermudah penanaman di kebun juga mempermudah
pemeliharaan tanaman di lapang. Oleh karena itu, ketiganya harus dilakukan
dengan baik dan terpadu.
1. Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan menyemaikan biji atau bagian lain(bagian
vegetative) hingga menjadi bibit siap tanam di kebun. Untuk mendapatkan
bibit kapuk yang baik, dianjurkan menggunakan bibit yang berasal dari hasil
okulasi. Bibit yang berasal dari hasil okulasi berbuah lebih cepat daripada
bibit generatif. Bibit hasil okulasi berbuah pada umur 3-4 tahun, sedangkan
bibit generatif berbuah pada umur 6-8 tahun. Buah dari bibit generatif tidak
menentu, ukuran tanamna tidak seragam dan produksinya rendah. Tanaman
dari bibit hasil okulasi hasilnya dapat diandalkan karena sama dengan
induknya yang diambil dari tanaman unggul.
Penangkaran dengan biji didahului dengan persemaian. Pada pembuatan
pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah. Permukaan
bedengan dibuat merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air
yang menggenang berakibat fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak
tanam di bedengan 20 cm x 20 cm dengan memakai 3 biji per lubang,
kemudian setelah sebulan disisakan satu tanaman yang terbaik. Cara lainnya
dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian dipindahkan ke bedengan,
sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik, tetapi apabila ada
gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk muda daunnya habis
termakan.
Benih yang telah tumbuh menjadi bibit harus dijaga pertumbuhannya
hingga dipindah tanamkan ke kebun. Teknik pemeliharaan bibit meliputi
penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penyiangan dan pendangiran
juga pengendalian hama penyakit. Penyiraman bedengan dapat dilakukan
tiap pagi dan sore secara teratur dengan gembor berlubang halus.
Pemupukan diberikan pupuk kimia NPK untuk meningkatkan
pertumbuhan bibit. Pupuk SP36 dan KCl diberikan dengan pupuk dasar
dengan dosis 1 gram SP36 dan 2 gram KCl setiap pohon. Sedangkan pupuk
urea diberikan sebagai pupuk susulan 15 hari setelah tanam benih dengan
dosis 2gram setiap pohon, dan diberikan 40 HST dengan dosis 3 gram per
pohon.
Naungan dapat diberikan dengan pemberian atap yang dapat menutup
tanaman. Naungan tersebut harus dibuka pada pagi dan sore yang cerah agar
bibit mendapat sinar matahari yang cukup. Penyiangan persemaian
dialkukan seperlunya jika ada gulma yang tumbuh, begitu juga pendangiran
dilakukan apabila tanah tempat persemaian telah memadat.
Bibit tanaman kapuk sangat rentan terhadap serangan hama dan
penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman kapuk di persemaian
adalah golonggan cendawan. Sebagai contoh, penyakit busuk kaki hitam
yang disebabkan oleh cendwan Phytoptora parasitica, penyakit bususk akar
yang disebabkan oleh cendawan Pyhium pernisiosium. Untuk
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dapat digunakan
fungisida. Penggunaan insektisida maupun herbisida juga kadang
dibutuhkan untuk mengetasi serangan hama dan gulma.
2. Penanaman bibit di kebun
Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah
umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter. Saat tanam
bibit di kebun sebaiknya dilakukan pada awal sampa pertengahan musim
penghujan atau pada bulan Oktober/November- Desember/ Januari. Waktu
tanam tersebut dianjurkan untuk lahan tanpa irigasi teknis. Pemindah
tanaman dari persemaian ke lahan sebaiknya dilakukan pada sore hari
setelah pukul 15.00 atau pagi hari sebelum pukul 09.00
Penanaman bibit di lahan tidak selelu berjalan dengan lancar. Kesalahan
teknis pada saat penanaman bibit dapt membuat bibit tumbuh kerdil, rusak,
maupun mati. Bibit yang seperti itu tentu perlu diganti, kita menyebutnya
penyulaman. Waktu penyulaman yang baik sama dengan waktu penanaman
yaitu sebelum pukul 09.00 pagi atau setelah pukul 15.00.
