makalah heat treatment.pdf

13
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatNya, penyusunan Makalah Heat Treatment dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Metalurgi Teknik sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami  perlukan untuk kesempurnaan tulisan ini. Untuk i tu penulis mengucapkan terima kasih. Penulis 

Upload: arieff-budy

Post on 17-Oct-2015

1.166 views

Category:

Documents


204 download

DESCRIPTION

Makalah Heat Treatment

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas

    rahmatNya, penyusunan Makalah Heat Treatment dapat diselesaikan.

    Makalah ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah

    Metalurgi Teknik sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan

    lancar, serta pada akhirnya tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini

    dapat dicapai.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan

    dan kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga

    rekan sejawat terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami

    perlukan untuk kesempurnaan tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan

    terima kasih.

    Penulis

  • Daftar Isi

    KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

    DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

    BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    A. LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    B. RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    C. TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    BAB II ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

    A. Transformasi Fasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

    B. Case Hardening . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

    C. Proses-proses Heat Treatment . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

    BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

    KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

    DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan

    pembuatan ogam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya

    proses dan alur yang harus dilalui untuk memperoleh suatu produk logam yang

    mempunyai kualitas tinggi, baik dari segi mekanik, fisik maupun kimianya.

    Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaanya.

    Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik. Sifat-sifat mekanik

    yang dimiliki oleh logam antara lain kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan,

    mampu bentuk, dan mampu las. Sifat-sifat mekanik tersebut dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, antara lain komposisi kimia, perlakuan yang diberikan, dan

    struktur butirnya.

    Struktur butir yang terdapat pada suatu logam dipengaruhi oleh perlakuan

    yang diterima oleh logam tersebut, yang akan mempengaruhi pada sifat mekanik

    logamnya, misalnya pengerolan pada suatu logam maka struktur butir logam

    tersebut akan laminar (memanjang) dan sifat kekerasannya akan naik. Contoh lain

    hasil dari heat treatment, dengan mengamati struktur butirnya selain gambaran

    sifat mekaniknya yang dapat diketahui, fasa yang ada juga dapat diketahui.

    Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari

    pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu

    untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan

    panas dilakukan untuk mendapatkan mikro struktur logam yang seragam,

    meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan (untuk finishing

    product), serta sifat mampu las, sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk dan dapat

    mengurangi tegangan sisa (untuk produk setengah jadi), yang muncul dari hasil

    pengerjaan logam tersebut sebelumnya.

  • B. Rumusan Masalah

    1. Transformasi Fasa

    2. Case Hardening

    3. Proses-proses Heat Treatment

    C. Tujuan

    1. Dapat menjelaskan tujuan dari Heat Treatment

    2. Menjelaskan prosedur proses heat Tretmen

  • BAB II

    A. Transformasi Fasa

    Pada perlakuan panas sangat berkaitan erat dengan transformasi fasa

    biasanya setelah diberikan perlakuan logam tersebut pasti akan berubah fasanya.

    Proses perlakuan panas biasanya berupa pemanasan dan pendinginan. Pada besi

    baja proses pemanasan biasanya dilakukan pada suhu austenit yang akan

    bertransformasiselama proses pendinginan, pemberian waktu tahan (holding time)

    bertujuan untuk memberikan kesempatan atom-atom untuk menghomogenkan

    austenit.

    Pendinginan akan menyebabkan austenite bertransformasi dan struktur

    mikro yang terbentuk sangat tergantung pada laju pendinginan. Besi dikenal

    sebagai suatu logam yang memiliki sifat allotropi, memmiliki lattice yang

    berbeda, besi memiliki tiga macam modifikasi allotropi. Besi cair akan mulai

    membeku pada suhu 1535 0C menjadi besi delta () dengan struktur BCC. Pada

    14000C akan mengalami trasnformasi menjadi besi gamma () yang biasa disebut

    austenit dengan struktur FCC. Besi austenit ini tetap stabil sampai temperatur

    9100C,dimana terjadi transformasi lagi menjadi besi alpha non magnetic () yang

    berstruktur BCC.

    Pada pendinginan selanjutnya sudah tidak ada lagi perubahan transformasi

    fasa. Pada 768 0C terjadi perubahan menjadi besi alpha non magnetic menjadi

    alpha magnetic, tetapi tidak terjadi perubahan struktur kristal. Setiap proses

    transformasi selalu mengalami penghentian penurunan temperatur yang ditandai

    oleh garis mendatar, yang menunjukan proses berlangsung secara isotermal.

    Tiap bentuk allotropi besi mempunyai kemampuan melarutkan karbon yang

    berbeda-beda. Mekanisme transformasi struktur dalam baja dipengaruhi

    pengaturan temperatur pemanasan, waktu pendinginan, dan unsur paduan yang

    terkandung dalam baja. Untuk mempelajari perlakuan panas maka terlebih dahulu

    harus mempelajari karakteristik baja selama proses transformasi selama

    pemanasan maupun pendinginan karena hal itu dapat memprediksi struktur mikro

    yang terbentuk.

