makalah jurrnal.doc
DESCRIPTION
telaah jurnalTRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Candidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari
populasi (Silverman S, 2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam
kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada
penderita AIDS (Farlane .M, 2002).
Pada rongga mulut candida albicans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan
penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi
eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut candidiasis dapat menimbulkan keluhan
seperti rasa terbakar (burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal,atau
labial dan rasa kering atau xerostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut
dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik
dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S,
2001).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi candidiasis ?
2. Apa etiologi candidiasis ?
3. Apa faktor predesposisi candidiasis ?
4. Bagaimana gambaran klinis candidiasis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan candidiasis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi candidiasis
2. Untuk mengetahui etiologi candidiasis
3. Untuk mengetahui faktor predesposisi candidiasis
4. Untuk mengetahui gambaran klinis candidiasis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan candidiasis
2
1.4 Manfaat
1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut
pada khususnya
2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu gigi dan mulut
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Candidiasis
Candidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabakan oleh
jamur candida. Candida adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan
merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies candida mencapai 40 – 60 % dari seluruh
populasi mikroorganisme rongga mulut (Silverman,2001).
2.2 Etiologi Candidiasis
Candidiasis disebabakan oleh jamur candida. Terdapat lima spesies candida yaitu
c.albikans, c. tropikalis, c. glabrata, c. krusei dan c. parapsilosis. Dari kelima spesies candida
tersebut c. albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan infeksi di rongga
mulut.(Nolte,1982)
Struktur c. albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nukleus, membran golgi dan
endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein,
gulkan, glukan chitin. (Farlane M, 2002). Candida albikans dapat tumbuh pada media yang
mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium
atau nitrat, kadang-kadang memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan
pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen filamen hyfa atau pseudohyfa (sel
ragi yang memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada
temperatur 20 – 40 derajat Celsius ( Mc Farlane 2002).
4
Tiga faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis oral adalah:
1. Status kekebalan tubuh pasien
Pertumbuhan kandida dapat dipermudah oleh kekebalan tubuh yang menurun seperti
pada HIV. Faktor yang juga dapat mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh adalah
kemoterapi kanker, stress, dan depresi. Infeksi paling sering terjadi pada pasien dengan jumlah
sel limfosit CD4+ menurun jumlahnya sampai 100 sel. Respon imun dari limfosit T dan Ig G, Ig
M, Ig A sangat penting untuk mencegah terjadinya terjadinya kandidiasis oral (Firriolo FJ, 2003;
Lehner T, 1995).
2. Kondisi mukosa oral pasien
Perubahan membran mukosa dan flora bakteri di rongga mulut dapat menunjang invasi
candida. Perubahan ini terjadi akibat pemakaian beberapa jenis obat, termasuk antibiotic jangka
lama, pemakaian steroid, serta kontrasepsi yang mengandung kadar estrogen yang tinggi
(Firriolo FJ, 2003; Winasa IG, 1996)
3. Kekuatan perlekatan partikel candida albican
Faktor utama yang menyebabkan virulensi candida albican terhadap mukosa oral dalah
kemampuan bertahannya candida albican pada sel-sel epitel lidah, mukosa pipi, dan palatum,
serta permukaan akrilik gigi tiruan. Tahap ini dalah langkah awal terjadinya kolonisasi dan
infeksi candidiasis oral (Firriolo FJ, 2003; Lehner T, 1995; Winasa IG, 1994).
Stomatitis akibat pemakaian gigi tiruan dapat terjadi tidak hanya disebabkan oleh
perlekatan kandida albikan pada permukaan akrilik gigi tiruan tapi juga dipengaruhi oleh
koagregasi atau interaksi kandida dengan streptokokus mutans atau streptokokus sanguis.
Mekanisme adhesi mungkin tergantung pada sucrose, dimana glukan yang dibentuk streptokokus
mutans merupakan tempat perlekatan candida (Lehner T, 1995).
2.3 Faktor Predesposisi Candidiasis
Terjadinya candidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama pengguna protesa,
xerostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio therapy, obat-obatan sitotoksis, konsentrasi
gula dalam darah (diabetes), penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit keganasan
(neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan Penderita Immuno
supresi (AIDS) (Silverman S, 2001).
