makalah jejes

87
Case XI Page 1 “Ledakan dari LPG” Pagi-pagi sekali dikeramaian pinggiran Jakarta selatan, tiba-tiba orang-orang mendengar sebuah suara ledakan yang keras . Sumber dari ledakan itu disadari berasal dari “rumah makan padang”. Dua orang wanita mendapatkan luka dari kecelakaan tersebut dan bagian dari dapur rumah tersebut mengalami rusak berat. Tiba-tiba tetangga menjadi sibuk karena mencoba untuk menolong korban. Perempuan tua mempunyai luka yang lebih parah dibandingkan perempuan muda. Luka termasuk luka bakar hampir berada di seluruh dada depan dan lengan depan. Sementara perempuan muda hanya mempunyai luka bakar dibelakang punggung. Korban dibawa oleh tetangga kerumah sakit untuk perawatan yang lebih intensif. Dokter mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu yang lama bagi perempuan tua untuk penyembuhan karena derajat atau tingkatan dari luka bakarnya lebih tinggi dari perempuan muda. Perempuan tua mempunyai luka bakar pada derajat/tingkat IIIA, sementara perempuan muda berada pada derajat/tingkat II. Tim dokter akan melakukan penanaman jaringan/transplatasi jaringan untuk membantu menyembuhkan luka dengan baik. Page 2 Enam bulan kemudian setelah kecelakaan, keduanya baik perempuan tua dan perempuan muda sudah sembuh. Tetapi Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 1

Upload: anumillah-arini-zidna

Post on 17-Feb-2015

121 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah jejes

Case XI

Page 1 “Ledakan dari LPG”

Pagi-pagi sekali dikeramaian pinggiran Jakarta selatan, tiba-tiba

orang-orang mendengar sebuah suara ledakan yang keras . Sumber dari

ledakan itu disadari berasal dari “rumah makan padang”. Dua orang

wanita mendapatkan luka dari kecelakaan tersebut dan bagian dari dapur

rumah tersebut mengalami rusak berat. Tiba-tiba tetangga menjadi sibuk

karena mencoba untuk menolong korban. Perempuan tua mempunyai

luka yang lebih parah dibandingkan perempuan muda. Luka termasuk

luka bakar hampir berada di seluruh dada depan dan lengan depan.

Sementara perempuan muda hanya mempunyai luka bakar dibelakang

punggung.

Korban dibawa oleh tetangga kerumah sakit untuk perawatan yang

lebih intensif. Dokter mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu yang

lama bagi perempuan tua untuk penyembuhan karena derajat atau

tingkatan dari luka bakarnya lebih tinggi dari perempuan muda.

Perempuan tua mempunyai luka bakar pada derajat/tingkat IIIA,

sementara perempuan muda berada pada derajat/tingkat II. Tim dokter

akan melakukan penanaman jaringan/transplatasi jaringan untuk

membantu menyembuhkan luka dengan baik.

Page 2

Enam bulan kemudian setelah kecelakaan, keduanya baik

perempuan tua dan perempuan muda sudah sembuh. Tetapi perempuan

tua mempunyai beberapa tanda atau bekas luka yang masih terlihat

didadanya. Tetapi, secara umum kedua perempuan tersebut sudah dapat

melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.

Terminologi

1. Implant graft tissue : transplatasi jaringan, memasukkan atau

mencangkokan jaringan kedalam tubuh pasien untuk tujuan terapi,

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 1

Page 2: makalah jejes

diagnostic atau percobaan. Produk jaringan buatan yang dihasilkan

melalui teknik biomedik.

2. Atrophy : mengecilnya sel, jaringan, organ atau bagian

tubuh.

3. Hypertrophy : pembesaran atau pertumbuhan suatu organ atau

bagian secara berlebihan akibat peningkatan ukuran sel

pembentuknya.

4. Metaplasia : perubahan jenis sel dewasa dalam jaringan

menjadi bentuk sel dewasa lain yang bukan sel normal untuk

jaringan tersebut.

5. Dysplasia : abnormalitas perkembangan, dalam patologi

berarti perubahan ukuran bentuk dan organisasi sel-sel matur.

Problem

1. Apa akibat dari ledakan?

2. Apa akibat dari luka bakar?

3. Apa itu cedera sel?

4. Bagaimana mekanisme sel normal menjadi injury cell?

5. Apa saja factor pendukung yang menyebabkan cell injury?

6. Apa saja jenis-jenis adaptasi pada saat sel stress?

7. Apa penyebab cedera sel?

8. Apa saja jenis-jenis cedera sel?

9. Apa itu inflamasi?

10. Apa saja jenis inflamasi?

11. Bagaimana mekanisme inflamasi?

12. Bagaimana mekanisme penyembuhan dari sel yang

cedera(recovery cell)?

13. Apa itu cell recovery?

14. Apa saja factor-faktor yang menunjang recovery cell?

15. Bagaimana respon pemulihan inflamasi?

Hipotesis

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 2

Page 3: makalah jejes

1. Luka bakar.

2. Cedera sel.

3. Sel yang mengalami kerusakan karena tidak dapat beradaptasi

4. Sel normal sel stress.

I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Metabolic structural I

I I REVERSIBLE

I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ “POINT OF NO

RETURN”

IRREVERSIBLE

CELL DEATH

5. Dose intensity, cell vulnerability

6. Atrophy, hypertrophy, metaplasia, dysplasia.

7. Defisiensi Oksigen, bahan kimia, kurang nutrisi, dan penuaan.

8. Reversible dan irreversible.

9. Peradangan.

10. Inflamsi kronik dan inflamsi akut.

11. Perubahan vasikular , kejadian pada sel.

12. Regenerasi jaringan yang mengalmi jejas oleh parenkim yang

sama.

13. Proses dimana sel memperbaiki bagian yang mengalami

kerusakan.

14. Growth factor, diferensiasi sel, dan proliferasi sel.

15. 2 kemungkinan :

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 3

Cell vulnerabilityDose intensity

adaptation

injury

Page 4: makalah jejes

jejas menetap ( luka bekas)

Jejas kembali sempurna ( luka tidak

berbekas).

I Don’t know

1. Cedera sel ( cell injury)

2. Inflamsi

3. Pemulihan (cell recovery)

4. Tingkat kerusakan sel (luka bakar)

Learning Issue

1. Definisi cedera sel

Penyebab cedera sel

Jenis-jenis cedera sel

Mekanisme cedera sel

Jenis adaptasi sel

2. Definisi inflamasi

Jenis inflamasi

Mekanisme inflamasi

Peran kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening

3. Definisi pemulihan

Mekanisme pemulihan

Respon pemulihan inflamsi

Factor penunjang cell recovery

4. Grade (tingkat) luka bakar

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 4

Page 5: makalah jejes

JEJAS SEL

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 5

Page 6: makalah jejes

Sekilas Tentang Jejas Sel

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 6

Page 7: makalah jejes

Manusia sesungguhnya, berupa kelompok sel-sel yang tersususn rapi dan

rumit. Kesehatan perorangan berasal dari kesehatan selnya. Penyakit

mencerminkan disfungsi sejumlah penting sel-sel.

Dalam bereaksi terhadap tekanan yang progresif, sel akan :

Menyesuaikan diri

Terjadi jejas yang dapat pulih kembali (reversible)

Mati

Kelangsungan fungsi dan struktur fungsi sel normal, beradaptasi, terjejas

ireversibel, mati merupakan keadaan yang berbatas kaburSemua tekanan atau

pengaruh berbahaya berdampak pertama-tama pada tingkat molekul. Perubahan

molekul dan fungsi selalui mendahului perubahan morfologi. Waktu yang

diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang tampak pada adaptasi sel, jejas

dan kematian berbeda-beda sesuai dengan kemampuan pemilihan cara-cara

yang dipakai untuk mendetiksi perubahan tersebut.

Setelah nanti akhirnya sis el mengalami kematian yaitu pada tahap jejas

ireversibel, ada pola dasar kematian sel. Pola tersbut mempunyai mekanisme

yang berbeda,tetapi terdapat juga pertimbangan yang tumpang tindih di antara

dua proses:

Nekrosis(Khususnya nekrosis koagulatif) terjadi setelah suplai darah

hilang atau setelah terpajan toksin dan ditandai dengan pembengkakan

sel ,denaturasi protein dan kerusakan organela. Jalur lintas kematian sel

tersebut dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan.

Apoptosis terjadi sebagai akibat program “bunuh diri” yang dikontrol

secara internal,setelah sel mati yang disingkirkan dengan gangguan

minimal dari jaringan sekitarnya. Keadaan tersebut terjadi dalam kondisis

fisiologis, saat sel yang tidak dikehendaki dieleminasi (missal,

embryogenesis), dan dalam berbagai kondisi patologis (misal, kerusakan

mutasi yang tidak dapat diperbaiki.

Hubungan antara sel normal, sel yang beradaptasi, serta cedera sel

reversible dan ireversibel digambarkan pada penjelasan berikut. Miokardium

menjadi sasaran terhadap peningkatan beban yang menetap, seperti pada

hipertensi atau dengan katup stenotik, breradaptasi dengan mengalami

hipertrofi (suatu penambahan ukuran sel dan akhirnya selurug jantung) untuk

menimbulkan tekanan lebih tinggi yang diperlukan. Sebaliknya, selama masa

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 7

Page 8: makalah jejes

kelaparan yang lama atau kakeksia (kehilangan berat badan, seperti akibat

tumor ganas), miokardium mengalami atrofi (pengurangan ukuran sel tanpa

perubahan dalam jumlah sel). Miokardium menjadi sasaran terhadap penurunan

aliran darah (iskemia) dari arteria koronaria yang mengalami oklusi, yang bias

menyebabkan cedera reversible apabila oklusi tidak lengkap atau cukup singkat,

atau dapat mengalami cedera irversibel (infark) setelah sumbatan lengkap atau

dalam waktu lama. Catat juga, stress dan jejas tidak hanya berpengaruh

terhadap morfologi, tetapi juga status fungsional sel dan jaringan. Jadi , miosit

yang mengalami jejas reversible tidak mati dan kenyataanya hamper mirip

miosit normal. Namun, miosit itu sementara nonkontraktil sehingga dapat

berdampak klinis yang secara potensial bersifat letal. Apakah bentuk khas stress

menginduksi adaptasi atau menyebabkan jejas reversible atau ireversibel tidak

hanya bergantung pada sifat dan keparahan stress, tetapi juga pada penyebab

jejas sel lainnya yang akan di bahas berikutnya

Penyebab Jejas sel a. Hipoksia :

• Penyebab jejas dan kematian sel paling penting

• Mempengaruhi respirasi oksidasi aerob

• Hilangnya perbekalan darah, penyebab hipoksia yang paling sering

• Oksigenasi darah yang tidak memadai karena kegagalan kardiorespirasi

b. Bahan Kimia dan Obat :

• Penyebab penting adaptasi, jejas dan kematian sel.

• Setiap agen kimia atau obat dapat dilibatkan.

• Bahan yang tidak berbahaya bila konsentrasinya cukup sehingga dapat

merusak lingkungan osmosa sel akan berakibat jejas atau kematian sel tersebut.

• Racun dapat menyebabkan kerusakan hebat pada sel dan kemungkinan

kematian seluruh organisme.

• Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh

c. Agen Fisika :

• Trauma mekanik pada organel intrasel atau pada keadaan yang ekstrem,

dapat merusak sel secara keseluruhan.

• Suhu rendah Vasokonstriksi dan mengacau perbekalan darah untuk sel-sel, bila

suhu semakin rendah, air intrasel akan mengalami kristalisasi.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 8

Page 9: makalah jejes

• Suhu tinggi yang merusak dapat membakar jaringan.

• Perubahan mendadak tekanan atmosfer juga dapat berakibat gangguan

perbekalan darah untuk sel-sel. Penyakit caison

• Tenaga Radiasi menyebabkan ionisasi lansung senyawa kimia yang dikandung

dalam sel, mutasi yang dapat berjejas atau membunuh sel-sel.

• Tenaga Listerik meyebabkan luka bakar, dapat mengganggu jalur konduksi

syaraf dan sering berakibat kematian karena aritmia jantung.

d. Agen Mikrobiologi :

• Virus dan rcketsia merupakan parasit obligat intrasel yang hidupnya hanya di

dala sel-sel hidup.

• Virus yang menyebabkan perubahan pada sel : Sitolisis (dapat menyebabkan

kematian sel), Onkogen (merangsang replikasi sel, berakibat tumor).

• Kuman dengan membebaskan eksotoksin dan endotoksin yang mampu

mengakibatkan jejas sel, melepaskan enzim sehinga dapat merusak sel.

• Jamur, protozoa dan cacing dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada

sel

e. Mekanisme Imun :

• Penyebab kerusakan sel dan penyakit pada sel.

• Antigen penyulut berasal dari eksogen (Resin tanaman beracun), endogen

(antigen sel) yang menyebabkan penyakit autoimun.

f. Cacat Genitika :

• Kesalahan metabolisme keturunan dapat mengurangi sutu enzem sel.

• Dalam keadaan parah meyebabkan kelangsungan hidup sel tidak sesuai.

