makalah ilmu ukur tanah

32
A. Latar Belakang. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta. Ilmu ukur tanah untuk jurusan sipil hanya untuk mempelajari tujuan praktisnya saja, yaitu untuk membuat peta bagi keperluan-keperluan teknik sipil. Praktikum ukur tanah ini juga dilakukan agar mahasiswa atau calom sarjana sipil dapat mengetahui dan terlatih dalam melakukan pengukuran, selain itu mengingat pula bahwasanya dalam teknik sipil pengukuran merupakan sebuah komponen yang sangat penting guna menggambarkan sebuah lahan ataupun lokasi diatas permukaan bumi yang tidak rata ini. Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan

Upload: fadlitamrin

Post on 20-Dec-2015

655 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

TRANSCRIPT

A. Latar Belakang.

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara

pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif

atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam

memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua

metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan

lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat

ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan

tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta. Ilmu ukur tanah untuk jurusan sipil hanya

untuk mempelajari tujuan praktisnya saja, yaitu untuk membuat peta bagi keperluan-

keperluan teknik sipil.

Praktikum ukur tanah ini juga dilakukan agar mahasiswa atau calom sarjana

sipil dapat mengetahui dan terlatih dalam melakukan pengukuran, selain itu

mengingat pula bahwasanya dalam teknik sipil pengukuran merupakan sebuah

komponen yang sangat penting guna menggambarkan sebuah lahan ataupun lokasi

diatas permukaan bumi yang tidak rata ini. Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini

mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar

Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan

demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.

Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan

pemetaan situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada

umumnya diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-

keperluan lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

Maka dari itu dengan maksud guna mengaplikasikan salah satu bidang dalam

teknik sipil yaitu ilmu ukur tanah maka dilakukan praktikum ukur tanah ini.

B. Teori

Pengukuran yang dilakukan pada praktikum ukur tanah ini menggunakan 2

jenis alat ukur utama yaitu waterpass dan teodolith. Waterpass digunakan dalam

pengukuran poligon terbuka sedangkan teodolith digunakan dalam pengukuran

poligon tertutup. Poligon berasal dari kata poly yang berarti banyak dan gono yang

berarti sudut. Jadi poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak atau deretan titik

yang menghubungkan dua titik tetap.

Pada pengukuran itu sendiri terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak

dan sudut. Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak mendatar

(d) dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi sudut sudut

horizontal, vertical dan sudut jurusan. Sudut ini berperan penting dalam kerangka

dasar pemetaan yang datanya diperoleh dari lapangan dengan alat yang dirancang

sedemikian rupa konstruksinya sesuai dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat

ukur ruang (Theodolit).

Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih

dipermukaan bumi digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass). Untuk pengukuran

jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita ukur, waterpass dengan bantuan

rambu ukur, atau dengan metoda Tachymetri.

Pada dasarnya pengukuran yang dilakukan pada praktikum kali ini bertujuan

untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi yang tidak datar, dengan cara

melakukan praktikum di lapangan kemudian mengolah data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut. Dari hasil pengolahan data tersebutlah maka akan dapat

digambarkan sebuah peta yang dapat menampakkan perbedaan tinggi bagian

permukaan bumi yang telah kita ukur.

C. Pengukuran Poligon Terbuka

Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwasanya pada praktikum kali ini

pengukuran poligon terbuka dilakukan dengan menggunakan alat ukur waterpass.

Pengukuran jarak dengan waterpass, diperlukan alat bantu yang disebut baak ukur.

Pelaksanaannya yaitu dengan jalan menempatkan baak ukur tepat dan tegak lurus

pada objek yang akan kita ukur jaraknya. Kemudian bidik kan teropong kearah baak

ukur , dan baca angka pada benang atas (ba) dan benang bawah (bb) pada diafragma

teropong.