  • Transformasi fasa baja pada saat pemanasan pada baja hipoeutektoid terdiri

    dari butir kristal ferrit dan perlit, bila pemanasan mencapai garis A1 maka perlit

    akan mengalami reaksi eutektoid secara isotermal reaksinya sebagai berikut :

    Ferit + Fe3C austenit

    Ferit akan bereaksi dengan sementit dari perlit membentuk austenit.

    Temperatur tidak akan mengalami kenaikan bila perlit belum habis, setelah habis

    maka akan terjadi kenaikan temperatur dan ferit proeutektoid akan mengalami

    transformasi allotropik ferit yang BCC akan menjadi austenit yang FCC. Pada

    baja hipereutektoid pada temperatur kamar struktur mikro terdiri dari perlit dan

    jaringan sementit yang membungkus butir-butir kristal perlit.

    Bila dipanaskan hingga temperatur A1 maka akan terjadi reaksi eutektoid

    seperti baja hipoeutektoid yaitu ferrit dan sementit pada perlit akan bereaksi

    membentuk austenit pada temperatur A1 austenit mengandung 0,8% karbon,

    sisanya berada pada sementit, jika temperatur dinaikan diatas A1, maka

    kemampuan austenit melarutkan karbon juga akan naik, sehingga karbon pada

    sementit sedikit demi sedikit akan larut dalam austenit sedangkan jaringan

    sementit lama-kelamaan menjadi menipis dan akhirnya pada temperatur Acm

    jaringan sementit akan habis, struktur seluruhnya sudah menjadi austenit.

    Austenit yang tebentuk belum homogen, dimana pada baja hipoeutektoid

    austenit dari perlit mengandung 0,8% C sedangkan yang berada pada ferit kadar

    karbon jauh lebih sedikit. Pada baja hipereutektoid austenit awalnya mengandung

    0,8%C dari perlit, namun akan bertambah dari karbon yang larut dari jaringan

    sementit yang berada di sekitar austenit.

    Pada transformasi pendinginan biasanya pendinginan dilakukan setelah

    dilakukan pemanasan sampai mencapai temperatur austenit dan ditahan pada

    temperatur tersebut kemudian dilakukan pendinginan dengan laju pendinginan

    tertentu.

    Struktur mikro yang terbentuk setelah pendinginan akan tergantung pada

    laju pendinginan. Sehingga akan dapat diprediksi sifat mekanis apa yang

    diharapkan. Transformasi fasa pada saat pendinginan memegang peranan penting

    terhadap sifat baja yang diberikan suatu perlakuan panas. Austenit dari baja

    hipoeutektoid bila didinginkan dengan lambat, pada temperatur kritis A3 mulai

  • terbentuk inti kristal ferit yang tumbuh pada batas butir kristal austenit.

    Transformasi ini terjadi karena austenit mengalami perubahan allotropik dari besi

    gamma menjadi besi alpha.

    Karena ferit hanya dapat melarutkan karbon dalam jumlah yang sedikit maka

    kandungan karbon dalam austenite akan semakin besar bila ferit yang tumbuh

    makin banyak (ditandai dengan turunnya temperatur), besarnya kandungan karbon

    dalam austenit dengan menurunnya temperatur mengikuti garis A2, sehingga pada

    saat temperatur mencapai titik A1 komposisi eutektoid dan selanjutnya austenit

    akan bertransformasi manjadi ferrit. Gambar 1. dibawah ini adalah gambar

    diagram Fe-Fe3C.

    Ketika logam mengalami perlakuan panas adanya unsur-unsur paduan

    mempengaruhi peningkatan kekerasan dan kekuatan hasil perlakuan panas.

    Unsur-unsur paduan yang mempengaruhi kekerasan dan kekuatan hasil perlakuan

    panas adalah sebagai berikut :

    1. Chromium : pengaruhnya untuk meningkatakan tegangan dan kekerasan,

    membentuk kekerasan dan menyetabilkan karbida.

  • 2. Phospor : meningkatkan tegangan dan hardenability, mengurangi keuletan dan

    ketangguhan.

    3. Magnesit : pengaruhnya untuk meningkatakan tegangan dan kekerasan,

    membentuk karbit, meningkatkan hardenability, range perpindahan panas

    4. Silikon : berpengaruh untuk menegangkan pearlit dan cenderung menguatakan

    pearlit selalu untuk mengembang karena unsur ini digunakan sebagai oksida

    magnesit.

