makalah harta dan kekayaan ekonomi
TRANSCRIPT
TUGAS ETIKA ADMINISTRASI
Harta kekayaan dan kegiatan ekonomi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Administrasi
Disusun Oleh
Anggota Kelompok 6
NO NAMA NIM
1 Sisca Noviasari 14020111120016
2 Firmando Santoso 14020111120017
3 Prajawan Galih P 14020111120018
4 Sherli Marintan M 14020111120019
5 Panji Yudha N 14020111120020
PROGRAM STUDI S-1 ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
1
I
PENDAHULUAN
1. Standar Kompetensi
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami pengertian harta kekayaan dan kegiatan ekonomi, pencapaian
demokrasi ekonomi, hubungan yang baik antara hak moral, hak atas harta
kekayaan kaitannya dengan kegiatan ekonomi, pengetahuan akan pentingnya
penghormatan hak-hak masyarakat, dan keadilan hak memelihara harta
kekayaan
2. Kompetensi Dasar
Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan :
1) Memahami pengertian harta kekayaan dan kegiatan ekonomi
2) Memahami demokrasi ekonomi.
3) Memahami hubungan yang baik antara hak moral, hak atas harta kekayaan
kaitannya dengan kegiatan ekonomi.
4) Memahami pengetahuan akan pentingnya penghormatan hak-hak masyarakat
5) Memahami keadilan dan pemerataan kepemilikan harta kekayaan
6) Memahami pengaturan ekonomi berkaitan dengan hak-hak, kepentingan
ekonomi dan harta kekayaan yang dibenarkan
2
II
POKOK BAHASAN
1. Harta Kekayaan dan Kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi dibentuk oleh dan berlangsung di dalam struktur-
struktur politik dan hukum. Menurut marxis, realitas ekonomi bersifat lebih
fundamental daripada manifestasinya dalam politik dan hukum. Menurut
penafsiran pengaturan politik dalam masyarakat kapitalis berfungsi melayani
kepentingan-kepentingan kaum kapitalis saja bukan setiap orang dan setiap dan
lembaga-lembaga hukum mencerminkan kekeuasaan ekonomi, bukan
mencerminkan sikap menghormati keadilan, kesamaan atau kebebasan.
Walaupun penafsiran marxis banyak mengandung kebenaran, kita dapat
mengamati bahwa kekuasaan politik dan keputusan hukum bisa membentuk
hubungan-hubungan ekonomi dan sebaliknya. Kita perlu memeriksa dan
memahami bagaimanakah masyarakat memproduksi dan mendistribusikan
kebaikan kebaikan ekonomi dan bagaimanakah masyarakat itu memberikan
kepada sejumlah orang tertentu ganjaran berupa sumber-sumber daya materi dan
merampas sumber-sumber daya materi dari sejumlah orang lainnya. Tetapi
disamping berusaha memahami cara penyelenggaraan kehidupan ekonomi, sebuah
perspektif moral tentang ekonomi berusaha pula untuk mengevaluasi realitas-
realitas yang ada pada setiap ekonomi aktual maupun alternatif-alternatif yang ada
bagi realitas-realitas itu.
2. Hak atas Harta Kekayaan ( Property Right)
Harta kekayaan bukanlah seperangkat benda melainkan seperangkat hak
dan kepentingan. Sebagian penulis tentang harta kekayaan telah mengakui bahwa
harta kekayaan adalah seperangkat hak. John Locke mendefisikan “harta
kekayaan” dalam pengertian sangat luas sehingga kata tersebut berarti hak atas
“Kehidupan, Kebebasan, dan Tanah.”
3
Penafsiran baku tentang harta kekayaan menganggap istilah tersebut
berarti hak untuk memiliki, membuang dan menjaga dari gangguan orang lain.
Tetapi harta kekayaan juga merupakan suatu kepentingan, karena jika benda-
benda yang kita miliki menjadi tidak bernilai, maka kita tidak lagi mempunyai
milik. Contohnya, pemilik mobil mempunyai kepentingan akan akan harga jual
mobilnya itu, pemilik rumah mempunyai kepentinagan akan meningkatkan harga
jual rumahnya lewat pemugaran yang terjadi dilingkungan tempat tinggalnya,
meskipun mungkin dia tidak punya hak untuk menaikkan harga rumahnya dengan
cara itu.
Di Negara yang perekonomiannya maju dan pemerintahannya berusaha
melenyapkan segala bentuk pemborosan dan penyalahgunaan sistem ekonomi
yang berlaku, harta kekayaan semakin lama semakin banyak terdiri dari yang oleh
Charles Reich disebut “Hadiah Pemerintah” karena pemerintah menyediakan
"bantuan" masyarakat, tunjangan kesehartan, asuransi pengangguran dan surat
izin berpraktek sesuai dengan profesi. Oleh banyak orang istiah hadiah pemerintah
kurang tepat, karena seperti yang diakui Reich, semua harta kekayaan adalah
dalam salah satu istilah hadiah pemerintah, hukumlah yang memungkinkan
sebuah benda fisik tertentu diperoleh atau dimiliki secara sah oleh seseorang.
Karena kekuasaan pemerintahlah yang mencegah orang tanpa harta kekayaan
mengambil atau memperlakukan seperti milik sendiri apa yang oleh hukum
ditentukan sebagai “harta kekayaan orang lain.” Pemerintah sering kali melakukan
campur tangan terhadap kebebasan orang yang tidak mempunyai harta kekayaan
untuk memperoleh apa yang dibutuhkan guna memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pokok mereka. Misalnya Perlindungan polisi dan perlindungan-perlindungan
lainnya yang disediakan pemerintah memugkinkan orang yang telah mempunyai
harta kekayaan yang disahkan oleh hukum itu untuk menggenggamnya erat-erat
atau memperolehnya lebih banyak lagi.
Pembagian harta kekayaan secara tradisional adalah antara umum/public
dan swasta/privat, antara politik dan ekonomi, antara “kedaulatan” dan “harta
kekayaan.” Pembagian seperti ini dilandasi oleh mitos bahwa yang memberikan
paksaan pada kita adalah kekuasaan politik bukan kekuasaan ekonomi.
4
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Morris Cohen ketika dia menyelidiki kontras
tadi, harta kekayaan merupakan kekuasaan yang memaksakan jasa dan kepatuhan,
seperti halnya kedaulatan politik, contoh seorang majikan bisa memaksakan
kehendaknya kepada kita tanpa kita bisa menentangnya.
Kita harus membedakan antara hak untuk memiliki atau melakukan
sesuatu disatu pihak dan hak untuk mencoba memiliki atau melakukan sesuatu
dipihak lain. Contoh tentang dua orang yang pada saat bersamaan melihat uang
sepuluh dollar tergeletak dijalan yang mereka lewati, maka kedua orang itu
mempunyai hak untuk mencoba menjadi orang yang pertama yang mengambil
uang itu dan memilikinya dan tidak mempunyai kewajiban untuk tidak mencoba
menjadi orang yang pertama yang mengambil uang itu dan memilikinya. Dan
mereka sama-sama tidak berhak memiliki uang itu sebelum berlomba untuk
menjadi yang pertama mengambilnya meskipun mereka sama-sama berhak untuk
mencoba mengambilnya. Ini merupakan contoh dari situasi persaingan ekonomi.
Para kampium hak atas harta kekayaan yang paling konservatif setuju bahwa
kaum miskin dan para pengagguran perlu mempunyai hak untuk untuk mencoba
memperoleh apa yang nereka butuhkan untuk hidup. Masalah yang perlu
diperdebatkan adalah apakah kita perlu mempunyai hak hukum untuk tidak saja
mencoba memiliki, melainkan untuk benar-benar memiliki makanan, perumahan,
pakaian dan pekerjaan.
