makalah gambaran tingkat jaminan dan jasa jasa lainnya_oleh hidayati

28
1 TUGAS MAKALAH AUDITING II GAMBARAN UMUM TINGKAT JAMINAN DAN JASA-JASA LAINNYA Disusun Oleh Kelompok III 1. RABIA 11 320 031 2. HIDAYATI 11 320 007 3. RUNITA 11 320 044 4. NURDIAN ARIFIN 11 320 024 5. JAMRIA 11 320 045 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU

Upload: dayati-dokpopers

Post on 20-Jul-2015

473 views

Category:

Art & Photos


1 download

TRANSCRIPT

1

TUGAS

MAKALAH AUDITING II

GAMBARAN UMUM TINGKAT JAMINAN DAN

JASA-JASA LAINNYA

Disusun Oleh Kelompok III

1. RABIA 11 320 031

2. HIDAYATI 11 320 007

3. RUNITA 11 320 044

4. NURDIAN ARIFIN 11 320 024

5. JAMRIA 11 320 045

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan tulang punggung dari berbagai jasa yang

diberikan akuntan publik, dan yang untuk itu diperlukan ijin praktik dari instansi

pemerintah yang berwenang untuk dapat melakasnakannya. Berdasarkan keahlian,

pengalaman, dan reputasi yang ditunjukkan oleh akuntan publik sebagai auditor,

klien, badan-badang pengatur, dan pihak-pihan lainnya menghendaki agar profesi

akuntansi publik memperluas lingkup jasa yang diberikan baik yang berupa jaa

atestasi maupun jasa nonatestasi. Ikatan Akuntansi Indonesia telah menanggapi hal

tersebut dengan menetapkan standar untuk jenis-jenis jasa di atas agar terdapat

keseragaman mutu jasa yang diberikan dan agar para pemakai jasa ini memahami

perbedaan antara berbagai jenis jasa serta tingkat jaminan yang diberikannya.

Selama bertahun-tahun akuntan publik telah dikenal yang bercirikan integritas

dan obyektivitas. Audit atas laporan keuangan yang merupakan topik utama

merupakan jasa yang diberikan akuntan publik dengan tingkat jaminan paling tinggi.

Perluasan lingkup jasa yang diberikan akuntan publik berupa (1) jenis informasi

keuangan dan non keuangan yang akuntan publik bisa memberikan jaminannya, (2)

berbagai tingkat jaminan yang diberikan akuntan publik atas informasi tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan berbagai macam jasa yang diberikan akuntan publik

2. Menyebutkan jenis-jenis “laporan khusus” yang bisa diterbitkan akuntan

publik

3. Menjelaskan standar-standar yang berlaku untuk penugasan atestasi

4. Menjelaskan prosedur-prosedr dan laporan akuntan yang berkaitan dengan

review dan kompilasi laporan keuangan pada perusahaan nonpublik

3

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui macam jasa yang diberikan akuntan publik

2. Untuk mengetahui jenis-jenis laporan khusus yang diterbitkan akuntan

publik

3. Untuk mengetahui standar-standr yang berlaku untuk penugasan atestasi

4. Untuk mengetahui prosedur-prosedur dan laporan akuntan yang berkaitan

dengan revuew dan kompilasi laporan keuangan pada perusahaan

nonpublik

4

BAB II

PEMBAHASAN

TINGKAT JAMINAN

Pada umumnya akntan publik dapat memberi empat tingkatan jaminan yang

berkaitan dengan suatu penugasan. Dalam hal tertentu, akuntan publik bisa

memberikan keempat tingkat jaminan untuk suatu jenis pennugasan tertentu. Dalam

hal lain, standar profesional membatasi jenis jaminan yang bisa diberikan untuk

suatu jenis peugasan tertentu guna mencegah timbulnya salah pengertian mengenai

jasa yang diberikan. Keempat tingkat jaminan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jaminan tingkat audit atau pemeriksaan. Tujuan penugasan ini adalah

memberikan pernyataan positif berupa suatu pendapat akuntan publik

tentang asersi yang dibuat manajemen yang dilakukan berdasarkan standar

profesional.

