makalah hukum peraturan kelautan dan perikanan

12
MAKALAH HUKUM PERATURAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PERIKANAN DI INDONESIA Disusun oleh: SHABRINA OKTAVIANI 105080601111004 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2013

Upload: arin-shabrina-oktaviani

Post on 07-Jul-2016

437 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

tugas kuliah hpkp

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

MAKALAH HUKUM PERATURAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KONFLIK KEWENANGAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PERIKANAN DI

INDONESIA

Disusun oleh:

SHABRINA OKTAVIANI

105080601111004

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

2013

Page 2: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang

dipersatukan dengan laut. Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan

laut, yakni sebesar 70%, sisanya adalah daratan. Sebagai negara kepulauan,

menurut United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Indonesia memiliki kedaulatan atas perairan yang ditutup oleh atau terletak

disebelah dalam dari garis pangkal lurus kepulauanyang disebut sebagai perairan

kepulauan (LawforJustice, 2013).

Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang

besar ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut

menjadi tumpuan sebgaian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

hidup terutama masyarakat pesisir, selain itu bagi negara berkembang seperti

Indonesia, laut memiliki posisi yang strategis dan potensi yang luar biasa baik dalam

bidang ekonomi, pertahanan, maupun keamanan. Namun, wilayah Indonesia sering

kali mengalami berbagai permasalahan yang timbul baik dari dalam maupun luar

negeri seperti illegal fishing, illegal migration, sampai pengelolaan wilayah yang tidak

terpadu (LawforJustice, 2013).

Pasal 73 Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

menyebutkan bahwa ada tiga instansi yang berwenang dalam penegakan hukum

perikanan, yaitu instansi Departemen Kelautan dan Perikanan, Kepolisian RI, dan

TNI AL. Semua instansi tersebut berwenang untuk menangani perkara yang sama,

artinya sama sama dapat melakukan penyidikan, pemberkasan BAP serta

menyerahkannya kepada Jaksa Penuntut Umum tanpa keterpaduan dalam sistem

pelaksanaannya. Sehingga sering kali ditemukan konflik kewenangan penegakan

hukum perikanan pada kenyataannya di lapangan. Konflik tersebut bisa bersifat

negatif atau positif, dan seharusnya segera dicarikan jalan keluarnya secara hukum

(Han, 2010).

Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Pasal 27 ayat 1 berisi:

“Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan dilakukan olh Penyidik

Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira TNI AL, dan Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia.”

Page 3: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

Dalam keadaan yang demikian menimbulkan tumpang tindih kewenangan

dalam bidang penyidikan terhadap tindak pidana tertentu yang terjadi di wilayah

perairan laut, kemudian mengakibatkan ketidakefektifan upaya pemberantasan

tindak pidana di wilayah perairan laut apabila penanganan hukum terjadi tanpa

adanya keterpaduan antar instansi atau berjalan secara sektoral tanpa koordinasi.

Contoh, kasus tindak pidana illegal fishing yang dilakukan oleh kapal berbendera

Malaysia yang dinahkodai oleh Mr. Chat, seorang berkewarganegaraan Thailand di

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di perairan Selat Malaka. Penyidikan sebelumnya

dilakukan oleh Kepolisian Perairan (Polair) Polda Sumatra Utara, namun setelah

diketahui bahwa berdasarkan Pasal 73 ayat (2) Undang-undang No. 43 Tahun 2009,

TNI AL dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan yang lebih berhak atas kasus

tersebut, maka selanjutnya kasus diserahkan kepada pihak TNI AL untuk proses

lanjut.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja wewenang dari ketiga instansi tersebut dalam bidang

perikanan?

2. Apa saja dampak konflik kewenangan terhadap bidang perikanan?

3. Bagaimana cara mengatasi konflik kewenangan tersebut?

1.3 TUJUAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui wewenang dari ketiga instansi tersebut dalam bidang

perikanan.