Pengukuran beda tinggi ini dengan menggunakan waterpass ini dapat

dilakukan dengan 3 cara ;

1. Pengukuran diambil dari salah satu titik dimaksud,

2. Pengukuran diambil dari antara dua titik dimaksud,

3. Pengukuran diambil dari satu titik sembarang.

Dalam praktikum ini kita akan mencobakan pengukuran beda tinggi yang

diambil dari salah satu titik yang dimaksud.

Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pengukuran poligon adalah :

1.      Tabel pengukuran untuk pengambilan data Poligon dan Beda tinggi.

2.      Persiapan patok untuk penentuan titik-titik poligon.

3.      Persiapan alat-alat ukur seperti waterpass, beserta statip, baak ukur,

meteran, payung (untuk pesawat waterpass).

Setelah pesawat siap untuk dipakai kemudian dilakukanlah pengukuran dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan titik-titik yang akan diukur beda tingginya, misalkan patok P1 dan

titik detail a.

2. Pesawat ditempatkan pada patok P1.

3. letakkan baak ukur secara tegak pada posisi titik detail a.

4. Dilakukan pembidikan teropong Waterpass pada  baak ukur di titik detai a .

5. Dilakukan pembacaan,yaitu pembacaan benang atas (ba), benang tengah (bt)

dan benang bawah (bb). Yang harus diingat pada waktu sebelum pembacaan

adalah pengaturan nivo.

6. Hal yang sama seperti point-point 3 - 5 dilakukan pada titik etail yang lain.

7. Kemudian lakukan point 2 pada patok-patok berikutnya.

Setelah data-data telah diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan maka

untuk dapat meliahat bentuk permukaan dari lahan yang telah kita ukur maka

dilakukan pengolahan data denga menggnakan rumus-rumus berikut.

- Rumus-rumus yang digunakan

a. Perhitungan jarak optis patok utama.

D = (Ba – Bb) x 100 (mm)

Keterangan :

D = jarak optis antara patok (mm)

Ba = benang atas (mm)

Bb = benang bawah (mm)

b. Pehitungan jarak optis rata-rata patok utama.

= (Dpergi + Dpulang)

Keterangan :

= jarak optis rata-rata antar patok utama

Dpergi = jarak optis antar patok pada pengukuran pergi

Dpulang = jarak optis antar patok pada pengukuran pulang

c. Perhitungan beda tinggi patok utama.

H = Btb – Btm

Keterangan :

H = beda tinggi antara patok utama (mm)

Btb = pembacaan benang tengah patok belakang (mm)

Btm = pembacaan benang tengah muka (mm)

d. Perhitungan tinggi rata-rata patok utama.

= ( Hpergi - Hpulang)

Keterangan :

= beda tinggi rata-rata antara patok utama (mm)

Hpergi = beda tinggi antara patok utama pengukuran pergi (mm)

Hpulang = beda tinggi antara patok utama pengukuran pulang (mm)

e. Koreksi

- Kesalahan

K = Hpergi + Hpulang

Keterangan :

K = kesalahan (mm)

Hpergi = jumlah beda tinggi antara patok utama pada

pengukuran pergi (mm)

Hpulang = jumlah beda tinggi antara patok utama pada

pengukuran pulang (mm)

- Toleransi kesalahan

T = 10

Keterangan :

T = toleransi kesalahan (mm)

D = jarak optis rata-rata antara P0 – Pn (km)

- Koreksi per patok

Koreksi total = -(kesalahan)

Koreksi perpatok = x koreksi total

Ketarangan :

= jarak optis rata-rata antara patok utama (mm)

= jarak optis rata-rata antara P0 – Pn

f. Perhitungan tinggi titik patok utama

Pengukuran maju : Pn = Pn-1 + H + Kper-patok

Pengukuran mundur : Pn-1 = Pn - H – Kper-patok

Keterangan :

Pn = tinggi titik pada patok n (m)

Pn-1 = tinggi titik pada patok sebelum ke n (m)

H = beda tinggi rata-rata antara patok n-1 dan patok n (m)