2. Jaminan tingkat review. Dalam penugasan ini akuntan publik menyatakan

jaminan negatif bahwa tidak terdapat hal-hal yang menjadikan auditor yakin

bahwa asersi manajemen yang disusun berdasarkan standar profesional

akan menyesatkan.

3. Prosedur yang disepakati bersama. Dalam penugasan ini akuntan publik

menyampaikan ringkasan temuan berdasarkan penerapan prosedur yang

disepakati bersama atas asersi manajemen yang diatur oleh standar

profesional. Tingkat jaminan ini bisa berbeda-beda tergantung pada

prosedur yang diterapkan atas asersi tersebut.

4. Tidak ada jaminan. Penugasan ini dimaksudkan untuk membantu

manajemen dalam menyiapkan informasi yang akan dimasukkan dalam

suatu asersi yang diatur oleh standar profesional.

JENIS-JENIS PENUGASAN

Semua jenis penugasan yang diterangkan pada bab ini tercakup dalam standar

profesional yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar profesional tersebut

dimaksudkan agar terdapat keseragaman kualitas jasa yang diberikandan agar

pemakai jasa memahami peredaan berbagai jenis serta tingkat jaminan yang

diberikan oleh masing-masing jasa tersebut. Kantor-kantor akuntan yang banyak

memberikan jasa semacam ini, perlu juga direview oleh sejawatnya. Standar

5

profesional yang diterbiktkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang berkaitan dengan

jasa-jasa ini adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA merupakan interprestasi atas

standar auditing dan biasanya berkaitan dengan asersi-asersi tentang

elemen-elemen dalam laporan keuangan. Jenis penugasan yang dibahas

pada bab ini mencakup pelaporan laporan keuangan yang disusun atas

basis akuntansi komprehensif lain yang bukan merupakan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, pelaporan elemen-elemen tertentu, rekening, atau

unsur suatu laporan keuangan, dan laporan kesesuaian berkaitan dengan

laporan keuangan auditian.

2. Pernyataan Standar Atestassi (SAT). SAT merupakan kerangkan umum

untuk berbagai jasa atestasi yang semakin banyak dilakukan profesi

akuntansi. Standar dan interprestasinya dirancang untuk memberikan

pedoman profesional untuk menciptakan adanya konsistensi dan kualitas

standar jasa atestasi dan membahas pelaporan laporan keuangan

prospektif, laporan pengendalian intern, atestasi kesesuaian, dan atestasi

yang berkaitan dengan analisis manajemen.

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (SAR). SAR merumuskan

jasa-jasa yang berkaitan dengan review atau kompilasi laporan keuangan

pada entitas nonpublik dan memberikan pedoman bagi para akuntan

tentang standar dan prosedur yang harus diterapkan pada kedua jenis

penugasan ini. Jasa-jasa ini hanya dilakukan pada entitas nonpublik.

PENUGASAN-PENUGASAN PSA LAINNYA

Laporan khusus adalah laporan yang dihasilkan daru suatu audit, atau

penerapan prosedur yang disepakati bersama, atas data keuangan historis selain

dari laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum. SA 623, Laporan Khusus (PSA No. 41), menyatakan bahwa istilah laporan

khususi merupakan laporan auditor tentang:

1. Laporan keuangan yangdisusun sesuai dengan basis akuntansi

komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Unsur, akun, atau pos laporan keuangan

3. Kepatuhan dengan aspek perjanjian kontrak atau persyaratan peraturan

yang berkaitan dengan laporan keuangan auditan.

6

4. Penyajian keuangan untuk mematuhi perjanjian kontrak atau ketentuan

peraturan.informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk yang telah

ditetapkan sebelumnya atau daftar yang memerlukan bentuk tertentu

laporan auditor.