2. Untuk mengetahui dampak konflik kewenangan terhadap bidang

perikanan.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi konflik kewenangan.

Page 4: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian dalam penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis

dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan smbangan pemikiran dalam

bidang akademis, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang ilmu hukum perikanan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara

menyeluruh pelaksanaan penegakan hukum di wilayah perairan laut

Indonesia.

2. Manfaat Secara Praktis Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga-

lembaga penegak hukum yang terkait, khususnya lembaga Kepolisian, TNI

Angkatan Laut, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam upaya

pemberantasan tindak pidana di wilayah perairan laut Indonesia.

Page 5: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

2. PEMBAHASAN

2.1 Wilayah Perairan Indonesia

Wilayah perairan laut Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari wilayah negara kesatuan republik Indonesia secara keseluruhan. Menurut

Undang-undang No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, menyebutkan wilayah

negara republik Indonesia meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut, dan

tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber

kekayaan yang terkandung di dalamnya. Wilayah perairan Indonesia meliputi

perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial. Selain itu Indonesia juga

memiliki wilayah yuridiksi di wilayah perairan laut di luar laut teritorial yang meliputi

Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Zona Tambahan dimana Indonesia

memiliki hak berdaulat dan kewenangan tertentu lainnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan hukum internasional.

Berdasarkan konvensi internasional PBB tentang hukum laut (United Nations

Convention on the lawof the Sea) tahun 1982, wilayah perairan laut suatu negara

harus tunduk dan berdasarkan konvensi ini, di mana konvensi PBB tetang hukum

laut tahun 1982 ini telah -diratifikasi oleh Indonesia dengan undang-undang No. 17

Tahun 1985. Selanjutnya pada tahun 1996 Indoensai telah mengundangkan

Undang-undang No. 6 tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia, di mana pasal 3 ayat

(1) Undang-undang Perairan Indoensaia menegaskan bahwa wilayah perairan

meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman.

2.2 Instansi yang Berwenang Melakukan Penyidikan Terhadap Tindak Pidana

Tertentu di Wilayah Perairan Laut Indonesia

Bahwa dalam upaya pengamanan dan penegakan hukum di wilayah perairan laut

Indonesia terdapat tiga instansi yang berwenang melakukan penyidikan yang

masing-masing didukung oleh undang-undang tersendiri, ketiga instansi tersebut

yakni Kepolisian Negara Republik Indonesia, TNI Angkatan Laut, dan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil.

Page 6: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

2.2.1 Wewenang Kepolisian RI dalam Melakukan Penyidikan Terhadap

Tindak Pidana Tertentu di Wilayah Perairan Laut Indonesia

Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara

di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Hal

ini sebagaimana di tegaskan dalam pasal 13 Undang-undang No. Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa tugas pokok

Kepolisian RI adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2. Menegakkan hukum

3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam pasal 14 huruf g Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, berbunyi “Kepolisian Negara Republik

Indonesia bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua

tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya”.

Pasal 72 Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan

menyatakan bahwa Penyidikan dalam perkara tindak pidana di bidang

perikanan, dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-undang ini. Adapun yang dimaksud dengan

hukum acara yang berlaku adalah sebagaimana yang terdapat di dalam

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), sedangkan menurut

KUHP yang berwenang melakukan penyidikan salah satunya adalah Pejabat

Kepolisian Republik Indonesia. Sedangkan pasal 73 ayat (1) undang-undang

perikanan juga menyatakan bahwa Penyidikan tindak pidana di bidang

perikanan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira

TNI Angkatan Laut, dan Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Selain itu

pasal 282 ayat (1) undang-undang No. 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran

juga memberikan kewenangan kepada pejabat polisi Negara Republik

Indonesia untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang

pelayaran.

Page 7: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

Selain itu, kepolisian juga berwenang melakukan penyidikan terhadap

tindak pidana di wilayah perairan laut Indonesia yang berkaitan dengan

pencemaran lingkungan dan konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 94 Undang-undang

No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup, bahwa

kepolisisan berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana

lingkungan hidup.

