makalah gum arab

20
Makalah Tugas Akhir MK Teknologi Serat, Karet, Resin, dan Gum Dosen: Prof. Dr. Ono Suparno STP, MT GUM ARAB M. Wajih Abdul B F34100087 Suci E Afrianty F34100091 Rina Ngumriana F34100094 Roseiga Retno A F34100100 Gita Hapsari F34100109 Hafizah Khaerina F34100110 Jalal Romansyah F34100113 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: hafizah-khaerina

Post on 28-Nov-2015

1.407 views

Category:

Documents


123 download

DESCRIPTION

Gum Arab

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gum Arab

Makalah Tugas AkhirMK Teknologi Serat, Karet, Resin, dan Gum

Dosen: Prof. Dr. Ono Suparno STP, MT

GUM ARAB

M. Wajih Abdul B F34100087Suci E Afrianty F34100091Rina Ngumriana F34100094Roseiga Retno A F34100100Gita Hapsari F34100109Hafizah Khaerina F34100110Jalal Romansyah F34100113

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2013

Page 2: Makalah Gum Arab

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1Latar Belakang 1Tujuan 1Luaran 1

BAHAN BAKU 2Sentra Produksi 2Tingkat Produksi 3

PRODUK 3Pohon Industri 3Jenis 4Kegunaan/Manfaat 4Standar Mutu 5

ASPEK PRODUKSI 6Teknologi Proses Produksi 7Perkiraan Biaya Produksi 7

LIMBAH PRODUKSI 10Pengolahan Limbah 10Pemanfaatan Limbah 10

PEMASARAN 10Permintaan dan Penawaran 10

SIMPULAN DAN SARAN 11Simpulan 11Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

Page 3: Makalah Gum Arab

DAFTAR TABEL

1 Tingkat kekerasan dan kandungan gula buah pisang ambon pada suhu simpan yang berbeda dan pemberian putresina 3

2 Tingkat kekerasan buah pisang raja pada suhu simpan yang berbeda dan pemberian putresina 3

DAFTAR GAMBAR

1 Diameter bunga krisan cv. Red Granada () dan Gold van Langen (�) pada beberapa tingkat naungan 3

3 Style yang tersedia pada templat 34 Opsi pembuatan bagian Daftar Isi 35 Membuat text box 36 Jendela Layout 37 Pilih Top and Bottom pada jendela Text Wrapping 38 Jendela untuk memasukkan judul ilustrasi 39 Jendela pembuatan Daftar Gambar, Tabel, dan Lampiran 3

10 Menu untuk memasukkan page break 311 Contoh gambar yang memiliki lebar kurang dari 10 cm 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan Ciheuleut 3

12 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam pada lima ketinggian tempat 3

Page 4: Makalah Gum Arab

4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gum arab, dikenal pula sebagai gum acacia adalah salah satu produk getah (resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan legum (Acasia senegal), yaitu sejenis polong-polongan. Nama gum arab secara harfiah berarti "getah arab". Tumbuhan ini berasal dari oasis padang pasir di Afrika utara. Sudan dan Senegal merupakan negara exportir gum arab terbesar di dunia.

Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan L-ramnosa. Gum arab mempunyai gugus arabinogalactan protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai agen pengemulsi, pengikat, penstabil dan pelindung.

Gum arab merupakan bahan pengental emulsi yang efektif karenakemampuannya melindungi koloid. Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Gum arab dapat digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan pemantap emulsi. Sebagai agen pengikat serta pelindung gum arab digunakan karena sifatnya membentuk film yang dapat membungkus partikel. Gum arab memiliki keunikan karena kelarutannya yang tinggi dan viskositasnya rendah. Pada olahan pangan yang banyak mengandung gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukan emulsi lemak yang mantap dan mencegah kristalisasi gula.

Gum arab sangat bermanfaat bagi pembuatan berbagai produk makanan, minuman, kimia, maupun obat-obatan. Gum arab banyak digunakan pada industri makanan, minuman, kimia dan farmasi. Pada Industri minuman digunakan sebagai campuran minuman untuk mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air. Gum arab juga digunakand alam penyusunan pil dan emulsi, dalam pembuatan perekat dan permen, dan sebagai pengental dan stabilizer koloid.