BASIS KOMPREHENSIF AKUNTANSI LAINNYA

Ada empat basis komprehensif akuntansi selain dari prinsip akuntansi yang

berlaku umum yang diakui dalam SA 623.04, yaitu:

1. Basis akuntansi yang digunakan oleh satuan usaha yang melaporakan untuk

memenuhi persyaratan atau mematuhi ketentuan pelaporan keuangan suatu

badan pemerintahan yang berwenang untuk mengatur satuan usaha

tersebut.

2. Basis akuntansi yang digunakan atau diharapkan akan digunakan oleh

satuan usaha untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT)

Pajak Penghasilan untuk periode yang dicakup oleh laporan keuangan.

3. Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, dan modifikasi basis kas

yang memiliki dukungan kuat, seperti pencatatan depresiasi atas aktiva

tetap atau accruing income taxes.

4. Rangkaian kriteria pasti yang memilikidukungan kuat yang diterapkan ke

semua pos aterial yyang tampak dalam laporan keuangan, seperti basis

akuntansi tingkat harga (price-level basis of accounting).

Penggunaan basis komprehensif akuntansi lain umum dilakukan. Banyak

perusahaan yang harus tunduk kepada badan pengatur tertentu menyelenggarakan

pembukuannya sesuai dengan basis yang ditetapkan oleh badan pengatur yang

bersangkutan. Sebagai contoh, basis akuntansi yang digunakan oleh perusahaan

asuransi harus sesuai dengan yang diatur oleh Departemen Keuangan. Selain itu

banyak perusahaan kecul atau praktik-praktik perorangan seperti dokter, pengacara,

atau kantor akuntan, menggunakan basis akuntansi kas, atau kas dimodifikasi, atau

basis pajak penhasilan.

Kesepuluh standar dalam auditing bisa diterapkan apabila auditor mengaudit

dan melaporkan setiap laporan keuangan, tanpa melihat basis akuntansi yang

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini, perbedaan

terbesar bahwa laporan keuangan tidak dimaksudkan untuk menyajikan secara

wajar posisi keuangan, dan lain-lain, sesuai denan prinsip akuntansi yang berlaku

7

umum. Namun demikian, standar pelaporan yang pertama akan terpeuhi dengan

menyebutkan apakah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan basis akuntansi

yang digunakan.

Laporan khusus auditor tentang laporan keuangan yang disusun berdasarkan

basis komprehensif akuntansi lain harus berisi empat paragraf:

1. Paragraf pendahuluan yang sama dengan laporan auditor bentk baku,

kecuali judul-judul laporan keuangan yang berbeda, seperti laporan aktiva

dan kewajiban yang timbul dari transaksi kas.

2. Paragraf lingkup yang persis sama dengan laporan auditor bentuk bbaku.

3. Paragraf penjelasan setelah paragraf lingkup yang menyatakan tentang

basis penyajian dan merujuk ke catatan atas laporan keuangan yang

menjelaskan dasar akuntansi komprohensif selain prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

4. Paragraf pendapat yang menyatakan pendapat auditor (pernyataan menolak

memberi pendapat) tentang apakah laporan keuangan disajikan secara

wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan basis akuntansi yang

disebutkan.

ANSUR, AKUN, ATAU POS TERTENTU LAPORAN KEUANGAN

Data ini biasanya meliputi sewa, royalti, partisipasi laba, atau penyisihan untuk

pajak penghaslan. Laporan khusus tentang data ini mungkin diterbitkan sebagai

hasil suatu audit atau hasil penerapan prosedur yang disepakati bersama.