• Beberapa keadaan abnormal genetika diturunkan sebagai sifat keluarga

(anemia sel sabit).

g. Ketidak seimbangan Nutrisi :

• Defesiensi nutrisi penyebab jejas sel yang penting, mengancam menjadi

masalah kehancuran di masa mendatang.

• Defesiensi protein-kalori, avitaminosis, kalori berlebihan dan diet kaya lemak

merupakan masalah ketidakseimbangan nutrisi di dunia.

h. Penuaan :

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 9

Page 10: makalah jejes

• Penuaan dan kematian sel merupakan akibat penentuan progresif selama

jangka waktu hidup sel dengan informasi genitik yang tidak sesuai akan

menghalangi fungsi normal sel.

Mekanisme Kerusakan Sel

Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap

menyesuaikan struktur dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan

perubahan dan stres ekstrasel. Sel cenderung mempertahankan

lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang parameter fisiologis

yang relatif sempit Sel mempertahankan homeostatis normalnya. ketika

mengalami stres fisiologis atau rangsangan patologis, sel bisa

beradaptasi, mencapai kondisi baru dan mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Kerusakan sel dapat terjadi pada berbagai organel sel, tetapi

yang paling sering mengalami kerusakan adalah

1. Membran sel

2. Mitokondria

3. Nukleus

4. Sitoskeleton

Faktor yang menentukan respon yang diberikan sel saat

mengalami stress :

1. Intensitas (dosis) faktor yang menyebabkan kerusakan sel

2. Sel yang mengalami stress. Dikarenakan setiap sel memiliki

kemampuan yang berbeda-beda saat mengalami stress.

Respon dari sel ketika terjadi stress :

1.Adaptasi,

Respons adaptasi utama adalah atrofi, hipertrofi, hiperplasia, dan

metaplasia. Apabila kemampuan adaptatif berlebihan, maka akan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 10

Page 11: makalah jejes

mengalami Jejas sel (cell injury).

Sel memiliki homeostatis. Contoh : Untuk melindungi kulit dari sinar UV

maka diproduksi melanin.

2. Kerusakan/ Luka pada sel

Ketika sel tidak dapat beradaptasi, sel yang berfungsi untuk memperbaiki

kerusakan sel mengalami kerusakan .

Contoh : Ketika sinar UV dengan intensitas yang besar/serius mengenai

kulit, kulit akan terbakar “sunburn”.

Ketika sel mengalami kerusakan :

Sel yang rusak kembali pulih ketika stress pulih. Maka kerusakan sel ini

disebut reversible

Sel tidak dapat pulih dikarenakan stress yang serius. Dan kerusakan sel

ini disebut irreversible . Namun, dengan stress berat atau menetap,

terjadi cedera ireversibel dan sel yang terkena mati.. Maka sel tersebut

akan tetap mengalami kerusakan hingga akhirnya sel tersebut mati

(nekrosis atau apaptosis). Pola Dasar Kematian Sel:

Nekrosis terjadi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin

dan ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein, dan

kerusakan organela.jalur lintas kematian sel tersebut menyebabkan

disfungsi berat.

Apoptosis kematian sel yang telah diprogramkan “bunuh diri”. Keadaan

tersebut terjadi dalam kondisi fisiologis, saat sel yang tidak dikehendaki

dieliminasi, dan dalam berbagai kondisi patologis contohnya kerusakan

mutasi yang tidak dapat diperbaiki).

Prinsip umum yang relevan dengan sebagian besar cedera sel :

1. Respons selular terhadap stimulus yang berbahaya bergantung

pada tipe cedera, durasi, dan keparahannya.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 11

Page 12: makalah jejes

2. Akibat suatu stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe, status,

kemampuan adaptasi, dan susunan genetik sel yang mengalami

jejas.

3. Empat sistem intraselular yang paling mudah terkena adalah 1)

keutuhan membran sel, 2) pembentukan adenosin trifosfat (ATP)

paling besar melalui respirasi aerobik mitokondria, 3) sintesis

protein, dan 4) keutuhan perlengkapan genetik.

4. Komponen struktural dan biokimiawi suatu sel terhubung secara

utuh tanpa memandang lokus awal jejas, efek mutipel sekunder

yang terjadi sangat cepat.

5. fungsi sel hilang jauh sebelum terjadi kematian sel, dan perubahan

morfologi jejas sel.

Prinsip Biokimiawi Dasar yang Muncul pada Penyebab Cedera :

1. Deplesi ATP (Adenosin Trifosfat)

2. Deprivasi oksigen atau pembentukan spesies oksigen reaktif. peran

oksigen pada jejas sel. Iskemia menyebabkan jejas sel dengan

mengurangi suplai oksigen selular; stimulus lain seperti radiasi,

menginduksi kerusakan lewat spesies oksigen teraktivasi yang toksisk.

3. Hilangnya homeostasis kalsium.

4. Defek pada permeabilitias membran plasma.

5. Kerusakan Mitokondria

Dengan prinsip yang ada Jejas pada sel dikenal 4 bentuk yang lazim

terjadi yaitu Jejas iskemik-hipoksik, Jejas iskemia/reperfusi, jejas

yang diinduksi radikal bebas, jejas kimiawi.

1. Jejas hipoksia disebabkan paling banyak karena iskemia. Efek

pertama hipoksia adalah pada respirasi aerobik sel, yaitu fosforilasi

oksidatif oleh mitokondria akibat penurunan tegangan oksigen,

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 12

Page 13: makalah jejes

pembentukan ATP intrasel yang jelas berkurang. Hasil dari deplesi

ATP mempunyai efek yang luas pada banyak sistem dalam sel.

Aktivitas pompa natrium menurun sehingga terjadi akumulasi

natrium intrasel dan difusi kalium keluar sel. Glikolisis anaerob

meningkat akibat meningkatnya ATP disertai AMP yang meningkat.

Penurunan kadar pH dan ATP menyebabkan ribosom lepas dari REK

dan polisom untuk berubah menjadi monosom (sintesis protein

menurun).

2. Jejas reperfusi/iskemia terjadi jika sel mengalami jejas sel

mengalami perbaikan aliran darah secara paradoks, pada

terakselerasi dan dieksaserbasi (lebih buruk) sehingga jaringan

yang menyokong menjadi kehilangan sel selain sel yang rusak

ireversibel.

3. Jejas sel yang diinduksi radikal bebas juga mendasari cedera zat

kimia dan radiasi, toksisitas oksigen dan gas lain, penuaan selular,

pembunuhan mikroba oleh sel fagositik, kerusakan sel radang,

destruksi tumor oleh makrofag, dan proses cedera lainnya. Radikal

bebas dapat dibentuk di dalam sel oleh reaksi redoks, nitrit oksida

(NO), penyerapan energi radian (mis. sinar ultraviolet, sinar X), juga

oleh metabolisme zat kimia eksogen (mis. karbon tetraklorida). Jejas

sel yang diinduksi oleh radikal bebas melewati proses-proses:

peroksidasi lipid membran, fragmentasi DNA, dan ikatan silang

protein. Tiga Reaksi yang Paling Relevan dengan Jejas Sel

yang Diperantarai Radikal Bebas

Peroksidasi lipid membran. Ikatan ganda pada lemak tak jenuh

membran mudah terserang radikal bebas berasal dari oksigen.

Fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dengan timin pada DNA

mitokondria dan nuklear menimbulkan rusaknya untai tunggal.

Ikatan silang protein. Radikal bebas mencetuskan ikatan silang

protein yang diperantarai sulfhidril, menyebabkan peningkatan

kecepatan degradasi enzimatik.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 13

Page 14: makalah jejes

Radikal bebas memang tidak stabil, dan umumnya rusak secara

spontan. Sel juga membentuk beberapa sistem enzimatik dan

nonenzimatik untuk menonaktifkan radikal bebas. Kecepatan

kerusakan spontan meningkat bermakna oleh kerja superoksida

dismutase (SOD). Glutation peroksidase (GSH) juga melindungi

sel agar tidak mengalami jejas dengan mengatalisis perusakan

radikal bebas. Katalase yang terdapat dalam peroksisom, langsung

mendegradasi hidrogen peroksida. Antioksidan endogen atau

eksogen (misal, vitamin E,A, dan C, serta beta karoten) dapat

menghambat pembentukan radikal bebas.

4. Jejas kimiawi

Zat kimia menginduksi jejas sel dengan salah satu dari dua

mekanisme umum berikut ini :

a. Beberapa zat kimia bekerja secara langsung dengan

cara bergabung dengan komponen molekuler kritis

atau organel seluler.

Misalnya keracunan merkuri klorida, merkuri berikatan

dengan gugus sulfhidril berbagai protein membrane sel,

menyebabkan inhibisi transport yang bergantung ATPase dan

meningkatkan permeabilitas membrane. Banyak agen

kemoterapeutik antineoplastik dan antibiotic juga

menginduksi kerusakan sel dengan efek sitoksik langsung

yang serupa. Pada kondisi ini, kerusakan terbesar

tertahan oleh sel yang menggunakan, mengabsorpsi,

mengekskresi atau mengonsentrasikan senyawa.

b. Banyak zat kimia lain yang tidak aktif secara intrinsic

biologis, tetapi pertama kali harus dikonversi menjadi

metabolit toksik reaktif, yang kemudian bekerja pada

sel target.

Modifikasi ini biasanya disempurnakan oleh oksidase fungsi

campuran p-450 dalam reticulum endoplasmic halus (SER)

hati dan organ lain. Meskipun metabolit dapat menyebabkan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 14

Page 15: makalah jejes

kerusakan membrane dan jejas sel dengan pengikatan

kovalen langsung pada protein lipid , mekanisme jejas sel

terpenting melibatkan pembentukan radikal bebas aktif.

Mekanisme Cedera Sel Akibat Iskemia

Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen

terhadap suatu jaringan atau organ tertentu. Iskemia dapat disebabkan

oleh oklusi (bendungan) terhadap aliran darah misal karena

aterosklerosis, trombus atau emboli dan spasme pembuluh darah.

Iskemia merupakan penyebab cedera sel yang paling sering terjadi.

Iskemia pada suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel-

selnya, karena sel mengalami penurunan suplai oksigen sehingga

menyebabkan metababolisme di dalam sel berubah anaerob.

Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi

terhadap berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan

energi untuk aktifitas transport aktif. transport aktif menggerakan pompa

natrium memompa natrium dari intrasel ke luar sel, karena adanya

penurunan sumber energi untuk menggerakkan pompa natrium maka

terjadi kelebihan ion natrium di dalam sel. Sebagai dampak kelebihan ion

natrium intraselular ini terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke dalam

intrasel sehingga terjadilah penumpukan cairan dalam sel/udem sel

(pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik

akan tampak pucat.

Apablia kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat

mengalami pembengkakan, termasuk retikulum endoplasma. Bila

penyebab keadaan ini segera teratasi maka sel akan berangsur kepada

fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau faktor penyebabnya tidak

hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi yang kekurangan

oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan organela lain

seperti retikulum endoplasma yang mensintesa protein dan lipid untuk

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 15

Page 16: makalah jejes

regenerasi membran sel. Kerusakan membran sel juga terjadi karena

tidak berfungsinya pompa kalsium juga menyebabkan kalisum bebas

masuk ke intrasel dan mengaktifkan enzim phospolipase sehingga

mengakibatkan kerusakan membran sel.

Selain hal tersebut di atas, iskemia menyebabkan metabolisme anaerob.

Dampak negatif metabolisme anaerob adalah penumpukan asam laktat

intrasel, selanjutnya menurunkan pH cairan intrasel dan mengganggu

proses kerja dari enzim-enzim intrasel.

Jenis Cedera Sel

Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel maka perubahan yang

pertama kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang

mengganggu proses metabolisme. Sel bisa tetap normal atau

menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan morfologis.

Gangguan fungsi tersebut bisa bersifat reversibel ataupun ireversibel sel

tergantung dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga

cedera subletal dan cedera ireversibel disebut juga cedera letal.

1. Cedera Subletal (reversible)

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 16

Page 17: makalah jejes

cedera subletal terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan

menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan

subletal ini bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka

sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera subletal ini disebut

juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering mengenai

sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan

integritasnya.

Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah

akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan

cairan. Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan

pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma

akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi bengkak keruh).

Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau

infiltrasi lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti

terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan

terlihat kekuning-kuningan. Misalnya perlemakan hati (fatty liver) pada

keadaan malnutrisi dan alkoholik.

Pada jejas reversible :

- Membran sel menggelembung

- Pembengkakan umum (sitoplasma)

- Penggumpalan kromatin inti

- Autofagi oleh lisosom

- Penggumpalan partikel intramembran

- Pembengkakan ER

- Kebocoran ribosom

- Pembengkakan mitokondria

- Pemadatan kecil-kecil pada mitokondria

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 17

Page 18: makalah jejes

2. Cedera Letal (irreversible)

Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung

lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan

menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang

berlanjut kepada kematian sel. Dua fenomena yang konsisten menandai

irreversible: pertama, ketidakmampuan memperbaiki disfungsi

mitokondria ( kekurangan fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP),

bahkan setelah resolusi jejas asal (missalnya, restorasi aliran darah).

Kedua, terjadinya gangguan fungsi membrane yang besar. .