Teknologi proses yang baik akan menghasilkan suatu produk dengan kualitas yang tinggi. Sebagai bahan tambahan makanan maupun kimia untuk berbagai keperluan industri, dibutuhkan produk gum arab komersil yang berkualitas dan praktis dalam penggunaannya. Dengan menggunakan teknologi proses yang ada dapat dihasilkan suatu produk gum arab serbuk yang berkualitas baik dan memiliki nilai tambah sebagai suatu produk komersil.

Tujuan

Tujuan dari proses produksi gum arab ini adalah menghasilkan produk gum arab serbuk dengan kualitas dan kemurnian yang baik sehingga meningkatkan nilai tambah sebagai suatu produk komersil untuk berbagai industri makanan, industri kimia maupun indistr farmasi.

Luaran

Luaran yang diharapkan yaitu dihasilkan suatu produk gum arab dalam bentuk serbuk dengan kualitas dan kemurnian yang baik sebagai suatu produk komersil yang memiliki nilai tambah.

Page 5: Makalah Gum Arab

5

BAHAN BAKU

Gum arab merupakan salah satu produk getah (resin) yang dihasilkan dari proses penyadapan tanaman acacia sp. Jenis acacia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku gum arab yaitu Acacia sinegal. Habitat tanaman Acacia sinegal berada di savana kering (padang rumput) dan tepian gurun. Acacia sinegal tumbuh pada tanah berpasir dan sedikit liat. Pertumbuhan akan lebih baik pada tanah dengan tekstur seperti fosil bukit-bukit pasir dengan curah hujan antara 300 – 400 mm curah hujan tahunan. Tanaman Acacia sinegal masih dapat tumbuh dalam kondisi ekstrim dengan curah hujan anatara 100 – 950 mm pertahun namun hal ini dapat mengurangi produksi getah yang dihasilkan. Acacia sinegal juga dapat bertahan hidup pada suhu 45o C, angin kering dan badai pasir, namun tidak dapat menahan embun beku. Acacia sinegal banyak tumbuh di ketinggian 100 – 1.700 m di atas permuakaan laut di Sudan serta ketinggian 1950 mdpl sekitar Nakuru, Kenya. Acacia sinegal itu sendiri merupakan jenis tanaman semak yang bercabang rendah dengan tinggi rata-rata 7 m dan maksimum 15 m. Pohon akan berbungan selama musim hujan dan kehilangan daunnya selama musim kemarau. Ketika air tersedia dalam jumlah besar, akar akan berkembang dan pohon akan tumbuh lebih besar dari normal. Kulit kayu Acacia sinegal berwarna kuning kecoklatan dan halus pada pohon yang masih muda. Kumudian warna akan berubah menjadi abu-abu dan gelap serta retak pada pohon yang sudah tua.

Sentra Produksi

Acacia sinegal ditemukan tumbuh di Mauritania, Senegal, The Gambia, Ghana, Burkina Faso, Côte d'lvoire, Mali, Niger, Nigeria, Cameroon, Democratic Republic of the Congo, Central African Republic, Rwanda, Chad, Sudan, Ethiopia, Somalia, Uganda, Kenya, Tanzania, Mozambique, Angola, South Africa, Namibia, Oman, Pakistan, and India. Tanaman ini telah dikenal di Mesir, Australia, Puerto Rico, the Virgin Islands dan sebagainya. Namun tiga sentra produksi tanaman Acacia sinegal penghasil gum arab terbesar yaitu Sudan, Nigeria, dan Chad. Umumnya Acacia sinegal ditanam secara budi daya. Acacia sinegal disadap dengan memotong bagian kulit dari pohon. Getah yang dihasilkan di pohon ini sering disebut kordofan. Panen biasanya dimulai pada bulan Juli (musim penghujan) dan diekspor pada musim kemarau (November).