Audit

Suatu audit diakhiri dengan pemberian pernyataan suatu pendapat mengenai

kewajaran penyajian elemen, akun, atau unsur tertentu. Data yang disajikan bisa

disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, basis akuntansi

komprehensif lan, atau basis yang disepakai dalam suatu perrjanjian misalnya

kontrak sewa. Kesupuluh standar auditing berlaku apabila data disajikan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif

lain. Jika tidak, maka standar pelaporan pertama tidak dapat diterapkan. Penugasan

untuk menyatakan suatu pendapat atas elemen, akun, atau pos tertentu bisa juga

idilaksanakn sebagai suatu penugasan terpisah..

8

Prosedur yang Disepakati

Penerapan prosedur yang disepakati bukanlah suatu audit. Jenis pemberian

jasa ini bisa terjadi, misalnya dalam suatu rencana akuisisi apabila pembeli propektif

meminta akuntan untuk merekonsiliasi saldo bank dan mengkonfirmasi piutang

dagang. SAS 622, Laporan Khusus – Penerapan Prosedur yang disepakatii atas

Unsur, Akun, atau Pis Suatu Laporan Keuangan (PSA No. 51), menyatakan bahwa

akuntan independen bisa menerima penugasan untuk menerapkan prosedur yang

disepakati atas elemen, akun, atau pos tertentu dalam suatu laporann keuangan di

bawah kondisi-kondisi berikut:

1. Akuntan adalah independen

2. Akuntan dan pihak-pihak yang bersangkutan sepakat dengan prosedur-

prosedur yang dilakukan atau akan dilakukan oleh akuntan

3. Pihak-pihak yang bersangkutan bertanggungjawab atas kecukupan

prosedur-prosedur yang telah disepakati untuk tujuan mereka.

4. Prosedur-prosedur yang akan dilakukan diperkirakan akan menghasilkan

temuan konsisten yang masuk akal.

5. Basis akuntansi untuk elemen, akun , atau pos laporan keuangan tertentu

cukup jelas bagi semua pihak dan akuntan.

6. Hal-hal spesiffik tertentu yang padanya akan diterapkan prosedur yang telah

disepakati, perrlu diestimasi dan diukur secara konsistensi dan masuk akal.

7. Bukti-bukti yang berkaitan dengan hal-hal spesifik yang padanya akan

diterapkan prosedur yang telah disepakati diperkirakan akan ada untuk

memberikan dasar yang layak untuk menyatakan hasil temuan dalam

laporan akuntan.

8. Apabila bisa dilaksanakan, akuntan dan pihak-pihak yang bersangkutan

sepakat mengenai batas materialitas untuk tujuan pelaporan.

9. Penggunaan laporan dibatasi pada pihak-pihak tertentu.

Untuk memastikan bahwa semua pihak memahami prosedur-prosedur yang

telah disepakati, dan bertanggung jawab atas kecukupan prosedur tersebut, akuntan

biasanya mengkomunikasikan secara langsung kepada pihak-pihak tersebut dan

meminta tanggapan dari mereka. Tanggungjawab akuntan dalam penugasan

prosedur yang disepakati aalam melaksanakan prosedur-prosedur dan melaporkan

temuan sesuai dengan standar umum, pekerjaan lapangan, dan pelaporan yang

cocok untuk diterapkan.

9

Akuntan harus menyajikan hasil penerapan prosedur yang disepakati atas hal-

hal tertentu dalam bentuk temuan. Selain itu, akuntan dilarang memberikan

jaminnan negatif tentang apakah elemen, akun, atau pos dalam laporan keuangan

telah dinyatakan secara wajar dalam kaitanya dengan kriteria yang telah ditetapkan

seperti misalnya prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor harus berisi

elemen-elemen berikut:

1. Judul yang menggunakna kata “independen”

2. Menunjuk secara khusus unsur, akun, atau pos suatu laporan keuangan

daru suatu perusahaan dan sifat penugasan.

3. Menyebutkan piihak-pihak yang terlibat

4. Basis akuntansi dari unsur, akun, atau pos suatu laporann keuangan

kecuali jika terbuki lain.

5. Pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan adalah prosedur-prosedur

yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang disebutkan dalam laporan.