2.1. Dasar pembenaran moral
Harta kekayaan merupakan seperangkat hak dan kepentingan. Dengan
pernyataan seperti tersebut, menimbulkan pertanyaan apakah segala hak dan
kepentingan yang merupakan harta kekayaan itu bisa dibenarkan secara moral ?
yang oleh masyarakat diputuskan sebagai hak-hak hukum dan kebijakan-
kebijakan masyarakat mengenai kepentingan atau mungkin tidak mencerminkan
ketentuan moralitas. Dalam sebuah makalah karya A.M. Honore, kita dapat
menganalisis hak-hak apakah yang akan diajurkan oleh moralitas sebagai hak-hak
atas harta kekayaan yang sah, yang sangat berbeda dari hak-hak sejenisnya yang
selama ini dianggap lazim oleh masyarakat. Misalnya, berpandangan bahwa orang
5
mempunyai hak untuk mempergunakan harta kekayaannya tetapi tidak
mempunyai hak untuk membuang harta kekayaannya seenaknya saja, atau
mungkin kita akan memasukkan ke dalam skema hak atas harta kekayaan kita
sebuah ketentuan moral bahwa orang perlu membagi kelebihan harta kekayaannya
dengan orang lain yang membutuhkan.
Sebuah pertanyaan berbeda yang terpisah, tetapi fundamental adalah
apakah harta kekayaan “ada” tanpa pemerintah dan hukum. Jika ada hak moral
atas harta kekayaan mungkin bisa kita tegaskan bahwa pernyataan atas harta
kekayaan bisa bersifat absah walaupun tidak tersedia satupun mekanisme
penyelenggaraan yang bisa disediakan oleh sistem hukum. Seandainya kita bisa
menetapkan hak-hak moral atas harta kekayaan, tentunya kita bisa meminta
peraturan-peraturan hukum untuk mencerminkan dan menghormati hak-hak ini,
dan seandainya kita bisa menetapkan kepentingan-kepentingan atas harta
kekayaan yang bisa dibenarkan secara moral, tentunya kita bisa meminta
disediakannya lembaga-lembaga politik dan ekonomi yang akan mempermudah
diwujudkannya kepentingan-kepentingan tersebut.
Tidak adanya sistem hukum yang bisa diselenggarakan untuk mengubah
hak moral menjadi hak hukum, maka hak-hak hukum semacam itu tidak ada.
Dengan kata lain, hak yang “hanya” merupakan hak moral, atau sebagian disebut
sebagai hak asasi manusia, yang menurut falsafah politik tradisional “hak-hak
alamiah” tidak benar merupakan hak.
Jika menyelidiki masalah-masalah tersebut lebih lanjut, bisa didapat
sebuah pendapat bahwa eksistensi hak tidak dapat ditentukan oleh apakah hak itu
diselenggarakan apa tidak. Jika kita mampu menegaskan pernyataan kita tentang
hak, hal ini seringkali berarti bahwa kita mampu berargumen tentang apakah yang
seharusnya dilakukan oleh sistem hukum, biarpun sistem hukum mungkin belum
pernah melakukannya. Paksaan digunakan untuk menghormati hak, bukanlah ciri
yang termasuk dalam konsep kita tentang “sebuah hak”. Paksaan perlu
dipergunakan untuk menghormati hak bukanlah ciri dari semua hak.
Hak merupakan karunia yang utama yang dihasilkan oleh peraturan-
peraturan atau prinsip-prinsip yang bisa dibenarkan. Hak yang dimiliki oleh
6
seseorang merupakan kewajiban bagi orang lain misalnya hak seseorang untuk
tidak diserang merupakan kewajiban bagi orang lain untuk tidak menyerangnya.
Kewajiban yang dihasilkan hak itu bisa berupa kewajiban untuk tidak
mengadakan campur tangan dan kewajiban untuk membantu, misalnya hak
seorang anak untuk hidup menghasilkan kewajiban bagi orang lain untuk memberi
anak makanan dan tempat tinggal.
Hak ialah bahwa hak perlu dihormati karena dia adalah hak dan tidak perlu
dibela dengan cara menghitung konsekuensi-konsekuensinya. Hal ini berlaku bagi
hak-hak hukum tertentu yang mencerminkan hak-hak moral maupun pada tingkat
memutuskan ada tidaknya hak moral jenis tertentu. Yang menjadi dasar utama
bagi penegasan klaim atas hak adalah kebebasan, keadilan, kemerataan, dan
martabat. Hak moral dihasilkan oleh prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan
moral, sedangkan hak hukum dihasilkan oleh peraturan-peraturan atau prinsip-
prinsip hukum.
Hak tidak bersifat mutlak. Hak prima facie yaitu pada pandangan pertama
tampak sebagai hak, mungkin perlu digeser kedudukannya oleh hak-hak lain yang
lebih kuat. Apabila dua hak bertentangan, kita memerlukan prinsip-prinsip atau
peraturan-peraturan tambahan untuk menentukan prioritas, misalnya apabila
terdapat pertentangan antara hak orang untuk memperoleh apa yang telah
dijanjikan dan hak orang untuk tidak dibunuh, kita mungkin berpendapat bahwa
pada umumnya hak yang kedua memiliki prioritas atas hak yang pertama. Jadi
jika diaplikasikan kedalam contoh nyata, kita memutuskan untuk tidak memutus
aliran listrik di rumah pada pagi hari walaupun kita telah berjanji pada pemilik
rumah untuk melakukan itu, jika melakukan itu akan menyebabkan meninggalnya
seorang pasien penyakit berat yang ada di rumah tersebut. Kita dapat memakai
prinsip-prinsip yang selalu memberikan prioritas tinggi kepada sejumlah hak,
misalnya hak untuk hidup dan hak atas kebebasan. Namun, hak-hak inipun tidak
bersifat mutlak, dan untuk menafsirkan hak-hak ini kita perlu terlebih dahulu
memahami makna-makna dan prioritas serta rincian aspek dan ketentuan yang
ada.
7
Hak moral perlu dihormati karena dia adalah hak moral, bukan karena dia
dihasilkan oleh prinsip-prinsip yang sah. Hak moral tidak memerlukan
pembenaran lebih lanjut. Kita perlu menghormati hak orang untuk bebas dalam
berbagai hal tertentu, bukan karena kita memperhitungkan bahwa hak atas
kebebasan yang dimiliki oleh orang itu akan digunakan untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat bagi kita, misalnya untuk memproduksi lebih banyak barang-
barang industri atau untuk menghasilkan perasaan-perasaan yang menyenangkan,
melainkan karena sebagai manusia dia berhak memiliki kebebasan dalam batas-
batas tertentu yang diperlukan supaya dia juga dapat menghormati kebebasan dan
hak-hak orang lain. Kita memiliki hak moral untuk menyuruh orang lain
mengatakan hal yang benar kepada kita semata-mata karena hal yang benar adalah
kebenaran, bukan karena mengatakan hal yang benar akan membawa manfaat-
manfaat lebih lanjut. Ciri khas hak adalah hak perlu dihormati, atas dasar prinsip-
prinsip atau peraturan moral yang menghasilkan hak, yaitu prinsip atau peraturan
moral yang bisa kita terima karena pada hakikatnya adalah sah.
Semuanya itu dapat kita pahami sebagai salah satu aspek konsep hak,
dannjuga sebagai salah satu aspek dari teori-teori moral yang bisa kita terima.