Gum arab tidak dapat dihasilkan di Indonesia karena secara habitat tanaman Acacia sinegal tidak cocok ditanam di Indonesia. Di Indonesia tanaman acacia yang dapat menghasilkan getah gum arab yang sama baik dengan Acacia sinegal adalah jenis acacia gunung. Namun hingga saat ini para petani belum memanfaatkan potensi akasia sebagai penghasil gum arab, karena belum ada yang membimbing cara pengambilan, pemrosesan dan pamasarannya. Sementara pasar kulit kayunya sudah sangat jelas karena para penampung siap untuk mengambil langsung dari para petani. Sehingga petani lebih hanya fokus pada kulit kayu acacia gunung saja. Kebutuhan gum arab dalam negeri masih masih impor karena tidak adanya hasil produksi di dalam negeri.

Page 6: Makalah Gum Arab

6

Tingkat Produksi

PRODUK

Pohon Industri

Bagan 1 Pohon Industri Gum Arab

Berdasarkan Bagan 1 dapat dilihat bahwa gum arab dimanfaatkan sebagai agen pengikat, agen pengemulsi, agen penstabil, dan agen pelindung. Gum arab bermanfaat sebagai agen pengikatserta agen pelindung karena sifatnya membentuk film yang dapat membungkus partikel yang dicampurkan dengan gum arab tersebut. Kemampuan gum arab sebagai agen pengikat membuat gum arab banyak digunakan pada industri minuman instan serbuk, cat air, foto, dan percetakan. Kemampuan gum arab sebagai agen pelindung membuat gum arab digunakan pada industri percetakan.

Gum arab bermanfaat sebagai agen pengemulsi dan penstabil karena gum arab memiliki dua sisi yaitu sisi hidrofilik dan sisi hidrofobik sehingga baik digunakan untuk mengemulsikan dua larutan yang berbeda. Kemampuan gum

Gum Arab

Agen PengikatIndustri Minuman

Instan Serbuk

Industri Cat Air

Industri Foto

Industri Percetaka

n

Agen Pengemulsi

Industri Roti

Industri Es Krim

Agen PenstabilIndustri Minuman Berkarbon

asi

Industri Es Krim

Ageb Pelindung

Industri Foto

Page 7: Makalah Gum Arab

7

arab sebagai agen pengemuldi membuat gum arab banyak digunakan pada industri roti dan es krim. Kemampuan gum arab sebagai agen penstabil membuat gum arab banyak digunakan pada industri minuman berkarbonasi dan industri es krim.

Jenis

Gum arab termasuk ke dalam golongan gum alami. Gum alami merupakan gum hasil ekskresi dari bagian kulit atau batang tanaman, berupa cairan yang kental dan akan menjadi padat jika dibiarkan mendingin. Cairan ini akan keluar apabila kulit batang tanaman terluka, untuk mencegah terjadinya pengeringan pada jaringan di bawahnya.

Gum arab merupakan polisakarida netral atau sedikit asam, pada umumnya terdapat dalam bentuk garam Ca, Mg, dan K. Jika gum arab terhidrolisis maka akan menghasilkan lima jenis gula; yaitu D-galaktosa, L-arabinosa (dalam bentuk piranosa dan furanosa), L-ramnosa, D-asam glukoronat, dan metil asam glukoronat (Groff dan Gropper 1999). Berat molekul gum arab berkisar antara 250.000 hingga 1.000.000.Gum arab merupakan senyawa yang tidak dapat dicerna. Gum arab dapat digolongkan berdasarkan kelarutannya menjadi dua golongan besar; yaitu gum yang larut air (hidrofilik), dan gum yang tidak larut air (hidrofobik). Gum arab yang bersifat hidrofilik dapat dilarutkan atau didispersikan dalam air panas atau air dingin untuk meningkatkan viskositas larutan (Bertolini et al 2001).

Gum arab mudah larut ketika diaduk dalam air dan mempunyai sifat yang unik jika dibandingkan dengan gum lain. Gum arab membentuk larutan dengan kekentalan yang rendah sehingga dapat membentuk larutan dengan konsentrasi sampai 50%. Gum lain akan membentuk larutan yang sangan kental pada konsentrasi yang rendah (1-5 %), sedangkan gum arab baru mencapai kekentalan maksimum pada konsentrasi 40-50%. Gum arab akan mencapai kekentalan maksimum pada pH 4.5- 5.5. Apabila pH gum arab kurang dari 4,5 atau lebih dari 5,5 maka akan menyebabkan kekentalan larutan rendah. Adanya elektrolit dalam larutan gum arab juga mengakibatkan turunnya kekentalan, meskipun dalam larutan yang sangat encer penurunan kekentalan ini lebih nyata pada larutan dengan konsentrasi yang tinggi (Hui 1992).