6. Menunjuk pada standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

7. Pernyataan bahwa kecukupan prosedur adalah semata-mata

tanggungjawab pihak-pihak yang bersangkutan dan pernyataan menolak

bertanggungjawab atas kecukupan prosedur-prosedur yang dilakukan dan

temuan yang bersangkutan.

8. Daftar prosedur-prosedur yang dilakukan dan temuan yang bersangkutan

9. Bila memungkinkan, penjelasan mengenai batas materialitas yang

disepakati.

10. Pernyataan bahwa akuntan tidak ditugasi, dan tidak mengerjakan, untuk

melakukan audit atas elemen, akun atau pos laporan keuangan tertentu;

pernyataan menolak memberi pendapat mengenai elemen, akun, atau pos

tertentu; dan pernyataan bahwa apabila akuntan telah melaksanakan

prosedur tambahan, maka hal-hal yang diketahuinya telah dilaporkan.

11. Paragraf terpisah pada bagian akhir laporan yang menyatakan bahwa

laporan hanya dimaksudkan semata-mata untuk informasi dan digunakan

oleh pihak-pihak tertentu dan tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh

pihak lain selain oleh pihak-pihak tertentu yang disebutkan dalam laporan.

12. Apabila perlu dicantumkan pembatasan yang berkaitan dengan prosedur

atau temuan.

10

13. Apabila perlu dicantumkan penjelasan tentang sifat bantuan yang diberikan

oleh spesialis (jika ada).

KEPATUHAN TERHADAP ASPEK PERJANJIAN KONTRAK ATAU

PERSYARATAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN LAPORAN

KEUANGAN

Perusahaan mungkin diharuskan oleh perjanjian kontrak atau badan pengatur

untuk menyampaikan laporan kepatuhan yang diterbitkan auditor independen.

Sebagai contoh, perjanjian obligasi (bonn indentures) sering memuat berbagai

sinking fund, menjaga rasio lancar minimum tertentu, pembatasan pembayaran

dividen tunai, dan sebagainya. Selain meminta laporan keuanan auditan, pemberi

pinjaman atau wali amanat sering meminta jaminan dari auditor independen bahwa

peminjam telah memenuhi ketentuan-ketentunan pernjanjian yang berkaitan dengan

masalah akuntansi. Auditor independen dapat memenuhi permintaan ini dengan

memberikan keyakinan negatif yang bersangkutan dengan ketentuan yang berlaku

berdasarkan audit atas laporan keuangan. SA 623.19 menyatakan bahwa keyakinan

(jaminan) ini tidak harus diberikan kecuali jika auditor telah mengaudit laporan

keuangan tersebut yang bersangkutan dengan perjanjian kontrak atau persyaratan

peraturan dan harus tidak memperluas ke ketentuan perjanjian yang berkaitan

dengan masalah yang tidak tercakup dalam prosedur audit yang dilaksanakan dalam

audit atas laporan keuangan.

Jaminan auditor mengenai kepatuhan bisa diberikan dalam laporan terpisah

atau dalam satu atau lebih paragraf penyesalan yang dicantumkan setelah paragraf

pendapatan dalam laporan tentang laporan keuangan auditan. Bahasa laporan

harus membatasi pendistribusian informasi tentang jaminan negatif hanya kepada

pihak-pihak tertentu dalam perusahaan (misalnya dewan komisaris), pihak-pihak

yang tersangkut dalam perjanjian pinjaman, atau badan pengatur.

LAPORAN KEUANGAN IDAK DIAUDIT PADA SEBUAH PERUSAHAAN

PUBLIK

Seorang akuntan publik seringkali dikaitkan namanya dengan laporan

keuangan sebuah perusahaan publik meskipun ia tidak mengaudit laporan

keuangan tersebut. Sebagai contoh, akuntan publik membantu perusahaan dalam

11

penyusunan laporan keuangan interim yang tidak diaudit (dan tidak direview) untuk

dimasukkan dalam laporan ke Babepam. Dalam menjalankan jasa akuntansi ini,

akuntans harus mengikuti pedoman yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Jenis jasa ini jarang dilakukan akuntan publik.