Teori moral lingkupnya terbatas pada mempertimbangkan masalah hanya atas
dasar perhitungan konsekuensi misalnya teori moral utiliter. Banyak teori moral
lainnya yang yang pada hakikatnya tidak mampu memberikan penafsiran yang
memadai tentang hak. Teori-teori moral seperti tersebut dapat dipakai sebagai
landasan untuk mengambil keputusan-keputusan moral yang menyangkut
kepentingan. Ciri khas kaum utiliter adalah bahwa mereka menafsirkan hak
sebagai alat untuk melindungi kepentingan utama tertentu atau kepentingan
tertentu yang memiliki arti khusus.
Dasar bagi hak moral atas harta kekayaan menurut Locke bahwa kita
secara moral berhak memiliki produk dari tenaga kita sendiri. Pendapat Locke dan
beberapa filsuf lainnya yakni dengan kita menggabungkan tenaga kita dengan
dunia alam, kita berhak memiliki produk yang dihasilkan dari penggabugan
tersebut, misalnya kita berhak memiliki ikan tak bertuan yang kita jarring dari laut
atau buah kepunyaan umum yang kita kumpulkan dari hutan. Tetapi Locke
8
menambahkan syarat yang penting ini yaitu bahwa apabila sumberdaya yang ada
terbatas sifatnya, jumlah yang kita ambil haruslah menyisakan “cukup banyak
dengan kualitas yang sama baiknya bagi orang lain”. Dan dia berargumen bahwa
mengambil dari sumberdaya alam jumlah yang lebih banyak daripada yang kita
butuhkan dan bisa kita manfaatkan dengan baik, bertentangan dengan syarat-
syarat moralitas.
Asumsi-asumsi yang dibuat Locke mengenai cara yang bisa dibenarkan
untuk memperoleh harta kekayaan hampir tidak pernah ditemui dalam kenyataan
di dunia. Tanah yang tak bertuan dibagi-bagikan pada orang yang membutuhkan,
suatu hal yang menduduki tempat utama dalam argumen Locke, tidak lagi ada.
Dan kita juga jarang menggabungkan tenaga kita dengan alam. Pada zaman
sekarang, orang lebih sering menggabungkan tenaganya dengan sistem, baik
sistem ekonomi dan suatu sistem ekonomi industry yang maju dan sulit
mengatakan bahwa hasil yang diperoleh merupakan hasil dari tenaga saya. Orang
tidak dapat membedakan tenaganya dari tenaga orang lain yang telah bersama-
sama bergabung dalam menghasilkan sebuah produk atau dalam berproduksi. Di
sektor jasa dalam perekonomianserta tenaga yang dipakai untuk membesarkan
generasi berikutnya tidak cocok dengan penggambaran di atas.
Syarat yang ditetapkan oleh Locke nyaris tidak pernah bisa dipenuhi
dalam dunia kontemporer yang telah kelebihan penduduk dan kekurangan sumber
daya. Hal ini merupakan masalah yang serius dalam upaya mencari dasar
pembenaran bagi hak moral atas harta kekayaan. Pada kenyataanya lebih banyak
harta kekayaan bagi sejumlah orang, hampir selalu berarti berkurangnya harta
kekayaan bagi orang lain.
Dalam masyarakat ekonomi yang telah maju, argument “saya berhasil”
untuk “itu kepunyaan saya tidak lagi mencerminkan gambaran manusia yang telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Locke tadi misalnya penggembala
kambing di padang rumput miliki bersama atau pionir Amerika yang mengubah
tanah tak bertuan menjadi lahan. Gambaran-gambaran seperti itu memiliki banyak
kekurangan bukan saja karena mereka tidak melihat kemajuan-kemajuan dalam
9
agribisnis dan tidak melihat kenyataan tentang orang Indian Amerika, melainkan
juga karena alasan lain.
Jawaban dari pertanyaan “apakah hak saya atas hasil dari tenaga saya ?”
tidak boleh ditentukan oleh ilusi bahwa orang yang mandiri akan menciptakan
produk dari sumber daya tak terbatas dengan berbagai cara sehingga yang
diperolehnya tidak akan merupakan kerugian bagi orang lain, atau oleh ilusi
bahwa setiap orang mempunyai peluang sama besar untuk menjadi pencipta
produk yang boleh dia miliki.
Lawrence Becker memberikan sebuah formulasi kompleks tentang apa
yang bisa dibenarkan dapat ditegaskan sebagai landasan moral untuk memberikan
ganjaran kepada mereka-mereka yang telah bekerja menggunakan tenaganya
dalam kondisi-kondisi tertentu. Skema apapun tentang hak atas harta kekayaan
yang berlaku dalam masyarakat adalah skema yang telah disetujui dan dapat
diubah oleh masyarakat. John Stuart Mill mengatakan segala sesuatu yang
diproduksi oleh orang dengan tenaganya sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia
tidak akan dapat memilikinya kecuali masyarakat mengizinkannya. Tidak hanya
masyarakat yang dapat mengambil hasil tersebut darinya namun individu-individu
juga bisa dan akan mengadakan campur tangan secara besar-besaran atau
membayar orang-orang untuk menjaga orang tadi dari gangguan orang-orang lain
terhadap harta kekayaannya itu.
Masyarakat menciptakan skema hak atas harta kekayaan yang diakui dan
dijunjung tinggi. Masyarakat perlu melakukan hal itu dengan alasan-alasan yang
dapat dibenarkan oleh dasar-dasar moral. Apabila ketetapan hukum tertentu yang
ada dalam skema hak hukum atas harta kekayaan tidak bisa dibenarkan atas dasar-
dasar moral, ketetapan hukum itu perlu diubah sampai bisa dibenarkan atas dasar-
dasar moral.
3. Kepentingan atas Harta Kekayaan
Harta kekayaan mencakup baik hak maupun kepentingan, dimana hak dan
kepentingan tidaklah sama. Hak dan kepentingan tidaklah sama. Kita mungkin
mempunyai hak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan-
10
kepentingan kita. Menurut saya, bahwa hak dan kepentingan merupakan dua hal
yang sangat berbeda sehingga mereka masuk ke dua bidang moralitas yang
berbeda dan tidak boleh dinilai atas dasar-dasar yang sama. Penegasan Charles
Fried bahwa “di balik setiap hak terdapat sebuah kepentingan” tampaknya keliru,
karena kita mungkin mempunyai hak untuk melakukan hal yang merugikan
kepentingan kita, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sekalipun.
Berbeda dengan hak, kepentingan tidak perlu dihormati hanya karena dia
adalah kepentingan, melainkan biasanya perlu dinilai dengan mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul jika berusaha mewujudkan
kepentingan itu. Kepentingan adalah kebutuhan atau keinginan atau tuntutan
mengenai ditimbulkannya suatu keadaan tertentu, yaitu keadaan yang baik demi
keadaan itu sendiri atau demi sesuatu yang lebih lanjut. Kepentingan yang bisa
dibenarkan adalah kepentingan yang akan memberikan kebaikan kepada kita
dalam jangka panjang jika kita sepenuhnya memahami permasalahannya.
Kepentingan yang bisa dibenarkan adalah hal yang akan kita inginkan jika kita
sepenuhnya mengetahui permasalahannya dan jika kita menginginkan hal yang
baik bagi kita.
