makalah ilmu sosial budaya dasar

14
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR BENTURAN BUDAYA DALAM RUANG LINGKUP ARSITEKTUR DISUSUN OLEH : RADINA RIZKI MULIANI DBB 114 003 FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR

Upload: radina-rizki

Post on 03-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Ilmu Sosial Budaya Dasar yang berhubungan erat dengan kehiduapan, dan perilaku dari masing-masing individu.

TRANSCRIPT

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASARBENTURAN BUDAYA DALAM RUANG LINGKUP ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH :RADINA RIZKI MULIANIDBB 114 003FAKULTAS TEKNIKARSITEKTUR

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Benturan Budaya Dalam Ruang Lingkup Arsitektur. Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya, dan bermanfaat bagi kami yang telah menyusun makalah ini yang pada dasarnya menambah wawasan dan dapat mengkoreksi kesalahan saya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Palangkaraya, Oktober 2014

PenulisDAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia adalah negara berkembang yang kaya akan suku bangsa. Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya daerah yang sangat unik dari mulai adat kebiasaan, bahasa, dan lain-lain yang disebabkan oleh penduduknya yang majemuk. Keanekaragam bangsa Indonesia ini tercermin dalam visi misi negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Jika melihat zaman sebelum kemerdekaan, konflik akibat keanekaragaman di Indonesia mengakibatkan sulitnya bersatu karena berbeda suku, bahasa, dan budaya yang kemudian diikrarkan sumpah pemuda sebagai wujud pemersatu bangsa hingga akhirnya bangsa Indonesia merdeka. Makalah ini membahas tentang benturan-benturan budaya yang sering terjadi di dalam sebuah kelompok atau komunitas, khususnya dalam ruang lingkup arsitektur.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ArsitekturArsitektur (dari bahasa Yunani) =archedantektoon.Archeberarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkantektoonmenunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika bangunan belaka.Architectoonartinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama.Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut:magister operis(guru atau ahli karya) ataumagister lapidum(guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisar-kaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.Di India arsitek disebutSthapati (chief architect,ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat bangunan) atauAchariya, yakni direktur umum, atauSutradhara(arsitek, seniman, pemahat). Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuna, Vasthuvidya atau Wastuwidyaberarti: ilmu bangunan (widya= ilmu kebijaksanaan;wastu= bangunan).

2.2 Pengertian KebudayaanKebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dancolere(Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain budaya adalah sebagai suatu perkembangan darikata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakanantara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa.

Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan The general body of the art yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk social digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya: mitis, ontologis, fungsional.

2.3 Hubungan Arsitektur Dengan KebudayaanMasyarakat tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas yang berbeda dalam mengadaptasi dan mengolah kebudayaan baru. Hal ini mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil budaya itu, antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk , fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan.

Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi: agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi, asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat.Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai corak rumah masing-masing baik bentuk maupun fungsi dari rumah tinggal yang di huninya. rumah tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta kemewahannya, karena sebuah rumah orang Jawa dapat juga memperlihatkan bagaimana status sosial dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu hasil budaya yang dapat menunjukkan identitas masyarakat pendukungnya.

2.4 Ciri Budaya ArsitekturBila kita membicarakan ciri budaya dalam arsitektur, akan menyangkut dua segi: Apa ciri yang ingin diungkapkan Bagaimana ciri tersebut diungkapkan.Karya arsitektur akan selalu mencerminkan ciri budaya dari kelompok menusia yang terlibat dalam proses penciptaannya. Sekurang-kurangnya akan tercermin tata nilai yang mereka anut. Dengan demikian kalau kita secara cermat mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun akam mengenali cirri budaya masyarakat tersebut.

BAB IIISTUDI KASUS

3.1 Benturan Budaya Dalam Ruang Lingkup Arsitektur Penyebab Konflika. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.Setiapmanusiaadalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.b. Perbedaan latar belakangkebudayaansehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendiriankelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakangkebudayaanyang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatanhutan. Para tokohmasyarakatmenanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Parapetanimenbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atauladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidangpolitik,ekonomi,sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. Pemecahan Masalah SosialAda metode-metode yang bersifat preventif dan represif. Metode yang preventif jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif lebih banyak digunakan. Artinya, setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah sosial, tidaklah semata-mata melihat aspek sosiologis, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Dengan demikian, diperlukan suatu kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi tadi (secara interdisipliner).