PSA No. 52, Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan (SA 504.03),

menyatakan bahwa seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan apabila (1)

mengiznkan namanya digunakan dalam suatu laporan keuangan, dokumen, atau

komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut, atau (2) Menyerahkan kepada

kliennya atau piihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu

penyusunannya, meskupun ia tidak mencantumkan namanya dalam laporann

tersebut.

Apabila akuntan dikaitkan namanya dengan laporan keuangan yang tidak

diaudit dari suau perusahaan publik, maka akuntan diminta untuk menyatakan

dalam laporannnya bahwa ia tidak melakukan audit dan menyatakan menolak

memberikan pendapat. Selain itu, setiap halaman laporan keuangan hendaknya

diberi cap dengan “tidak diaudit”.

Apabila diterbitkan pernyataan menolak memberi pendapat, akuntan tidak

diminta untuk melakukan prosedur audit apapun, selain membaca laporann

keuangan untuk melihat kemungkinan adanya salah saji yang jelas kelihatan.

Apabila ada suatu prosedur yang dilakukan, hal tersebut tidak perlu disebutkan

dalam laoran auditor. Apabila dari pembicaraan dengan klien atau dari pekerjaan

yang dilakukannya, akuntan mengetahui bahwa laporan keuangan tidak sesuai

dengan prinsip akuntan yang berlaku umum, klien harus diminta untuk membuat

revisi yang diperlukan dalam laporannya. Apabila klien menolak, maka auditor harus

secara jelas menunjukkan keberatannya atas lapoan keuangan tersebut disamping

menyatakan menolak memberikan pendapat. Apabila klien menolak untuk menerima

laporan auditor, akuntan publik harus menolak namanya dikaitkan dengan laporan

keuangan, dan bilamana perlu menarik diri dari penugasan.

PENERIMAAN DAN PELAKSANAAN PENUGASAN ATESTASI

PSAT No. 2, Stadar Atestasi (SAT 100.1) merumuskan penugasan atestasi

sebagai berikut:

12

‘suatu penugasan atestasi adalah penugasan yang di dalamnya praktisi

(akuntan publik) dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan

kesimpulan tentang keandalan asersi-asersi’.

Seseorang akuntan publik hanya boleh menerima penugasan atestasi yang

dapat ia selesaikan sesuai dengan standar atestasi sebagaimana akan diuraikan

pada bagian lain bab ini. Dalam melaksanakan suatu penugasan atestasi, seorang

akuntan publik harus (1) mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung asersi-asersi,

(2) menilai secara obyektif pengukuran dan pengkomunikasian individu yang

membuat asersi, dan (3) melaporkan temuan-temuannya. Oleh karena itu

penugasan atestasi berkaitan dengan dasar dan pendukung atas asersi tertulis,

maka penugasan ini bersifat analitis, kritis, dan investigatif.

Ada berbagai jasa profesional yang dapat diberikan oleh para praktisi yang

tidak termasuk dalam penugasan atestasi. Beberapa contoh di antaranya adalah:

1. Penugasan konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut

praktisi dikontrak untuk memberikan nasihan atau rekomendasi kepada

kliennya.

2. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk membela klien –

sebagai contoh, dalam masalah pemeriksaan/vefifikasi pajak yang sedang

ditangani oleh aparat Direktorat Jenderal Pajak.

3. Penugasan pajak yang didalamnya praktisi dikontrak untuk mengisi Surat

pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan atau untuk memberikan

nasihan perpajakan.

4. Penugasan yang di dalamnya praktisi di kontrak untuk melalukan kompilasi

laporan keuangan, karena ia tidak diminta untuk memeriksa aau mereview

bukti yang mendukung informasi yang diserahkan oleh klien dan tidak

menyatakan kesimpulan apa pun atas keandalannya.