Pada jejas irreversible

- Kelainan (defek) membrane sel

- Gambaran myelin pada membrane sel

- Inti mengalami : piknosis atau kariolisis atau karioreksis

- Lisosom pecah dan autolisis

- Lisis ER

- Pembengkakan mitokondria menurun dan pemadatan besar pada mitoko

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 18

Page 19: makalah jejes

Pola Kematian Sel

Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi

kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak

mampu lagi mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang

mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis

yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit

akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi

perubahan-perubahan secara morfologis.

Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh

disebut nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang

bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga

dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram

dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.

Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri

(bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan

iskemia.

Apoptosis

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death),

adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel

untuk menjaga keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang

mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis

kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi

yang teratur. Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel

menjalani masa hidup tertentu, menyebabkan perubahan secara

morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel akan

terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut

diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang.

Molekul yang juga berfungsi untuk apoptosis adalah p53. Apoptosis:

kematian sel yang terprogram. Komponen yang normal pada

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 19

Page 20: makalah jejes

perkembangan. Setiap hari dalam tubuh kita terjadi apoptosis. Sel ada

yang berproliferasi (lahir) dan ada yang mati. Untuk terjadi apoptosis ada

berbagai macam stimulus. Stimulusnya sangat regulated fashion (sangat

terkontrol, bukan sesuatu yang asal lalu mati). Apoptosis dibedakan

dengan necrosis karena necrosis menginduksi inflamasi yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Proses dimana sel

memegang peranan dalam kematiannya sendiri.

Langkah apotosis: (A) merusak kromatin pada nucleus; (B) sel

melanjutkan menyusut; (C) mengepak dirinya sendiri untuk dimakan

makrofag; (D) terjadi apoptotic body, hancuran sel di dalam bukan dilepas

(pada recrosis organelanya pecah dan keluar sehingga oleh dikenali oleh

antibody).

Sel-sel dalam tubuh bisa diibaratkan dengan daun pada sebatang pohon.

Ada saatnya daun menjadi kering dan mati, lalu digantikan dengan daun

yang baru. Begitu pula dengan sel-sel dalam tubuh. Dalam dunia

kedokteran, proses itu disebut apoptosis. 

Selain karena apoptosis, sel juga bisa mati karena faktor dari luar seperti

trauma, gangguan nutrisi, dan racun. ''Pola kematian sel karena apoptosis

merupakan suatu proses yang amat teratur dan terencana. Lalu, mengapa

dalam tubuh kita terjadi proses apoptosis? ada dua penyebab. Pertama,

apoptosis diperlukan dalam perkembangan organisma seperti

pada metamorfosis dan pembentukan organ tertentu, misalnya

menghilangkan selaput antara jari-jemari. Kedua, untuk

menghilangkan sel-sel yang mungkin merupakan ancaman

terhadap organisma seperti sel-sel yang terinfeksi virus. Dalam hal

ini, sel limfokin sitotoksik akan membunuh sel yang mengandung virus.

Misalnya, menghilangkan sel-sel sistem imun yang tidak diperlukan lagi

untuk menghindari timbulnya penyakit autoimun seperti lupus, serta

menghilangkan sel-sel yang telah mengalami kerusakan DNA. Ini untuk

mencegah sel tersebut berkembang menjadi sel yang dapat menimbulkan

kelainan bawaan atau menjadi sel kanker.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 20

Page 21: makalah jejes

Nekrosis

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan

sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang

ekstrem, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi

secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya

respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah

kesehatan yang serius. Dua proses penting yg menunjukan perubahan

nekrosis : yaitu :

a. Digestif enzimatik sel, baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel

mati) atau heterolysis ( enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan

sering meninggalkan cacat jaringan yg diisi oleh leukosit imigran dan

menimbulkan abses.

b.Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan

denaturasi protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat

proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.

1. Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-

organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi

padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel

hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di

dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan

menghilang (kariolisis).

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 21

Page 22: makalah jejes

2. Perubahan Makroskopis

Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis

pada jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka

jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan

mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini

disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan

suplai darah. Contohnya gangren.

Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja

enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif

khususnya terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair

meninggalkan rongga yang berisi cairan.

Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada

pada tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan

tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur.

Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis

paru.

Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan

jenis nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis

akibat penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar

menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam

berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium

membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak

enzimatik.

3. Perubahan Kimia Klinik

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 22

Page 23: makalah jejes

Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi

mengatur berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis

sehingga membran sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai

zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel

organ tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya

di dalam darah.

Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan

mengalami peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan

enzim spesifik jantung. Seseorang yang mengalami kerusakan hepar

dapat mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun

peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan penurunan

apabila terjadi perbaikan.

Dampak Nekrosis

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan

nekrotik tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka

jalan bagi proses perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan

nekrotik dapat digantikan oleh sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau

malah digantikan jaringan parut. Jika daerah nekrotik tidak dihancurkan

atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan akhirnya diisi

garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi

jaringan nekrotik . Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan

menyebabkan daerah nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada

selama hidup.

Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :

1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.

2. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang

baik untuk bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.

3.Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan

leukosit.

4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran

sel-sel yang mati.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 23

Page 24: makalah jejes

Adaptasi Seluler terhadap Jejas Sel

Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respons sel terhadap

perangsangan normal oleh hormone atau mediator endogen ( misalnya

pembesaran payudara dan induksi laktasi oleh kehamilan). Sedangkan,

adaptasi patologik sering berbagi mekanisme yang sama tetapi

memungkinkan sel untuk mengatur lingkungannya, idealnya melepaskan

diri dari cedera sel. Jadi, adaptasi seluler adalah keadaan yang berada

antara kondisi normal, sel yang tidak stress dan sel yang stress

berlebihan.

Berikut ini adalah jenis-jenis dari adaptasi seluler, yaitu

a. Atrofi

Pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang

sempurna dengan ukuran normal dan hilangnya substansi sel.

Meskipun atrofi biasanya merupakan proses patologik dikenal juga

atrofi fisiologis. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau

menghilang sama sekali selama masa perkembangan/kehidupan,

dan jika alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu tidak

menghilang, malah dianggap patologis. Contoh : kelenjar thymus,

ductus omphalomesentericus, ductus thyroglissus.

Penyebab :

Berkurangnya beban kerja (imobilisasi, disuse atropi)

Hilangnya persarafan

Berkurangnya suplai darah

Malnutrisi

Hilangnya rangsangan endokrin

Penuaan

Alat tubuh pada orang yang sudah berumur lanjut umumnya

mengecil, misalnya payudara yang menegcil pada wanita

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 24

Page 25: makalah jejes

menopause, ovarium dan uterus juga, kulit menjadi tipis dan

ringan, dan lainnya.

Starvation atrophy terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan

dalam waktu yang lama. Para pwnderita mungkin akhirnya

mendapat makanan dan minuman yuang cukup, tetapi makanan

tidak dapat mencapai lambung dan usus karena disemprotkan

kembali, akibatnya badan jadi kurus kering mengalami emasiasi,

inanisi.

Pada atropi terjadi pengurangan komponen struktural sel

mempengaruhi keseimbangan antara sintesis dan degradasi.

Atropfi setempat (local atrophy)

Terjadi akibat keadaan-keadaan terentu.

Atrofi inaktivitas (disuse atrophy)

Terjadi akbita inaktivitas alat tubuh atau jaringan;

misalnya inaktivitas otot-otot mengakibatkan otot-otot

tersebut menjadi kecil.

Atrofi desakan (pressure atrophy)

Terjadi akibat desakan terus menerus atau desakan

dalam waktu yang lamadan yang mengenai suatu alat tubuh

atau jaringan. Atrofi desakan fisiologis terjadi pada gusi akibat

desakan gigi yang mau tumbuh dan yang mengenai gisu

(pada anak-anak). Atrofi desakan patologik contohnya terjadi

pada sternum akibat aneurisme aorta.

Atrofi endokrin

Terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya bergantung

kepada rangsangan hormon tertentu. Atrofi akan terjadi

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 25

Page 26: makalah jejes

apabila pembentukkan hormon berkurang atau terhenti sama

sekali.

b. Hipertrofi

Ukuran sel jaringan atau organ yang menjadi lebih besar dari

ukuran normalnya, tanpa diikuti dengan pertambahan jumlah sel.

Hipertrofi dapat fisiologis atau patologik dan disebabkan juga oleh

peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal

spesifik. Contoh hipertrofi fisiologis adalah pada uterus pada masa

kehamilan, ini terjadi akibat rangsangan esterogen dari hipertrofi

otot polos dan hyperplasia otot polos atau pada otot skelet seperti

pada tungkai pengemudi becak. Contoh hipertrofi sel patologik

mencakup perbesaran jantung yang terjadi akibat hipertensi atau

penyakit katup aorta.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 26

Page 27: makalah jejes

3. Hiperplasia

Peningkatan jumlah sel dalam organ atau jaringan diikuti

dengan perbesaran organ atau jaringan tersebut. Hiperplasia dan

hipertrofi sering kali bersamaan dalam jaringan.

Jenis-jenis hiperplasia, yaitu:

Hiperplasia fisiologis dibagi menjadi dua, yaitu

i. Hiperplasia hormonal : proliferasi epitel kelenjar

payudara perempuan pada saat pubertas dan selama

kehamilan

ii. Hiperplaisia kompensatoris : terjadi saat sebagian

jaringan dibuang atau sakit. Misalnya, saat hepar

direksessi sebagiabn, aktivitas miotik pada sel yang

tersisa berlangsung paling cepat selama 12 jam

berikutnya, tetapi akhirnya terjadi perbaikan hati ke

berat normal kembali

Hiperplasia patologik, sebagian besar merupanak stimulasi

faktor pertumbuhan atau hormonal yang berlebih. Hal ini

dapat erjadi akibat stimulasi faktor pertumbuhan atau

hormonal yang berlebihan. Misal. Hiperplasia endometrium

akibat ketidak seimbangan hormone estrogen dan

progesterone.

4. Metaplasia

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 27

Page 28: makalah jejes

Perubahan suatu jenis jaringan dewasa (yang telah

berdiferensiasi) menjadi jaringan lain yang juga dewasa. Perubahan

ini biasanya terjadi pada jaringan epitel atau mesenkim dan bersifat

reversible.

Contohnya yaitu pada epitel torak (kolumner) yang dinatikan

oleh epitel gepeng berlapis (skwasoma). Ini terjadi pada saluran

nafas, paru-paru epitel duktus eksretorik, mukosa endocervix dan

tuba fallopius, duktus eksretorik kelenjar liur, pada epitel kantung

kemih dan kantung empedu yang menahun. Pada kejadian ini epitel

torak yang bersekresi digantikan oleh epitel gepeng berlapis yang

tidak bersekresi, tetapi mempunyai daya protektif, dan lebih resisten

terhadap epitel torak.

Pada bentuk umum kanker paru, metaplasia skuwamosa

epitel pernafasan sering kali muncul bersamaan dengan penyusunan

kanker sel skwamosa maligna.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 28

Page 29: makalah jejes

5. Displasia

Merupakan perubahan kearah kemunduran pada sel

dewasa. Tampak dari bentuk, besar dan orientasinya tidak

terorganisasi. Dapat terjadi pada epitel, bisa juga pada

jaringan mesenkim. Pada displasis teraturnya inti menghilang.

Ada sel yang mengecil dan membesar.

Inti tampak lebih gelap, sering kali menjadi lebig besar

dari biasa, juga relatif lebih besar terhadap besarnya sel.

Sering terjadi pada bagian tubuh yang mengalami

iritatif, misalnya cervix. Karsinoma cervix sering didahului oleh

displasia yang dianggap sebagai manifestasi radang

menahun.

Displasa merupakan perubahan yang bersifat reversible,

jadi bila iritasi dapat dihilangkan maka displasia menghilang.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 29

Page 30: makalah jejes

6. Anaplasia

Merupaka pertumbuhan ke arah kemunduran. Terjadi pada sel

dewasa yang mempunyai sifat kebih primitif. Ini adalah ciri dari

tumor ganas. Berbeda dengan displasia, anaplasia bersifat

irreversible.

Perubahan terjadi dalam bentuk, ukuran, kualitas

kromatin,jumlah mitosis dan orientasi daripada sel-sel. Kadang

besarnya sel dapat menjadi tiga samapi empat kali ukuran normal,

dan menjadi cell datia (giant cell).

Kadang sel memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran

normalnya, timbul variasi bentuk dan ukuran. Hal ini disebut

pleomorfi. Perbandingan initi dan sitoplasma berubah puladapat

menjadi 1 : 2, yang normalnya 1 : 4 sampai 6, bisa juga menjadi 1 :

1.

Pada anaplasia dapat ditemukan gambaran mitosis yang abnormal.

Karena terjadi disorientasi, maka jaringan gagal membentuk

struktur-struktur yang normal. Oleh kerenanya terlihat gambaran

sel yang tidak teratur. Karena itu asalnya sering tidak diketahui lagi.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 30

Page 31: makalah jejes

INFLAMASI

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan

oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,

mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun

jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002).