Kper-patok = koreksi per-patok, antara patok n-1 dan patok n (m)

g. Perhitungan persentase kemiringan profil memanjang

Q = x 100 %

Keterangan :

Q = persentase kemiringan profil memanjang (%)

Pn-1 = tinggi titik pada patok sebelum patok n (m)

Pn = tinggi titik pada patok n (m)

= jarak optis rata-rata antara patok n-1 dan patok n (m)

h. Perhitungan jarak optis detail

Ddet = (Ba – Bb) x 100 (mm)

Keterangan :

Ddet = jarak optis anatara patok dengan detail

Ba = benang atas (mm)

Bb = benang bawah (mm)

i. Perhitungan beda tinggi detail

Hdet = Btdet-1 - Btdet

Keterangan :

Hdet = beda tinggi detail (mm)

Btdet-1 = benang tengah detail 1 (mm)

Btdet = benang tengah detail 2 (mm)

j. Perhitungan tinggi titik detail

Pdet = Pn ± Hdet

Keterangan :

Pdet = tinggi titik detail (m)

Pn = tinggi titik pada patok utama dari detail (m)

Hdet = beda tinggi detail (m)

k. Perhitungan persentase kemiringan profil melintang

Arah ke kanan : Qn-det = x 100 %

Arah ke kiri : Qdet-n = x 100 %

Keterangan :

Qn-det = persentase kemiringan profil melintang (%)

Pdet = tinggi titik detail pada patok ke n (m)

Pn = tinggi patok ke n (m)

Dn-det = jarak optis antara detail dan patok utama (m)

D. Pengukuran Poligon Tertutup

Pada pengukuran poligon tertutup ini digunakan alat penyipat ruang

(teodolith). buah titik Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk

pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan

sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut

berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua titik.

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang

menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.

Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.

2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung

dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus

kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk

lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada

bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius.

Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu

mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat

sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis

pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis

tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada

logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran

penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran

penuh dibagi dalam 400 g.

3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki

penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang

mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada

sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti

plat lingkaran mendatar.

- SYARAT – SYARAT THEODOLITE

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap

dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

1. Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.

2. Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.

3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

- Cara pemasangan dan penyetelan Theodolit.

Langkah – langkah atau cara kerja pemasangan  dan penyetelan pesawat

theodolit adalah sebagai berikut :

1.      Pasang statip diatas titik yang tentu dipermukaan tanah sedemikian rupa

sehingga kaki-kakinya membentuk piramida sama sisi, kencangkan sekrup statip,

tancapkan dengan cukup kuat kedalam tanah, dan usahakan kepala statip sedatar

mungkin, untuk memudahkan pengaturan nivo tabung dan nivo kotak dan pastikan

titik tengah kepala statip berimpit dengan titik /patok.

2.      Ambil pesawat theodolit dengan hati – hati dan pasang pada kepala statip.

3.      Posisikan theodolit pada titik yang tentu (jika ada) dengan memasang unting –

unting atau melihat alat duga optik.

4.      Jika posisi tidak tepat, kendurkan kunci kepala statip dan geser pada posisi yang

dikehendaki, jika terlalu jauh, statip harus dicabut kembali dan dipindahkan.

5.      Ketengahkan gelembung nivo tabung dengan 3 sekrup penyama rata, dengan

cara (gambar 3) sbb:

a.       Arahkan nivo tabung sejajar dengan garis penghubung sekrup A dan B

b.      Ketengahkan gelembung nivo tabung dengan memutar sekrup A dan B

secara bersamaan keluar sama keluar kedalam sama kedalam

c.       Setelah presisi, putar badan pesawat 90˚

d.      Ketengahkan kembali gelembung nivo tabung hanya dengan sekrup C

saja, (nivo kotak akan mengikut seimbang)

e.       Pastikan gelembung nivo tabung dan nivo kotak tetap ditengah-tengah

walaupun pesawat diputar ke segala arah.

f.       Bila ternyata belum seimbang, ulangi penyetelan 5a s/d 5e.

