makalah ilmu keperawatan dasar 2

Upload: annisa-succi-utami

Post on 08-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Sikap Asertif dalam Keperawatan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSemua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan interaksi antar individu dalam berhubungan dengan orang lain.Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara baik dan benar, tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.Dalam proses komunikasi, individu diharuskan untuk menentukan potensi diri dalam melakukan komunikasi yang efektif. Untuk dapat melakukannya, individu tentu saja harus memiliki pemahaman dasar akan proses komunikasi dan bagaimana teori komunikasi berfungsi dalam hidup individu. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas sikap yang harus dimiliki seorang perawat agar dapat berkomunikasi secara profesional, seperti memiliki sikap asertif dan dapat melakukan komunikasi yang efektif dalam kesehariannya.1.2Tujuan A. Tujuan UmumMakalah ini bertujuan agar mahasiswa atau pembaca dapat memahami dan menjelaskan tentang perilaku asertif dan komunikasi efektif dalam proses keperawatan profesional.

B. Tujuan khususAdapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang:1. Perbedaan antara perilaku pasif, agresif, dan asertif.2. Unsur-unsur asertif3. Prinsip-prinsip asertif4. Ciri-ciri asertif5. Petunjuk menjadi asertif6. Tujuan komunikasi efektif7. Syarat-syarat komunikasi efektif8. Faktor pendukung dan penghambat komunikasi efektif9. Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Perilaku Asertif2.1.1 Pengertian AsertifSusanto (2005) mendefenisikan perilaku asertif berarti : adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan, dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya, menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Selain itu ciri-ciri asertif adalah ketegasannya penuh kelembutan, dan tanpa arogansi.Sikap tegas artinya menuntut hak pribadi dan menyatakan pikiran,perasaan, dan keyakinan dengan cara langsung jujur dan tepat (Lange dan Jakubowski, 1976 dalam Calhoun & Acocella, 1995). Sikap tegas meliputi setiap tindakan yang diangga benar dan perlu dikemukakan. Misalnya, bertanya pada orang asing tentang petunjuk dan menghadap dosen minta penjelasan nilai. Ketika anda bertindak berdasarkan kebutuhan dan keinginan anda sendiri tanpa menginjak hak pribadi orang lain, maka anda telah menjadi orang yang bersikap tegas (Calhoun & Acocella, 1995).Susanto (2005) menjelaskan dalam membangun asertivitas terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah formula 3A, yang terangkai dari tiga kata Appreciation, Acceptance, Accomodating. Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka. Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti yang positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima kehadiran orang lain sebagaimana keadaan diri mereka masing-masing. Sedangkan Accomodating yaitu menunjukkan sikap ramah kepada semua orang tanpa terkecuali. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri. Kita dapat memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat, namun bukan berarti kita jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain, apalagi dengan hal-hal yang bertentangan dengan diri kita. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar kita mampu menempatkan diri secara benar di khalayak luas, sekaligus membina saling pergertian dengan banyak orang.2.1.2Perbedaan antara Perilaku Pasif, Agresif, dan Asertif1. Perilaku PasifRespon pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Individu yang pasif bersembunyi dari orang lain dan menunggu orang lain untuk memulai percakapan. Mereka meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain di atas dirinya. Dalam suatu hubungan dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan bereaksi kepada mereka dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah akan muncul ketika orang yang bersikap pasif, secara rahasia, merasa marah atau benci kepada orang lain. Orang yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh orang lain. Cara pandang yang seperti inilah yang merusak kepercayaan diri mereka.Contoh perilaku pasif, antara lain:a. Ini hanya pendapat saya, tapib. Maaf mengganggu waktu anda, tapic. Bila anda berpendapat demikian, kita akan2. Perilaku AgresifPada suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu menang dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau kejam terhadap perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain. Cara agresif ini sering berhasil karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan. Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif. Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal, atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, mereka malah meluapkan apa yang ada di dalam dada meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin menyerah akibat intimidasi oleh individu yang bersikap agresif, mereka juga bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.Contoh perilaku agresif dalam mengeluarkan pendapat, antara lain:a. Kerjakan saja sendiri!b. Bodoh!c. Pasti kamu tidak percaya!3. Perilaku AsertifPerilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain.Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang orang lain sebagai musuh, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiriContoh perilaku asertif, antara lain:1. Saya berpendapat bagaimana pendapat Anda?2. Masalah ini akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efseknya terhadap Anda?2.1.3Unsur-unsur AsertifSecara garis besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsur: verbal dan nonverbal (Monica, 1998). Komunikasi verbal terjadi dengan bantuan kata-kata yang diucapkan ataupun ditulis. Komunikasi nonverbal terutama terdiri dari bahasa tubuh. Monica (1998) menjelaskan unsure-unsur nonverbal sebagai berikut:a. Kekerasan Suara

Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara tidak tergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada yang asertif harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas; tetapi tidak boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.b. KelancaranKelancaran mengatakan kata-kata juga tidak bergantung pada isi pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak penghentian atau kata-kata pengisi seperti uh, er, huh, anda tahu, seperti, dan sebagainya, cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang bicara terlalu cepat sering dialami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu membebani. Yang asertif adalah kecepatan bicara sedang dan tidak terputus-putus.c. Kontak MataKontak mata asertif berarti bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima (hampir) secara terus-menerus tetapi tanpa intensitas terus-menerus yang membuat penerima merasa ditantang.d. Ungkapan WajahNada bicara yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan dahi saat mengatakan sayang, akan mengkhianati isi dari kata-kata mereka. Bila marah, janganlah tersenyum; bila menunjukkan penghargaan, tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur atau digambarkan, kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu memilih ungkapan wajah yang cocok untuk arti kata-kata mereka.e. Ungkapan TubuhOrang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku, dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau kasar.f. JarakOrang yang asertif, dalam jarak mereka dari orang lain, akan berdiri cukup dekat sehingga tidak banyak yang dapat lewat di antara mereka (misalnya, tubuh orang lain), tetapi juga tidak terlalu dekat.Apapun yang kita lakukan dengan tubuh kita akan memberikan kesan pada orang lain mengenai diri kita. Yang terpenting, buatlah Anda tertarik pada orang lain dengan percakapan itu. Tubuh kita cenderung mengkomunikasikan apa yang sebenarnya kita rasakan. Bila Anda merasa senang, bahagia, dan penuh perhatian, secara otomatis tubuh akan menyampaikan perasaan tersebut (Calhoun & Acocella, 1995).Selain itu, Monica (1998) menjelaskan unsur-unsur verbal sikap asertif, yaitu:a. Mengatakan TidakPernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat cara-cara untuk mengatakan tidak secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain. Ada beberapa alasan dari orang tidak dapat atau tidak mau mengatakan tidak; beberapa merasa takut akan kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain; beberapa takut menyakiti perasaan orang lain; beberapa takut akan penolakan; dan beberapa merasa bahwa mengatakan tidak akan merusak konsep diri mereka sebagai yang baik.b. Menunjukkan sikapUnsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain, misalnya: Saya tahu bahwa Anda yakin Nona Lloyd sedang dalam pemulihan, tetapi saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk dipulangkan, dan saya tidak mendukung kepulangannya.c. Meminta PertolonganKetika meminta pertolongan, bersikap asertif berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang khusus. Seberapa lama orang harus bertahan dengan permintaannya adalah masalah penilaian; permintaan harus berakhir dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat atau tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan sebelum titik ini tercapai.d. Mengajukan HakUnsur kunci dari pengajuan hak ini hampir sama dengan unsur kunci permintaan pertolongan; menyatakan masalah, membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan, dan bertahan sampai seseorang telah mengkomunikasikan sebuah hal dengan efektif.e. Ungkapan PerasaanSebagian sikap dari menjadi