Penggunaan protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh saliva dan pengelupasan
epitel, hal ini mengakibatkan perubahan pada mukosa. Pada penderita xerostomia, penderita
5
yang di obati oleh radio aktif, dan yang menggunakan obat-obatan sitotoksis mempunyai
mekanisme pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host menurun, hal ini
mengakibatkan mukositis dan glositis.
Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid akan menghambat pertumbuhan bakteri
komensal sehingga mengakibatkan pertumbuhan kandida yang lebih banyak.dan menurunkan
daya tahan tubuh,karena kortikosteroid mengakibatkan penekanan sel mediated immune.
(Jainkittivong, 2007).
Pada penderita yang mengalami kelainan darah atau adanya pertumbuhan jaringan
(keganasan), sistem fagositosinya menurun, karena fungsi netrofil dan makrofag megalami
kerusakan.
Faktor predesposisi yang dapat mengubah kondisi mukosa mulut adalah (Firriolo FJ,
2003; Burket’s, 1994; Guyford JJ dan Haskell R, 1990; Regezi JA dan Scuibba J, 1993):
Xerostomia, terapi antibiotic, kondisi rongga mulut atau gigi tiruan yang buruk, defisiensi nutrisi
(zat besi, folat dan vitamin), perokok berat, displasia epitel rongga mulut, penggunaan obat
kumur berlebih.
Faktor predesposisi yang dapat mengubah status kekebalan tubuh pasien adalah (Firriolo
FJ, 2003; Burket’s, 1994; Guyford JJ dan Haskell R, 1990; Regezi JA dan Scuibba J, 1993):
penyakit kelainan darah, tahap akhir tumor ganas, usia lanjut atau usia pertumbuhan, terapi
radiasi dan kemoterapi, infeksi HIV atau penyakit imunokompromise yang lain, gangguan
endokrin (diabetes mellitus, hipoparatiroid, kehamilan, terapi kortikosteroid atau hipoadrenal),
malnutrisi dan malabsorbsi, terapi rawat inap di rumah sakit atau keadaan yang lemah setelah
operasi.
2.4 Patogenesa Candidiasis
Mikroorganisme penyebab dari candidiasis oral adalah jamur bersel tunggal dari keluarga
Crytokokakeae. Candida albican sebagaimana spesies jamur lainnya dapat hidup dlam beberapa
bentuk, yaitu dalam bnetuk vegetative, hifa, serta hifa semu (miselium) (Gayford JJ and Haskell
R, 1990; Regezi JA, Scuibba J, 1993; Lehner T, 1995). Bentuk vegetative paling sering dalam
mulut bersifat komensal dan jarang ditemukan berbahaya, sedangkan bentuk hifa bersifat
invasive, patogenik dan dapat menyebabkan infeksi candida (Sudiono J, 2002).
Terjadinya candidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan candida
untuk melekat pada mukosa mulut, hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi
6
atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan
penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut
mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi (Mc Farlane, 2002).
Bahan-bahan polimerik ekstra selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan candida
albicans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa mulut. Candida albicans
menghasilkan proteinnase yang dapat mendegradasi protein saliva termasuk sekretori
imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis terhadap sel host. Batas-batas
hidrolisis dapat terjadi pada pH 3.0(3.5)-pH 6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain
seperti fosfolipase, akan di hasilkan pada pH 3.5-6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel
selanjutnya akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas
pada permukaan sel host. (Mc Farlane 2002)
2.5 Gambaran Klinis Candidiasis
Secara klinis candidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya
berupa lesi-lesi putih atau area eritema difus (Silverman S, 2001). Penderita candidiasis akan
merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap.
Pada pemeriksaan klinis candidiasis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu
(Nolte,1982):
1. Akut
a. Akut Pseudomembran Candidiasis (Thrush)
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning-kuningan pada
permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi
netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi
candida lebih dalam sampai ke lapisan basal. (Mc Farlane 2002).
b. Akut Atrofik Candidiasis (Antibiotik sore mouth)
Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit
atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan
selama pengobatan atau sesudahnya candidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada
penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
7
2. Kronik
a. Kronis hiperplastik kandidiasis (kandidiasis leukoplakia)
lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan
leukoplakia tipe homogeny (Greenberg.2003). Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium
ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai
respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Candidiasis leukoplakia sering ditemukan pada
mukosa bukal, bibir dan lidah.
b. Kronis Atrofik Candidiasis (denture stomatitis, denture sore mouth)
Faktor predisposisi terjadinya candidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga
menyebabkan invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut
menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi berkurangnya pelikel saliva.
Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi
ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada
palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum
tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg 2003).
3. Angular cheilitis (Perleche)
Terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi
Pmemegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat
dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak
kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat
pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).
8
(Sumber: Rossie K and Guggenheimer J, 1997)
2.6 Pemeriksaan Penunjang Candidiasis
Untuk menentukan diagnosis kandidiasis harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis,
disamping pemeriksaan klinis dan mengetahui riwayat penyakit. Bahan pemeriksaan dapat
diambil dengan beberapa cara yaitu usapan (swab) atau kerokan (scraping) lesi pada mukosa atau
kulit. Juga dapat digunakan darah, sputum dan urine.(Nolte, 1982). Selanjutnya bahan
pemeriksaan tersebut diletakkan pada gelas objek dalam larutan potassium hydroksida (KOH),
hasilnya akan terlihat pseudohyphae yang tidak beraturan atau blastospora.
Selain pemeriksaan mikroskopis.dapat dilakukan kultur dengan menggunakan agar
sabouraud`s atau eosinmethylene blue pada suhu 37 % C, hasilnya akan terbentuk koloni dalam
waktu 24-48 jam.(Nolte ,1982,Mc Farlen, 2002).
Esophageal candidiasis (pengecatan gram).
Tampak pseudohyphae memastikan
diagnosa infeksi Candida albicans
(sumber: Red Book, 2006)
Erythematous Candidiasis
Angular Cheilitis
Pseudomembranous Candidiasis
Hyperplastic Candidiasis Denture Stomatitis
Gambaran histopathologi dari infeksi
Candida albicans. Pseudohyphae and
hyphae sejati (methenamine silver stain)
ditemukan pada biopsi jaringan.
(sumber: Red Book, 2006)
9
Pada kasus hyperplastik kandidiasis kronis pada umumnya dilakukan biopsi, bahan
pemeriksaan dapat diwarnai dengan periodic acid schiff (P.A.S),hasilnya akan terlihat
pseudomyelin dan hifa (Silverman 2001, Mc Farlen, 2002). Disamping itu akan terlihat
parakeratosis dan leukosit polimorfonuklear (Mc Cullough, 2005). Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat pada skema di bawah ini.
(Skema pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis kandidiasis)
Oval budding yeast cells dari Candida
albicans (pengecatan antibodi fluorescent).
Yeast cells (blastospores) diproduksi oleh
budding.
(sumber: Red Book, 2006)
Kultur SABHI agar plate dari Candida
albicans ditumbuhkan pada suhu 20°C.
(sumber: Red Book, 2006)
Pseudohifa jamur tampak pada material yang
diambil dari plak putih (Pengecatan Periodic
Acid Sciff)
(sumber: Zunt SL, 2000)
10
2.7 Diagnosa Candidiasis
Diagnosis candidiasis oral dapat dibuat berdasarkan gambaran klinis yang spesifik
(Lynch DP, 1994; Lewis MA et al., 1991). Tipe candidiasis oral yang paling sering dijumpai
pada klinik adalah pseudomembran itraoral, atrophic variant, dan peroral angular cheilitis.
Pseudomembranous Candidiasis
Pseudomembranous Candidiasis mungkin sangat sakit dengan menghilangkan plak putih,
bercak bulat atau stria linier. Penekanan dengan lembut menggunakan cement spatula akan
mendislokasi material pseudomembran putih dan meninggalkan gambaran normal, kemerahan,
atau erosi pada permukaan mukosa. Material tersebut dapat dioleskan pada obyek glass dan
difiksasi dengan alcohol atau larutan formalin10%. Idealnya specimen tersebut dilakukan
pemeriksaan patologi untuk definitive diagnosis dengan mikroskopik (Fotos PG et al., 1992).
Identifikasi pseudohifa dilakukan dengan pemeriksaan sitologi, dengan menggunakan
pengecatan Periodic Acid Sciff dengan atau pengecatan Papanicolaou yang merupakan standar
optimal untuk mendiagnosa candidiasis (Skoglund A, et al., 1994).
Atrophic Candidiasis
Atrophic Candidiasis dapat akut atau kronis dan asymptomatis atau sangat sakit.