3. Pemeliharaan tanaman
Selama tanaman berada di kebun, baik saat masih bibit, masa vegetative
maupun selama masa produktif, tanaman kapuk perlu dirawat dengan baik
agar dapat terus beproduksi dan menghasilkan produksi kapuk berkualitas.
Pemeliharaan tanaman kapuk sendiri sebenarnya tidak terlalu rumit
dikarenakan tanaman kapuk meru pakan tanaman tahunan. Perawatan kapuk
meliputi empat hal pokok yaitu: pemupukan, pengairan, penyiangan, dan
pengendalian hama penyakit.
Pemupukan tanaman kapuk dilakukan dengan memberikan baik pupuk
organic maupun anorganik. Pupuk organic berupa pupuk kandang diberikan
bersamaan dengan pengolahan tanah. Sedangkan pemupukan dengan pupuk
anorgaik diberikan secara susulan yang dosisnya disesuaikan dengan umur
tanaman. Waktu dan dosis pemupukan pada tanaman kapuk dapat dilihat
pada table dibawah ini :
Umur Tanaman
Urea(g/tnm)
SP36(g/tnm)
KCl(g/tnm)
Pupuk Kandang (kg/tnm)
0 HST - - 5 52-3 Bulan 15 - - -Tahun I 45 15 10 10Tahun II 150 60 10 10Tahun III 300 150 15 15Tahun IV 600 450 15 15Tahun V dst 1100 900 20 20
Pemupukan dilakukan dengan cara diletakkan pada parit yang dibuat
melinkar di sekelilig tanaman dengan jarak selebar tajuk dari batang
tanaman, setelah itu parit ditimbun tanah kembali. Kedalaman parit untuk
menempatkan pupuk sekitar 30-40 cm. Pada pemupukan dasar, pupuk
kandang diberikan dengan cara dicampurkan dengan tanah lapisan atas.
Selain pemberian pupuk organic dan anorganik, lahan tanaman kapuk
juga dapat ditanami jenis tanaman leguminosa yang dapat megikat unsur N
udara. Penanaman eguminosa disamping dapat menjadi pupuk hijau juga
dapat mengurangi erosi. Jenis tanaman leguminosa yang dapat ditanam di
lahan kapuk adalah lamtoro, gamal(untuk jenis Legum Tree Crops/LTC)
dan colopogonium(untuk jenis Legum Cover Crop/LCC). Penanaman
tanaman jenis LCC ataupun LTC harus sudah dilakukan satu tahun sebelum
penanaman kapuk. Penanaman LTC dilakukan di bibir teras, sedangkan
penanaman LCC dilakukan di bidang olah.
Pengairan pada budidaya kapuk lebih banyak dibutuhkan pada saat
pembibitan yaitu mulai menyemai benih, penempelan mata entres, sampai
bibit dapat dipindahtanamkan ke kebun. Pengairan untuk tanaman kapuk
yang sudah dewasa tidak banyak dibutuhkan. Curah hujan yang cukup
sepanjang tahun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
kapuk. Namun jika curah hujan kurang maka perlu dilakukan pengairan.
Penyiangan pada kebun kapuk dilakukan sesuai kebutuhan. Penyiagan
dilakukan apabila pertumbuhan gulma di kebun sudah dirasa mengganggu.
Upaya perlindungan tanaman kapuk dari serangan hama penyakit wajib
dilakukan karena serangan hama dan penyakit dapat merusak tanaman dan
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi. Perlindungan tanaman dari
hama dan penyakit dilakukan secara terpadu dan berkala. Ada dua cara
perlindungan tanaman dari hama dan penyakit yang dilakukan, yaitu cara
preventif dan cara kuratif.