6.      Bila kedua nivo telah seimbang, tekan tombol power (switch) pada keadaan ON,

dan pesawat theodolit sudah siap digunakan(sumbu I sudah vertical dan sumbu II

sudah horizontal).

- Rumus-rumus yang digunakan

a. Perhitungan sudut horisontal ( )

- patok utama ( )

Untuk sudut luar : =

Untuk sudut dalam : =

Keterangan :

= sudut horizontal pada patok n, antara patok n+1 dan patok n-1

= pembacaan sudut horizontal pada patok n+1 (°)

= pembacaan sudut horizontal pada patok n-1 (°)

- detail ( )

=

Keterangan :

= sudut horizontal antara detail dengan patok n-1 dengan arah

putaran sama dengan arah putaran jarum jam

= pembacaan sudut horizontal pada detail (°)

= pembacaan sudut horizontal pada patok n-1 (°)

b. Perhitungan koreksi sudt horizontal

- jumlah kesalahan terkoreksi

K = - [(n ± 2)] x 180°

Keterangan :

K = kesalahan sudut horizontal total (°)

= jumlah seluruh sudut dalam/luar patok-patok utama poligon

(°)

n = jumlah patok

n + 2, untuk data sudut luar

n – 2, untuk data sudut dalam

- koreksi perpatok

’ =

Keterangan :

’ = koreksi sudut tiap titik

k = jumlah kesalahan terkoreksi

n = jumlah patok

c. perhitungan azimuth benar ( )

- patok utama ( n)

n = n-1 + n ± - 180°

Keterangan :

n = azimuth benar patok n (°)

n-1 = azimuth benar patok n-1 (°)

n = sudut horizontal pada patok n (°)

= koreksi perpatok

- detail ( det.n)

det.n = n + det.n - n

Keterangan :

n = azimuth benar patok n (°)

det.n= azimuth benar detail patok n (°)

n = sudut horizontal pada patok n (°)

det.n= sudut horizontal pada patok n (°)

d. perhitungan jarak untuk patok utama

- perhitungan jarak proyeksi (Dpn)

Dpn = 100.(ba-bb). Cos2 (90° - )

Keterangan :

Dpn = jarak proyeksi antara patok n dan patok n + 1 (m)

= sudut lereng (°)

ba = pembacaan benang atas pada patok n + 1 (m)

bb = pembacaan bnang bawah pada patok n + 1 (m)

- jarak absis (Dxn)

Dxn = Dp Sin n

Keterangan :

Dxn = jarak horisontal patok utama (m)

Dpn = jarak proyeksi patok utama (m)

n = azimuth benar untuk patok utama (°)

- jarak ordinat (Dyn)

Dyn = Dp Cos n

Keterangan :

Dyn = jarak vertikal patok utama (m)

Dpn = jarak proyeksi patok utama (m)

n = azimuth benar untuk detail patok n (°)

e. Perhitungan jarak untuk detail

- jarak proyeksi (Dpn-det)

Dpn-det = 100.(ba-bb). Cos2 (90° - )

Keterangan :

Dpn-det = jarak proyeksi antara patok n dan detail (m)

= sudut lereng (°)

ba = pembacaan benang atas detail (m)

bb = pembacaan benang bawah detail (m)

- jarak absis (Dxn-det)

Dxn-det = Dpn-det Sin n-det

Keterangan :

Dxn-det = jarak horizontal antara patok n dan detail (m)

Dpn-det = jarak proyeksi patok n dan detail (m)

n-det = azimuth benar untuk detail patok n (°)

- jarak ordinat (Dyn-det)

Dyn-det = Dpn-det Cos n-det

Keterangan :

Dyn-det = jarak vertikal antara patok n dan detail (m)

Dpn-det = jarak proyeksi patok n dan detail (m)

n-det = azimuth benar untuk detail patok n (°)

f. Perhitungan koreksi jarak absis ( Dxn)

( Dxn) =

Keterangan :