Hak adalah izin atas sesuatu hal yang bisa kita lakukan atau miliki, atau
yang tidak bisa kita lakukan, atau mungkin belum pernah kita lakukan. Berbeda
dengan hak, kepentingan merupakan masalah memiliki semakin banyak atau
semakin sedikit. Yang biasanya dipertanyakan tentang kepentingan seseorang
ialah berapa besarnya kepentingan orang itu atau seberapa jauhkah kepentingan
yang satu lebih besar daripada kepentingan yang lain.
Apabila terjadi pertentangan kepentingan, sebagaimana halnya yang sering
terjadi di antara sejumlah kepentingan yang dimiliki oleh seorang individu, dan
khususnya antara kepentingan orang yang satu dan kepentingan orang yang lain,
antara kepentingan individu dan kepentingan kelompok, antara kepentingan
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, maka pemecahan yang perlu
dicari adalah pemecahan moral. Pemecahan ini perlu dilakukan dalam kerangka
memaksimumkan sesuatu yang telah dinilai sebagai baik; manfaat, kebahagiaan,
efisiensi, kepuasan. Ini berbeda dari menghormati hak; hak bukanlah sesuatu
11
untuk dimaksimumkan dalam pengertian yang serupa dengan memaksimumkan
kepentingan. Bila kita mempunyai hak untuk memberikan suara dalam pemilihan,
hak ini bukanlah hak untuk memberikan suara lebih banyak bagi seorang calon,
melainkan semataa-mata merupakan hak untuk memberikan suara. Kita seringkali
mempunyai kepentingan akan diakuinya hak-hak moral misalnya hak untuk
diperlakukan secara nondiskriminatoris-sebagaimana hak-hak hukum bilamana
hak-hak moral itu belum diakui sebagai hak-hak hukum. Atau, jika kita memiliki
hak istimewa secara tidak jujur, kita mungkin berkepentingan untuk mencegah
terjadinya hal ini pada orang-orang lain, meskipun kepentingan seperti ini tidak
bisa dibenarkan secara moral.
Dasar-dasar moral yang paling bisa dipercaya, yang perlu kita pakai
sebagai landasan untuk menilai kepentingan, adalah dasar-dasar moral yang
mengatakan bahwa setiap keputusan atau pengaturan perlu menimbulkan
kebaikan yang terbesar. Yang perlu bersifat menentukan adalah konsekuensi-
konsekuensi dari keputusan itu, dilihat dari segi kebaikan dan keburukan.
Misalnya, kita perlu mempertimbangkan apakah dinaikkannya atau diturunkannya
gaji pegawai akan membuat banyak orang merasa lebih bahagia ataukah semakin
tidak puas.
Berbagai kepentingan dapat dilindungi sebagai hak hukum dalam sistem
hukum mana saja. Namun hak hukum semacam ini hanyalah merupakan hak
hukum saja, bukan hak moral yang dicerminkan dalam hukum. Hak hukum
macam ini dalam hal-hal tertentu layak diubah untuk memaksimumkan
kepentingan sedangkan hak moral tidak. Hak moral perlu dijunjung tinggi biarpun
hak itu bertentangan dengan pertimbangan-pertimbangan kepentingan umum.
Atau hak menempati kedudukan lebih tinggi daripada kepentingan-kepentingan
semacam itu. Tetapi hak yang hanya merupakan hak hukum, bukan sekaligus hak
hukum dan sekaligus hak moral, tidak perlu menempati kedudukan lebih tinggi
daripada kepentingan umum. Walaupun begitu kita perlu menilai kepentingan-
kepentingan atas dasar-dasar moral untuk memutuskan kepentingan-kepentingan
manakah yang perlu dilindungi, dengan cara-cara apa melindungi kepentinga-
kepentingan itu, dan sejauh manakah kepentingan-kepentingan itu perlu
12
dilindungi oleh hak-hak hukum. Dan jika hak-hak hukum yang ada atas harta
kekayaan tidak mencerminkan hak-hak moral dan tidak menimbulkan
konsekuensi-konsekuensi terbaik bagi semua orang yang dikenal oleh hak-hak itu,
maka perlu diubah.
1.1. Kepentingan Pribadi dan Kepentingan Bersama
Adam Smith sudah pasti akan berargumen bahwa di bidang kegiatan
ekonomi, setiap orang yang berusaha mewujudkan kpeentingan pribadinya sendiri
akan menghasilkan kebaikan terbesar bagi semua orang walaupun orang yang
bersangkutan tidak menghasilkan kebaikan semacam itu. Semua orang dapat
bekerja demi diri sendiri dengan cara yang berguna bagi semua orang lainnya.
Kemudian Ricardo dan Marx, berpendapat bahwa bilamana semua orang berusaha
mewujudkan kepentingan ekonominya sendiri-sendiri dalam sebuah sistem yang
mengizinkan penumpukan modal dan pencarian laba tak terbatas, maka hasilnya
sangat berbeda dengan hasil yang telah dibayangkan oleh Adam Smith. Ricardo
berpendapat bahwa para pemilik tanah tidak akan memperoleh keuntungan dalam
sistem semacam itu. Dan Marx berpendapat bahwa kaum kapitalislah yang akan
memperoleh keuntungan dengan merugikan kaum pekerja.
Pandangan Marx tentang sosialisme yang bisa diharapkan menggantikan
kapitalisme melihat bahwa manusia telah bergerak maju meninggalkan
kecenderungan berusaha mewujudkan kepuasan-kepuasan individual yang
bertentangan dengan kepuasan orang-orang lain. Tetapi pembelaan yang diberikan
oleh para pemikir sosialis Inggris kepada sosialisme, dan oleh para pemikir lain
yang mereka pengaruhi, sering kali disarkan pada alasan-alasan utiliterm yaitu
kemampuan sosialisme memuaskan kepentingan-kepentingan individual. Jadi
mereka melihat sosialisme sebagai sistem ekonomi yang mampu menimbulkan
kebahagiaan terbesar bagi semua individu di dalamnya sedangkan kapitalisme
tidak dapat melakukan hal itu.
Disamping itu, sebagaimana telah dilakukan oleh Joan Robinson, John
Kenneth Galbraith, Robert Heilbroner, dan Michael Harrington, dengan cara yang
berbeda-beda kepada banyak orang Amerika bahwa bagi banyak kegiatan
13
ekonomi, mekanisme-mekanisme kapitalis merupakan cara yang sangat timpang
untuk mencapai hasil terbaik. Banyak hal yang berguna bagi masyarakat tidak
menghasilkan laba dan banyak hal yang menghasilkan laba tidak berguna bagi
masyarakat. Jadi kapitalisme mungkin gagal menyediakan secara memadai
transportasi umum, taman-taman umum dan fasilitas-fasilitas perawatan anak dan
mungkin menghasilkan iklan dan polusi secara berlebihan pada tingkat yang
menakutkan.
1.1. Demokrasi Ekonomi
Banyaknya pertanyaan-pertanyaan moral tentang kegiatan ekonomi
muncul di tengah masyarakat yang mengharuskan adanya pilihan-pilihan ekonomi
yang harus diambil oleh masyarakat untuk menjawabnya. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan moral seperti lapangan pekerjaan apa yang perlu
disediakan dan bagaimana cara mengalokasikan perolehan-perolehan dari
kegiatan ekonomi melalui penggabungan kekuasaan politik dan kekuasaan
ekonomi di satu tangan, sebagaimana dilakukan di negara-negara Komunis,
ternyata tidak berhasil melayani kepentingan-kepentingan sebagian besar warga
negaranya justru menimbulkan pelanggaran hak-hak politik dan ekonomi. Jika di
negara dimana pemerintahnya bersifat demokratis dan program-program sosial
dan ekonominya bersifat sosialis maka akan meningkatnya penghormatan akan
hak dan pemuasan akan kepentingan warga negara akan meningkat pula. Di
Swedia walaupun sistem ekonomi yang dianut adalah kapitalisme, akan tetapi 94
persen dari sektor ekonomi masih dimiliki sektor privat.