    5. Tungsten : berpengaruh untuk membentuk kekerasan dan menyetabilkan karbit,

    menaikan range dari temperatur dan temperatur tempering

    6. Vanadium : berpengaruh untuk menguatkan karbida, membentuk element.

    Tidak digunakan sebagai unsur yang berdiri sendiri, tapi untuk menggabungkan

    karbida ke austenit pada stainless steel.

    7. Molybdenum : menguatkan karbit dan membentuk element, dan juga

    meningkatkan temperatur tinggi pada gaya creep.

    B. Case Hardening

    Pengerasan permukaan adalah proses laku panas untuk mendapatkan

    kekerasan pada bagian permukaannya saja sedang bagian dalam tetap berada pada

    sifat semula yaitu keuletan maupun ketangguhan yang tetap tinggi. Jenis-jenis dan

    mekanisme dari case hardening antara lain :

    a.Karburising, mekanismenya adalah dengan menambahkan karbon, kemudian

    melakukan pengerasan dengan kuens (pendinginan cepat).

    b. Nitriding, proses thermokimia ferritik dimana atom nitrogen berdifusi pada fase

    ferrit dalam dapur pada suhu 500-5900C dan atmosfirnya mengandung Nat,dan

    akan bereaksi dengan unsur yang ada dalam baja membentuk nitride, dan tidak

    ada lagi transformasi lagi yang terjadi.

    c. Cyaniding atau carbonitriding, mekanismenya adalah dengan menambahkan

    cyanida dan karbon, kemudian melakukan pengerasan dengan kuens (pendinginan

    cepat).

  • C. Proses-proses Heat Treatment

    Ada beberapa proses-proses pada perlakuan pada Heat Treatment yaitu sebagai

    berikut:

    1. Quenching ( pengerasan )

    Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan

    logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan

    kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya

    secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada

    kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Ini

    mencegah proses suhu rendah, seperti transformasi fase, dari terjadi hanya

    menyediakan jendela sempit waktu di mana reaksi ini menguntungkan kedua

    termodinamika dan kinetis diakses, dapat mengurangi kristalinitas dan dengan

    demikian meningkatkan ketangguhan dari kedua paduan dan plastik (dihasilkan

    melalui polimerisasi).

    Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah

    menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang

    telah larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk

    sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang

    sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.

    2. Anneling

    Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas

    temperature kritis ( 723 C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai

    temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil

    dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh

    struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.

    Tujuan proses anneling :

    a. Melunakkan material logam

  • b. Menghilangkan tegangan dalam / sisa

    c. Memperbaiki butir-butir logam.

    3. Normalizing

    Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase

    austenit yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin

    udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus

    dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam.

    Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum

    tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini

    tergantung dari kadar karbon.

    4. Tempering

    Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah

    temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan

    sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin.

    Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal ini keuletan dan

    ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan menghasilkan baja

    yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena dengan proses ini

    belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini

    tergantung oleh kadar karbon.

    Tempering dibagi dalam:

    a.Tempering pada suhu rendah(150-300C). Tujuannya hanya untuk

    mengurangi tegangan tegangan kerut dan kerapuhan dari baja. Proses ini

    digunakan untuk alat alat kerja yang tidak mengalami beban yang berat, seperti

    misalnya alat alat potong mata bor yang dipakai untuk kaca dan lain lain.

    b. Tempering pada suhu menengah(300-500C). Tujuannya menambah keuleatan

    dan kekerasannya menjadi sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat alat

    kerja yang mengalami beban berat seperti palu, pahat, pegas pegas(Mustofa

  • Ahmad Ary,2006)

    c. Tempering pada suhu tinggi(500-650C). Tujuannya untuk memberikan daya

    keuletan yang beasar dan sekaligus kekerasan menjadi agak rendah. Proses ini

    digunakan pada roda gigi, poros, batang penggerak dan lain lain

  • BAB III

    Kesimpulan

    Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari

    pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu

    untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan

    panas dilakukan untuk mendapatkan mikro struktur logam yang seragam,

    meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan (untuk finishing

    product),

  • DAFTAR PUSTAKA

    Cahyadi, Yusef (2011). Makalah Heat Treatment

    Martins M, Castelleti L C. 2005, Effect of Heat Treatment on the Mechanical

    Properties of ASTM A 890 Gr6A Super Duplex Stainless Steel. Journal of ASTM

    International.

    Martins M, Castelleti L C. 2004, Heat treatment temperature influence on ASTM

    A890 GR 6A super duplex stainless steel microstructure. Journal of ASTM

    International.

    Kotecki D J. 2010, Some Pitfalls in Welding of Duplex Stainless Steels. Soldag.

    insp. Sao Paulo.

    Budianto, Arief (2012). Heat Treatment. Dari

    http://ariffbudianto.wordpress.com/2012/04/08/heat-treatment/, Diakses tanggal

    12 April 2014