Perlindungan secara preventif adalah tindakan pencegaha yang
dilakukan sebelum tanaman terseranga hama dan penyakit. Pengendalian
secara preventif dapat dilakukan dengan pengolahan tanah secara intensif,
tanam tepat waktu, pengairan dengan air yang sehat, dan pembersihan
lingkungan dari tanaman pengganggu. Melakukan pengendalian secara
preventif dapat menekan biaya produksi dan menghindari kerugian.
Pengendalian secara kuratif adalah tindakan yang diakuakan untuk
mengobati tanaman yang telah terinfeksi oleh hama penyakit dan
mengendalikan hama penyakit yang menyerang pertanaman.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dapat dilakukan dengan
cara biologis, mekanis dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan
dengan penggunaan musuh alami hama. Pengendalian secara mekanis
dilakukan dengan membunuh hama secara langsung maupun menebas
bagian tanaman yang sakit dan membakarnya. Pengendalian secara kimiawi
dilaukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti pestisida
maupun atraktan. Pestisida dapat digunakan dalam pengendalian hama,
namunperlu diingat dalam penggunaanya harus sesuai dengan aturan
sehingga tidak mencemari lingkungan.
Tanaman kapuk tidak banyak mendapat gangguan hama atau penyakit
kecuali gangguan parasit dari keluarga Loranthaceae. Parasit ini disebarkan
oleh beberapa jenis burung tertentu, yang memakan buah-buah benalu dan
meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk, karena adanya cairan
yang lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah, tergantung pada
tanaman inang. Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap benalu,
sebaliknya tipe karibea mempunyai daya resistensi yang lebih besar. Cara
mengatasinya adalah membersihkan kemudian menjaga agar pohon-pohon
tetap bersih dari benalu.
4. Panen
Panen dilakukan dengan memetik buah kapuk yang telah matang.
Kematangan buah kapuk biasanya ditandai dengan perubahan warna buah
yang menjadi kecoklat-coklatan, buah sudah Nampak kering, dan ujung
buah sudah pecah. Namun, ciri-ciri kematangan buah pada masing-masing
klon kapuk dapat berbeda. Pemetikan dilakukan dengan menggunaka galah
yang bagian ujungnya diberi arit untuk memudahkan memangkas tanaman.
Gelondong yang jatuh ke tanh harus segera diambil agar tidak terserang
rayap dan menjadi lembab. Panen dilakukan setahun sekali dengan
pemetikan yang berkala karena buah kapuk tidak dapat matang semua
secara bersamaan.
Kapuk klon indica berbunga pada bulan Juni-Juli sedangkan klon
caribea berbunga pada bulan maret-April. Pada saat terjadi pembungaan
tanaman kapuk akan menggugurkan daun secara keseluruhan. Pengguguran
daun berlangsung selama 4-6 minggu begitu juga dengan proses
pembungaan berlangsung 4-6 minggu. Selanjutnya, buah akan matang 4-5
bulan setelah pembuahan. Dengan demikian, buah apuk klon indica dipetik
pada bulan Oktober-November dan buah kapuk klon caribea dipetik pada
bulan Juli-Agustus.
C. Pasca Panen Kapuk
Buah-buahan kapuk yang telah dipanen masih harus diproses lebih lanjut
unutk dapat digunakan oleh konsumen. Kegiatan penanganan pasca panen
kapuk yang harus dilakukan adalah :
1. Pemisahan gelondong
Pemanenan buah kapuk secara tidak sengaja sering pula terpetik buah
kapuk yang kulitnya masih hijau dan belum cukup masak atau buah kapuk
yang kulitnya masih hijau tetapi sudah cukup masak. Disamping itu
mungkin juga terdapat buah-buah kapuk yang terserang oleh hama. Oleh
sebab itu, gelondong buah-buah kapuk yang dipetik harus dipisah-pisahkan
agar memudahkan pengklasifikasian kelas mutu serat kapuk. Pemisahan
gelondong buah kapuk dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut :
a. Kelompok I : gelondong buah kapuk yang sudah tua, utuh dan tidak
terserang hama/penyakit dan kering.
b. Kelompok II : gelondong buah kapuk yang sudah tua tetapi tidak utuh
karena cacat oleh hama seperti berlubang dan kering.
c. Kelompok III : gelondong buah kapuk yang kulitnya masih hijau tetapi
buah sudah cukup masak, utuh dan tidak cacat.
d. Kelompok IV : gelondong buah kapuk yang masih hijau, belum masak
dan buah masih muda. Buah kapuk kelompok IV ini sebaiknya dibuang.