2.2.2 Wewenang TNI Angkatan Laut dalam Melakukan Penyidikan

Terhadap Tindak Pidana Tertentu di Wilayah Perairan Laut

Indonesia

Dalam skala universal TNI Angkatan Laut memiliki tiga peran yaitu

peran militer, peran polisionil, dan peran diplomasi. Peran polisionil

dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum di laut, melindungi

dumberdaya dan kekayaan laut nasional, serta memelihara keamanan dan

ketertiban di laut. Secara yuridis formal, ketiga peran ini telah

diimplementasikan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang tugas TNI Angkatan Laut.

Pasal 9 Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI

menegaskan bahwa salah satu tugas TNI Angkatan Laut adalah

menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yuridiksi

nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum Internasional

yang telah diratifikasi. Yang dimaksud tugas menegakkan hukum dan

menjaga keamanan adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan

dengan penegakan hukum di laut sesuai dengan kewenangan TNI Angkatan

Laut (constabulary function) yang berlaku secara universal dan sesuai

dengan ketentuan undang-undang yang berlaku untuk mengatasi ancaman,

tindakan kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah

laut yuridiksi nasional. Namun penegakan hukum yang dilaksanakan oleh

TNI Angkatan laut adalah terbatas dalam lingkup pengejaran, penangkapan,

penyelidikan, dan penyidikan perkara yang selanjutnya diserahkan kepada

kejaksaan untuk dilakukan penuntutan. Sesuai dengan pasal 284 ayat (2)

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), menyatakan KUHAP

Page 8: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

berlaku untuk semua tindak pidana, dengan pengecualian untuk sementara

mengenai ketentuan khusus acara pidanayang juga dinyatakann dalam

undang-undang tertentu. Dengan demikian pasal 6 ayat (1) KUHAP

menyatakan bahwa penyidik adalah pejabat kepolisian dan pejabat pegawai

negeri sipil tertentu. Dengan demikian maka dalam penyelesaian perkara

tertentu dalam penerapan dan penegakan hukumnya memuat acara

tersendiri sebagai ketentuan khusus.

Selain berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di

bidang perikanan dan pelayaran, TNI Angkatan Laut juga berwenang

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di wilayah perairan laut yang

berkaitan dengan pencemaran lingkungan dan konservasi sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya, sebagaimana dinyatakan pada pasal 39 ayat (2)

undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya, bahwa kewenangan penydik kepolisian dan

pejabat pegawai negeri sipil dalam melakukan penyidikan terhadap tindak

pidana di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,

tidak mengurangi kewenangan penyidik sebagaimana yang diatur dalam

Undang-undang Perikanan. Sedangkan menurut Undang-undang No. 5

Tahun 1983 pasal 14 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia memberikan

kewenangan penuh kepada Perwira TNI Angkatan Laut untuk melakukan

penyidikan penyidikan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Kewenangan TNI Angkatan Laut ini juga diperkuat dengan peraturan

perundang-undangan lainnya yang mengatur masalah perairan Indonesia

seperti Undang-undang No. 6 tahun 1996 tentang perairan Indonesia hingga

konvensi-konvensi Internasional seperti UNCLOS 1982.

Page 9: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

2.2.3 Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam Melakukan

Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Tertentu di Wilayah Perairan

Laut Indonesia

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada pasal 6 ayat (1)

undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyatakan bahwa penyidik

adalah

1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

khusus oleh undang-undang.