Robert Dahl berpendapat bahwa tidak adanya tradisi sosialis mereka lebih
memberikan sejumlah pengawasan yang demokratis kepada perusahaan-
perusahaan besar untuk mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang
lebih bertanggung jawab.
Perusahaan modern merupakan lembaga yang nyaris bersifat feodal dalam
struktur hierarkisnya dan tidak memiliki ciri sebuah organisasi yang demokratis.
Sama seperti pemerintah totaliter, perusahaan-perusahaan modern tidak lagi
bersifat “privat” dalam kemampuan mereka mengendalikan kehidupan warga
14
negara. Dan kenyataannya justru berbalik bahwa Amerika Serikat tidak sedang
menuju egaliter. Jurang antara si kaya dan si miskin tidak mengalami perubahan.
Perusahaan-perusahaan besar seringkali memiliki kekuasaan untuk menjamin diri
sendiri memproleh laba di masa-masa ekonomi akan tetapi orang-orang yang
berada di lapisan bawah tidak memiliki peluang sama sekali untuk menjual tenaga
mereka.
Robert Dahl dan sejumlah pemikir lain menyarankan perlunya
mendemokrasikan perusahaan-perusahaan besar dengan cara mengikutsertakan
para pegawai dalam pengambilan keputusan perusahaan. Alasan-alasan lain
dikembangkannya lembaga-lembaga politik demokratis menunjukkan bahwa
disamping dibutuhkan campur tangan politik secara lebih aktif pada tingkat
nasional terhadap industri-industri yang telah mengalami kemerosotan dan
terhadap arah perkembangan ekonomi yang perlu didorong, sangat dibutuhkan
pula perkembangan-perkembangan fundamental yang bisa membuat lembaga
ekonomi yang lebih demokratis.
Gar Alperovitz memprihatinkan adanya kemungkinan bahwa para pegawai
perusahaan besar, seperti halnya para manajer mereka, mengejar kepentingan
mereka sendiri-sendiri dengan cara yang merugikan masyarakat lebih luas. Selain
itu sejumlah cara untuk mendorong kesatuan-kesatuan geografis berkembang
menjadi komunitas-komunitas dimana semua anggotanya bertingkah lakuhanya
dalam kerangka memprihatinkan dan memikirkan kepentingan-kepentingan orang
lain. Pemerataan kesempatan memang telah diakui sebagai standar, bahkan oleh
kaum egaliter yang paling berat menentang sekalipun, tetapi pemerataan
kesempatan telah dirampas secara terang-terangan dari kaum wanita dan
kelompok-kelompok minoritas. Untuk menyatakan maksudnya dengan cara
setidak-tidaknya sah untuk sementara waktu, kaum feminis (pejuang hak-hak
wanita) kadang-kadang menerapkan perspektif-perspektif individualistis dan
kontraktual dari liberalism politik kepada hubungan-hubungan di dalam keluarga.
Tetapi kaum feminis juga menyarankan pendekatan juga menyarankan
pendekatan lain, yaitu bahwa kita menyerahkan kepada masyarakat lebih luas
sejumlah nilai yang secara tradisional dianggap sebagai milik wanita, yaitu
15
perhatian, perawatan dan pengasuhan, dan kebutuhan-kebutuhan yang merupakan
16lter khas dari hubungan yang seharusnya ada dalam keluarga dipenuhi.
Sejumlah kritikus melihat cara-cara yang mungkin bisa dipergunakan
untuk menyusun kerja sedemikian rupa sehingga kerja bisa mecerminkan sasaran-
sasaran yang semestinya, yaitu mengatasi dominasi dan pengendalian yang
sekarang ini dimiliki oleh sejumlah orang atas sejumlah orang lain di tempat
kerja. Sasaran-sasaran ini dimilki oleh banyak orang muda yang ingin
menggabungkan diri dalam kegiatan ekonomi tetapi merasa kecewa dengan
bentuk-bentuk otoriter yang menjadi cara dari hampir semua organisasi kerja
dewasa ini.
Angan-angan bahwa jika semua orang babas mewujudkan kepentingan
ekonominya sendiri-sendiri maka akan tercapai hasil yang baik bagi semua orang
itu masih kkuat dalam ideologinya banyak orang, khususnya di antara kaum neo
konservatif.
4. Keadilan Ekonomi
Sejumlah masalah ekonomi menyangkut masalah hak dan sejumlah lagi
menyangkut masalah kepentingan. John Stuart Mill, salah seorang yang
menganjurkan bahwa pemerintah memberikan pengawasan dan campur tangan
dalam jumlah minimum kepada kegiatan ekonomi, mengakui bahwa ada alasan-
alasan sah untuk meninggalkan sejumlah hal dari prinsip laissez-faire yang
dianjurkannya itu. Dia berpendapat bahwa perlunya pemerintah menyediakan
jasa, khususnya jelas dalam kasus pendidikan. Mill juga berpendapat bahwa
kebutuhan-kebutuhan pokok bagi kaum miskin perlu disediakan oleh pemerintah
bukan oleh pihak-pihak swasta dalam bentuk amal-derma. Karena para warga
negara perlu mendapatkan kepastian akan mampu menyelamatkan diri dari
kemiskinan sebagaimana halnya mereka perlu memperoleh kepastian akan
mampu memperoleh apapun yang dapat dijamin oleh masyarakat.
Sedangkan John Hospers dan penulis-penulis lain yang menyebut diri
sendiri kaum “libertarian” tampak menyarankan bahwa kegiatan ekonomi
berlangsung tanpa campur tangan pemerintah dan bahwa pemerintah, untuk
16
membiayai kegiatan-kegiatannya sendiri, mengambil sebagian dari hasil kegiatan
ekonomi yang berguna dan mandiri itu. Setiap skema atas hak atas harta kekayaan
yang dilindungi oleh hokum dan dijamin penyelengaraanya oleh kekuasaan
pemerintah merupakan hasil dari keputusan sosial untuk memberlakukan atau
memelihara skema itu, bukan skema-skema lainnya. Ketimpangan paling
menyolok pada skema Barat ortodoks tentang hak atas harta kekayaan ketentuan
integral pada skema itu bahwa kelebihan harta kekayaan perlu membagi sebagian
harta kekayaannya dengan orang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan-
kebutuhan pokoknya.
Keabsahan penggunaan kekuasaan pemerintah untuj menjamin
dipenuhinya kewajiban tadi adalah sama besarnya dengan keabsahan penggunaan
kekuasaan pemerintah untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban tidak
mengadakan campur tangan. Ketentuan moral bahwa mereka yang mempunyai
harta kekayaan berlebiha perlu membantu mereka yang tidak mempunyai harta
kekayaan cukup jelas perlu mencerminkan dalam setiap pengaturan hokum dan
pengaturan politik mengenai cara-cara memperoleh dan memiliki kebaikan-
kebaikan ekonomi, jika pengaturan-pengaturan semacam itu berkiprah pada
pembenaran moral. Tetapi hal ini tidak mungkin tidak lebih daripada ketentuan
minimal tentang kesopanan saja. Mungkin moralitas masih menuntut lebih banyak
hal lagi.
