makalah hpi

15
MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI, SEWA MENYEWA, UPAH MENGUPAH DAN HUTANG PIUTANG Ditujukan untuk memenuhi Tugas Hukum Perdata Islam DOSEN PENGAMPU : Dr. Maeysaroh, M.Ag DISUSUN OLEH : RIFQI MAULANA (20120730141) YUSUF WANANDI (20120730122) LAILI A’YUNINA W (20120730150) YUNITA MURYASARI (20120730233) EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

Upload: fauzi-rabbani

Post on 22-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

goo

TRANSCRIPT

Page 1: makalah HPI

MAKALAH

TRANSAKSI JUAL BELI, SEWA MENYEWA, UPAH MENGUPAH

DAN HUTANG PIUTANG

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Hukum Perdata Islam

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Maeysaroh, M.Ag

DISUSUN OLEH :

RIFQI MAULANA (20120730141)

YUSUF WANANDI (20120730122)

LAILI A’YUNINA W (20120730150)

YUNITA MURYASARI (20120730233)

EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014/2015

Page 2: makalah HPI

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi,

mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktek yang merupakan hasil

interaksi sesama manusia untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan. Islam pun

mengatur permasalahan ini dengan rinci dan seksama sehingga ketika mengadakan transaksi

jual beli, sewa menyewa, upah mengupah dan hutang piutang manusia mampu berinteraksi

dalam koridor syariat dan terhindar dari tindakan-tindakan aniaya terhadap sesama manusia.

Kejadian semacam ini akan terus terjadi pada masyarakat dalam irama saling

melengkapi. Allah SWT yang Maha Tahu benar-benar memperhatikan kejadian ini hingga

menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad SAW untuk mengatur tentang ini semua agar

transaksi dan interaksi yang seharusnya  saling menguntungkan ini tidak berubah menjadi

suatu kedholiman

Untuk lebih jelasnya, didalam makalah ini akan dibahas permasalahan jual beli, sewa

menyewa, upah mengupah dan hutang piutang yang meliputi pengertian, dasar hukumnya

dan hal-hal yang dapat membatalkannya.

Page 3: makalah HPI

BAB II

PEMBAHASAN

1. JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli (Al-Ba’i)

          Secara etimologis jual beli berasal dari bahasa arab al-bai’ yang makna

dasarnya adalah menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Dalam praktiknya, bahasa ini terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni

kataas-syira’ ( beli ). Maka kata al-bai’ berarti jual sekaligus berarti beli.

Sedangkan secara termologis, para ulama memberikan definisi yang berbeda.

Dikalangan ulama’ Hanafiyah terdapat dua definisi jual beli adalah :

a. Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.

b. Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu

yang bermanfaat.

Ulama’ madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali memberikan pengertian, jual beli

adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan

pemilikan .

Pengertian ini menekankan pada aspek milik kepemilikan, untuk membedakan

dengan tukar menukar harta/barang yang tidak mempunyai akibat milik kepemilikan

seperti sewa menyewa. Harta yang dimaksud adalah harta dalam pengertian luas, bisa

berupa barang atau jasa.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Islam memandang jual beli merupakan sarana tolong menolong antar sesama

manusia. Orang yang sedang melakukan transaksi jual beli tidak hanya dilihat sebagai

orang yang mencari keuntungan semata, akan tetapi juga dipandang sebagai orang

yang sedang membantu saudaranya. Bagi penjual, ia sedang memenuhi kebutuhan

barang yang dibutuhkan oleh saudaranya (pembeli). Sedangkan bagi pembeli, ia

sedang memenuhi kebutuhan akan keuntungan yang sedang dicari oleh penjual. Atas

dasar aktivitas jual beli ini merupakan aktivitas mulia, dan Islam

memperkenankannya.

Page 4: makalah HPI

Dasar Hukum Jual Beli  :

a. QS. Al Baqoroh : 275

 Artinya : “… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

Ayat di atas adalah kelanjutan dari ayat yang mengkrtik praktik ribawi yang

dilakukan masyarakat Arab pada waktu itu. Dalam ayat itu secara eksplisit

bahwa jual beli merupakan sesuatu yang hak danIslam membolehkan.

 

b. QS. Al Baqoroh : 198

Artiya “tidak ada dosa bagimu untuk mencari  karunia ( rizki hasil perniagaan )

dari Tuhanmu maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah

kepada Allah di Masy’aril haram dan berdzikirlah ( dengan menyebut nama )

Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan kamu sebelum itu

benar-benar termasuk orang-orang yang sesat .”