2. Penjemuran gelondong
Buah-buah kapuk yang telah dikelompokan dalam kelas mutu dijemur
di bawah sinar matahari. Penjemuran harus dilakukan di tempat terbuka
sepanjang hari selama 3 hari pada keadaan cuaca yang cerah. Gelondong
buah kapuk yang dijemur harus dihindarkan dari hujan. Penjemuran
gelondong ini bertujuan untuk mengeringkan kulit buah kapuk agar mudah
dikelupas sehingga kulit kapuk dan isinya (serat kapuk dan bijinya) mudah
untuk dipisahkan.
Penjemuran gelondong buah kapuk dilakukan dengan cara di lantai
bersemen. Penjemuran gelondong buah kapuk tidak boleh dihamparkan di
atas tanah karena dapat menurunkan kualitas kapuk. Selama gelondong
buah kapuk tersebut dijemur harus dilakukan pembalikan seperlunya agar
kulitnya kering secara merata.
3. Pemecahan gelondong
Buah-buah kapuk yang telah kering harus segera dikelupas kulitnya dan
dipisahkan dari serat kapuk serta hatinya. Cara melakukan pemecahan
gelondong atau buah kapuk sangat sederhana. Para petani umumnya
memecah gelondong buah kapuk secara manual. Caranya, buah kapuk yang
telah kering dipecah dari bagian ujungnya lalu direntangkan hingga buah
menjadi pecah. Kemudian serat kapuk dipisahkan dari hati kapuk sehingga
diperoleh kapuk odolan. Kapuk odolan ini masih terdapat biji kapuk.
Pemecahan gelondong harus dilakukan di dalam ruangan agar kapuk odolan
yang telah diperoleh tidak beterbangan diterpa angin.
4. Pemisahan serat kapuk dari bijinya
Pemisahan serat kapuk dari bijinya dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Kapuk odolan dijemur di lantai bersemen dengan ketebalan sekitar 10
cm. Di atas lantai semen dipasang dipasang kelambu atau jaring yang
diikatkan pada kerangka bambu dengan ketinggian 60-75 cm sehingga
terdapat ruangan di bawahnya untuk mencegah kapuk beterbangan.
b. Setelah dijemur selama 1 jam, kapuk odolan bagian atas akan
mengembang. Kapuk odolan yang sudah mengembang tersebut disabet-
sabet dengan tongkat yang bercabang hingga biji kapuk terpisah dari
serat kapuk. Di pabrik, pemisahan serat kapuk dari bijinya biasanya
dilakukan dengan menggunakan mesin.
c. Serat kapuk yang telah dipisah dari biji-bijinya dikumpulkan dan dijemur
lagi selama 1 hari hingga sungguh-sungguh kering. Serat kapuk yang
telah bersih dan kering tersebut siap untuk dikemas berdasarkan
klasifikasinya.