5. Pengaturan pengaturan ekonomi yang bisa dibenarkan
John rawls telah menyajikan sebuah formulasi tentang prinsip-prinsip
fundamental yang perlu digunakan untuk menilai bahwa skema pengaturan
ekonomi tertentu bisa dibenarkan secara moral. Dalam pandangannya, prinsip-
prinsip fundamental tentang keadilan adalah prinsip-prinsip yang kita setujui, jika
kita memilih prinsip-prinsip itu secara tidak memihak dari sudut pandang yang
ada diluar setiap masyarakat, tanpa mengetahui sikap-sikap aktual sikap si kaya
atau miskin,sikap kaum pria atau wanita, sika orang kulit putih atau kulit hitam)
yang akan kita ambil. Rawls berpendapat bahwa prinsip-prinsip fundamental
tentang keadilan akan menuntut, yang pertama-tama yaitu bahwa setiap orang
17
memiliki skema kebebasan merata yang sama besarnya dengan skema serupa
yang dimiliki oleh setiap orang lainnya. Sekali kebebasan itu dijamin, kita perlu
menerapkan apa yang oleh rawls disebut sebagai “prinsip perbedaan” pada
struktur dasar masyarakat. Prinsip perbedaaan menetapkan menetapkan bahwa
semua ketidaksamaan dalam apa yang dia sebut sebagai kebaikan primer sosial
(hak-hak, kesempatan, penghasilan, kekayaan, dsb) bisa dibenarkan hanya jika
ketidaksamaan seperti itu akan membantu memperbaiki kedudukan kaum
termiskin di masyarakat dalam kebaikan primer sosial tadi. Jadi ganjaran tinggi
diperoleh para pengusaha bisa dibenarkan hanya jika ganjaran yang tinggi itu
dipergunakan untuk memperbaiki nasib kaum paling miskin dalam masyarakat,
misalnya dengan cara menggunakan ganjaran tinggi tersebut untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi baru yang akan menguntungkan kaum
miskin itu. Jadi dalam pandangan rawls, kita mempunyai hak atas bagian yang
sama dengan penafsiran seperti itu tadi, dari semua yang disediakan oleh kegatan
ekonomi.
Dalam pandangan rawls, pemerintah perlu terus-menerus menyesuaikan
ganjaran-ganjaran yang bisa didapat terhadap skema hak milik dan kebijakan-
kebijakan ekonominya supaya hasil-hasil yang dicapai akan sesuai dengan prinsp
tadi. Pemerintah perlu menarik pajak dari mereka-mereka yang memperoleh
keuntungan ekonomi lebh besar dari yang di jelaskan oleh prinsip tadi, dan
pemerintah perlu meredistribusikan perolehan pajak tersebut dalam bentuk
tertentu kepada kaum miskin dalam masyarakat. Mereka yang tidak bisa bekerja
karena penyakit, mereka yang tidak mampu memperoleh pekerjaan atau mereka
yang bekerja demi upah yang sangat kecil perlu memeroleh perbaikan nasib
semacam itu.
C.B. Maphersonuga berpendapat bahwa hak-hak ekonomi dan sosial
melintasi seluruh lingkup kegiatan ekonomi dan atas dasar-dasar moral kita semua
mempunyai hak atas bagin dari semua hasil kegiatan ekonomi itu. Dia
menafsirkan konsep harta kekayaan dalam pengertian seluas mungkin, dan
mengakui bahwa hal ini bahwa hal ini dimaksudkannya untuk mendukung
dicapainya hak-hak baru yang perlu diakui degan menggunakan sebagian dari
18
dukungan yang sekarang diberikan ole masyarakat bagi perlindungan terhadap
harta kekayaan, dalam pandangannya, setiap warga negara perlu mempunyai hak
yang dijamin untuk menggunakan sarana memperoleh pekerjaan dan sarana
menjalani kehidupan yang manusiawi. Disamping menyediakan hak atas
perlindungan terhadap harta kekayaan, hak-hak atas harta kekayaan perlu juga
menyediakan hak untuk tidak dikucilkan dari lapangan pekerjaan dan hak untuk
memperoleh bagian dari seluruh hasil material yang diproduksi masyarakat. Dan
harta kekayaan mencakup lebih banyak lagi, seperti hak atas sebagian dari
kekuasaan politik dan hak untuk berperan serta dalam hubungan bermasyarakat.
Harta kekayaan perlu mencakup pula hak atas kehidupan dan kebebasan
disamping hak atas penghasilan material.
Hak-hak Ekonomi dan Kepentingan-kepentingan Ekonomi
Argumen bagi pandangan yang lebih moderat, yaitu pandangan yang
mengakui bahwa orang mempunyai hak-hak ekonomi dan hak-hak ekonomi
disamping hak-hak politik dan hak-hak sipil, tetapi bahwa hak-hak sosial dan hak-
hak ekonomi ini adalah atas jumlah yang diperlukan bagi kebutuhan-kebutuhan
pokok, bagi kehidupan layak, bagi pengembangan diri yang memadai, dan bagi
kebebasan kesamaan, bukan atas bagian tertentu dari seluruh produk ekonomi
masyarakat yang bersangkutan. Di luar apa yang dibutuhkan bagi kehidupan
layak, pengembangan diri yang memadai, dan kebebasan kesamaan, orang
mempunyai kepentingan ekonomi, bukan hak-hak moral. Jadi kita tidak
mempunyai hak-hak moral, yaitu hak-hak yang perlu dicerminkan dalam hukum,
atas sembarang proporsi dari seluruh produk kegiatan ekonomi.
Dapat kita agumentasikan atas dasar struktur prinsip moral yang bisa
dipercaya bahwa sebagaimana halnya para warga negara perlu memiliki hak-hak
politik dan hak-hak sipil tertentu, seperti hak untuk memberikan suara pada
pemilu, hak atas pengadilan yang jujur, hak untuk tidak diserang atau hak atas
kebebasan bersuara yang dijamin oleh hukum atas kebaikan-kebaikan sosial dan
ekonomi yang memadai (makanan, perumahan, perawatan kesehatan dll) untuk
memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang layak. Dengan demikian
19
emberian tunjangan kesejahteraan tidak lagi akan dipandang sebagai amal atau
derma dari para warga negara yang beruntung dalam sistem ekonomi, yang karena
kemurah hatian kolektif memberikannya pada anggota yang kurang beruntung
dengan harapan bahwa si penerima akan bersyukur dan malu, dan amal derma dari
pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan pokok tidak dibutuhkan lagi. Hak-hak
kita atas kesejahteraan yang memadai akan diakui sebagai hak, dan hak atas
kesempatan kerja juga akan diakui.
Pasal 25 pada the universal declaration of human right, yang ditetapkan
oleh sidang umum PBB pada tahun 1948, menegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak atas standar kehidupan yang memadai bagi kesehatan dan
kesejahteraan dirinya serta keluarganya. Dokumen ini menegaskan sebuah stadar
bagi hak-hak politik dan ekonomi dasar yang kemudian disetujui oleh banyak
negara, setidak-tidaknya dalam prinsip. Namun AS belum pernah mengabsahkan
deklarasi tersebut, meskipun AS terus menerus menegaskan komitmennya
terhadap hak-hak asasi manusia, seperti program pemberian kupon makan, namun
dicabut kembali oleh kongres.
