makalah haji kredit

21

Click here to load reader

Upload: abi-sulthan-tgk-taufiq

Post on 01-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

haji talangan dan arisan

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah. Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang tepat.Makalah ini saya kerjakan untuk memenuhi tugaskuliah serta memenuhi kewajiban saya sebagai Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Jamiatut Tarbiyah Lhoksukon Aceh Utara. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa orang - orang yang begitu berarti bagi kami, maka dari itu kami berterima kasih sebesar - besarnya kepada :1. Dosen pengasuhyang telah memberikan arahan serta petunjuk dalam penyelesaian laporan ini,2. Keluarga yang memberikan support dan restu kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan3. Teman-teman semua yang telah memberikan support kepada kami sehingga kami bisa bekerja semaksimal mungkin.Akhir kata TIADA GADING YANG TAK RETAK demikian pula dengan tugas ini yang tentu saja masih banyak kekurangannya. Maka dari itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan demi pemicu agar kami bisa menyusun laporan lebih baik lagi.

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ...ii BAB I PENDAHULUAN ..1BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Haji KreditB. Pengertian Dana Talangan Haji dan Arisan Haji 2C. Hukum Berhaji Dengan Pinjaman bank .2D. Hukum Berhaji Dengan Arisan Haji .6E. Pelaksanaan Tabungan Haji Di Indonesia ..6

BAB III KESIMPULAN ..11

DAFTAR PUSTAKA ..12

BAB IPENDAHULUANBagi masyarakat Indonesia, ibadah haji merupakan rukun Islam yang memiliki daya tarik yang sangat kuat. Mereka yang sudah pernah naik haji, lebih tertarik untuk naik haji kembali dari pada menggunakan dana haji untuk kepentingan pemberantasan kemiskinan, pendidikan, perbaikan jalan, dan lain-lain. Bahkan terlihat banyak masyarakat muslim Indonesia yang berhaji bukan hanya karena didorong kewajiban agama semata, akan tetapi juga untuk menciptakan pencitraan diri. Dengan faktor tersebut, akhirnya banyak masyarakat berebut untuk segera melaksanakan ibadah haji. Di sisi yang lain, Arab Saudi, terutama Makkah dan Madinah, bukanlah tempat yang cukup luas untuk menampung seluruh jamaah haji dari seluruh penjuru dunia. Sehingga setiap negara diberi quota calon jamaah haji. Hal ini berakibat pada terjadinya antrian untuk melaksanakan ibadah haji (waiting list). Semakin tahun,waiting listsemakin lama. Bahkan, di sebagian daerah ada yang mencapai lebih dari 10 tahun. Masyarakat yang ingin segera melaksanakan haji harus segera mendaftarkan diri ke DEPAG. Semakin cepat mendaftar, semakin cepat pula untuk berangkat. Bagi yang memiliki uang tunai, tidak ada masalah. Tetapi, bagi kalangan yang tidak memiliki uang tunai, tentu harus menunggu sampai tabungannya terkumpul dan cukup. Melihat hal ini, Bank Muamalah memberikan solusi dengan meluncurkan program Dana Talangan Haji.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Dana Talangan Haji dan Arisan HajiArtiDana Talangan Hajiadalah pinjaman dari Lembaga Keuangan Syari'ah kepada nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperolehkursi hajipada saatpelunasan BPIH(Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Nasabah kemudian wajib mengembalikan sejumlah uang yang dipinjam itu dalam jangka waktu tertentu. Kemudian Lembaga Keuangan Syari'ah ini menguruskan pembiayaan BPIH berikut berkas-berkasnya sampai nasabah tersebut mendapatkankursi haji. Atas jasa pengurusan haji tersebut,Lembaga Keuangan Syariahmemperoleh imbalan, yang besarnya tak didasarkan pada jumlah dana yang dipinjamkan. Pengertian ArisanDi dalam beberapa kamus disebutkan bahwa Arisan adalah pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.Hukum Arisan Secara Umum, termasukmuamalatyang belum pernah disinggung di dalamAl-QurandanAs-Sunnahsecara langsung, maka hukumnya dikembalikan kepadahukum asal muamalah, yaitu dibolehkan.