( Dxn) = koreksi jarak horisontal (m)

Dpn = jarak proyeksi paok utama (m)

= julah seluruh jarak proyeksi dari patok awal hingga

patok akhir (m)

= jumlah seluruh jarak horisontal dari patok awal

hingga patok akhir (m)

g. Perhitungan koreksi jarak ordinat ( Dyn)

( Dyn) =

Keterangan :

( Dxn) = koreksi jarak horisontal (m)

Dpn = jarak proyeksi paok utama (m)

= julah seluruh jarak proyeksi dari patok awal hingga

patok akhir (m)

= jumlah seluruh jarak vertikal dari patok awal hingga

patok akhir (m)

h. Perhitungan koreksi linear ( 1)

( 1) =

Keterangan :

1 = koreksi linear

= jumlah seluruh jarak horisontal dari patok awal

hingga patok akhir (m)

= jumlah seluruh jarak vertikal dari patok awal hingga

patok akhir (m)

= julah seluruh jarak proyeksi dari patok awal hingga

patok akhir (m)

i. Perhitungan koordinat titik absis (sumbu – X)

- patok utama

Xn = Xn-1 ± Dxn-1 ± Dxn-1

Keterangan :

Xn = koordinat sumbu horisontal patok n (m)

Xn-1 = koordinat sumbu horisontal patok n-1 (m)

Dxn-1 = jarak horisontal patok n-1 (m)

Dxn-1 = koreksi jarak horisontal patok n-1 (m)

- detail

Xndet = Xn ± Dxn-det

Keterangan :

Xndet = koordinat sumbu horisontal detail (m)

Xn = koordinat sumbu horisontal patok-patok utama (m)

Dxn-det = jarak horisontal antara patok utama dan detail (m)

j. Prhitungan koordinat titik ordinat (sumbu –Y)

- patok utama

Yn = Yn-1 ± Dyn-1 ± Dyn-1

Keterangan :

Yn = koordinat sumbu vertikal patok n (m)

Yn-1 = koordinat sumbu vertikal patok n-1 (m)

Dyn-1 = jarak horisontal patok n-1 (m)

Dyn-1 = koreksi jarak vertikal patok n-1 (m)

- detail

Ydet = Yn ± Dydet

Keterangan :

Yndet = koordinat sumbu vertikal detail (m)

Yn = koordinat sumbu vertikal patok utama (m)

Dyn-det = jarak vertikal antara patok utama dan detail (m)

k. Perhitungan luas areal pengukuran (L)

L =

Keterangan :

L = Luas areal pengukuran (m2)

Xn = koordinat sumbu horisontal patok n (m)

Yn+1 = koordinat sumbu vertikal patok n+1 (m)

Xn+1 = koordinat sumbu horisontal patok n+1 (m)

Yn = koordinat sumbu vrtikal patok n (m)

l. Perhitungan beda tinggi patok utama ( H)

H = Tps + 50 (ba-bb) Sin 2 - bt

Keterangan :

H = beda tinggi antara patok utama (m)

Tps = tinggi pesawat pada patok n (m)

Ba = pembacaan benang atas dengan arah patok sebelum

atau sesudah n (m)

Bb = pembacaan benang bawah dengan arah patok sebelum

atau sesudah n (m)

= pembacaan sudut vertikal (°)

Bt = pembacaan benang tengah de ngan arah patok

sebelum atau sedudah n (m)

m. Perhitungan koreksi beda tinggi ( H)

H = x (- )

Keterangan :

H = koreksi beda tinggi antara patok utama (m)

Dpn = jarak proyeksi patok utama (m)

Dpn = jumlah jarak proyeksi antara patok awal dan akhir (m)

= jumlah beda tinggi antara patok awal dan akhir (m0

n. Perhitungan beda tinggi detail ( Hdet)

Hdet = Tps + 50 (ba-bb) Sin 2 - bt

Keterangan :

Hdet = beda tinggi detail (m)