Inflamasi adalah suatu respons protektif yang di tunjukan untuk

menghilangkan penyebab awal sel serta membuang sel dan jaringan

nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal.inflamasi melakukan tugas

pertahanannya dengan mengencerkan, menghancurkan dan menetralkan

agen berbahaya. Inflamasi kemudian menggerakkan berbagai kejadian

yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun kembali tempat terjadinya

jejas. Denan demikian, inflamasi juga saling berkaitan erat dengan proses

perbaikan.Inflamasi terbagi menjadi 2 pola dasar . (1) inflamasi akut (2)

inflamasi kronik

A. Inflamasi akut

Adalah respons segera dan dini terhadap jejas yang dirancang untuk

mengirimkan leukosit ke tempat jejas. Sesampainya di tempat jejas,

leukosit memnersihkan setiap mikroba yang menginvasi dan memulai

proses penguraian jaringan nekropik.

Mekanisme atau prosesnya itu sendiri ada 2 proses

Perubahan vaskular

Berbagai kejadian yang terjadi pada sel

Ciri-ciri inflamasi akut

1. kerusakan terjadi dengan durasi yang singkat

2. terjadi pengeluaran cairan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 31

Page 32: makalah jejes

3. terjadi migrasi PMN

Tanda-tanda utama terjadinya inflamasi akut

1.Panas (kalor) : Terjadi peningkatan aliran darah dan meningkatnya

metabolisme seluler

2.Kemerahan (Rubor) : Terjadi Pelebaran pembuluh darah dan

peningkatan aliran darah

3.Pembengkakan (tumor) : Terjadi pelebaran pembuluh darah,

keluarnya cairan, kemotaksis, dan peningkatan metabolisme seluler

4.Nyeri (dolor) : Dilepaskannya mediator yang larut, terjadi kemotaksis

dan peningkatan metabolisme seluler

5. Kehilangan fungsi

Akibat inflamasi akut

Walaupun akibat yang ditimbulakan oleh inflamasi akut diubah oleh sifat

dan intensitas jejas tempat dan jaringan yang terkena setra kemampuan

penjamu meningkatkan suatu response, pada umumnya inflamasi akut itu

memiliki 3 akibat. Yaitu :

Resolusi

Jika cedra bersifat terbatas atau berlangsung singkat, tidak terdapat

kerusakan jaringan atau kerusakan kecil dan apabila jaringan

mampu mengganti setiap sel yang cedra secara irreversibel, bisa

terjadi perbaikan terhadap normalitas dan fungsional.

Pembentukan jaringan parut

Terjadi stlah destruksi jaringan yang substansial atau etika terjadi

inflamasi pada jaringan yang tidal beregenerasi. Selain itu penyebab

terjadinya jaringan parut di karenakan memualsnya eksudat

fibrinosa tidak bisa di absorbsi sempurna dan terjadi organisasi

dengan pertumbuhan jaringan ikat yang menimbulakan fibrinosis.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 32

Page 33: makalah jejes

Pembentukan abses dapat terjadi pada keadaan meluasnya infiltrat

neutrofil atau infeksi jamur atau bakteri tertentu . satu satunya

akibat dari pembentukan abses adalah terbentukanya jaringan

parut.

Kemajuan kearah inflamasi kronik

Hal ini bisa terjadi setelah inflamasi akut walau pun tanda inflamasi

akut dapat muncul pada awal jejas , inflamasi kronik dapat diikuti

oleh regenerasi pada struktur dan fungsi normal atau bisa

menimbulakn jaringan parut tergantung pada luasa jejas jaringan

awal dan jejas yang terus berlangsung serta kemampuan jaringan

yang terinfeksi untuk tumbuh kembali.

B. Inflamsi kronik

Dalam arti paling sederhana Inflamasi adalah Suatu respons protektif

yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta

membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.

Inflamasi kronik adalah inflamasi memanjang(berminggu-minggu hingga

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun), dan terjadi inflamasi aktif, jejas

jaringan,dan penyembuhan secara serentak.

Inflamasi kronik ditandai dengan :

Infiltrasi sel mono nuklear (radang kronik)

mencakup makrofag,limfosit,dan sel plasma.

Destruksi Jaringan

diatur oleh sel radang

Repair (perbaikan)

melibatkan proliferasi pembuluh darah baru (angiogenesis) dan

fibrosis.

Inflamasi kronik terjadi pada keadaan

Infeksi virus

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 33

Page 34: makalah jejes

Infeksi virus intrasel apapun secara khusus memerlukan limfosit

(dan makrofag ) untuk mengidentifikasi dan mengeradikasi sel yang

terinfeksi.

Infeksi mikroba persisten

pajanan mikroba yang patogenisitasnya lemah namun berlangsung

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan hipersensitivitas

lambat yang berpuncak pada reaksi granulomatosa (salah satu

contoh radang kronik). Contohnya pada infeksi Treponema

pallidum..

Pejanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik

Agen-agen asing dapat menyebabkan radang kronik apabila

terpajan dalam jangka waktu yang lama. Agen tersebut dapat

berupa agen endogen (seperti jaringan adiposa yang nekrotik,

kristal asam urat, tulang) dan dapat berupa agen eksogen (seperti

materi silika yang terinhalasi atau serabut benang yang tertanam)

Gambaran makroskopik dan mikroskopik radang kronik

Gambaran makroskopik umum yang sering ditemukan pada

radang kronik adalah:

1. Ulkus kronik, yaitu ulkus yang dasarnya dibatasi oleh jaringan

granulasi dan fibrosa, contohnya pada ulkus peptik kronik lambung

dengan luka pada mukosa.

2. Rongga abses kronik, yaitu rongga yang terbentuk oleh pus pada

radang supuratif. Contohnya osteomyelitis.

3. Penebalan dinding rongga viskus, contohnya penebalan dinding

pada kolesistitis kronik. Penebalan biasanya bersamaan dengan

infiltrat sel radang kronik.

4. Radang granulomatosa, yaitu kumpulan histiosit epiteloid

sebagai akibat tidak dapat dihancurkannya substansi tertentu oleh

makrofag. Contohnya pada penyakit tuberkolosis paru.

5. Fibrosis, yaitu proliferasi jaringan fibroblas setelah sel-sel radang

kronik menghilang/mereda.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 34

Page 35: makalah jejes

Gambaran mikroskopik radang kronik

Pada radang kronik dapat ditemukan gambaran mikroskopik sebagai

berikut. Infiltrat seluler terdiri dari limfosit, sel plasma dan makrofag.

Beberapa eosinofil polimorf mungkin dapat ditemukan, tetapi neutrofil

polimorf (yang lazimnya terdapat pada radang akut) jarang ditemukan.

Beberapa makrofag dapat membentuk sel datia berinti banyak. Cairan

eksudat sedikit ditemukan, tetapi mungkin ditemukan produksi jaringan

ikat baru yang berasal dari jaringan granulasi. Mungkin juga ditemukan

kejadian perusakan jaringan yang berkelanjutan, yang bersamaan dengan

proses regenerasi dan perbaikan jaringan. Nekrosis jaringan mungkin

merupakan gambaran yang mencolok, terutama pada keadaan

granulomatosa seperti tuberkulosis.

Gambaran morfologi inflamasi akut dan kronik

Tingkat keparahan respons inflamasi, penyebab spesifiknya, dan jaringan

khusus yaang terlibat semuanya dapat mengubah gambaran morfologi

dasar inflamasi akut dan kronik. Misal :Morfologi inflamasi serosa

Radang ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berair yang relatif

sedikit protein yang bergantung pada tempat jejas di bentuk dr serum

atau sekresi sel mesotelium yang melapisi rongga peritoneum, rongga

pleura, dan rongga perikard. Lepuh pada kulit yang berasal dari infeksi

krn luka bakar atau virus merupakan contoh yang baik dari efusi serosa

yang terakumulasi di dalam ataupun serta merta dibawah epidermis.

Morfologi inflamasi fibrinosa

Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat, dengan permeabilitas

vasikulernya yang lebih besar memungkinkan molekul yang lebih besar

( khususnya fibrinogen ) . secara hitologis akumulasi vibrin ektravaskular

tampak sebagai suatu anyaman eosinifilik.

Efek sistemik inflamasi

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 35

Page 36: makalah jejes

Demam Merupakan salah salah sau efek sistemik dari inflamasi , efek

lainnya yaiyu peningkatan somnolen, malaise, anoreksia, degradasi

protein oto skelet yang di percepat, hipotensi, sintesis hepatik berbagai

protein dan perubahan pool sel darah putih dalam sirkulasi.

Sitokin IL-1, IL-6 da n TNF. Sitokin sebagai respons terhadap infeksi, atau

terhadap cedera imun dan toksik, dan dilepaskan secara sistemikaskade

sitokin TNF menginduksi produksi IL-1 yang selanjutnya F merangsang

produksiIL-6.I L - 6 merangsang sintesis

beberapa protein plasma khususnya fibrinogen; peningkatan kadar

fibrinogen yang me nyebabkan eritrosit lebih mudah beraglutinasi

sehingga menjelaskan me ngapa inflamasi akan disertai dengan laju

endap darah yang meningkat.

Leukositosis gambaran umum reaksi radang, khususnya yang diinduksi

oleh infeksi bakteri ±Terjadi karena pelepasan sel dari sumsum tulang

(disebabkan IL-1 d anTNF)d an di sertai peningkatan sejumlah neutrofil

yang relatif imature dalam darah.

Mekanisme Inflamasi Akut dan Kronik

Mekanisme inflamasi secara garis besar : stimulus awal radang memicu pelepasan mediator kimiawi dari plasma atau dari sel jaringan ikat. Mediator terlarut, bekerja bersama atau secara berurutan, memperkuat respons awal radang dan mempengaruhi perubahannya dengan mengatur respons vaskular dan selular berikutnya. Respons radang diakhiri ketika stimulus yang membahayakan menghilang dan mediator radang telah hilang, dikatabolisme, atau diinhibisi.

A. Inflamasi akut

Inflamasi akut disebabkan oleh infark, infeksi bakteri, toksin, dan trauma. Pada inflamasi akut, jaringan yang mendapat cedera tidak rusak sepenuhnya, melainkan mendapat gangguan. Pada tahap kerja inflamasi akut, akan terjadi perubahan vaskular, rekrutmen neutrofil, dan pelepasan mediator yang membantu kerja leukosit. Pada akhir inflamasi akut, dapat terjadi resolusi (perbaikan; berisi pembersihan rangsang penyebab cedera, pembersihan mediator dan sel radang akut,

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 36

Page 37: makalah jejes

penggantian sel yang mengalami jejas, dan fungsi kembali normal) dan pembentukan jaringan parut.

Dalam inflamasi akut, dua komponen utama respons radang adalah perubahan vaskuler (vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular) dan berbagai kejadian yang terjadi pada sel (emigrasi leukosit, rekrutmen dan aktivasi selular).Proses respons radang dalam inflamasi akut meliputi beberapa tahap, antara lain :

- Perubahan vaskuler : bersama dengan rekrutmen menentukan 3 dari 5 tanda inflamasi (panas/kalor, merah/rubor, pembengkakan/tumor)

Perubahan pada kaliber dan aliran pembuluh darah : dilakukan relatif cepat setelah jejas terjadi. Tahapannya :

I. Setelah vasokonstriksi selama beberapa detik, terjadi vasodilatasi arteriol yang mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal pada aliran darah kapiler selanjutnya. Perubahan ini menimbulkan warna merah (eritema) dan hangat pada inflamasi akut.

II. Mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel sehingga cairan kaya protein masuk ke jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi lebih terkonsentrasi, berakibat meningkatnya viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan digambarkan oleh dilatasi sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.

III. Pada saat stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah. Proses ini disebut marginasi. Setelah melekat pada sel endotel, leukosit menyusup diantara sel endotel dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah dan menuju jaringan interstisial.

- Pada awal inflamasi juga dilakukan peningkatan permeabilitas vaskular.

I. Disebabkan oleh vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah. Hal tersebut menyebabkan tekanan hidrostatik intravaskular meningkat dan pergerakan cairan yang disebut transudat (mengandung sedikit protein dan merupakan ultrainfiltrat protein) dari kapiler.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 37

Page 38: makalah jejes

II. Transudasi (menyusupnya cairan transudat) berlangsung singkat karena terjadi eksudat (permeabilitas vaskular meningkat yang memungkinkan pergerakan cairan kaya protein, bahkan sel, ke dalam interstisium).

III. Hilangnya cairan kaya protein ke dalam ruang perivaskular menurunkan tekanan osmotik intravaskular dan meningkatkan tekanan osmotik cairan interstisial. Menghasilkan aliran air dan ion ke dalam jaringan ekstravaskular. Akumulasi cairan tersebut dinamakan edema.

- Kebocoran vaskular

Inflamasi akut menyebabkan kebocoran selapis endotel melalui sejumlah cara. Proses ini dipengaruhi faktor mekanisme yang berperan, onset, durasi, volume, dan karakteristik cairan yang dihasilkan. Berikut mekanosme kebocoran vaskuler yang dapat dilaksanakan

I. Kontraksi sel endotel menimbulkan intracellular gap pada venula. Histamin, bradikinin, leukotrien menyebabkan respon sementara dalam betuk kontraksi sel yang memperlebar intracellular gap pada venula. Hanya berlangsung selama 15-30 menit.