B. Hukum Berhaji Dengan Pinjaman bank Pada dasarnya berhaji denganberhutangitu tidak diperbolehkan, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh'Abdullah bin Abi 'Aufa, katanya: Artinya: "Saya tanyakan kepada Rasulullah saw. mengenai orang yang belum menunaikan haji, apakah ia boleh berutang buat berhaji? " Ujarnya: "Tidak!"(H.R. Baihaqi). Larangan ini terjadi karena Islam tidak menghendaki orang berhaji dengan membawa beban hutang. Pada perkembangannya, belakangan ini di beberapa negara untuk dapat pergi haji orang harus menunggu bertahun-tahun, hal ini karena panjangnya daftar antri di samping adanya kuota dari otoritasArab Saudi.Maka orang yang berhutang misalnya meminjam dari bank, dipastikan sudah lunas pinjamannya pada saat mendapat giliran pergi hajinya, sehingga dia bisa pergi tanpa meninggalkan beban hutang lagi. Dari sinilah timbul pertanyaan bolehkan berhaji dengan kredit dari bank? berikut saya petikkan beberapa pendapat, diantaranya :1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Majelis Ulama Indonesia tak mempermasalahkan mekanisme penggunaan dana talangan dalam pelaksanaan haji. Sudah ada fatwanya,mekanisme dana talangan dibolehkan secara syariah,. Maruf menjelaskan, mekanisme pinjaman ke bank untuk pelaksanaan haji dibolehkan, asalkan tidak ada imbalan atau komisi dalam talangannya. Komisi hanya boleh diterapkan perbankan dalam proses pengurusannya.2. Fatwa Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PPMuhammadiyahtelah menetapkan fatwa terkait masalah itu. Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah, tidak ada halangan bagi orang yang melakukan ibadah haji dengan harta pinjaman dari orang lain.Asal halal. Haji yang dilakukan dengan harta demikian kalau sesuai dengan agama, sah hukumnya, dan hajinya pun dapat saja mencapai haji mabrur,''demikian bunyi fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah. Meski begitu, ada syarat atau catatan yang harus diperhatikan, yakni pinjaman atau utang untuk naik haji itu bukan takaluf.Takalufartinya mengada-ada secara tidak semestinya.Yakni, meminjam uang untuk naik haji kepada orang lain, namun tak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan sumber untuk mengembalikan pinjaman itu atau"Asal Pinjam."Sedangkan, bagi orang yang mempunyai harta (benda) dan kemampuan untuk mengembalikan pinjaman utang, meminjam uang untuk berhaji tidak menjadi masalah.''Misalnya, seseorang yang sudah berniat haji, tetapi pada saat pelunasan ONH, barang yang akan dijual untuk biaya haji belum laku. Kemudian ia pinjam atau berutang kepada saudara atau temannya. Sesudah pulang dari haji barang itu baru laku dan dikembalikan pinjaman tersebut,'' demikian bunyi fatwa itu.Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah, sebaiknya orang yang berangkat haji itu tak memiliki tanggungan apa-apa.3. Fatwa Ulama NU Fatwa yang sama juga telah ditetapkan para ulama NU dalam Muktamar ke-28 di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta pada 25-28 November 1989.Dalam fatwanya, ulama NU bersepakat bahwa: Mengambil kredit tabungan dengan jaminan dan angsuran dari gaji untuk membiayai ibadah haji adalahsah. ''Hukum hajinya sah,'' demikian bunyi fatwa tersebut.Sebagai dasar hukumnya, para ulama NU mengambil dalil darial-Syarqawi,Juz I, halaman 460: ''Orang yang tidak mampu, maka ia tidak wajib haji, akan tetapi jika ia melaksanakannya, maka hajinya sah.''Dalil lainnya yang digunakan sebagai dasar hukum adalahNihayatul Muhtaj, Juz III, halaman 223: ''Sah haji orang fakir dan semua yang tidak mampu selama ia termasuk orang merdeka danmukallaf(Muslim, berakal dan balig), sebagaimana sah orang sakit yang memaksakan diri untuk melaksanakanshalat Jumat.''4. Pendapat Syekh Muhammad bin Shalih Terkait menunaikan haji dengan uang pinjaman,Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin,dalamFatawa Nur alad Darb,jilid 1 hal 277, mengungkapkan: Haji dengan uang dari utangantidak merusak sahnya ibadah haji. Apalagi bila di balik utang itu ada tujuan yang mulia, yaitu menemani orangtua, atau wanita yang tidak memiliki mahram. Seseorang, kataSyekh al-Utsaimin,tidak wajib menunaikan ibadah haji jika ia sedang menanggung utang, tapi tidak menggugurkan syarat sahnya. Sebagian ulama, berpandangan; jangan berutang untuk menunaikan ibadah haji, karena ibadah haji dalam kondisi seperti itu hukumnya tidak wajib.Dengan kemurahanrahmatAllah SWT, seseorang hendaknya tidak memaksakan diri dengan berutang, yang ia sendiri tidak tahu kapan dapat melunasinya, bahkan barangkali ia mati dan belum sempat menunaikan utangnya. Lalu jika begitu ia menanggung beban hutang selama-lamanya.Syekh al-Utsaimin membolehkan kredit di bank untuk bisa berangkat haji.C. Hukum Berhaji Dengan Arisan Haji Pada Muktamar ke-28 NU, tim perumus Komisi IMasail Diniyahyang diketuaiKH Agil Munawwarmenetapkan kedudukan arisan haji yang jumlah setorannya berubah-ubah.Para ulama NU bersepakat pada dasarnya arisan dibenarkan.Sedangkan terkait arisan haji karena berubah-ubahnya ONH, terdapat perbedaan pendapat. ''Tentang hajinya tetap sah,'' demikian bunyi fatwa itu.Dasar hukum yang digunakan sebagai rujukan adalahal-Qulyubi, juz II,halaman 258. ''Perkumpulan yang populer (misalnya arisan) di kalangan wanita, di mana masing-masing wanita tersebut mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya kepada salah seorang dari mereka secara bergantian sampai giliran yang terakhir, maka yang demikian itu sah.'' Pandangan hukum Islam terhadap arisan haji adalah sebagai muamalah yang diperbolehkan, meskipun ONHnya berubah-ubah. sehingga setoran yang harus diberikan oleh peserta arisan juga harus berubah-ubah. Sebab arisan itu menggunakan qiradl (hutang piutang), sehingga perbedaan jumlah setoran tidak mempengaruhi keabsahan aqad tersebut. .Dasar pengambilan Kitab Qolyubi juz 2 halaman 258, Al Mahali juz 2 halaman 287, dan Kitab Nihayatul Muhtaj juz 3 halaman 233.