Informasi tentang jual beli dalam ayat di atas dibarengkan dengan

penegasan terhadap etika dalam melaksanakan jual beli berbarengan dengan

ibadah haji. Ayat di atas muncul menceritakan tentang orang arab jahiliyyah,

sebelum mereka masuk Islam, mereka terbiasa melakukan ibadah haji sekaligus

juga melakukan perniagaan. Kemudian ketika mereka masuk ke dalam Islam,

banyak bertanya kepada Rasulullah tentang keabsahan haji yang dilaksanakan

bersamaan dengan perniagaan. Rasulullah membolehkannya asalkan tidak

melupakan esensi dari ibadah haji. Hal ini menegaskan bahwa jual beli

merupakan hal yang syah dan mulia.

c. Hadits dari Rifaah bin Rafi’ al-Bazzar dan al Hakim yang menyatakan bahwa

Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat  mengenai

pekerjaan (profesi) apa yang paling baik, Rasulullah menjawab : “ usaha tangan

manusia sendiri dan tiap jual beli yang diberkati. Maknanya adalah jual beli

yang jujur tanpa diiringi kecuranan dan mendapat berkat dari Allah SWT.

d. Hadits Rasulullah SAW tentang penghargaan terhadap seorang pedagang yang

jujur :

Rasulullah SAW bersabda bahwa seorang pedagang yang dapat dipercaya, jujur

dan muslim di akhirat akan bersama-sama dengan para syuhada’.

Page 5: makalah HPI

2. SEWA MENYEWA

A. Pengertian Sewa Menyewa

Sewa menyewa atau ijarah adalah suatu kesepakatan antara penyewa dengan

yang menyewakan sesuatu barang atau harta untuk mengambil manfaat dengan harga

tertentu dalam waktu tertentu.

Sewa menyewa dalam bahasa arab di istilahkan dengan Al ijarah. Menurut

pengertian hukum islam, sewa menyewa diartikan sebagai suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian.

B. Dasar Hukum Sewa Menyewa

Sewa-menyewa disyariatkan dalam Islam berdasarkan dalil-dalil yang

berdasarkan dari Al-Qur'an dan Al-Hadits serta ijma’ (kesepakatan para ulama).

a. Al-Qur’an

Artinya: "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah

seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku

delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu

kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya

Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik". (al-Qashash: 27)

Artinya: “kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka

berikanlah kepada mereka upahnya.” (Ath-Thalaq: 6)

b. Al-Hadits

Artinya: Dan dari Abi Said Al Hudri Radiallahu Anha bahwasanya Nabi Sallahu

Alaihi Wasallam berkata: siapa yang memperkerjakan buruh harus menetapkan

berapa upahnya (HR Abd ar-Razzaq).

c. Ijma’ (kesepakatan para ulama).

Mengenai disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, tak seorang ulama pun

yang membantah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun ada beberapa orang diantara

mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap.

C. Berakhirnya Sewa Menyewa

Akad ijarah akan berakhir apabila tidak memenuhi beberapa kriteria

diantaranya:

a. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan

hilang.

Page 6: makalah HPI

b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir. Apabila

yang disewa itu rumah, maka rumah itu dikembalikan pada pemiliknya.

c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad

ijarah, menurut mereka tidak boleh diwariskan. Sedangkan jumhur ulama,

akad ijarah tidak batal dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena

manfaat, menurut mereka boleh diwariskan dan ijarah sama dengan jual beli,

yaitu mengikat kedua belah pihak.

3. HUTANG PIUTANG

A. Pengertian Hutang Piutang

Utang piutang dalam istilah fikih disebut dengan qard. Secara etimologi qard

berasal dari kata qaradha yang sinonimnya qatha’a artinya memotong. Diartikan

demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian hartanya untuk

diberikan kepada orang yang menerima utang (muqtarid).

Utang piutang adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak, di mana

pihak pertama memberikan uang atau barang kepada pihak ke dua untuk

dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus dikembalikan

persis seperti yang ia terima dari pihak pertama.

B. Dasar Hukum Hutang Piutang

a. Dasar hukum utang piutang dalam al-Qur’an yang dicantumkan dalam surat

Al-Maidah ayat 2 menyatakan : “Hendaknya kamu tolong-menolong atas

kebaikan dan taqwa kepada Allah dan jangan kamu tolong menolong atas dosa

dan permusuhan.

b. Dasar hukum utang piutang dari hadis:

Dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda:

Tidak ada seorang muslim yang member pinjaman kepada muslim yang lain

dua kali keuali seperti sedekah satu kali. (HR. Ibnu Majah dan Ibn Hibban)

Hadis| di atas menjelaskan bahwa memberikan utang sebanyak dua kali, maka

nilainya sama dengan memberikan sedekah sekali.

c. Dasar hukum utang piutang dari Ijma’

Para ulama telah sepakat bahwa utang piutang boleh dilakukan. Kesepakatan

ulama ini didasari oleh tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dan

pertolongan orang lain. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang

Page 7: makalah HPI

yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi suatu

bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat

memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.