II. Retraksi sel endotel. Diinduksi oleh mediator sitokin, menginduksi retraksi melalui reorganisasi sitoskeleton. Butuh waktu 4-6 jam untuk aktivasinya, bertahan selama 24 jam atau lebih.

III. Jejas endotel langsung. Luka yang parah dapat menyebabkan hal ini. Menyebabkan nekrosis dan lepasnya sel endotel. Kebocoran dimulai segera setelah terjadi jejas dan menetap selama beberapa jam/hari sampai pembuluh darah yang rusak mengalami trombosis atau diperbaiki. Mekanisme ini disebut immediate sustained response. Venula, kapiler, dan arteriol dapat mengalami hal ini.

IV. Jejas langsung pada sel endotel juga dapat menginduksi kebocoran memanjang yang melambat (delayed prolonged leakage) yang mulai terjadi 2-12 jam, berlangsung selama beberapa jam atau berhari-hari. Terjadi pada venula dan kapiler.

V. Jejas endotel yang bergantung leukosit (leukocyte-dependent endothelial cell injury), disebabkan akumulasi leukosit selama

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 38

Page 39: makalah jejes

respons inflamasi. Marginasi dan leukosit adheren-sel endotel dapat bertumpuk dan menyebabkan hal tersebut.

VI. Peningkatan transitosis melalui jalur vesikular intrasel meningkatkan permeabilitas venula. Disebabkan mediator tertentu (VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor).

VII. Semua mekanisme dapat berperan serta pada keadaan adanya rangsangan khusus

Berbagai peristiwa yang terjadi pada sel

Extravasasi leukosit (keluarnya leukosit dari lumen pembuluh darah) ke ruang ekstravaskular melalui urutan kejadian berikut :

I. Marginasi dan Rolling Dengan meningkatnya permeabilitas vaskuler, cairan meninggalkan

pembuluh darah menyebabkan leukosit keluar dari kolom pusat aliran dan berakumulasi disepanjang permukaan endotel, membentuk baris sehingga disebut marginasi.

Sel endotel dan leukosit memiliki molekul adhesi permukaan komplemen yang menyebabkan leukosit melekat untuk sementara dan berguling sepanjang endotelium sampai berhenti ketika adhesi

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 39

Page 40: makalah jejes

permukaan mencapai puncaknya. Kejadian tersebut dinamakan rolling.

Adhesi transien (sementara) yang terlibat dalam proses rolling dilakukan oleh sekelompok selektin. Selektin merupaan reseptor yang dikeluarkan pada leukosit dan endotel, ditandai dengan adanya daerah ekstrasel yang mengikat gula tertentu. Beberapa famili selektin : E-selectin (endotelium), P-selectin (endotel dan trombosit), L-selectin (sebagian besar permukaan leukosit)

II. Adhesi Leukosit yang melakukan rolling akan berhenti dan melekat kuat

pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap diantara sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruang ekstravaskular.

Adhesi kuat diperantarai molekul superfamili imunoblobulin pada sel endotel yang berinteraksi dengan integrin yang muncul pada permukaan sel leukosit. Molekul adhesi yang berpartisipasi antara lain :

- Endotel : ICAM-1 (intracellular adhesion molecule 1) dan VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule 1)

- Leukosit : LFA-1, Mac-1, VLA-4- ICAM-1 mengikat LFA-1/Mac-1, VCAM mengikat VLA-4

Integrin biasanya muncul pada membran plasma leukosit, tetapi tidak melekat pada ligan yang sesuai sampai leukosit diaktivasi oleh agen kemotaktik atau rangsang lainnya.

III. Transmigrasi (Diapedesis) Terjadi setelah adhesi kuat dengan venula pembuluh darah sistemik

dan dapat terjadi pada kapiler sirkulasi pulmonal dengan bantua PECAM-1 (platelet endhotelial cell adhesion molecule 1, merupakan molekul adhesi sel-ke-sel)

Setelah adhesi kuat pada permukaan endotel, leukosit merembes di antara sel pada intercellular junction. Setelah melewati endothelial junction, leukosit menembus membran basalis dengan mendegradasi membran basalis secara fokal menggunakan kolagenasi yang disekresi.

Pada saat awal respon inflamasi, sitokin dan signal kemotaktik berubah seiring respon inflmasi. Pengubahan ekspresi molekul

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 40

Page 41: makalah jejes

adhesi sel endotel mengaktifkan populasi leukosit lain untuk ber-adhesi (monosit, limfosit, dll)

IV. Kemotkasis Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju

tempat jejas dengan mengikuti gradien kimiawi (kemotaksis).

Zat eksogen dan endogen dapat bersifat kemotaktik terhadap leukosit. Zat kemotaktik tersebut antara lain : produk bakteri yang dapat larut, komponen sistem komplemen, sitokin, dan produk metabolisme asam arakidonat (AA) jalur lipoksigenasi.

Agen kemotaktik mengikat reseptor permukaan, menginduksi mobilisasi kalsium dan merangkai elemen kontraktil sitoskeleton yang diperlukan untuk pergerakan.

Leukosit bergerak dengan memanjangkan pseupodia dengan bantuan integrin yang berikatan dengan matriks ekstraseluler selama kemotaksis.

Faktor kemotaksis menginduksi respons leukosit lain yang disebut aktivasi leukosit :

- Menyapkan metabolit AA dari fosfolipid- Persiapan untuk degranulasi dan sekresi enzim lisosom,

menghasilkan pembakaran oksidatif- Regulasi (pengaturan) afinitas molekul adhesi leukosit sesuai yang

diperlukan.

V. Fagositosis dan Degranulasi Saat berada di situs cedera, leukosit melakukan fagositosis melalui

tiga langkah berbeda yang saling terkait :1. Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang

menelan. Proses ini dibantu oleh protein serum yang disebut opsonin. Opsonin (terpenting imunoglobulin G khususnya bagian Fc molekul, fragmen C3b komplemen) mengikat molekul spesifik pada permukaan mikroba dan memfasilitasi pengikatannya dengan reseptor opsonin spesifik (FcR, CR1,2,3) pada leukosit.

2. Penelanan (membentuk vakuola fagositik)

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 41

Page 42: makalah jejes

Memicu penelanan (engulfment) yang disebabkan pengikatan partikel teropsonisasi.

Pada penelanan, pseudopodia diperpanjang mengelilingi objek sampai membentuk vakuola fagositik

Membran vakuola kemudian berfusi dengan membran granula lisosom sehingga terjadi pengeluaran kandungan granula masuk ke dalam fagolisosom dan terjadi degranulasi leukosit.

3. Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan Pembunuhan mikroba dilakukan sebagian besar oleh spesies oksigen reaktif Fagositosis merangsang pembakaran oksidatif (oxidative burst) yang ditandai dengan peningkatan konsumsi oksigen secara tiba-tiba, glikogenolisis, peningkatan oksidasi glukosam, produksi metabolit oksigen reaktif, dan pembentukan superoksida (O2-) dai oksigen saat mengoksidasi NADPH oleh NADPH oksidase leukosit. Superoksida kemudian diubah melalui dismutasi spontan menjadi hidrogen peroksida. Namun hidrogen peroksida yang dihasilkan pada umunya tidak cukup untuk membunuh sebagian besar bakteri dengan efektif. Karena dari itu, lisosom neutrofil (granula azurofilik) mengandung enzim mieloperoksidase (MPO) mengubah hidrogen peroksida menjadi HOCL- (bila ada CL-), sebuah agen antimikroba yang sangat kuat dan dapat membunuh bakteri melalui halogenasi atau dengan peroksidasi protein dan lipid

Produk akhir reaktif hanya dibentuk dalam fagolisosom. Hidrogen peroksida akan diurai oleh katalase menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme yang telah mati akan didegradasi oleh kerja hidrolase asam lisosom.

4. Selain dengan pembakaran oksigen, unsur granula leukosit lain mampu membunuh bakteri dan agen infeksi lainnya. Granul-granul tersebut adalah : Bactericidal permeability increasing protein (BPI) (protein yang meningkatkan permeabilitas bakterisidal, aktivasi fosfolipase dan degradasi fosfolipid membran) Lisozim (degradasi oligosakarida selubung bakteri) Laktoferin (unsur granula eosinofil yang penting dengan sitotoksisitas yang kuat terhadap bakteri)

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 42

Page 43: makalah jejes

Defensin (peptida yang membunuh mikroba dengan membentuk lubang dalam membrannya).

Defek pada fungsi leukosit

Defek pada fungsi leukosit secara genetik atau akuista meningkatkan kerentanan terhadap infeksi yang sering kali berulang dan mengancam jiwa

Berikut adalah jenis-jenis defek :

1. Defek pada adhesi

Leukocyte adhesion deficiency 1 (LAD-1) : Subunit LFA-1 dan Mac-1 mengalami defek integrin yang berakibat pada gangguan adhesi

Leukocyte Adhesion Deficiency 2 (LAD-2) : Defek menyeluruh pada metabolisme fukosa mengakibatkan hilangnya sialil-Lewis X dan defek pada epitop oligosakarida E- dan P-selektin.

2. Defek pada pembentukan fagolisosom

Defek pada perakitan mikrotubulus menyebabkan gangguan defranulasi lisosom menjadi fagosom dan lokomosi (pergerakan) (Chediak-Higashi Syndrome).

3. Defek pada aktivitas mikrobisidal

Terjadi defisiensi genetik pada salah satu dari beberapa komponen NADPH oksidase yang betanggung jawab dalam pembentukan superoksida, sehingga tidak ada mekanisme pembunuhan mikroba dependen-oksigen (chronic granulomatous disease/CGD).

Mediator kimiawi inflamasi

a. Prinsip umum mediator kimiawi : Dapat bersirkulasi dalam plasma, atau dapat dihasilkan secara lokal

olehsel tempat terjadinya inflamasi Sebagian besar mediator menginduksi efeknya dengan berikatan pada

reseptor spesifik pada sel target Mediator dapat merangsang sel target untuk melepaskan molekul

efektor sekunder. Molekul sekunder mempunyai bahan yang sama dengan molekul inisial yang berfungsi memperkuat respon utama

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 43

Page 44: makalah jejes

Hanya dapat bekerja pada satu atau mempunyai target yang sangat sedikit, atau dapat mempunyai aktivitas luas; bisa terdapat perbedaan hasil yang sangat besar bergantung pada jenis sel yang dipengaruhi

Fungsi mediator diatur secara ketat. Sekali teraktivasi dan dilepaskan dari sel, sebagian mediator cepat rusak/hilang (metabolit AA), diinaktivasi oleh enzim, dieliminasi, atau diinhibisi

Alasan utama check and balance karena sebagian besar mediator memiliki potensi menyebabkan efek berbahaya.

b. Mediator spesifik :

1. Amina vasoaktif

Histamin : menyebabkan vasodilatasi, kontraksi sel endotel venula, pelebaran cell junction.

Dilepaskan oleh sel MAST, basofil, platelet dalam respon terhadap cedera, reaksi imun, anafilatoksin, sitokin, neuropeptida, protein pelepas histamin yang berasal dari leukosit

Serotonin : memiliki efek yang sama dengan histamin, pelepasan dipicu oleh agregasi platelet

2. Neuropeptida

Seperti amina vasoaktif, dapat menginisiasi respons radang Merupakan protein kecil yang mentransmisikan sinyal nyeri,

mengatur tonus pembuluh darah, dan mengatur vaskular

3. Protease plasma

Sebagai perantara efek peradangan yang berasal dari plasma. Terdapat 3 faktor efek peradangan yang saling terkait : kinin, sistem pembekuan, dan komplemen. Semuanya diaktivasi oleh inisial faktor Hageman.

Faktor Hageman, dikenal sebagai faktor XII pada kaskade koagulasi intrinsik, merupakan protein yang disintesisi oleh hati yang bersirkulasi dalam bentuk inaktif sampai bertemu dengan kolagen, membran basalis, atau tempat trombosit teraktivasi.

Sistem pembekuan- Diaktifkan faktor Hageman (faktor XII).

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 44

Page 45: makalah jejes

- Kolagen mengaktivasi faktor XII menjadi bentuk aktif, faktor XII dengan bantuan kofaktor kininogen dengan berat molekul besar (HMWK, high molecular-weight kininogen).

- Fibrinogen yang dapat dipecah akan diolah oleh faktor XIIa menjadi bekuan fibrin yang tidak mudah larut.

- Faktor XIIa secara bergantian mengaktifkan sistem fibrinolisis ketika menginduksi pembekuan. Mekanisme terjadi sebagai kontraregulasi proses pembekuan dengan memecah fibrin sehingga dapat melarutkan bekuan fibrin.