D. Pelaksanaan Tabungan Haji Di Indonesia Dalam melaksanakan ibadah haji, yang terpenting adalah nilai religiusnya yang sangat tinggi. Ibadah haji yang tertulis dalam rukun Islam kelima, sesungguhnya adalah akumulasi dari empat rukun sebelumnya. Untuk meningkatkan nilai ibadahnya memang harus dibutuhkan manajemen yang baik, sistem yang mendukung, dan pengelola yang mumpuni dalam bidangnya. Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini, perlu pengelolaan khusus dan matang dalam setiap pelaksanaan ibadah haji. Kondisi perhajian di Indonesia saat ini memang sudah cukup baik, akan tetapi lebih baik lagi seandainya dalam tata kelola ibadah haji bisa dioptimalkan dalam berbagai hal. Seperti, pengelolaan haji harus dapat meningkatkan kualitas hidup, membawa ke lingkungan yang baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Hal tersebut juga pernah diutarakan oleh Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Drs H Kurdi Mustofa MM. Menurut dia, haji di Indonesia sangat potensial, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. Melihat kondisi penyelenggaraan haji saat ini tampaknya masih mencuatkan banyak kritikan yang diarahkan kepada Kemenag, terutama dari kalangan praktisi ibadah haji. Sehingga, muncul anggapan bahwa penyelenggaraan ibadah haji sangat statis, seolah-olah kerjanya hanya memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pelaksanaan ibadah haji dari tahun ke tahun memang hanya begitu-gitu saja, mungkin hanya sebagian kecil yang agak berbeda, seperti kondisi bangunan yang sering di renovasi oleh Pemerintah Arab Saudi. Tidak ada pengecualian antara negara yang mayoritasnya Muslim dengan negara yang minoritas jumlah Muslimnya. Hampir semua negara sama dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji. Mungkin hanya sedikit berbeda dalam urusan manajemennya, hal ini juga bisa disebabkan oleh faktor kultur, fisik dan jumlah jemaah yang berbeda. Jumlah jemaah haji di Indonesia memang sangat banyak, sampai ada calon jemaah haji yang harus menunggu hingga 10 tahun. Dengan jumlah yang sedemikian banyak, akan berpotensi membawa mudarat ataupun manfaat yang besar. Mengambil pelajaran dari negara tetangga, yaitu bank haji yang dimiliki Malaysia. Bank ini sungguh sangat berperan dalam memajukan perokonomian negeri jiran tersebut. Salah satu bentuk keberhasilannya, bank haji Malaysia memiliki 11 menara yang terletak di negaranya sendiri, dan memiliki saham di berbagai tempat, salah satunya di perkebunan kelapa sawit provinsi Riau dan Sumatera Utara. Indonesia sebagai negara yang memiliki jemaah sepuluh kali lipat dari jemaah Malaysia, seharusnya bisa lebih potensial dalam upaya meningkatkan kekuatan perokonomian negara ini. Salah satunya dengan menyusun ulang sistem tata kelola keuangan haji. Sedangkan saat ini tabungan calon jemaah haji yang diduga jumlahnya sampai triliunan rupiah tidak jelas arahnya ke mana.Dalam upaya menjadikan pengelolaan haji sebagai salah satu kekuatan ekonomi nasional, akan bertentangan dengan UU No 13 Tahun 2008. Padahal, apabila ingin mengurangi beban ekonomi bangsa ini, salah satu cara adalah merubah undang-undang tersebut. Sistem pengelolaan tabungan calon jemaah haji saat ini memang sudah terbilang baik, akan tetapi belum mampu memberikan hal yang positif