Ketidaknyamanan dapat digambarkan sebagai tenderness atau rasa terbakar. Dihubungkan denga
rasa terbakar pada lidah atau bibir, diagnoosa banding klinis mungkin dengan ”Burning Mouth
syndrome”. Dengan memberikan anestesi topical biasanya menghilangkan rasa sakit secara
bertahap pada atrophic candidiasis, namun rasa sakit mungkit tidak hilang pada burning mouth
syndrome.
Atrophic candidiasis menunjukkan gambaran merah yang luas ,relative sering disertai
mukosa kering. Daerah yang merah biasanya pada penggunaan parsial denture. Sekitar 26%
pasien dengan komplit denture mengalami atrophic candidiasis (Fenlon MR dan Sherriff M,
1998). Kondisi ini sering ditemukan pada pasien yang secara rutin tidur dengan aplikasi introral
tetap terpasang, dengan demikian melepas denture direkomendasikan selama tidur.
Pasien dengan atrophic candndidiasis sering disertai xerostomia. Dalam beberapa kasus
pengeluaran saliva dapat berubah dengan terapi antifungal. Konfirmasi laboratorium terhadap
atrophic candidiasis cukup sulit karena pseudohifa jamur mungkin melekat pada protese
daripada permukaan jaringanlunak mukosa. Smear permukaan jaringan pada aplikasi
prostodontic menunjukkan pseudohifa (Webb BC, et al., 1998).
11
Angular Cheilitis
Angular Cheilitis secara klinis didiagnosa berdasarkan adanya unilateral atau bilateral red
crack atau fisura pada sudut mulut, asimtomatis atau sangat sakit, angular cheilitis mungkin
disebabkan oleh candidiasis (20%), infeksi candidial-bacterial (60%), atau bakteri (20%)
(Ohman SC, et al., 1986). Defisiensi nutrisi seperti asam folat, besi, atau vitamin B12 mungkin
terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium dari specimen darah. Adanya perhatian pada
penyakit endokrin yang mendasari dan pemeriksaan dengan laboratorium atau biopsy mungkin
dapat membantu untuk menyingkirkan commissural squamous cell carcinoma. Angular cheilitis
yang tidak member respon pada antifungal mungkin menunjukkan infeksi campuran, adanya
penyakit sistemik yang mendasari, atau mungkin commissural squamous cell carcinoma.
2.8 Diagnosa Banding Candidiasis
Ada beberapa lesi berwarna putih yang juga terdapat dalam rongga mulut, yang
memerlukan diagnosis banding dengan candidiasis, antara lain:
Leukoplakia
Disebabkan oleh iritasi kronis yang dikaitkan dengan tembakau (Burkhardt A and
Maerker R, 1981). Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentukan homogen, plak putih tipis yang
dapat berubah menjadi tebal dengan bentuk noduler atau lesi putih dengan campuran warna
merah (Scully C, 2004). Pemeriksaan histopatologi leukoplakia dikaitkan dengan tingkat
keganasan yang dibagi menjadi 3 gambaran yaitu: hiperkeratosis, dysplasia epitel, dan infiltrasi
sel radang (Sudiono J, 2005; Burkhardt, 1981).
Hairy Leukoplakia
Disebabkan oleh autoinokulasi virus Epstein Barr. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
bentukan tidak teratur berwarna putih keabuan dengan penebalan keratin seperti rambut pada tepi
lateral lidah, permukaan seperti karpet dan kasar (sudiono Janti, 1995). Gambaran histopatologi
didapatkan gambaran hyperkeratosis tidak teratur dengan gambaran menyerupai rambut,
hiperplasi epitel dengan akantosis, adanya vakuola sel, sedikit atau tanpa sel radang pada
jaringan ikat sub epitel.
12
2.9 Penatalaksanaan Candidiasis
2.9.1 Non Farmakologi
Cara yang adekuat dalam mengobati kondisi candidiasis oral adalah dengan menjaga
kebersihan rongga mulut, baik kebersihan gigi, kavitas bukal, lidah, dan gigi tiruan setiap hari,
menghindari etiologi dan faktor predesposisi seperti tidak menggunakan obat kumur berlebihan
dan berhenti merokok, serta menggunakan terapi anti jamur dan makan makanan dengan nutrisi
cukup.