5. Klasifikasi serat kapuk
Menurut Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Bogor dan Lembaga
Kapuk yang dikutip oleh Setiadi, klasifikasi kapuk dibagi menjadi 7 kelas mutu
kapuk seperti pada tabel berikut :
Karakteristik
Syarat
MutuI
MutuII
Mutu
III
Mutu
IV
Mutu
V
Mutu
VI
Mutu
VII
1. Warna Putih bersih Putih Cukup
putihCukup putih
Kurang putih
Putih kekuning-kuningan
Kekuning-kuningan
2. Keutuhan serat Utuh Cukup
utuhKurang
utuhKurang
utuhKurang
utuhKurang
utuhKurang
utuh3. Kadar kotoran
%(bobot/bobot) maksimal
1 1,5 2 3 5 6 7
4. Aroma Tidak bau
Tidak bau
Tidak bau
Tidak bau
Sedikit berbau apek
Sedikit berbau apek
Sedikit berbau apek
5. Lapisan Rapi Rapi Rapi Rapi Kurang rapi
Kurang rapi
Kurang rapi
6. Kadar air % (bobot/bobot) maksimal
12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
6. Pengepakan
Fungsi pengepakan adalah untuk mengemas serat kapukke dalam suatu
wadah sedemikian rupa sehingga dapat menudahkan pengangkutan. Serat
kapuk yang telah bersih dari biji-biji kapuk dipres. Selanjutnya serat kapuk
dibungkus atau dikemas atau dibal dalam suatu wadah seberat 40-60 kg.
Wadah yang biasa digunakan untuk mengemas/mengepak serat kapuk
adalah karung plastik. Kemasan juga dapat dilakukan dalam ukuran kecil
tergantung pada keperluan pemasaran. Kemasan dapt berukuran 5 kg, 10 kg,
15 kg dan lain-lain.
7. Pemasaran
Pemasaran hasil merupakan tahap akhir dalam usaha tani yang
bertujuan untuk mendapatkan uang. Kegiatan pemasaran dimulai dari titik
produsen ke konsumen. Pemasaran suatu produk dapat dilakukan melalui
beberapa lembaga pemasaran yang berperan menjualkan barang kepada
konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut sangat berpengaruh
terhadap arus distribusi barang dan tingkat harga yang diterima oleh petani
ataupun tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen.
Pemasaran akan efisien apabila didalam memasarkan suatu barang
hingga sampai ke konsumen hanya sedikit melibatkan lembaga pemasaran.
Dengan melibatkan sedikit lembaga pemasaran dalam memasarkan barang,
maka harga penawaran yang bisa diperoleh petani akan lebih tinggi dan
harga penawaran yang ditawarkan ke konsumen bisa lebih rendah atau pada
tingkat harga yang layak. Dengan demikian pemasaran yang hanya sedikit
melibatkan lembaga pemasaran dapat menguntungkan kedua belah pihak
(petani dan konsumen). Bagi petani, pendapatan usaha tani yang diperoleh
tinggi dan bagi konsumen harga yang harus dibayar tidak mahal.
Dalam perdagangan kapuk, lembaga pemasaran yang terlibat
memasarkan kapuk adalah tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang
besar, pedagang pengecer (pasar dan toko) dan industri (industri mobil,
otomotif dan elektronika). Berikut digambarkan skema pemasaran kapuk
yang dapat dijadikan pedoman untuk menyusun program pemasaran yang
efisien menurut kondisi setiap petani produsen.
Skema Pemasaran
Dari skema tersebut di atas, petani dapat memperoleh harga yang tinggi
apabila dapat memperpendek jalur pemsaaran. Misalnya petani langsung
menjual barangnya ke eksportir, industri, atau pedagang pengecer seperti
pasar-pasar atau toko-toko. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
memasarkan suatu produk adalah penentuan harga. Pada usaha di bidang
pertanian, petani umumnya sangat lemah dalam menentukan harga jual
karena haega komoditas pertanian (termasuk kapuk) di pasaran berubah-
ubah. Pada saat tertentu, harga kapuk dapat melonjak tinggi atau bahkan
merosot sangat rendah.
Petani
Pedagang Pengumpul
Pengrajin/ Pengodol
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer (Pasar, Toko)
Konsumen
EksportirIndustri(Mebel, Automotif
dan elektronik)
DAFTAR PUSTAKA
Fendy R. Paimin. 1993. Okulasi Tingkatkan Produksi Kapuk. dalam : Trubus. No. 285. Tahun XXIV, Jakarta.
Juanda, Dede dan Cahyono Bambang. 1999. Kapuk Budidaya dan Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Setiadi. 1983. Bertanam Kapuk Randu. Penebar Swadaya. Jakarta.