Menurut Imeson (1999), gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Acasia Senegal ini berkisar 3,9 – 4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya (protein). Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan karena gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas.

Kegunaan/Manfaat

Gum arab dapat digunakan untuk memperbaiki viskositas, tekstur, dan bentuk pada produk pangan. Gum arab juga dapat mempertahankan flavor pada

Page 8: Makalah Gum Arab

8

produk pangan yang dikeringkan dengan menggunakan spray dryer karena gum arab dapat membentuk lapisan yang dapat melapisi partikel flavor sehingga dapat terlindung dari oksidasi, evaporasi, dan absorpsi air dari udara terutama pada produk yang bersifat higroskopis (Reineccius 2002).

Gum arab termasuk ke dalam golongan GRAS (Generally Recognized As Safe) sehingga gum arab sering diaplikasikan pada industri pangan. Gum arab digunakan sebagai penstabil busa pada minuman berkarbonasi. Gum arab juga digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil, dan pengemulsi pada pembuatan es krim. Gum arab mempunyai gugus arabinogalactan protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental.Hui (1992) menambahkan bahwa gum arab merupakan bahan pengental emulsi yang efektif sehingga sering digunakan dalam pembuatan roti.

Gum arab digunakan dalam bidang seni lukis. Gum arab digunakan sebagai agen pengikat pigmen warna pada cat air karena kemudahannya untuk larut dalam air. Air merupakan media untuk mengencerkan cat air dan membantu untuk pengaplikasian cat air pada permukaan (misalkan kertas). Ketika lukisan mengering, gum arab pada cat air mengikat pigmen warna dan menempel pada permukaan tersebut.

Gum arab digunakan dalam bidang percetakan dan fotografi. Gum arab digunakan untuk melindungi foto pada proses litografi karena kemampuan gum arab dalam membentuk film. Proses gum bchromate photography menggunakan gum arab yang dicampur dengan amonium dikromat dan pigmen warna untuk membuat emulsi warna yang tidak larut dalam air meskipun setelah terpapar sinar ultra violet.

Standar Mutu

Berdasarkan SNI 01-7152-2006, gum arab termasuk ke dalam bahan tambahan pangan, yaitu pelarut pembawa yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan. Badan Standarisasi Nasional sendiri tidak memiliki standar khusus untuk produk gum arab karena gum arab tidak diproduksi di Indonesia. Kebutuhan gum arab di Indonesia dipenuhi dengan impor dari negara MENA (Middle East and North Africa). Standar mutu yang diberlakukan untuk gum arab berasal dari standar mutu yang telah dikeluarkan oleh negara produsen. Berikut ini adalah standar mutu gum arab (Tabel 1).

Tabel 1 Standar Mutu Gum Arab (sumber : Gum Arab Board, Sudan- http://www.gumboard.gov.sd/propGum.html)

Kriteria StandarKelarutan Maks 55% (b/v)Kadar kelarutan pada Viskositas 100 cps

40 – 50 %

WarnaTop Quality: Tidak berwarnaAverage Quality: Putih pucat

Rasa Tidak ada rasaKadar serat terlarut 96%Jumlah kalori < 1 kkal/gr

Page 9: Makalah Gum Arab

9

ASPEK PRODUKSI

Gum termasuk polisakarida non struktural yang bukan merupakan penyusun dinding sel tanaman. Gum eksudat merupakan jenis gum yang terbaik. Gum ini dibentuk sebagai respon untuk perlindungan diri terhadap keadaan yang dapat merusak tanaman dan membatasi kehilangan air. Gum eksudat biasanya berasal dari cairan atau getah yang menetes dari batang tanaman yang biasanya berkayu keras. Gum arab termasuk dalam golongan gum eksudat. Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan L-ramnosa. Berat molekulnya antara 250.000-1.000.000. Gum arab jauh lebih mudah larut dalam air dibanding hidrokoloid lainnya. Pada olahan pangan yang banyak mengandung gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukan emulsi lemak yang mantap dan mencegah kristalisasi gula. Secara fisik, gum arab merupakan molekul bercabang banyak dan kompleks. Dengan bentuk struktur yang demikian menyebabkan gum arab memiliki kekentalan yang rendah (Fardiaz 1989).