C. Berakhirnya Hutang Piutang

Utang piutang dinyatakan berakhir atau selesai apabila waktu yang disepakati

telah tiba dan orang yang berutang telah mampu melunasi utangnya. Dalam keadaan

yang demikian, maka seseorang yang berutang wajib melunasi utang tersebut.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT, dalam QS al-Isra’ ayat 34:

Yang artinya: Dan penuhilah janji, Sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa janji adalah suatu kewajiban yang

yang harus segera diwujudkan apabila telah mencapai waktunya, karena setiap janji

akan dimintai pertanggungjawabannya baik di dunia dan di akhirat.

4. UPAH MENGUPAH

A. Pengertian Upah Mengupah

Upah mengupah (ijaratu al-ajir) adalah memberikan suatu jasa (berupa tenaga

maupun keahlian) pada pihak tertentu dengan imbalan sejumlah upah (ujrah). Upah

mengupah disebut juga dengan jual beli jasa. Misalnya ongkos kendaraan umum,

upah proyek pembangunan, dan lain-lain.

Hadits Rasulullah saw tentang upah yang diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa

Rasulullah s.a.w bersabda : “ Mereka (para budak dan pelayanmu) adalah saudaramu,

Allah menempatkan mereka di bawah asuhanmu; sehingga barang siapa mempunyai

saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang

dimakannya (sendiri) dan memberi pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri); dan

tidak membebankan pada mereka dengan tugas yang sangat berat, dan jika kamu

membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka

(mengerjakannya).” (HR. Muslim).

Dari hadits di atas, maka dapat didefenisikan bahwa Upah adalah imbalan

yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia

(Adil dan Layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akhirat (imbalan yang lebih

baik).

Page 8: makalah HPI

B. Dasar Hukum Upah Mengupah

a. Al-Qur’an

Allah Swt berfirman

“apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telahmenentukan

antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah

meninggikan sebahagian mereka atas sebagianyang lain beberapa derajat, agar

sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat

Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Q.S. Az Zukhruf 43 :

32)

b. as-Sunnah

Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman

yangtumbuh. Lalu Rasulullah Saw melarang kami cara itu dan memerintahkan

kami agar membayarnya dengan dinar dan dirham. (HR. Ahmad dan Abu

Dawud)

Rasulullah Saw bersabda, “Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum

keringatnya kering”. (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah Saw bersabda, “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu

upahnya kepada orang yang membekamnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang meminta menjadi buruh (pekerja),

beritahukanlah upahnya”. (HR. Abd Razaq dari Abu Hurairah)

Page 9: makalah HPI

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jual beli dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-bai’. Secara terminology

jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak

pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya. Menurut syari’at

islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan

hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

Sewa menyewa atau ijarah adalah suatu kesepakatan antara penyewa dengan

yang menyewakan sesuatu barang atau harta untuk mengambil manfaat dengan harga

tertentu dalam waktu tertentu.

Upah mengupah adalah memberikan suatu jasa (berupa tenaga maupun

keahlian) pada pihak tertentu dengan imbalan sejumlah upah. Upah mengupah disebut

juga dengan jual beli jasa.

Utang piutang adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak, di mana

pihak pertama memberikan uang atau barang kepada pihak ke dua untuk

dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus dikembalikan

persis seperti yang ia terima dari pihak pertama.

Page 10: makalah HPI

DAFTAR PUSTAKA

R. Abdul Djamali, S.H. , Hukum Islam (Asas-asas, Hukum Islam I, Hukum Islam II), CV.

Mandar Maju, Bandung : 1992

A Zainuddin, S.Ag. , AL-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak), CV. Pustaka Setia, Bandung

cetakan I, 1999 M

Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A. , Hukum Perdata Islam di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta : 2006

Djuwaini, Dimyauddin. 2008, Fiqh Muamalah.

http://boxbookk.blogspot.com/2013/01/makalah-jual-beli-dalam-hukum-islam.html

http://perdaataislam.blogspot.com/2013/08/utang-piutang-dalam-islam-qard.html

http://perdaataislam.blogspot.com/2013/08/sewa-menurut-hukum-islam-ijarah.html