Undang-undang No. 31 tahun 2004 Tentang Perikanan, sebagaimana

telah diperbaharui dengan Undang-undang No. 45 tahun 2009, memberikan

wewenang kepada penyidik pegawai negeri sipil perikanan untuk melakukan

penyidikan terhadap tindak pidana perikanan baik di wilayah laut teritorial

Indonesia maupun di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Berdasarkan pasal 282 ayat (1) undang-undang No. 17 tahun 2008

tentang Pelayaran, penyidik pegawai negeri sipil berwenang melakukan

penyidikan terhadap tindak pidana di bidang pelayaran. Selain itu, dalam

tindak pidana di bidang pencemaran lingkungan hidup dan konservasi

sumberdaya alam hayati di wilayah perairan laut, penyidik pegawai negeri

sipil juga diberi wewenang untuk melakukan penyidikan, sebagaimana

ditegaskan dalam pasal 39 ayat (1) Undang-undang No. 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pasal 94

ayat (1) Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.3 Dampak Konflik Kewenangan Terhadap Bidang Perikanan

Dalam dunia hukum kita mengenal ada tiga sumber kewenangan, yaitu

Kewenangan Atribusi, Delegasi dan Mandat. Dikaitkan dengan ini maka

kewenangan penegakan hukum perikanan oleh ketiga instansi penegakan hukum

perikanan tersebut yang bersumberkan pada UU No.31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, maka kewenangan tersebut merupakan kewenangan Atribusi.

Secara hukum ketiga instansi penegak hukum perikanan tersebut sama-

sama berwenang untuk membuat aturan hukum yang bersifat regulasi dalam

Page 10: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

menjalankan kewenangannya untuk menegakkan hukum perikanan. Pembentukan

aturan hukum regulasi tersebut harus berdasarkan UU No.10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, karena perlu kita sadari bahwa

seluruh tindak pemerintahan di bidang penegakan hukum harus berdasarkan pada

asas legalitas (berdasarkan pada aturan hukum yang jelas).

Perlu diketahui bahwa konflik kewenangan ini tidak hanya bersifat negatif

melainkan konflik kewenangan bersifat positif (sama-sama berwenang). Sebagai

ilustrasi contoh konflik kewenangan secara negatif, berdasarkan informasi dari

masyarakat pada titik koordinat tertentu telah terjadi penangkapan ikan secara illegal

(tanpa izin). Informasi tersebut diinformasikan pada ketiga instansi penegak hukum

perikanan, yaitu instansi DKP, TNI AL dan Kepolisian secara bersamaan, lalu ketiga

instansi tersebut menurunkan armadanya masing-masing untuk melakukan

penangkapan, dan bertemulah ketiga armada tersebut di tengah-tengah laut,

walaupun tidak terjadi pertengkaran/perkelahian, dengan adanya tindakan sama-

sama menurunkan armada berarti telah terjadi kerugian materi untuk melakukan

tindakan yang sia-sia tidak menentu. Ilustrasi contoh konflik kewenang-an secara

positif diantaranya ketiga instansi tersebut sama-sama berwenang membuat BAP

dan menyerahkannya ke Jaksa Penuntut Umum.

Apabila instansi-instansi penegak hukum perikanan berjalan sendiri-sendiri

tanpa ada keterpaduan sistem, hal ini dapat membuka pintu Kolusi Korupsi dan

Nepotisme (KKN) serta dapat menimbulkan tindakan penyalahgunaan wewenang

dan tindakan sewenang-wenang oleh ketiga instansi penegak hukum perikanan itu

2.4 Cara Mengatasi Konflik Kewenangan di Bidang Perikanan

Penyelesaian konflik konflik kewenangan ini perlu dilakukan dengan

pendekatan hukum. Perlu dibentuk suatu forum koordinasi seperti yang telah

ditentukan dalam pasal 73 ayat (3) UU No.31 tahun 2004 tentan Perikanan.

Meskipun pada kenyataannya telah dikeluarkan peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. PER. 18/MEN/2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak

Pidana di Bidang Perikanan, belumlah dapat menyelesaikan konflik kewenangan

dalam penegakan hukum perikanan. Dilihat dari kewenangan kelembagaan jelas

Forum Koordinasi tidak mempunyai wewenang kelembagaan artinya apabila salah

Page 11: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

satu dari ketiga instansi penegak hukum perikanan tersebut tidak melakukan

koordinasi maka tidak ada akibat hukumnya.