Gum arab mudah larut ketika diaduk dalam air dan mempunyai sifat yang unik jika dibandingkan dengan gum lain. Hal ini disebakan gum arab membentuk larutan dengan kekentalan yang rendah sehingga dapat membentuk larutan dengan konsentrasi sampai 50%. Gum lain akan membentuk larutan yang sangan kental pada konsentrasi yang rendah (1-5 %), sedangkan gum arab baru mencapai kekentalan maksimum pada konsentrasi 40-50%. Umumnya larutan gum arab akan mencapai kekentalan maksimum pada pH 4.5- 5.5. Kurang dan lebih dari pH akan menyebabkan kekentalannya rendah. Adanya elektrolit dalam larutan gum arab juga mengakibatkan turunnya kekentalan, meskipun dalam larutan yang sangat encer penurunan kekentalan ini lebih nyata pada larutan dengan konsentrasi yang tinggi. Kemampuan untuk membentuk larutan pekat tersebut menyebabkan gum arab digunakan sebagai pemantap dan pengemulsi yang sangat baik jika dicampurkan dengan sejumlah bahan-bahan yang tidak larut (Hui 1992).

Menurut Imeson (1999), gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Acasia Senegal ini berkisar 3,9-4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi dari gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya (protein). Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan, mengingat gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas. Menurut Alinkolis (1989), gum arab dapat digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan pemantap emulsi. Gum arab akan membentuk larutan yang tidak begitu kental dan tidak membentuk gel pada kepekatan yang biasa digunakan (paling tinggi 50%). Viskositas akan meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi. Gum arab mempunyai gugus arabinogalactan protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental. Hui (1992) menambahkan bahwa gum arab merupakan bahan pengental emulsi yang efektif karena kemampuannya melindungi koloid

Page 10: Makalah Gum Arab

10

dan sering digunakan pada pembuatan roti. Karakteristik kimia gum arab berdasarkan basis kering dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik gum arab berdasarkan basis keringKomponen Nilai (%)

Galaktosa 36.2 ±2.3Arabinosa 30.5 ± 3.5Rhamnosa 13.0 ± 1.1Protein 2.24 ± 0.15

Teknologi Proses Produksi

Gum arab komersil diperoleh dengan memurnikan getah hasil penyadapan tanaman penghasil getah gum arab. Pengolahan awal dalam proses ini yaitu dengan menyadap getah gum dengan cara ekstrusi pada kulit pohon Acacia sinegal atau Acacia seyal. Setelah proses ekstrusi, getah diendapkan dengan pelarut. Jenis pelarut yang biasa digunakan yaitu etanol. Proses pengendapan juga dapat disertai dengan pemanasan. Proses pemanasan akan meningkatkan kelarutan dari gum arab. Gum akan menggumpal dalam etanol selanjutnya dipisahkan dari komponen yang tidak diinginkan seperti kotoran pada proses penyadapan. Gum arab yang sudah murni selanjutnya dikeringankan dalam oven. Untuk menjadi produk akhir yang siap dipasarkan biasanya gum arab kering dihancurkan sehingga diperoleh produk gum arab serbuk. Proses mengeringan dan pengecilan ukuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan spray drier.

Perkiraan Biaya Produksi

Biaya InvestasiKebutuhan biaya investasi untuk pengembangan produk gum arab dapat

dirinci berdasarkan jumlah pembiayaan yang direncanakan pada periode investasi. Keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan investasi sebesar Rp. 3.412.500 dan total biaya penyusutan perhari sebesar Rp. 462.542. Untuk rincian alokasi biaya investasi dan penyusutan ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 Rincian biaya investasi dan biaya penyusutan produk gum arabNo Investasi Jumlah

(Buah)Harga Awal(Rp)

Total Harga (Rp)

Harga Akhir (Rp)

Masa Pakai

(Tahun)

Biaya Penyusutan/tahun(Rp)