Sistem Kinin- Aktivasi sistem ini menyebabkan pembentuk brandikinin dari

perkusornya dalam sirkulasi, HMWK (high molecular-weight kininogen)

- Seperti histamin,brandikinin menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, dilatasi arteriol, dan kontraksi otot polos. Juga menyebabkan nyeri saat diinjeksi ke dalam kulit

- Kallikrein, bentuk perantara pada kaskade kinin dengan aktivitas kemotaktik, merupakan akticator kuat faktor Hageman sehingga memungkinkan pengauatan seluruh jalur proses pembekuan

Sistem Komplemen- Terdiri atas kaskade protein plasma yang berperan penting,

baik dalam imunitas maupun inflamasi.- Pada imunitas, fungsinya membentuk membrane attack

complex (MAC) yang secara efektif membuat lubang pada membran mikroba yang menginvasi

- Komponen sistem dari C1-C9 terdapat dalam plasma dalam bentuk inaktifo Tahap paling kritis dalam elaborasi fungsi biologis

komplemen adalah aktivasi komponen ketiga, C3.o Pemecahan C3 terjadi melalui jalur klasik dipicu fiksasi C1

terhadap kompleks antigen-antibodi, atau melalui jalur alternatif yang dipicu polisakarida bakteri, kompleks, atau IgA teragregasi, dan melibatkan serangkaian komponen serum yang berbeda-beda.

o Dari kedua jalur tersebut, C3 yang dipecah digunakan untuk membentuk MAC (C5-C9) yang membuat lubang pada membran mikroba.

o Faktor yang mempengaruhi fenomena pada inflamasi akut Efek vaskular : vasodilatasi, permeabilitas vaskular,

degranulasi sel MAST. C3a dan C5a berperan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 45

Page 46: makalah jejes

Aktivitas leukosit, adhesi, dan kemotaksis, meningkatkan afinitas integrin, agen kemotaktik kuat terhadap neutrofil, monosit, eosinofil, basofil, dan mengaktivasi leukosit. C5a yang berperan

Fagositosis, sebagai opsonin, meningkatkan fagositosi. C3b dan C3bi berperan

4.Metabolit Asam Arakidonat (Eikosanoid)

Prostaglandin dan thromboxane yang dihasilkan dari jalur siklooksigenase menyebabkan vasodilatasi, edema lama

Siklooksigenase dapat dihambat kerjanya oleh aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid

Leukotrien, dibentuk melalui jalur lipoksigenase, adalah kemotaksin, vasokontriktor, menyebabkan meningkatnya permeabilitas vaskular dan bronkospasm

5. PAF (Platelet Activating Factor) Berasal dari fosfolipid membran sel, menyebabkan vasodilatasi,

meningkatnya permeabilitas vaskular, adhesi leukosit meningkat.

6. Sitokin

Produk polipeptida dari banyak jenis sel yang bekerja sebagai pesan kepada sel lain, memerintahkan mereka untuk bekerja sesuai pesan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 46

Page 47: makalah jejes

Protein IL-1, TNF-alpha dan beta, IFN-gamma sangat dibutuhkan dalam inflamasi

Dapat digolongkan menjadi 5 kelompok berdasarkan cara kerja atau sel target :

Sitokin yang mengatur fungsi limfosit Sitokin yang terdapat pada imunitas bawaan Sitokin yang mengaktifkan sel radang selama terjadi respons imun

yang diperantarai oleh sel Kemokin yang memiliki aktivitas kemotaksis terhadap berbagai

leukosit Sitokin yang merangsang hematopoiesis, yaitu faktor perangsang

koloni monosit-granulosit dan IL-3

7. Interleukin 1 dan faktor nekrosis tumor

Dihasilkan oleh makrofag teraktivasi, sekresi dirangsang oleh endotoksin, kompleks imun, toksin, cedera fisik, atau mediator peradangan

Menginduksi aktivasi endotel dengan meningkatkan pengeluaran molekul adhesi, menyekresi sitokin dan faktor pertumbuhan tambahan, memproduksi eikosanoid dan NO, serta meningkatkan trombogenisitas endotel.

Menyebabkan respons demam, letargi, sintesis hepatik protein, kaheksia, pelepasan neutrofil ke dalam sirkulasi, dan pelepasan hormon adrnokorikotriopik. TNF berperan utama dalam perantara efek hipotensif pada syok septik, berkurangnya kontraktilitas miokard, dan relaksasi vaskular otot polos.

8. Kemokin Kelompok protein kecil (8-10 kD), bekerja sebagai aktivator dan

kemoatraktan untuk bagian leukosit. Merekrut populasi sel khusus yang muncul di suatu tempat yang

terkena radang Merangsang sel prekursor hematopoietik serta merekrut dan

mengaktivasi sel mesenkim(fibroblas, sel otot polos)

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 47

Page 48: makalah jejes

Kemokin berikatan pada matriks ekstraseluler, untuk mempertahankan gradien kemotaksis untuk migrasi terarah sel yang direkrut2 kelompok utama kemokin :

Kemokin CXC memiliki satu asam amino yang memisahkan sistein yang tersimpan dan bekerja utama pada neutrofil. IL-8 khas pada kelompok ini. Dihasilkan makrofag teraktivasi, endotel, atau fibroblas. Respons terhadap IL-1 dan TNF

Kemokin CC punya residu sistem berdekatan dan termasuk untuk kemotaktik secara predominan terhadap monosit (MCP-1 dan MIP-1alpha), pengatur aktivasi normal ekspresi dan sekresi sel T (RANTES), kemotaktik terhadap eosinofil (eotaksin), kemotaktik terhadap sel T CD4+ memori dan monosit.

9. Nitrit Oksida Gas radikal bebas yang mudah larut dan berumur pendek, dihasilkan

berbagai sel dengan banyak fungsi Apabila diproduksi oleh sel endotel, makrofag, dapat mengakibatkan :

Relaksasi vaskular otot halus dan vasodilatasi Membunuh mikroba dalam makrofag aktif Antagonisme semua tahap aktivasi trombosit (adhesi, agregasi,

dan degranulasi) Penurunan rekrutmen leukosit pada tempat radang

10. Unsur pokok lisosom Granula lisosom neutrofil dan monosit mengandung banyak molekul

yang dapat memerantarai inflamasi akut Molekul dapat dilepaskan setelah terjadi kematian sel karena

kebocoran selama pembentukan vakuola fagositik, atau oleh fagositiosis yang gagal melawan permukaan yang luas dan tidak dapat dicerna

Protease asam memiliki pH optimal asam dan hanya aktif dalam fagolisosom

Protease netral, termasuk enzim seperti elastase, kolagenase, dan katepsin, aktif dalam matriks ekstraselular dan menyebabkan perusakan jejas jaringan yang destruktif

Dapat dilawan oleh serum dan antiprotease matriks ekstraseluler

B. Inflamasi Kronik

MEKANISME INFLAMASI KRONIK

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 48

Page 49: makalah jejes

Seperti yang kita ketahui,bahwa inflamasi kronik adalah

pemanjangna dari inflamasi akut.Jika respon akut tidak dapat teratasi

karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan proses

penyembuhan normal maka akan berlanjut ke respon kronik.Pada

keadaan tertentu inflamasi kronik dapat terjadi tanpa melalui inflamasi

akut,hal ini bisa terjadi karena inflamasi kronik yang disebabkan oleh

infeksi virus.

Sel dan Mediator Inflamasi kronik

Makrofag,makrofag berfungsi sebagai penyaring terhadap bahan

berukuran partikel,mikroba,dan sel-sel yang mengalami proses

kematian,makrofag juga bekerja sebagai sentinel untuk memperingatkan

komponen spesifik sistem imun terhadap rangsang yang

berbahaya.Makrofag ini merupakan sel jaringan yang berasaldari monosit

dalam sirkulasi setelah beremigrasi dari aliran darah.Monosit mulai

beremigrasi ke tempat jejas dalam waktu 24-48 jam pertama.Setelah

onset inflamasi akut,seperti dijelaskan sebelumnya.Pada saat mencapai

jaringan ekstravaskular,monosit berubah menjadi makrofag yang lebih

besar,dan mampu melakukan fagositosit besar.Makrofag juga bisa

teraktivasi,suatu proses yang menyebabkan ukuran sel bertambah

besar,meningkatnya kandungan enzim lisosom,memiliki metabolisme

yang lebih aktif,dan memiliki kemampuan lebih besar untuk membunuh

organisme yang dimangsa.Sel ini tampak besar,pipih,dan berwarna merah

muda,sel teraktivasi ini disebut makrofag epiteoid.Sinyal aktivasi

mencakup sitokin yang disekresi oleh limfosit-T yang

tersensitisasi,endotoksin bakteri,berbagai mediator yang dihasilkan

selama inflamasi akut dan protein matriks ekstraselular

sepertifibronektin.Setelah aktivasi,makrofag yang telah teraktivasi

menghasilkan produk yaitu

Protease asam dan protease netral

Protase asam dan protease netral merupakan mediator kerusakan

jaringan pada peradangan.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 49

Page 50: makalah jejes

Komponen komplemen dan faktor koagulasi

Makrofag teraktivasi dapat mengeluarkan komponen komplemen dan

faktor koagulasi, meliputi protein komplemen C1-C5, properdin, faktor

koagulasi V dan VIII dan faktor jaringan.

Spesies oksigen reaktif dan NO

Spesies oksigen reaktif berfungsi dalam proses fagositosis dan degradasi

mikroba.

Metabolit asam arakhidonat

Metabolit asam arakhidonat seperti prostaglandin dan leukotrien

merupakan mediator dalam proses peradangan.

Sitokin

Sitokin seperti IFN α dan β, IL 1, 6 dan 8, faktor nekrosis tumor (TNF α)

serta berbagai faktor pertumbuhan yang mempengaruhi proliferasi sel

otot polos, fibroblas dan matriks ekstraselular.

Jika pengeluaran produksi oleh makrofag teraktivasi ini terjadi secara

berlebihan,maka dapat menyebabkan jejas jaringan dan menimbulkan

tanda fibrosis inflamasi kronik.

Limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast

Selain makrofag, pada peradangan kronik juga ditemukan limfosit, sel

plasma, eosinofil dan sel mast.

Limfosit-T dan limfosit-B bermigrasi ke tempat radang dengan

menggunakan beberapa pasangan molekul adhesi dan kemokin yang

serupa dengan molekul yang merekrut monosit. Limfosit dimobilisasi pada

keadaan setiap ada rangsang imun spesifik (infeksi) dan peradangan yang

diperantarai nonimun (infark atau trauma jaringan). Telah disebutkan di

atas bahwa aktivasi limfosit memiliki hubungan dengan aktivasi makrofag,

menyebabkan terjadinya fokus radang akibat proliferasi dan akumulasi

makrofag di tempat cedera.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 50

Page 51: makalah jejes

Sel plasma merupakan produk akhir dari aktivasi sel limfosit-B yang

mengalami diferensiasi akhir. Sel plasma dapat menghasilkan antibodi

yang diarahkan untuk melawan antigen di tempat radang atau melawan

komponen jaringan yang berubah.

Eosinofil secara khusus dapat ditemukan di tempat radang sekitar

terjadinya infeksi parasit atau bagian reaksi imun yang diperantarai oleh

IgE yang berkaitan khusus dengan alergi. Kedatangan eosinofi

dikendalikan oleh molekul adhesi yang sama seperti yang digunakan oleh

neutrofil dan juga kemokin eotaksin yang dihasilkan oleh sel leukosit atau

sel epitel. Granula eosinofil mengandung suatu protein disebut MBP

(major basic protein), yaitu suatu protein kationik bermuatan besar dan

bersifat toksik terhadap bakteri.

Adapun sel mast merupakan sel yang tersebar luas dalam jaringan ikat

dan dilengkapi oleh IgE terhadap antigen tertentu. Apabila terpajan

dengan antigen tersebut, maka sel mast akan mengeluarkan histamin dan

produk asam arakhidonat yang menyebabkan perubahan vaskular pada

radang akut. Sel mast juga dapat mengelaborasi sitokin seperti TNF yang

berperan pada respons kronik yang lebih besar.

Inflamasi granulomatosa

Infalamasi granulomatosa merupakan suatu inflmasi kronik khusus

yang ditandai dengan agregrasi makrofag teraktivasi yang gambarannya

menyerupai sel skuamosa (epitelioid).Granuloma ditemukan relatif sedikit

pada keadaan patologis,akibatnya pola pengenalan granulomatosa

menjadi penting karena terbatasnya kondisi yang

menyebabkannya.Granuloma dapat terbentuk pada keadaan respons sel

T yang peresisten terhadap mikroba tertentu yang sitokinnya berasal dari

sel T,Bertanggung jawab atas aktivasi makrofag persisten.Granuloma juga

dapat berespons terhadap benda asing yang relatif inert

(misalnya,benang,serpihan,implan payudara),membentuk sesuatu yang

disebut juga granuloma benda asing.Pembentukan granuloma merupakan

benteng yang efektif terhadap agen penyerang sehingga granuloma

merupakan mekanisme pertahanan yang bermanfaat.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 51

Page 52: makalah jejes

Kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening adalah sekumpulan kelenjar yang merupakan

sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar

600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah submandibular

(bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah),

ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.

KGB terbungkus oleh kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel

pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan

antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang

melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga

dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.

Kelenjar getah bening berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih dan

menjaga agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut. Kelenjar limfa terdapat di

sepanjang saluran atau pembuluh KGB.

Saluran KGB yang disebut limfatik merupakan saluran halus yang sukar

terlihat pada potongan jaringan biasa karena saluram tersebut akan

mudah kolaps, kecuali terisi oleh cairan edema atau leukosit yang kembali

masuk sirkulasi. Saluran ini tersusun oleh endotel yang

berkesinambungan dengan cell junction yang tumpang tindih dan longgar,

serta membran basalis yang tipis.