Gigi tiruan harus didesinfeksi karena gigi tiruan mempunyai permukaan yang tidak
teratur dan porus yang memudahkan perlekatan candida dan menyebabkan relaps atau reinfeksi
(Webb BC, et al.,1998) dan dilepas pada malam hari (Zunt, S.L, 2000).Untuk membersihkan gigi
tiruan, yang pertama gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi untuk menghilangkan debris,
kemudian dengan beberapa tetes suspensi nistatin oral (100.000 IU/mL) dicampur dalam air
untuk merendam gigi tiruan semalaman (Zunt, S.L, 2000).
2.9.2 Farmakologi
Kandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat
antijamur,dengan memperhatikan factor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,hal
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan (Mc Cullough
2005,Silverman 2001)
Pengobatan candidiasis oral dengan menggunakan obat anti jamur menurut jenis obat,
dosis, dan efek samping obat adalah sebagai berikut:
13
*kandidiasis esophageal
Sumber: Project Inform, Oral Candidiasis (Thrush), project inform, 205 13 th, suite 2001, San Francisco. Available
at: http://www.projinf.org/fs/candida.htm
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus-kasus pada
rongga mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole. (Mc cullough, 2005).
Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu
dengan cara merusak membran sel jamur. Nystatin dihasilkan oleh streptomyces
noursei,mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan
permeabilitas membran sel. Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim
cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa
ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak normalan membran sel. Clotrimazole mekanisme kerja
sama dengan miconazole. Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum.Mekanisme
kerjanya dengan cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan
permeabilitas membran sel, Itrakonazole efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita
immunocompromised. Flukonazole dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis
termasuk pada penderita immunosupresif Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi
Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel.
2.10 Prognosis Kandidiasis
Prognosis oral candidiasis adalah baik dengan pengobatan yang tepat dan efektif.
Kekambuhan terjadi karena kegagalan pelepasan dan membersihkan gigi tiruan deng tepat atau
ketidakmampuan untuk menyelesaikan faktor predesposisi penyebab infeksi (A. Akpan dan R
Morgan, 2002).
14
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Pembahasan jurnal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi Candida spp, dan.
khususnya C dubliniensis, di antara isolat dari pasien HIV positive dari brazil yang
menghubungkan hasil ini dengan jumlah sel CD4 dan viral load. Empat puluh lima orang (23
perempuan dan 22 laki-laki) didiagnosa HIV-positif dengan ELISA dan Western blot, di bawah
terapi anti-retroviral setidaknya selama 1 tahun dan tanpa kandidiasis mulut dimasukkan dalam
penelitian. Kelompok control yang dibentuk oleh 45 orang sehat, untuk kelompok uji dalam
kaitannya dengan usia, jenis kelamin, dan oral kondisi. Bilasan mulut dikumpulkan dan
identifikasi dengan uji fenotipik. Keberadaan isolasi C. dubliniensis dianalisis menggunakan uji
multipleks divalidasi PCR. Candida spp. terdeteksi lebih tinggi secara signifikan dalam rongga
mulut pasien HIV-positif dengan kaitannya sebagai kontrol (P = 0,0008). C. albicans adalah
spesies yang paling sering ditemukan pada kedua kelompok. Di kelompok HIV, C. glabrata, C.
lipolytica, C. krusei, C. guilliermondii, dan C. parapsilosis juga diidentifikasi. Pada kelompok
kontrol,juga diidentifikasi C. tropicalis dan dubliniensis C.. Dua isolat (1,9%, 2/108) dari
individu kontrol diidentifikasi C. dubliniensis dan spesies ini tidak diverifikasi di kelompok HIV.
Jumlah Candida spp. secara statistic menurun (P = 0,0230) di rongga mulut pada pasien dengan
viral load yang lebih rendah (< 400 copies/mm3). Jumlah Candida spp. tidak berbeda secara
statistik dengan kelompok yang jumlah sel CD4 berbeda (P = 0,1068).
Jumlah yeats dari kelompok HIV dan kelompok kontrol dibandingkan secara statistik dengan
ANOVA, Mann-Whitney tes (5%). Keberadaan Candida di rongga mulut pasien HIV dievaluasi
dalam kaitannya jumlah limfosit CD4 dan viral load dengan Kruskal-Wallis (ANOVA) (5%).
Untuk tujuan ini, para pasien diklasifikasikan menjadi tiga sub kelompok sesuai dengan jumlah
limfosit CD4 (sel/mm3) (< 200, 200-500, dan >500), berdasarkan terapi anti-retroviral untuk
orang dewasa dan remaja. Juga, mereka dibagi menjadi sub kelompok sesuai dengan viral load
(<400,400-20,000, dan >20.000 copies/ ml serum).