1. Kompor gas 1 250.000 250.000 25.000 7 32.1422. Tabung gas 2 150.000 300.000 30.000 5 54.0003. Panci 5 50.000 250.000 25.000 5 45.0004. Wadah 3 25.000 75.000 7.500 3 22.5005. Pengaduk 3 25.000 75.000 7.500 3 22.5006. Sendok 3 5.000 15.000 1.500 5 2.7007. Kain saring 5 10.000 50.000 5.000 1 45.0008. Timbangan 1 350.000 350.000 35.000 5 63.000

Page 11: Makalah Gum Arab

11

9. Pisau Sadap 2 40.000 80.000 4.000 3 12.00010. Spray Drier 1 1.900.000 1.900.000 190.000 10 171.00011. Talang

Sadap5 500 2.500 50 2 225

12. Mangkok Sadap+ CincinEmber Sadap

10

5

1.500

10.000

15.000

50.000

150

1000

2

5

675

1.80013.

Total 47 3.412.500 462.542

Biaya ProduksiBiaya produksi adalah biaya bahan baku dalam pengolahannya menjadi

produk. Keseluruhan biaya untuk biaya produksi sebesar Rp. 7.500.000. Rincian biaya untuk biaya produksi gum arab dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4 Rincian biaya produksi gum arabBahan baku Jumla

hSatuan Harga (Rp) Total Harga (Rp)

Etanol 95 % 500 Liter 15.000 7.500.000Total biaya 7.500.000

Biaya OperasionalBiaya operasional pengolahan gum arab ini terdiri dari biaya umum dari

pengolahan seperti biaya operator, biaya instalasi listrik, biaya instalasi air, biaya untuk pemasaran, dan biaya kebutuhan tak terduga. Keseluruhan biaya untuk biaya operasional sebesar Rp. 16.000.000. Rincian biaya untuk biaya operasional gum arab dapat dilihat dalam Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5 Rincian biaya operasional gum arabOperasional Biaya (Rp) Jumlah Satuan Total harga (Rp)

Operator 3.600.000

3 - 10.800.000

Instalasi Air 2.000.000

- - 2.000.000

Instalasi Listrik 2.500.000

- - 2.500.000

Pemasaran 200.000 - - 200.000Kebutuhan tak terduga 500.000 - - 500.000

Total biaya 16.000.000

Total BiayaTotal biaya untuk pengolahan gum arab ini adalah penjumlahan dari biaya

investasi, biaya produksi, biaya operasional, dan biaya pemasaran, dan biaya

Page 12: Makalah Gum Arab

12

penyusutan. Adapun rincian total biaya pektin dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6 Rincian total biaya pektinJenis Biaya Jumlah (Rp)

Investasi 3.412.500Produksi 7.500.000Operasional 16.000.000Penyusutan 462.542

Total 26.449.958

Harga Pokok ProduksiProduksi pektin menghasilkan 80 kg serbuk pektin. Harga pokok produksi

dihitung untuk mengetahui modal pembuatan satu satu produk. Biaya Tetap = Biaya penyusutan + Biaya operasional

= 462.542 +16.000.000= Rp 16.462.542

Harga Pokok Produksi = (Biaya Tetap + Biaya Produksi) / Jumlah produksi= (16.462.542 + 7.500.000) / 80 kg= Rp 299.531,78

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan satu kg serbuk gum arab menghabiskan biaya sebesar Rp 299.531,78

KeuntunganHarga penjualan gum arab per kg adalah Rp 400.000. Produksi gum arab

adalah perhari adalah 80 kg.Analisis penerimaan terhadap biaya adalah sebagai berikut :

Total Biaya Produksi = 16.462.542 + 7.500.000 = Rp 23.962.542 Total Pendapatan (Rp 400.000 x80) = Rp 32.000.000 Keuntungan = Total Pendapatan - Total Biaya

Produksi = 32.000.000-23.962.542= Rp 8.037.458

Analisis R/C (Penerimaan/cost)Analisis R/C ( Penerimaan / Cost ) menunjukkan kemampuan menghasilkan

laba per satuan nilaiinvestasi. Hasil perhitungan untuk produk gum arab menunjukkan nilai 1,33. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, atau dengan kata lain usaha produksi gum arabakan mendapatkan tambahan penerimaan Rp 1,33 dari setiap pengeluaran Rp 1,00.