Saluran KGB dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh limfa kanan

dan pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan berfungsi menampung

cairan limfa yang berasal dari daerah kepala, leher bagian kanan, dada

kanan, dan lengan kanan. Pembuluh ini bermuara pada vena yang berada

di bawah selangka kanan. Pembuluh limfa kiri berfungsi menampung

getah bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 52

Page 53: makalah jejes

lengan kiri serta tubuh bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena

di bawah selangka kiri

Fungsi sistem peredaran getah bening adalah sebagai berikut.

1. Untuk sistem pertahanan tubuh.

2. Mengangkut kembali cairan tubuh, cairan plasma darah, sel darah putih

yang berada di luar pembuluh darah, dan mengangkut lemak dari usus

ke dalam sistem peredaran darah.

LALU LINTAS SALURAN KELENJAR GETAH BENING PADA SAAT

INFLAMASI

Selama inflamasi aliran saluran KGB (limfe) meningkat dan membesar

sehingga dapat mengalirkan cairan edema (cairan limfe). Cairan limfe

mengandung sel-sel darah putih, sel plasma, monosit dan histiosit yang

berfungsi mematikan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Sebelum cairan ini keluar dari pembuluh darah dan mengisi ruang

antarsel terjadi pembesaran nodus limfatikus akibat dari infeksi,

pembesaran ini disebabkan karena poliferasi limfosit B dan diferensiasi

Limfosit B menjadi sel plasma kumpulan perubahan histologi ini

dinamakan limfadenitis reaktif atau limfadenitis meradang. Setelah itu

sel-sel ini ke organ infeksius sehingga membuat jaringan membekak,

memerah dan terasa panas dan sakit.

Pada saat inflamasi luas aliran limfe juga dapat mengangkut agen

penyerang seperti mikroba dan kimiawi. Akbatnya saluaran limfe itu

sendiri dapat mengalami peradangan sekunder (limfangitis), begitu pula

dengan KGB dapat menyebabkan limfadenitis

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 53

Page 54: makalah jejes

PEMULIHAN

Pemulihan Jaringan merupakan serangkaian proses bertahap yang terjadi setelah adanya rangsangan atas cedera sel (jejas) yang memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya.

MEKANISME

Pemulihan jaringan melibatkan dua proses, yakni regenerasi jaringan parenkim dan penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) yang disebut juga pembentukan jaringan parut.

1. REGENERASI SELDalam melakukan regenerasi sel, diperlukan adanya reseptor dan mediator.

a) ReseptorPeran reseptor pada proses regenerasi sel adalah sebagai bagian yang berfungsi menangkap dan mengolah sinyal pertumbuhan yang di kendalikan oleh Matriks Ekstraseluler (ECM). Matriks ekstraseluler mrupakan kompleks makromolekul yang mengalami remodeling secara dinamis dan konstan, menyusun ruang di sekeliling sel. Selain itu matriks ekstraseluler juga sebagai penyokong mekanis untuk berlabuhnya sel, pemeliharaan diferensiasi sel, dan terpenting sebagai pengendali pertumbuhan sel. Reseptor yang berperan dalam menangkap sinyal dari matriks ekstraseluler adalah reseptor pertumbuhan. Reseptor ini akan meneruskan rangsangan ke inti sel melalui mediator.

b) Mediator

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 54

Page 55: makalah jejes

Mediator yang berperan menyampaikan rangsang ke inti sel terdiri dari sinyal terlarut dan sinyal tak terlarut yang dperantarai sitoskeleton.

2. PEMULIHAN JARINGAN IKATJejas jaringan berat atu menetap disertai kerusakan parenkim menimbulkan suatu keadaan yang pemulihannya tidak dapat dilaksanakan melalui regenerasi parenkim saja. Pada kondisi ini perganitian sel parenkim non generatif oleh jaringan ikat. Terdapat tiga tahap dalam mekanisme fibrosis, yakni angiogenesis, pembentukan jaringan parut, remodeling jaringan parut.

a) AngiogenesisMerupakan suatu proses pembentukan pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah sebelumnya yang membentuk tunas kapiler. Terdapat tiga mekanisme angiogenesis yakni migrasi, proliferasi, dan maturasi.Migrasi merupakan proses dimana tunas kapiler menyebar secara acak, proliferasi merupakan proses dimana sel kapiler yang baru terbentuk mengalami siklus sel, sedangkan maturasi adalah pematangan sel kapiler yang dibantu sel-sel otot polos atau perisit.

b) Pembentukan Jaringan Parut (Fibrosis)Fibrosis merupakan mekanisme penambahan granulasi pada pembuluh darah baru pada tempat pemulihan. Jaringan granulasi yang terbentuk banyak akan berubah menjadi pucat dan sangat avaskular.

c) Remodeling Jaringan ParutPerubahan dari jaringan parut melibatkan perubahan dalam komposisi ECM, lantas ECM akan terus diubah dan dilakukan terus remodeling. Proses ini berperan dalam tahap akhir pemulihan setiap defek jaringan.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 55

Page 56: makalah jejes

PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks, tetapi

umumnya terjadi secara teratur.secara beruntun pertama-tama beberapa

jenis sel akan membersihkan jejas, kemudian secara progresif

membangun dasar untuk mengisi setiap defek yang dihasilkan. Peristiwa

tersebut tertata rapi pada keadaan saling mempengaruhi antara factor

pertumbuhan terlarut dan ECM ; factor fisik juga turut berperan, termasuk

tenaga yang dihasilkan oleh perubahan bentuk sel. Penyembuhan luka

akhirnya dapat di ringkas menjadi serangkaian proses,

Induksi respons peradangan akut oleh jejas awal

Regenerasi sel parenkim (jika mungkin)

Migrasi dan proliferasi, baik sel parenkim maupun sel jaringan ikat

Sintesis protein ECM

Remodeling unsur parenkim untuk mengembalikan fungsi jaringan

Remodeling jaringan ikat untuk memperoleh kekuatan luka

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 56

Page 57: makalah jejes

Disini, kami menggambarkan secara khusus proses penyembuhan luka

kulit. Proses ini melibatkan, baik regenerasi epitel maupun pembentukan

parut jaringan ikat, dan merupakan penggambaran prinsip umum yang

berlaku pada penyembuhan luka di semua jaringan. Namun, seharusnya

disadari bahwa setiap jaringan yang berbeda di dalam tubuh mempunyai

sel dan gambaran khusus yang memodifikasi skema dasar yang dibahas

disini.

A. Penyembuhan primer

Salah satu contoh paling sederhana pemulihan luka adalah penyembuhan

suatuinsisi bedah yang bersih dan tidak terinfeksi di sekitar jahitanbedah.

Proses ini disebut dengan penyatuan primer, atau penyembuhan primer.

Insisi tersebut hanya menyebabkan robekan fokal pada kesinambungan

membrane basalis epitel dan menyebabkan kematian sel epitel dan

jaringan ikat dalam jumlah yang relative sedikit. Akibatnya, regenerasi

epitel menonjol daripada fibrosis. Ruang insisi yang sempit segera terisi

oleh darah bekuan fibrin; dehidrasi pada pemukaan menghasilkan suatu

keropeng yang menutupi dan melindungi tempat penyembuhan.

Dalam waktu 24 jam, neutrofil akan muncul pada tepi insisi, dan

bermigrasi menuju bekuan fibrin. Sel basal pada tepi irisan epidermis

mulai menunjukan peningkatan aktivitas mitosis. Dalam waktu 24 hingga

48 jam, sel epitel dari kedua tepi irisan telah mulai bermigrasi dan

berprofilerasi di sepanjang dermis, dan mendepositkan komponen

membrane basalis saat dalam perjalanannya. Sel tersebut bertemu di

garis tengah di bawah keropeng permukaan, menghasilkan suatu lapisan

epitel tipis yang tidak putus.

Pada hari ke-3, neutrofil sebagian telah besar digantikan oleh makrofag,

dan jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi. Serat

kolagen pada tepi insisi sekarang timbul, tetapi mengarah vertical dan

tidak menjebatani insisi. Proliferasi sel epitel berlanjut, menghasilkan

suatu lapisan epidermis penutup yang menebal.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 57

Page 58: makalah jejes

Pada hari ke-5, neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan

granulasi mengisi ruang insisi. Serabut kolagen menjadi lebih berlimpah

dan mulai menjebatani insisi. Epidermis mengembalikan ketebalan

normalnya karena diferensiasi sel permukaan menghasilkan arsitektur

epidermis matur yang disertai dengan keratinisasi permukaan.

Selama minggu kedua, penumpukan kolagen dan proliferasi fibroblast

masih berlanjut,. Infiltrate leukosit, edema, dan peningkatan vaskularitas

telah amat berkurang. Proses panjang “pemutihan” dimulai, dilakukan

melalui peningkatan deposisi kolagen di dalam jaringan parut bekas insisi

dan regresi saluran pembuluh darah.

Pada akhir bulan pertama, jaringan parut yang bersangkutan terdiri atas

suatu jaringan ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan

ditutupi oleh suatu epidermis yang sangat normal. Namun, tambahan

dermis yang hancur pada garis insisi akan menghilang permanen.

Kekutan regang pada luka meningkat bersama perjalanan waktu, seperti

yang akan digambarkan kemudian.

B. Penyembuhan sekunder

Jika kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas, seperti infark, ulserasi

radang, pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses

pemulihannya menjadi lebih kompleks. Pada keadaan ini, regenerasi sel

parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur asal. Akibatnya,

tterjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas kea rah dalam dari tepi

luka, diikuti dengan penumpukan ECM serta pembentukan jaringan parut.

Bentuk penyembuhan ini disebut sebagai penyatuan sekunder, atau

penyembuhan sekunder. Penyembuhan sekunder berbeda dengan

penyembuhan primer dalam beberapa hal:

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 58

Page 59: makalah jejes

Secara intrinsik, kerusakan jaringan yang luas mempunyai jumlah

debris nekrotik, eksudat, dan fibrin yang lebih besar yang harus

disingkirkan. Akibatnya, reaksi radang menjadi lebih hebat, dan

berpotensi lebih besar mengalami cedera sekunder yang

diperantarai radang.

Jaringan granulasi akan terbentuk dalam jumlah yang jauh lebih

besar. Kerusakan yang lebih luas meningkatkan jumlah jaringan

granulasi yang lebih besar untuk mengisi kekosongan dalam

arsitektur stroma dan menyediakan kerangka pertumbuhan kembali

epitel jaringan yang mendasari. Pada umumnya, jaringan granulasi

yang lebih besar akan menghasilkan suatu massa jaringan parut

yang lebih besar.

Penyembuhan sekunder menunjukan fenomena kontraksi luka.

Sebagai contoh, dalam waktu 6 minggu kerusakan kulit yang luas

dapat berkurang menjadi 5%-10% dari ukuran semula, terutama

melalui kontraksi. Proses ini dianggap berasal dari adanya

miofibroblas, yaitu fibroblast yang diubah yang menunjukkan

berbagai gambaran ultrastruktural dan fungsional sel otot polos

kontraktil.

Kekuatan luka

Luka yang dijahit dengan cermat mempunyai kira-kira 70% kekuatan

dibandingkan kekuatan kulit yang tidak terluka, sebagian besar

disebabkan oleh penempatan jahitan. Jika jahitan dilepas, biasanya

setelah 1 minggu, kekuatan luka menjadi kira-kira 10% dari kulit yang

tidak terluka, tetapi kekuatan ini meningkat dengan cepat selama 4

minggu berikutnya. Pemulihan kekuatan peregangan diakibatkan oleh

adanya sintesis kolagen yang melebihi degradasinya selama 2 bulan

pertama, dan oleh perubahan structural kolagen (misalnya, pertautan

silang dan peningkatan ukuran serabut) ketika sintesisnya berkurang

disaat selanjutnya. Kekuatan luka mencapai kira-kira 70%-80% dari

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 59

Page 60: makalah jejes

normal pada bulan ke-3, tetapi biasanya tidak akan meningkat melebihi

angka tersebut.

Aspek patologis pemulihan

Dalam penyembuhan luka, pertumbuhan sel yang normal dan fibrosis

dapat diubah oleh berbagai macam pengaruh, yang sering kali

mengurangi kualitas atau kecukupan proses pemulihan. Factor ini dapat

bersifat ekstrinsik (misalnya, infeksi) atau intrinsic terhadap jaringan yang

cedera:

Infeksi, merupakan penyebab tunggal terpenting

melambatnya penyembuhan, dengan memperpanjang fase

peradangan proses tersebut dan berpotensi meningkatkan

jejas jaringan local. Nutrisi mempunyai efek mendalam terhadap

penyembuhan luka; misalnya, kekurangan protein dan khususnya

kekurangan vitamin c, menghambat sintesis kolagen dan

memperlama penyembuhan. Glukokortikoid (steroid) telah lama

dikenal mempunyai efek antiradang, dan pemberiannya dapat

mengakibatkan penurunan kekuatan luka yang disebabkan oleh

berkurangnya fibrosis. Namun, dalam beberapa contoh, efek anti

radang glukokortikoid memang dikehendaki. Factor mekanis, seperti

peningkatan tekanan local atau torsi dapat menyebabkan luka-luka

menjadi terpisah, atau dehisce.perfusi yang buruk yang disebabkan

oleh arteriosklerosis ataupun oleh sumbatan aliran vena, juga

mengganggu penyembuhan. Dan pada akhirnya benda asing,

seperti pecahan baja, kaca, atau bahkan tulang, akan menghalangi

penyembuhan.