15
Tiga puluh tiga pasien HIV-positif (73,3%) dan 21 individu dari kelompok kontrol
(46,6%) menghasilkan kultur Candida positif. Candida spp. terdeteksi lebih tinggi secara
signifikan dalam rongga mulut pasien HIV-positif (median value = 860 CFU / ml dan
interkuartil range = 3250 CFU / ml) dengan kaitannya dengan kontrol (median value = 0 CFU /
ml dan interkuartil range = 480 CFU / ml) (P = 0,0008).
Candida albicans adalah spesies yang paling sering diisolasi pada kedua kelompok. Pada
kelompok HIV, C. glabrata, C. lipolytica, C. krusei, C. guilliermondii, dan C. parapsilosis juga
diidentifikasi. Dalam kelompok kontrol, C. tropicalis dan C. dubliniensis juga ditemukan. Dua
isolat (1,9%, 2/108) dari kontrol individu berbeda diidentifikasi sebagai C. dubliniensis.
Keberadaan Candida di rongga mulut pada pasien HIV dievaluasi dalam kaitannya
dengan jumlah CD4 sel dan viral load dengan Kruskal-Wallis (ANOVA) (5%). Jumlah Candida
spp. secara statistik lebih rendah (P = 0,0230) di rongga mulut pasien dengan viral load yang
lebih rendah (< 400 copies/mm3). Jumlah Candida spp. tidak berbeda secara statistik pada pasien
subgroup HIV positif dengan perbedaan jumlah sel CD4 (P = 0,1068).
Kelompok penelitian ini terdiri dari 45 pasien HIV-positif, 48,8% laki-laki dan
perempuan 51,2%. Meskipun beberapa penelitian tidak menunjukkan hubungan antara
Keberadaan Candida dalam kaitannya dengan gender, kami menghindari prasangka dengan
memiliki sampel seks seimbang. Juga, dengan tujuan yang sama, desain penelitian termasuk
kontrol individu disesuaikan dengan kelompok HIV positive berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
kondisi oral (penggunaan gigi palsu atau alat ortodontik).
Dalam penelitian ini, dari 108 isolat dari kelompok kontrol, dua (1,9%) diidentifikasi
sebagai C. dubliniensis. Menariknya,isolate ini hanya diperoleh dari individu HIV-negatif.
Laporan isolasi C. dubliniensis rongga mulut pada kontrol sangat variabel dan berkisar antara
0% , 0,7% , 3,5% sampai 13,33% . Mosca dkk. 8,3% isolate dari C. dubliniensis ditemukan pada
remaja yang menggunakan perangkat ortodontik.
Spesies non-albicans yang terisolasi adalah C. tropicalis dan C. glabrata. Data ini juga
diamati oleh Sant 'Ana et al. Prevalensi spesies nonalbicans hanya mewakili 34,9% dari spesies
Candida dari kelompok HIV. Kelompok ini juga menunjukkan pemulihan yang lebih baik pada
spesies Candida. Ini dapat dianggap sebagai datum penting, karena infeksi yang disebabkan oleh
16
C. albicans, seperti candidemia, umumnya memiliki prognosis yang terbaik bila dibandingkan
dengan penyakit yang disebabkan oleh spesies non-albicans.
Dalam batas-batas studi ini, kami menyimpulkan bahwa kelompok HIV menunjukkan
prevalensi Candida spp, pada khususnya., mereka dengan viral load tinggi. Isolasi C.
dubliniensis didapatkan pada frekuensi rendah dan didapatkan dari individu kontrol.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini di dapatkan peningkatan jumlah Candida spp. Pada kelompok individu
dengan HIV positif. Dimana hal tersebut berhubungan dengan jumlah sel CD4. Selain itu C.
dubliniensis hanya sedikit ditemukan pada penelitian ini dan hanya di dapatkan pada kelompok
kontrol.
4.2 Saran
Pada jurnal ini sebaiknya juga membahas tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi peningkatan jumlah isolasi Candida albican pada kelompok pasien yang
menederita HIV positif.