asertif adalah mengungkapkan emosi, seperti marah dan kasih sayang. Saya menghargai perkataan anda merupakan cara yang lebih asertif untuk menanggapi ungkapan terima kasih daripada berkata ah, itu tidak ada artinya atau itu sudah menjadi pekerjaan saya, yang akan mengecilkan arti si pengirim maupun penerima pesan terma kasih tersebut (Monica, 1998).Menurut Liaw (2007) orang dengan tipe asertif lebih mengedepankan kesamaan yang dimiliki oleh semua orang. Mereka lebih menerapkan sika inklusif dan akomodatif daripada eksklusif.2.1.4Prinsip-prinsip AsertifBerko dan rekan-rekannya (1985) mengidentifikasi bahwa asertif mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:a. Asertif bukanlah cara untuk mengubah perilaku orang lain, melainkan hanya cara mengubah reaksi diri sendiri atas perilaku orang lain.b. Asertif adalah menjelaskan apa yang kita inginkan karena orang lain bukanlah orang yang harus bertanggungjawab untuk membaca pikiran kita.c. Asertif adalah hal yang menegaskan bahwa kebiasaan bukanlah alasan untuk melakukan sesuatu. d. Asertif bukanlah cara untuk membahagiakan orang lain, tetapi juga bukan untuk menyakiti orang lain. e. Penolakan adalah hal yang wajar terjadi dalam suatu hubungan. Jadi, terimalah hal tersebut. f. Asertif bukanlah cara untuk membiarkan diri menjadi korban. g. Asertif adalah cara yang menunjukkan bahwa kekhawatiran tidak akan mengubah suatu keadaan. h. Asertif adalah berusaha melakukan hal terbaik yang dapat dilakukan, dan bukan cara untuk membuat orang lain menyukai kita.i. Asertif memiliki konsekuensi atas apa yang telah diungkapkan. Jadi asertif berarti siap menerima konsekuensi dari apa yang telah diucapkan (Tubss & Moss, 2005).2.1.5Ciri-Ciri AsertifKomunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:1. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.2. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.4. Mencari solusi bersama dan keputusan.5. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.6. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.7. Mempertahankan hak diriSedangkan,Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.4.Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).2.1.6Langkah Bersikap AsertifMenurutBourne (1995), untuk menjadi individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut:a.Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.Tentukan apa yang menjadi hak Anda dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran anda.b.Mengemukakan problem dan konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam konflik.Jelaskan sudut pandang anda, bahkan meski sudah jelas sekalipun. Ini akan membuat orang lain lebih tahu posisi dan pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau menghakimi.c.Mengekspresikan perasaan tentang situasi tertentu.Ketika anda menyatakan perasaan anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan aku bukan pesan kamu.d.Mengemukakan apa yang menjadi permintaan.Ini adalah aspek penting dari bersikap asertif. Kemukakan keinginan Anda atau yang tidak Anda inginkan secara langsung.

2.2 Konsep Komunikasi Efektif 2.2.1Pengertian Komunikasi EfektifBerdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun 2010 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif. Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif di Instalasi Rawat Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono, 2001). Menurur Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal.2.2.2Tujuan Komunikasi EfektifTujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan. Bentuk komunikasi efektif dibagi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Yang perlu dierhatikan dalam komunikasi verbal yaitu berlangsung secara timbal balik, makna pesan ringkas dan jelas, bahasa mudah dipahami, cara penyampaian mudah diterima, disampaikan secara tulus, mempunyai tujuan yang jelas, dan memperlihatkan norma yang berlaku. Sedangkan yang perlu diperhatikan dalama komunikasi nonverbal adalah penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah, dan sentuhan.2.2.3 Syarat-syarat Komunikasi EfektifSyarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain:a. Menciptakan suasana yang menguntungkan.b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.d. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya.e. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.2.2.4Faktor Pendukung Komunikasi Efektifa.Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.b.Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.c.Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.2.2.4Faktor Penghambat Komunikasi Efektifa.Komunikasi yang tidak jelas, karena dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tidak efektif.b.Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga.c.Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan.d.Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan pendidikan kesehatan.2.2.5Aspek Yang Harus Dibangun Dalam Komunikasi Efektifa.KejelasanDalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.b.KetepatanKetepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.c.KonteksMaksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.d.AlurBahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.e.BudayaAspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.2.2.6Komunikasi antara Perawat-Pasien dan Diantara Tenaga Kesehatana.Komunikasi Antara Perawat dan PasienInterpretasi dan perasaan pasien dihargai sebagai faktor-faktor yang mungkin berperngaruh pada masalah-masalah yang muncul dan juga pada penyelesaian masalahnya. Model keperawatan seperti dalam model adaptasi Roy (1984), model keperawatan perawatan diri Orem (1985) dan model sistemnya Neuman (1982) meletakkan dasar bagi komunikasi terbuka antara perawat dan pasien dalam keterlibatan perawat yang efektif. Pengkajian dan evaluasi berdandar pada komunikasi yang menyoalkan pengalaman dan kebutuhan pasien. Perencanaan bersama tergantung pada komunikasi yang rinci untuk mencapai pemahaman bersama dan komitmen antara perawat dengan pasien. Walaupun beberapa prosedur secara langsung dilakukan pada pasien, namun sebagian besar membutuhkan partisipasi pasien atau setidaknya kerjasama pasien (Abraham, dkk, 1997).b.Komunikasi di antara Tenaga KesahatanKomunikasi di antara tenaga kesehatan juga merupakan hal yang penting bagi pelayanan kesehatan yang tepat guna. Peningkatan jumlah dan spesialisasi tenaga kesehatan membuat koordinasi menjadi hal yang penting dan mempertegas pentingnya komunikasi terbuka antara dokter, perawat, psikolog, fisioterapis, dll. Para pasien di rumah sakit dan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan menghadapi suatu hubungan dengan berbagai profesi kesehatan dengan tugas dan tanggungjawab yang bervariasi. Komunikasi yang terintegrasi dengan demikian, penting bagi koordinasi pelayanan kesehatan. Misalnya di rumah sakit, suatu tujuan keperawatan mungkin untuk mendidik pasien dengan perawatan stoma. Namun, bila dokter tidak tanggap dengan hal ini, bisa-bisa pasien dipulangkan sebelum tujuan tercapai. Kegagalan mengkoordinasi dapat menyebabkan stress pribadi yang sebetulnya tidak perlu terjadi pada diri pasien akibat tuntutan berbagai profesi pada saat yang sama. Pelayanan yang seharusnya ada tetapi disengaja dihilangkan atau dirangkap akan menyebabkan gangguan pada kesinambungan keperawatan. Komunikasi antara para tenaga kesehatan juga merupakan hal yang penting.Misalnya, mereka penting untuk menyadari keinginan dan kebutuhan pasien selama masa perawatan. Sebagai contoh, bila dokter membicarakan adanya penyakit terminal ataupun cacat tetap, maka perawat dituntut agar dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat kepada pasien.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan1.Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya.2.Asertif dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif (tidak peduli) dan agresif (menyerang).3.Komunikasi asertif memiliki ciri-ciri terbuka dan jujur, mau mendengarkan, memberi pendapat, mencari solusi, saling menghargai, menyatakan perasaan pribadi, dan mempertahankan hak pribadi.4.Untuk mencapai perilaku asertif di butuhkan petunjuk, yaitu: evaluasi terhadap hak-hak pribadi, mengemukakan problem dan konsekuensi konflik,mengekspresikan perasaan tetntang situasi, dan mengemukakan apa yang menjadi permintaan.5.Berkomunikasi efektif berarti komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.6.Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif yaitu kejelasan, ketepatan, konteks, alur, dan budaya.3.2Saran1. Perawat harus mampu menguasai teknik-teknik asertif agar komunikasi yang dihasilkan antara perawat dan klien lebih berkualitas.2. Untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, seorang perawat tidak boleh bersikap pasif maupun agresif tapi harus bersikap asertif.3.Perawat harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam praktik keperawatan profesional yang merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGCFauzan, Lutfi. 2007. Assertive Training: Pengembangan Pribadi Asertif dan Transaksi Sosial. Depdiknas: UPT BK UMRizkani, Ratih Sufra.2010. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpresonal di Ruang Rawat Inap Mawar dan Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai. Diakses di repository.usu.ac.idRochmat, Noer.2014. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien: Komunikasi Efektif di Instalasi Rawat Inap. Diakses di bloggingkuu.blogspot.comSunardi. 2010. Latihan Asertif. Diakses di file.upi.eduSuryani. 2005. Komunikasi Terapeutik. Jakarta : EGC