R/C = Total Pendapatan / Total Biaya produksi =32.000.000/23.962.542= 1,33

Page 13: Makalah Gum Arab

13

Bedasarkan hasi perhitungan diatas menunjukan bahwa usaha produksi pektin ini layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan karena nilai R/C ini lebih besar dari 1 (PI>1).

Jangka Waktu Pengembalian ModalAnalisis jangka waktu pengembalian modal digunakan untuk mengetahui

pada tahun keberapa investasi yang di kembangkan akan kembali.Jangka waktu pengembalian modal = (Biaya Investasi x Masa Produksi) / keuntungan

= (3.412.500x1 tahun)/8.037.458= 0,42 tahun

Berdasarkan analisis, modal usaha akan kembali setelah usaha berjalan selama 0,42 tahun. Dari segi kelayakan usaha juga produksi pengolahan produk gum arab serbuk ini layak dilanjutkan atau dkembangkan karena menghasilkan keuntungan bagi produsen. Dari perhitungan juga didapatkan hasil bahwa jangka waktu pengembalian modal hanya 0,42 tahun.

LIMBAH PRODUKSI

Pengolahan Limbah

Pemanfaatan Limbah

PEMASARAN

Permintaan dan Penawaran

Page 14: Makalah Gum Arab

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan merupakan jawaban dari tujuan yang sudah ditentukan dan tidak dimaksudkan sebagai ringkasan hasil. Dalam Simpulan, penulis harus dan hanya menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Pendahuluan. Simpulan merupakan generalisasi dari hasil penelitian dan argumentasi penulis, atau pernyataan singkat yang merupakan hakikat dari bab Hasil dan Pembahasan atau hasil pengujian berbagai hipotesis yang berkaitan.

Simpulan merupakan hasil penelitian yang boleh jadi telah dikemukakan dalam perumusan masalah dan telah diberi jawaban sementara berupa hipotesis. Dalam menulis simpulan, penulis harus membedakan dugaan, temuan, dan simpulan hasil studi. Pernyataan simpulan harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Penyampaian simpulan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali, yakni dalam Pembahasan, Simpulan, dan Abstrak sehingga diperlukan kecermatan untuk menyajikannya dengan ungkapan yang berbeda-beda.

Saran

Saran seyogianya mengarah ke implikasi atau tindakan lanjutan yang harus dilakukan sehubungan dengan temuan atau simpulan penulis. Saran yang dikemukakan harus berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil penelitian. Dengan demikian saran ini mengemukakan hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut terutama untuk memperbaiki kelemahan atau kekurangan dalam penelitian yang dilakukanatau perbaikan asumsi yang diambil sehingga didapatkan hasil yang lebih baik. Jadi, saran tersebut harus diuraikan secara spesifik. Jangan menyarankan hal-hal yang tidak dianalisis dan dibahas dalam penelitian serta terkesan menggurui atau memuaskan keinginan peneliti. Untuk penelitian yang berkaitan dengan permasalahan kebijakan, tidak perlu menyarankan kebijakan yang tidak berkaitan dengan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Volume II. John Willey and Sons Inc, Canada

Imeson, A. 1999. Thickening and Gelling Agent for Food. Aspen Publisher Inc, New York

Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium kimia dan biokimia pangan, pusat antar Universitas pangan dan gizi, IPB.

Bertolini AC, Siani AC, Grosso CR. 2001. Stability of Monoterpenes Encapsulation in Gum Arabic by Spray Drying. Journal of Agricultural and Food Chemistry : 49 (27 – 36).

Groff JL, Gropper SS. 1999. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Ontario (CA) : Wadsworth.

Page 15: Makalah Gum Arab

15

Hui YH. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Volume II. Canada (CA) : John Willey and Sons, Inc.

Reineccius GA. 2002. Spray Drying of Food Flavor. Washington DC (US) : Symposium Series No. 370 of Flavour Encapsulation (66 – 72).Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Volume

II. John Willey and Sons Inc, Canada

Imeson, A. 1999. Thickening and Gelling Agent for Food. Aspen Publisher

Inc, New York

Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium kimia dan biokimia pangan,

pusat anatar Universitas pangan dan gizi, IPB.