Jenis (dan jumlah) jaringan yang mengalami jejas

merupakan factor penting. Pemulihan sempurna hanya dapat

terjadi pada jaringan yang tersusun atas sel stabil dan labil; bahkan

kemudian, cedera yang luas akan mungkin mengakibatkan

regenerasi jaringan menjadi tidak sempurna dan setidaknya akan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 60

Page 61: makalah jejes

kehilangan sebagian fungsinya. Jejas pada jaringan yang tersusun

atas sel permanen pasti mengakibatkan pembentukan jaringan

parut, disertai paling maksimal, adanya upaya kompensasi

fungsional oleh sisa unsur yang dapat hidup. Contohnya adalah

pada kasus penyembuhan infark miokard.

Lokasi atau sifat jaringan yang mengalami jejas merupakan

hal yang penting pula. Sebagai contoh, peradangan yang muncul

dalam rongga jaringan menghasilkan eksudat luas. Pemulihan

selanjutnya dapat terjadi melalui cernaan eksudat, yang dimulai

oleh enzim proteolitik leukosit serta penyerapan eksudat, yang

dimulai oleh enzim proteolitik leukosit serta penyerapan eksudat

yang mencair. Proses ini disebut resolusi, dan jika tidak terjadi

nekrosis sel, bentuk jaringan yang normal pada umumnya akan

diperbaiki. Namun, pada penumpukan yang lebih besar, eksudat

tersebut mengalami organisasi—jaringan granulasi tumbuh ke

dalam eksudat yang akhirnya diikuti oleh pembentukan jaringan

parut fibrosa.

Penyimpangan pertumbuhan sel serta produksi ECM dapat

terjadi walaupun dimulai dengan penyembuhan luka normal.

Luka yang menyembuh dapat pula menghasilkan jaringan granulasi

yang berlebihan yang menonjol diatas kulit sekitar dan dalam

kenyataanya akan menghambat reepitelisasi. Keadaan ini biasa

disebut dengan granulasi eksuberan, dan untuk mengembalikan

kontinuitas epitel memerlukan reseksi bedah atau reseksi

menggunakan kauter pada jaringan granulasi tersebut.

Mekanisme yang mendasari fibrosis yang menimbulkan cacat

dihubungkan dengan penyakit radang kronis, seperti arthritis rheumatoid,

fibrosis paru, dan sirosis, pada dasarnya sama dengan mekanisme yang

terlibat dalam penyembuhan luka normal. Namun, pada berbagai

penyakit ini perangsangan fibrogenesis yang menetap berasal dari reaksi

imun/ autoimun kronis yang menyokong sintesis dan sekresi factor

pertumbuhan, sitokin fibrogenik, dan protease.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 61

Page 62: makalah jejes

LUKA BAKAR

LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Definisi

o Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu

panas, kimia, elektrik, radiasi dan thermal. (Arief Mansjoer, dkk,

1999 : 365)

o Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas

bersentuhan dengan tubuh atau jaringan dan besarnya luka

ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan lamanya terkena.

(Suzzane & Brenda, 2002 : 816) 

o Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak

lansung atau bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan

panas, kimia dan sumber lain yang menyebabkan terbakar. (Hudak

& Gallo, 1996 : 927)

o Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus

listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan

jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Klasifikasi

o Berdasarkan Kedalaman

1. Ketebalan Parsial Superfisial (Derajat I)

a) Kerusakan epitel minimal 

b) Penyebab umum sinar matahari

c) Kering tidak ada lepuh, merah muda, pucat dengan tekanan

d) Sangat nyeri

e) Sembuh sekitar 5 hari

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 62

Page 63: makalah jejes

2. Ketebalan Parsial Dangkal (Derajat II)

a) Jaringan yang terkena epidermis dan minimal dermis

b) Penyebab umum : cahaya, cairan panas

c) Lembab, merah berbintik atau merah muda, lepuh,

sebagian memucat

d) Nyeri

e) Sembuh sekitar 21 hari, jaringan parut minimal

3. Ketebalan Parsial Dermal Dalam (derajat III)

a) Seluruh epidermis, sebagian dermis, lapisan rambut dan

kelenjar keringat utuh.

b) Penyebab umum : kebakaran benda padat panas.

c) Kering pucat

d) Penyebab Utama kebakaran terus menerus, listrik, bahan

kimia dan uap panas.

e) Sedikit nyeri

f) Tidak bergenerasi sendiri tetapi memerlukan

pencangkokan.

o Berdasarkan Agen Penyebab

1. Luka Bakar Thermal

Agen penyebab dapat berupa api, air panas dan kontak dengan

objek panas.

2. Luka Bakar Kimia

Terjadi dari type atau kandungan serta konsentrasi dengan

suhu.

3. Luka Bakar Listrik

Terjadi dari type atau voltage aliran yang menghasilkan

proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit

tahanan.

4. Luka Bakar Radiasi

Misal terjadi akibat sinar matahari.

o Berdasarkan Keparahan Luka Bakar

1. Luka Bakar Minor

a) Ketebalan parsial.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 63

Page 64: makalah jejes

b) LPTT < 15% pada orang dewasa, LPTT 10% pada anak-anak.

c) Cidera ketebalan penuh.

2. Cidera Luka Bakar Sedang Tak Terkomplikasi

a) Ketebalan parsial dengan LPTT 15-25% pada orang

dewasadan LPTT 20% pada anak-anak.

b) Cidera ketebalan penuh dengan LPTT 10%.

3. Luka Bakar Mayor

a) Cidera ketebalan parsial dengan LPTT >25% pada orang

dewasa dan LPTT >20% pada anak-anak.

b) Cidera tebal penuh dengan LPTT 10% atau > besar.

c) Luka bakar mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki dan

perineum.

d) Cidera sengatan listrik.

Etiologi

o Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) 

Gas

Cairan

Bahan padat (Solid)

o Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 

o Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 

o Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

 

Tanda dan Gejala

o Derajat I (superficial)

Lapisan luar epidermis terbakar

Edema

Kulit kering

Pucat saat ditekan

Eritema ringan hebat

o Derajat II (parsial)

Mengenai epidermis

Bila dibersihkan tampak homogen

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 64

Page 65: makalah jejes

Pucat bila ditekan

Kemerahan dan kulit melepuh

Sensitif terhadap dingin

o Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit

Warna merah tua, hitam, putih atau cokelat

Permukaan kering dan edema

Kerusakan jaringan lemak terlihat

o Derajat IV

Mengenai seluruh jaringan dibawah kulit

Kerusakan jaringan seluruh lapisan kulit

Mengenai muskulus dan tulang.

                        (Hudak & Gallo : 1996)

Fase Luka Bakar

o Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase

ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat

relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami

ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme

bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya

dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun

masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera

inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah

penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema

sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya

ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan

respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat

berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi

dengan problema instabilitas sirkulasi.

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 65

Page 66: makalah jejes

o Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi

adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga

sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :

1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka

telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur

atau organ – organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

 

o Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut

akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem

yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang

hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur.

 

Klasifikasi Luka Bakar

o Dalamnya luka bakar.

Kedalaman  Penyebab  Penampilan  Warna  Perasaan 

Ketebalan

partial

superfisial

(tingkat I) 

Jilatan api,

sinar ultra

violet

(terbakar

oleh

matahari). 

Kering tidak

ada

gelembung.

Oedem minimal

atau tidak ada.

Pucat bila

ditekan dengan

ujung jari, berisi

kembali bila

tekanan

dilepas. 

Bertambah

merah. 

Nyeri 

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 66

Page 67: makalah jejes

Lebih

dalam dari

ketebalan

partial

(tingkat II)

Superfisial

Dalam 

Kontak

dengan

bahan air

atau bahan

padat.

Jilatan api

kepada

pakaian.

Jilatan

langsung

kimiawi.

Sinar ultra

violet. 

Blister besar

dan lembab

yang

ukurannya

bertambah

besar.

Pucat bial

ditekan dengan

ujung jari, bila

tekanan dilepas

berisi kembali. 

Berbintik-bintik

yang kurang

jelas, putih,

coklat, pink,

daerah merah

coklat. 

Sangat

nyeri 

Ketebalan

sepenuhnya

(tingkat III) 

Kontak

dengan

bahan cair

atau padat.

Nyala api.

Kimia.

Kontak

dengan arus

listrik. 

Kering disertai

kulit

mengelupas.

Pembuluh

darah seperti

arang terlihat

dibawah kulit

yang

mengelupas.

Gelembung

jarang,

dindingnya

sangat tipis,

tidak

membesar.

Tidak pucat bila

ditekan.

Putih, kering,

hitam, coklat

tua.

Hitam.

Merah. 

Tidak

sakit,

sedikit

sakit.

Rambut

mudah

lepas bila

dicabut. 

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa

faktor

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 67

Page 68: makalah jejes

antara lain :

1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

2. Kedalaman luka bakar.

3. Anatomi lokasi luka bakar.

4. Umur klien.

5. Riwayat pengobatan yang lalu.

6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)

Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan

jaringan parut lokal atau luka bakar yang berat yang berupa kematian.

Pada luka bakar yang lebih besar terjadi kecacatan. Setelah permulaan

luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak

berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus

kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan

fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian yang

mendasari yaitu :

Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan fungsinya. 

Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi

pengaktifan respon keradangan dan respon stress sistem syaraf

simpatis.

1. Kerusakan Kulit Dan Kehilangan Fungsi.

Tubuh mempunyai beberapa metode untuk mengkompensasi

terhadap luasnya variasi dalam temperatur eksternal. Sirkulasi darah

bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, penghantaran

pasas yang efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit

maka temperatur subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera

sumber panas dipindah (diangkat), tubuh akan kembali normal dalam

beberapa detik. Jika sumber panas tidak segera dihilangkan atau

diberikan rata-rata atau pada tingkat yang melebihi kapasitas kulit

untuk menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit. Paparan

panas yang relatif rendah yang lama atau paparan pendek

temperaturnya yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan kulit

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 68

Page 69: makalah jejes

yang progresif pada tingkat yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar

pada ukuran yang berarti menyebabkan kerusakan sel melalui semua

lapisan, meskipun tidak sama pada semua area.

Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang

diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan kulit tipis

sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling

tebal adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis

sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan wajah. Kulit

umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa

pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan,

kehilangan serat elastik dan pengurangan semua kemampuan untuk

merespon terhadap trauma.

2. a.Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan.

Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman

homeostasis yang normal adalah respon pertahanan yang

dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun

aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas

dan lamanya permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk

diingat dahwa respon keradangan (inflamatory respon) merupakan

mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi

atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan

dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat

dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang

merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis.

Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada

tingkat vasculer. Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan

mengurangi kelenjar kimia tubuh (histamin, bradikinin, serotonin

dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi pembuluh

darah (vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan

jaringan bersifat luas, substansi ini disekresi dalam jumlah besar,

diedarkan secara sistemik dan menyebabkan perubahan vaskuler

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 69

Page 70: makalah jejes

pada semua jaringan. perubahan vaskuler ini bertanggungjawab

terhadap manifestasi klinik dini pembuluh darah (kardiovasculer)

dan komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga

mempengaruhi darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi

(chemotaksik) yang disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal

leukosit khusus pada lokasi luka dan merubah sumsum tulang dan

kematangan leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih

jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh.

b.Aktifitas Respon Kompensasi Sistem Syaraf Simpatis.

Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan

simpatis pada sistem syaraf otonom pada hubungan sistem

endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi yang mengancam

kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang

berbentuk gejala adaptasi umum (general adaptif syndrom) atau

reaksi bertempur dan lari (fight or flight) karena mereka

mempersiapkan tubuh untuk aktifitas yang mengijinkan perubahan

pada keadaan semula. Respon terhadap stress segera menimbulkan

perubahan fisiologi (adaptasi) yang merangsang atau menambah

fungsi untuk keperluan bertempur atau lari (fight or flight) atau

menambah fungsi agar tidak segera menyebabkan fight or flight.

Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan

kedalaman pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung,

vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, hati,

muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme dan

pembentukan substansi energi tinggi dan penurunan persediaan

glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang terhambat meliputi

penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran pencernaan

(traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan

(Gastrointestinal) dan sekresi. Respon ini berguna bagi tubuh untuk

waktu yang pendek dan membantu mempertahankan fungsi organ

vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk keadaan.

Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang

lama tanpa pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 70

Page 71: makalah jejes

dan menyebabkan kondisi patologis menuju kehabisan sumber yang

bersifat adaptasi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cotran,Kumar,Robin.2007.BukuAjarPatologi.EGC:Jakarta

Patologi UI

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 71

Page 72: makalah jejes

Kamus kedokteran Dorland

Fundamental Basic Science 3 Jejas Sel 72