5. Penugaan yang di dalamnya praktisi berperan terutama hanya membantu

klien - sebagai contoh, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam

pembuatan informasi selain laporan keuangan.

6. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk bertindak sebagai

saksi ahli dalam bidang akuntansi, auditing, perpajakan, atau hal lain,

berdasarkan fakta-fakta tertentu yang disepakati dalam kontrak.

7. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk memberikan suatu

pendapat sebagai seorang ahli mengenai suatu prinsip akuntansi, seperti

13

penerapan undang-undang pajak atau prinsip akuntansi, berdasarkan fakta

khusus yang disediakan oleh pihak lain, sepanjang pendapat sebagai ahli

tidak menyatakan kesimpulan mengenai keandalan fakta yang diberikan

oleh pihak lain tersebut.

STANDAR ATESTASI

Dalam penugasan atestasi, auditor harus memenuhi sebelas standar atestasi.

Standar seperti juga standar auditing terbagi atas tiga kategori: standar umum,

standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Perbandingan standar-standar

pada setiap kategori menunjukkan bahwa standar atestasi adalah pengembangan

dari standar auditing menjadi lebih luas sehingga bisa mencakup jasa-jasa atestasi

yang lebih luas pula. Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan konseptual di

antara kedua perangkat standar tersebut. Secara khusus dapat dikatakan bahwa

standar atestasi:

1. Mencakup fungsi atestasi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada

laporan keuanga historis. Dengan demikian standar tidak merujuk pada

laporan keuangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Memungkinkan akuntan publik memberi jaminan (keyakinan) atas atestasi di

bawah tingkat “pernyataan pendapatn positif” sebagaimana dilakukan dalam

audit laporan keuangan tradisional.

3. Memberi kemungkinan jasa atestasi disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

pemakai laporan berdasarkan “prosedur yang disepakati” dan “pemakaian

secara terbatas”

Dua standar umum yang baru (nomor 2 dan 3) mmenetapkan batas-batas

untuk jasa atestasi. jenis jasa ini terbatas pada pennugasan-penugasan yang (1)

akuntan publik memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan

dengan asersi dan (2) asersi dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan

rasional dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Meskipun tidak

disebutkan secara eksplisit dalam standar umum, definisi penugasan atestasi di atas

menyiratkan bahwa atestasi harus disajikan secara tertulis.

Standar pekerjaan lapangan kedua dalam standar auditing mengharuskan

auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang pengedalian intern. Standar ini

ditiadakan dari standar pekerjaan lapangan atestasi karena dua alasan berikut:

14

1. Apabila kegiatan mendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern

bisa diterapkan, maka hal itu merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

pengumpulan bukti yang cukup sebagaimana diminta oleh standar

pekerjaan lapangan atestasi yang kedua.

2. Kegiatan pendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern tidak dapat

diterapkan pada setiap penugasan atestasi.

Standar pelaporan tentang konsistensi dan pengungkapan informatif dalam

standar auditing dicakup dalam standar pelaporan atestasi kedua (jika dapat

diterapkan) yang menghendaki suatu kesimpulan apakah asersi telah disajikan

sesuaii dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pelaporan atestasi yang

keempat secara eksplisit menyebutkan sifat “penggunaan terbatas” laporan atestasi

yang berart adanya pembatasan dalam pendistribusian laporan.