Tps = tinggi pesawat pada patok utama (m)

ba = pembacaan benang atas dengan arah detail (m)

bb = pembacaan benang bawah dengan arah detail (m)

= pembacaan sudut vertikal (°)

bt = pembacaan benang tengah dengan arah detail (m)

o. Perhitungan tinggi titik

- patok utama

Hn = Hn-1 ± Hn-1 ± Hn-1

Keterangan :

Hn = tinggi titik patok n (m)

Hn-1 = tinggi titik patok n-1 (m)

Hn-1 = beda tinggi antara patok utama (m)

Hn-1 = koreksi beda tinggi antara patok utama (m)

- detail

Hdet = Hn ± Hdet

Keterangan :

Hdet = tinggi titik detail (m)

Hn = tinggi titik patok utama (m)

Hdet = beda tinggi detail (m)

E. Surver

Surver merupakan salah satu aplikasi yang mempermudah dalam proses

penggambaran bentuk permukaan suatu lahan yang telah diukur. Dengan

memasukkan data-data yang telah diolah maka surver ini akan menampilkan gambar

permukaan lahan atau tanah tersebut dalam bentuk dua dimensi (peta kontur) serta

dalam bentuk tiga dimensi.

Berikut salah satu contoh penggunaan surver hingga menghasilkan gambar :

1. Jika program Surfer telah terpasang, maka Surfer dapat segera digunakan untuk

bekerja. Untuk memulai pekerjaan dengan Surfer dilakukan dengan masuk pada

program tersebut melalui langkah berikut:

Klik Start → Pilih Program →Pilih Golden Software →Pilih Surfer 8.0

2. Buat basemap dengan langkah sebagai berikut: Klik map →Base Map →Pilih File

Base Map →klik open, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini

3. Tampilkan peta dasar dengan langkah sebagai berikut: klik File →Import →Pilih

File Peta →Open, maka akan mucul tampilan seperti di bawah ini

4. Untuk menampilkan kontur lakukan gridding terhadap data yang telah dimasukan

dari Excel dengan langkah sebagai berikut: klik Grid>Data>pilih file kontur.bln>Ok,

maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini:

5. Tampilkan kontur 2D batimetri berdasarkan data yang telah diinput, lakukan

langkah sebagai berikut: klik Map>Countur Map>New Countur Map>pilih data

kontur yang telah di gridding> Ok. Edit kontur meliputi fill, view, scale, dan limit,

maka akan muncul tampilan sebagai berikut:

6. Tampilkan kontur 3D batimetri berdasarkan data yang telah diinput, lakukan

langkah sebagai berikut: klik menu 3D>overlay kembali dengan hasil base, post, dan

countur map, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini

F. Penutup

- Kesimpulan.

Pengukuran dengan waterpas bertujuan untuk mengetahui ketinggian

permukaan tanahpada suatu daerah, sedangkan pengukuran yang

dilakukan dengan alat ukur teodolith digunakan untuk mengetahui

ketinggian tanah dengan mengetahui elevasi sudutnya.

Keakuratan data yang diperoleh tergantung pada beberapa hal, antara

lain faktor cuaca, keakuratan praktikan dalam membaca bak ukur serta

kelayakan alat.

Kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi pada saat pengukuran

adalah kesalahan sistematis yaitu rambu ukur yang tidak stabil,

kesalahan acak karena nivo tabung yang digunakan, keadaan alam saat

pengukuran, dan ketidaktelitian surveyor dalam melakukan

pengukuran.

Pada pengukuran yang menggunakan waterpass dilakukan disepanjang

jalan dengan 6 patok dan 17 detail titik. Sedangkan pada pengukuran

dengan menggunakan teodolith diambil 6 patok dengan 6 titik detail.

- Saran.

Penyusunan laporan sebaiknya tidak dilakukan secara manual (tulis tangan).

Sebaiknya asisten tidak meninggalkan praktikannya saat praktikum

berlangsung.

Asistensi IUT sebaiknya tidak dilakukan di luar kampus.