bagi para nasabahnya. Salah satu contoh, tidak adanya asuransi bagi para calon jemaah haji yang menabung di berbagai bank, serta tidak jelasnya arah lari uang dari bagi hasil penabung. Dalam merubah suatu sistem, memang tidak semudah membalikkan tangan kita. Dalam hal ini, dibutuhkan badan khusus yang dibentuk oleh presiden dalam menjalankan tugas mengelola bank haji. Dengan demikian, lembaga tersebut akan bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan dan mengelola tabungan calon jamaah haji yang baru. Dengan terlaksananya pengelolaan dana tabungan calon ibadah haji yang lebih optimal, sangat mungkin perekonomian negara kita ini akan maju, terdorong oleh dana tabungan jemaah yang jumlahnya tidak sedikit. Karena, hal ini telah dibuktikan oleh Malaysia, yang lebih dulu memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan perkembangan ekonomi di negaranya. Sebagai agama yang memiliki ideologi kuat, Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk berikhtiar dan sungguh-sungguh dalam hidup. Apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah, telah menjadi cermin bagi kita. Semakin banyak kita belajar, berjuang, dan berusaha, maka semakin banyak pula yang akan kita dapat. Demikian juga dalam upaya membantu memajukan negara ini, pelaksanaan ibadah haji yang sarat nilai ibadahnya, bisa dijadikan penopang dalam membangun perekonomian negara. Hal ini dilakukan bukan semata untuk mencari kekayaan. Lebih dari itu, ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk sepanjang hayat dalam mensejahterakan rakyat. Hal lain yang perlu diketahui, tujuan dari ormas-ormas Islam berdiri adalah ingin membuat perubahan yang positif, baik dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Untuk itu, dengan pengelolan dana haji yang tersusun rapi, akan sangat membantu dalam membuat perubahan dalam bidang ekonomi di negara ini. Syarat agar pengelolaan ini dapat berjalan sesuai harapan, seharusnya tidak ada intervensi dari mana pun yang boleh ikut mengelola dana tersebut, baik investor asing dan lokal. Semuanya harus lulus kelayakan standar syariat.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Haji kredit adalah berhaji dengan dana utangan baik dari lembaga maupun dari kelompok tertentu dan utang itu dibayar secara cicilan.2. Secara Umum Pandangan Huku Islam tentang haji kredit diperbolehkan, dengan syarat hal itu dilakukan atas dasar kemanfaatan dan bukan kemudharatan, tentunya hal mana yang timbul bagaimana peran pemangku kepentingan didalamnya.3. Sistem pengelolaan tabungan calon jemaah haji saat ini sudah terbilang baik, akan tetapi belum mampu memberikan hal yang positif bagi para nasabahnya. Salah satu contoh, tidak adanya asuransi bagi para calon jemaah haji yang menabung di berbagai bank, serta tidak jelasnya arah lari uang dari bagi hasil penabung.

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998. Pedoman Haji, Semarang : Pustaka Rizki Putra

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991.Fath-Hul Qarib, Surabaya : Al-Hidayah.

Maadi ghufran. 2002. Fiqih muamalah kontekstual, Raja Grapindo persada : Jakarta

http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/06/01.fiqih-muamalah

http://www.jadipintar.com/2013/08/Hukum-Berhaji-Dengan-Pinjaman-Bank-dan-Arisan-Haji.html