Kenyataan yang ada di lapangan penegakan hukum perikanan dilakukan

tanpa koordinasi dan berjalan sendiri-sendiri (sektoral) tanpa ada keterpaduan

sistem. Oleh karena itu perlu adanya lembaga pengawasan penegakan hukum

perikanan serta perlu adanya keterpaduan sistem (Integrated System) dalam

pelaksanaannya. Keterpaduan sistem itu misalnya dengan Online Integrated

System. Contohnya apabila salah satu instansi penegak hukum perikanan tersebut

melakukan penangkapan terhadap kapal yang melakukan illegal fishing, instansi lain

juga bisa memonitor tindakan itu. Bahkan instansi Kejaksaan dan Pengadilan

Perikanan juga bisa memantau. Sehingga otomatis juga akan terjadi suatu

pengawasan terhadap ketiga instansi penegak hukum perikanan tersebut. Apabila

dengan cara online integrated system ini belum bisa dilaksanakan, maka perlu kita

pikirkan untuk membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang dibentuk

dengan Undang-undang dan laporan pertanggung jawabannya langsung ke DPR.

Untuk menyelesaikan konflik kewenangan dalam penegakan hukum Perikanan

sekiranya perlu adanya revisi terhadap Undang-undang No.31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, dan dengan menambahkan pembagian kewenangan secara jelas serta

dilengkapi dengan mekanisme kerja yang pasti dan memasukkan sistem penegakan

hukum perikanan secara terpadu yang dilengkapi dengan lembaga pengawasan

dalam penegakan hukum perikanan, untuk menghindari terjadi konflik kewenangan

seperti yang terjadi sekarang ini.

Page 12: Makalah Hukum Peraturan Kelautan Dan Perikanan

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat tiga instansi yang berwenang dalam penegakan hukum perikanan

berdasarkan ketentuan Pasal 73 UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yaitu

instansi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Laut (TNI AL), Kepolisian Negara RI. Ketiga instansi tersebut sama-sama

berwenang dalam menangani perkara yang sama dan berjalan secara sendiri-sendiri

tanpa adanya keterpaduan sistem dalam pelaksanaannya, artinya sama-sama

berwenang melakukan penyidikan serta sama-sama berwenang mela-kukan

pemberkasan BAP dan menyerahkannya kepada Jaksa Penuntut Umum tanpa

adanya pembagian kewenangan secara jelas serta tanpa adanya mekanisme kerja

yang pasti.

Ketiga instansi tersebut menyatakan instansinya sama-sama berwenang

dalam penegakan hukum perikanan serta tanpa adanya keterpaduan sistem dalam

pelaksanaannya. Hal inilah yang disebut sebagai konflik kewenangan dalam

penegakan hukum perikanan.

Walaupun tidak terjadi pertengkaran/perkelahian, dengan adanya tindakan

sama-sama menurunkan armada berarti telah terjadi kerugian materi untuk

melakukan tindakan yang sia-sia tidak menentu.

Untuk menyelesaikan konflik kewenangan dalam penegakan hukum

Perikanan sekiranya perlu dilakukan revisi terhadap Undang-undang No.31 Tahun

2004 tentang Perikanan, dan dengan menambahkan pembagian kewenangan

secara jelas serta dilengkapi dengan mekanisme kerja yang pasti dan memasukkan

sistem penegakan hukum perikanan secara terpadu yang dilengkapi dengan

lembaga pengawasan dalam penegakan hukum perikanan.

3.2 Saran

Untuk menangani masalah kewenangan tersebut diharapkan ketiga instansi

tersebut dapat membuat batasan atau mengadakan penyidikan yang terpadu agar

tidak terjadi konflik berkepanjangan yang menyebabkan masalah perebutan

kewenangan di bidang Perikanan.