Dalam Wyman u James, tahun 1971, mayoritas anggota mahkamah agung
memberlakukan tunjangan kesejahteraan sebagai amal derma yang hanya
diberikan kepada orang yang bersedia melepaskan hak atas keleluasaan pribadi
rumah tangga yang dijamin oleh Fourth Amandemen. Dalam Rodriguez, tahun
1973 Mahkamah Agung membahas apakah mendasarkan pembiayaan pendidikan
pada pajak, harta kekayaan, yang akan menimbulkan perbedaan besar di dalam
anggaran pendidikan bagi distrik , hal ini bertentangan dengan the fourth
Amandemen. Namun mayoritas anggota mahkamah agung berpendapat bahwa hal
ini tidak bertentangan. Mereka berpendapat bahwa meskipun pendidikan
diperlukan supaya orang dapa melaksanakan hak-hak lainnya, misalnya hak
kebebasan berbicara dan dapat menggunakan dengan pandai hak memberkan
suara dalam pemilu, pendidikan lebih diperlukan lagi supaya orang dapat
melaksanakan haknya memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok seperti makan
dan perumahan yang layak. Mahkamah Agung mengamati bahwa penyelidikan
empiris akan mendukung asumsi bahwa mereka yang kurang makan, berpakaian
20
buruk, dan tinggal dirumah yang kurang layak merupakan mereka yang yang
paling sedikit menikmati manfaat dari the first Amandemen, namun hal ini tidak
dilihat oleh Mahkamah Agung sebagai salah satu argumen yang baik untuk
mendukung hak-hak penting atas makan, perumahan, dsb. Justru Mahkamah
agung memakainya sebagai argumen untuk menentang pendidikan yang sama.
Banyak penganjur hak-hak ekonomi dan sosial mengharapkan kongres
membuat UU yang lebih progresif, atau mahkamah membuat keputusan elite lebih
bijaksana untuk menetapkan bahwa memperoleh kebaikan-kebaikan ekonomi
yang memadai adalah hak semua warga negara. Keputusan baru yang diambil
oleh mahkamah Agung semakin memperjelas tidak diakuinya bahwa orang
mempuyai hak konstitusional untuk memperoleh kebutuhan pokok.
Arthur okun membahas cara yang seharusnya untuk melakukan hak-hak
politik dan hak-hak sipil kita, yaitu melepaskan hak-hak itu dari ketergantungan
kepada hukum pasar. Hampir semua dari kita setuju bahwa hak atas pengadilan
yang jujur, hak untuk memberikan suara dalam pemilihan, dan hak untuk
memegang jabata politik tidak bileh diperjual belikan, melainkan perlu di lindungi
bagi mereka yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai kekuasaan
ekonomi. Demikian pula, okun beragumen, hak untuk memperoleh kebaikan-
kebaikan ekonomi pokok yang diperlukan bagi kehidupan layak tidak boleh
ditentukan oleh hukum pasar yang akan memperkaya sejumlah orang dan
merampas hak-hak tadi dari sejumlah orang lain. Hak-hak inipun perlu dilakukan
sebagai hak-hak yang berada di luar hukum pasar.
Jelas,. Sejumlah kesulitan akan kita jumpai dalam menentukan batas
jumlah kebaikan-kebaikan ekonomi yang menjadi hak setiap orang,. Jumlah yang
sama mungkin dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh orang yang satu dan
sebagai kemarahan oleh orang yang lain. Dan istilah kehidupan layak merupakan
istilah yang kabur. Namun, kita tidak akan menemui kesulitan dalam menilai
bahwa orang yang menderita kekurangan gizi secara serius karena kemiskinan
berada di bawah batas masyarakat kaya. Dan kita mengakui bahwa kita perlu
menetukan batas jumlah yang layak seperti itu, kita perlu menjawab pertanyaan
bagaimana cara yang seharusnya untuk menentukan batas itu.
21
Namun untuk menentukan batas semacam itu kita perlu mengambil
pandangan yang lebih terbatas tentang kebaikan ekonomi dibandingkan dengan
prinsip percobaan. Berdasarkan prinsip perbedaan ini orang mempunyai hak atas
bagian tertentu dari seluruh prodak sistem ekonomi. Prinsip perbedaan
menetapkan bahwa seluruh lingkup hubungan harta kekayaan perlu di putuskan
atas dasar keadilan dan atas dasar hak-hak yang di tuntut oleh lingkup hubungan
harta kekayaan itu.tak seorangpun memiliki hak moral atas jumlah yang lebih
besar daripada yang ditetapakkan oleh peraturan yang menguntungkan kaum
paling miskin. Demikian pula menurut konsepsi tentang hak-hak harta kekayaan
yang perlu kita punyai, kita berhak atas sejumlah dari seluruh prodak kegiatan
ekonomi masyarakat. Hak-hak atas jumlah yang cukup bagi hal-hal tadi berarti
hak-hak atas kebaikan ekonomi sampai pada tingkat tertentu saja. Hak-hak
semacam ini perlu dihormati kaena mereka adalah hak moral, tak peduli apakah
hak-hak semacam ini sejalan ataukah tidak dengan perhitungan-perhitungan
tentang kegunaan atau efisien.
Kegagalan dan keberhasilan
Setiap orang mempunyai hak-hak moral. Hak-hak moral berasal prinsip-
prinsip dan pertimbangan moral yang dapat kita setujui disaat ini dan ditempat ini,
tanpa beranggapan bahwa kita telah memiliki sebuah kontrras social. Prinsip-
prinsip dan pertimbangan-pertimbangan moral ini dapat lulus dari semua
pengujian yang perlu kita pakai untuk menguji teori-teori moral yang telah kita
setujui. Termasuk didalam hak-hak moral adalah hak atas sumber-sumber daya
yang memadai lewat pendidikan dan atas sejumlah waktu luang bagi kegiatan
hiburan dan hak atas pekerjaan yang berguna. Tentu saja kita akan menjumpai
sejumlah kesulitan dalam dalam memutuskan seberapa banyakkah yang memadai
dan apa yang dimaksudkan dengan layak dan berguna. Tetapi kita juga menemui
kesulitan dalam memutuskan seberapa banyakkah perlindungan polisi ytang
memadai dan apakah hak atas kebebasan berbicara harus mencakup hak untuk
berbicara di radio dan televisi dalam jumlah waktu yang sama.
22
Jika kita mengakui, bahwa pandangan-pandangan yang tidak memberikan
alternatif bahwa orang tidak mempunyai hak atas jumlah apapun dari kebutuhan-
kebutuhannya tang paling pokok sekalipun atau bahwa orang mempunyai hak atas
sebagian dari seluruh produk dan kegiatan ekonomi,bukanlah pandangan-
pandangan yang persuasi,maka kita harus mencari cara untuk menetapkan batas-
batas tentang seberapa banyakkah yang menandai. Batas-batas semacam ini
pastilah selalu perlu dibahas dan direvisi, bersama-sama dengan semua keputusan
hukum dan politik kita. Tetapi memutuskan bahwa bidang hak harus mencakup
hak untuk memperoleh kebailkan-kebaiakn ekonomi dalam jumlah tertentu dan
sekaligus menyisakan ruang bagi usaha-usaha ekonomi berdasarkan kepentingan-
kepentigan adalah suatu kemajuan bagi kita.
Dengan membuat keputusan seperti itu kita bisa melihat bahwa sebagai
hak moral, hak atas harta kekayaan hanyalah berfungsi memuaskan kebutuhan
bagi kehidupan layak dan pengembangan diri yang memadai. Diatas tingkat
kehidupan layak dan pengembangan diri yang memasai ini “hak-hak”atas harta
kekayaan perlu dilihat bukan sebagai hak-hak moral melainkan sebagai fiksi
hukum yang dihasilkan oleh keputusan politik. Jadi, boleh tidaknya memberi para
pelaku yang sukses dibidang hiburan hak-hak atas harta kekayaan yntuk
menggunakan penghasilan mereka yang besar itu bagi kehidupan mewah perlu
diputuskan dengan melihat apakan menjalani gaya hidup mewah itu bertentangan
ataukah tidak dengan kepentingan-kepentingan orang lain yang mungkin lebih
besar dalam pengeluaran uang. Jika misalnya cukup banyak orang memperoleh
kenikmatan cukup besar karena mampu menonton pertunjukkan-pertunjukkan
mereka dan bercita-cita untuk bisa menjalani gaya hidup mewah seperti mereka,
maka para pelaku yang sukses dibidang hiburan itu mungkin boleh diizinkan
mengantungi sejumlah besar dari penghasilan mereka.