Perlunya penelitian lebih lanjut tentang hubungan peningkatan jumlah Candida albicans
pada pasien HIV positif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Appleton SS.2000.Candidiasis: Pathogenesis, Clinical Characteristics and Treatment. Available at. http/www.cda.org/member/pubs/journal/jour 1200/candi.html
Burket’s.1994. Ilmun Penyakit Mulut-Diagnosis dan Terapi. Alih bahasa. Kurniawan PPS.Edisi ke 8.Jakarta Barat:Binarupa Aksara:267-85
Fenlon MR, Sherriff M. 1998. Prevalence of denture related stomatitis in patiens attending a dental teaching hospital for profision of replacement complete dentures. J Ir Dent Assoc; 441(1):9-10
Firriolo FJ.2003. Oral Candidiasis. Available at:http:/www.dentalcare.com/soap/intermed/imtidex/oralcandidiasis.htm.
Fotos PG, Vincent SD, Hellstein JW. 1992. Oral Candidosis. Clinical, historical and therapeutic features of 100 cases. Oral Surg Oral Med Oral Pathol: 74(1);41-49
Greenberg. M.S et al,2003 Burket’s Oral Medicine, 10 ed, , Bc Decker Inc, Hamilton Ontario, h. 94-8
Guyford JJ, Haskell R. 1990.Penyakit Mulut.alih Bahasa.Yuwono L.Edisi ke 3.Jakarta:56-63
Jainkittivong, et al. 2007, Candidiasis in OLP patiens undergoing topical steroid therapy, Triple O, 104: 61-66
Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernage RM. 2005. Medical microbiology. 10th Edition. Stuttgart : Thieme;. 362-4.
Lehner T.1995.Imunology Pada Penyakit mulut.Alih bahasa.Farida R, Suryadhana NG.Edisi ke 3.jakarta:EGC:112-9
Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Autralia Dent. J. Medication Suplement, 50;4
Mc Farlane et al ,2002 Essential of Microbiologi for dental student,Oxfort , New york, h. 287
Nolte. A.W.,1982. Oral Microbiologi,4 ed, The C.V Mosby co,St Louis, Toronto, London h. 523- 32
Ohman SC, Dahlen G, Moller A, Ohman A. 1986. Angular Cheilitis: A clinical microbial study. J Oral Pathol;15(4): 213-217
Pinborg,J.J. ,1994 , Atlas Penyakit Mukosa mulut, Edisi ke 4.Diterjemahkan oleh drg Kartika Wangsaraharja , Bina rupa Aksara hal. 56-58
19
Project Inform, Oral Candidiasis (Thrush), project inform, 205 13th, suite 2001, San Francisco. Available at: http://www.projinf.org/fs/candida.htm
Red Book. 2006. C a ndidiasis . American Academy of Pediatrics . Available from http://aapredbook.aappublications.org/mise/terms.shtml. diakses tanggal 9 Juni 2011
Regezi JA, Scuibba J.1993.Oral Pathology Clinical-Pathologyc Corelation. 2nd
Edition.Pennsylvania: W.B.Saundres Company:120-6
Rossie K, Guggenheimer J. 1997. Oral Candidiasis, Clinical Manifestations, And treatment.. Oral Pathology Vol.9, No.6 Dental Medicine, University of Pitsburgh, Pennsylvania.
Silverman. S Jr at al, 2001, Essential of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton, London, h. 170 – 177
Silverman .S. Jr. 1996, Color Atlas of Oral Manifestations of aids ,2ed, The C.V Mosby , St Louis, Boston Baltimore, h. 18,28
Skoglund A, Sunzel B, Lerner UH. 1994. Comparison of three test methods used for the diagnosis of candidiasis. Scand J Dent Res; 102(5): 295-298
Sudiono J.2002. Pengambilan Bahan Klinik dan Penatalaksanaan Untuk Mendeteksi Candidiasis Dalam Mulut. M.I Kedokteran Gigi FKG Usakti.No.47.ISSN.0215-126X:26-32
Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2, 775 –8
Webb BC, Thomas CJ, Willcox MD , et al. 1998. Candida-associated denture stomatitis, Aetiology and management: a review.Part 2. Oral diseases caused by Candida species. Aust Dent J; 43(3): 160-166
Winasa IG. 1996.Faktor Latrogenik Pada Candidiasis Rongga Mulut. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. No.09.ISSN.0854-8420:5-9
Winasa IG.1994.Virulensi Spesies Candida Pada Rongga Mulut.Majalah Kedokteran Gigi Indonesia.No.02.ISSN.0854-8420:28-31
Zunt S.L.2000. Oral Candidiasis: Diagnosis and Treatment. The journal of Practical Hygiene.pp.31-36