Tidak ada patokan yang jelas apakah kita perlu menyebut hak-hak moral
yang kita maksudkan tadi sebagai “hak-hak atas harta kekayaan” atau “hak-hak
ekonomi pokok” ataukah “hak-hak atas kebaikan-kebaikan ekonomi yang
dibutuhkan bagi kehidupan layak dan bagi pengembangan diri yang memadai”
yang penting kita pahami adalah bahwa hak-hak moral atas harta kekayaan
23
mencakup atas hak-hak apa yang dibutuhkan bagi kehidupan layak dan bagi
pengembangan diri yang memadai dan hak-hak atas apa yang dibutuhkan bagi
kebebasan kesamaan dan ekspresi budaya. Hak-hak moral atas harta kekayaan
tidak mencakup hak-hak atas hal-hal diluar yang telah disebutkan tadi. Diluar hal-
hal yang yang telah disebutkan tadi tidak terdapat hak-hak moral atas harta
kekayaan melainkan terdapat kepentingan-kepentingan harta kekayaan.
Keputusan-keputusan mengenai kepentingan-kepentingan hartya kekayaan ini
harus dibuat dengan penuh tanggungjawab, tetapi tidak dengan melihat mereka
sebagi hak atau sebagai hal yang menentukan keadilan ekonomi.
Keadilan ekonomi merupakan masalah yang serius. Sementara masih ada
orang yang hak-hak moralnya terampas, melakukan pertandingan ekonomi bukan
saja sembrono melainkan juga tidak bermoral. Namun jika hak-hak moral yang
dimaksud telah dihormati,bersama-sama dengan hak-hak politis dan hak-hak sipil
yang kita anggap berlaku, dan jika memainkan pertandingan-pertandingan
ekonomi bisa dibenarkan dalam kerangka memaksimumkan kepentingan,
mungkin dari segi moral tidak ada salahnya berusaha mewujudkan kepentingan-
kepentingan ekonomi egois dengan melakukan pertandingan-pertandingan
ekonomi semacam itu. Melakukan pertandingan-pertandingan ekonomi semacam
itu mungkin bukan kegiatan paling terpuji, dan masyarakat perlu mengembangkan
alternatif-alternatif lain jika mereka memiliki sumber-sumber daya ekonomi untuk
melakukan hal ini. Tetapi bila mereka yang membutuhkan telah mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan hak-hak moral semua orang telah dijamin, hal ini
berarti bahwa mereka yang terlibat dalam produksi dan distribusi kebaikan-
kebaikan ekonomi telah menunaikan kewajiban-kewajiban mereka.
24
III
RINGKASAN
Harta kekayaan bukanlah seperangkat benda melainkan seperangkat hak
dan kepentingan. Harta kekayaan dimiliki oleh setiap orang atau kelompok
dengan adanya pengaruh dari pemerintah dan pengaruh dari hukum. Manusia
memiliki hak atas harta kekayaan karena dasar pengakuan baik dari hukum
maupun dari moral yang berlaku. Berbeda dengan hak, kepentingan tidak perlu
dihormati hanya karena dia adalah kepentingan, melainkan biasanya perlu dinilai
dengan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul jika
berusaha mewujudkan kepentingan itu.
Kepentingan pribadi harus ditempatkan setelah kepentingan bersama,
itulah pandangan yang sering ditanamkan mulai sejak dini. Kepentingan bersama
akan jauh lebih berefek positif daripada mengutamakan kepentingan pribadi. Dari
segi kegiatan ekonomi hal ini masuk dalam segi paham sosialis dimana keadilan
dan pemerataan adalah dewa diatas segalanya. Memang secara teoritis hal ini akan
berdampak baik dalam kegiatan ekonomi, namun latar belakang negara, suku, ras,
budaya adalah pembeda bagi paham – paham yang ada.
Kegiatan yang bermuara pada ekonomi memunculkan berbagai pandangan
yang beragam. Mulai dari demokrasi ekonomi,keadilan ekonomi,pengaturan
ekonomi yang dibenarkan,hingga hak – hak dan kepentingan ekonomi. Hak-hak
ekonomi dan sosial melintasi seluruh lingkup kegiatan ekonomi dan atas dasar-
dasar moral kita semua mempunyai hak atas bagian dari semua hasil kegiatan
ekonomi itu. Dia menafsirkan konsep harta kekayaan dalam pengertian seluas
mungkin, dan mengakui bahwa hal ini bahwa hal ini dimaksudkannya untuk
mendukung dicapainya hak-hak baru yang perlu diakui degan menggunakan
sebagian dari dukungan yang sekarang diberikan ole masyarakat bagi
perlindungan terhadap harta kekayaan, dalam pandangannya, setiap warga negara
perlu mempunyai hak yang dijamin untuk menggunakan sarana memperoleh
pekerjaan dan sarana menjalani kehidupan yang manusiawi. Disamping
25
menyediakan hak atas perlindungan terhadap harta kekayaan, hak-hak atas harta
kekayaan perlu juga menyediakan hak untuk tidak dikucilkan dari lapangan
pekerjaan dan hak untuk memperoleh bagian dari seluruh hasil material yang
diproduksi masyarakat. Dan harta kekayaan mencakup lebih banyak lagi, seperti
hak atas sebagian dari kekuasaan politik dan hak untuk berperan serta dalam
hubungan bermasyarakat. Harta kekayaan perlu mencakup pula hak atas
kehidupan dan kebebasan disamping hak atas penghasilan material.
Jadi, setiap orang atau organisasi mempunyai hak atas kekayaan dan
kegiatan dalam ekonominya sendiri – sendiri. Dengan pemerintah dan hukum
yang berperan dalam pengaturan moral dan norma yang berlaku turut pula
mempengaruhi persebaran kegiatan ekonomi dan hak atas kekayaan. Tentunya
hak atas kekayaan adalah hal yang mutlak dimiliki tiap orang atau organisasi
dengan tameng hukum yang berlaku dapat mematenkan hak tersebut untuk
digunakan sebagaimana mestinya. Sebagai pihak lain tentunya kita haruslah
menghirmati hak – hak yang telah diakui tersebut agar inovasi dapat terus terjadi.
Dalam kegiatan ekonomi, hak juga diakui termasuk kepentingan apa yang
melatarbelakangi kegiatan ekonomi tersebut. Sebuah negara tentu memiliki
prinsip dan dasar ekonomi mereka masing –masing. Hal tersebut dipilih atas
pertimbangan kecocokan dengan beberapa aspek penting sebuah negara. Sudah
bukan rahasia lagi jika hak atas kekayaan akan berbanding lurus dengan kegiatan
ekonomi seseorang atau organisasi yang dapat bertujuan selaras dengan apa yang
dicita – citakan. Tinggal bagaimana mengaplikasikan dengan penuh moral dan
rasa hormat akan hak – hak dan kepentingan bersama atau orang lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
Held, Virginia. 1989. Etika Moral: Pembenaran Tindakan Sosial (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
27