PENUGASAN-PENUGASAN YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN

STANDAR ATESTASI

Dalam uraian berikut akan dibahas empat tipe penugasan atestasi:

1. Pryokesi dan prakiraan keuangan

2. Pelaporan tentang pengendalian intern satuan usaha

3. Atestasi kepatuhan

4. Pembahasan dan analisis manajemen

PELAPORAN TENTANG INFORMASI KEUANGAN PROSPEKTIF

Informasi keuangan prospektif biasanya diberikan dalam penawaran publik

obligasi dan sekuritas lainnya. Selain itu, bank dan lembaga keuangan sering

meminta agar dilakukan proyeksi tentang laba yang diperkirakan di masa datang

dalam rangka pemberian kredit kepada perorangan maupun perusahaan, dan

instansi pemerintah kadang-kadang meminta prakiraan keuangan dalam rangka

pengajuan permohonan bantuan atau kontrak dengan pemerintah. Guna

meningkatkan keandalan informasi keuangan prospektif, akuntan publik sering

diminta untuk dikaitkan namanya dengan data semacam itu.

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan dokumen yang berkaitan dengan

pengaitan nama akuntan publik dengan informasi keuangan prospektif berupa suatu

Pernyataan tentang Standar untuk Jasa Akuntan atas Informasi Keuangan

Prospektif yang berjudul Proyeksi dan Prakiraan Keuangan. Pernyataan tentang

15

Proyeksi dan Prakiraan Keuangan (SAT.200) ini memiliki kekuatan yang sama

seperti halnya PSA.

Jenis-Jenis Informasi Keuangan Prospektif

SAT.200.06 menyebutkan dua jenis informasi keuangan prospektif yaitu:

1. Prakiraan keuangan. Laporann keuangan prospektif yang menyajikan,

sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab

posisi keuangan, hasil usaha, dan aliran kas.

2. Proyeksi Keuangan. Laporan keuangan prospektif yang menyajikan,

sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, atas

dasar satu atau lebih asumsi hipotetis, posisi keuangan, hasil usaha dan

aliran kas.

Prakiraan keuangan berbeda dari proyeksi keuangan dalam hal asumsi dan

taksiran keadaan yang terjadi. Prakiraan keuangan didasarkan pada kondisi yang

diharapkan ada dan tindakan yang diharapkan akan dilakukan. Sebaliknya, proyeksi

keuangan menyangkut satu atau lebih asumsi hipotetis. Baik prakiraan maupun

proyeksi bisa ditetapkan pada estimasi untuk titik tertentu atau suatu rentang

tertentu. Kedua jenis informasi keuangan prospektif ini juga berbeda dalam hal

penggunaannya. Prakiraan keuangan lebih tepat untuk penggunaan secara umum,

sedangkan proyeksi hanya untuk penggunaan terbatas oleh perusahaan sendiri atau

oleh perusahaan dan pihak ke tiga yang bernegosiasi langsung dengan perusahaan.

Akuntan publik bisa menerima penugasan untuk melakukan salah satu dari tiga

tipe jasa yang berkaitan dengan laporan keuangan prospektif apabila diperkirakan

akan ada pihak ke tiga: (1) kompilasi (penyusunan), (2) pemeriksaan, dan (3)

penerapan prosedur yang disepakati bersama. Penugasan untuk mengkompilasi

informasi prospektif merupakan jasa akuntansi bagi klien yang akan dibahas

kemudian pada bab ini. Jenis jasa ini tidak menghasilkan pernyataan jaminan (positif

maupun negatif) atas laporan prospektif.

Pemeriksaan Laporan Keuangan Prospektif

SAT 200.27 menyatakan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan

prospektif merupakan jasa profesional yang mencakup: (1) menilai penyusunan

laporan prospektif, (2) menilai hal-hal yang mendasari asumsi, (3) menilai penyajian

16

laporan keuangan prospektif mengenai kesesuaiannya dengan pedoman penyajian

laporan keuangan prospektif, dan (4) menerbitkan laporan pemeriksaan.

LAPORAN BENTUK BAKU ATAS LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTIF

SAT 200.31 menyatakan bahwa laporan auditor bentuk baku untuk pemeriksaan

atas laporan keuangan prospektif harus mencakup:

1. Identifikasi laporan keuangan prospektif yang disajikan.

2. Pernyataan bahwa pemeriksaan laporan keuangan prospektif dilakukan

sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan uraian

singkat tentang sifat pemeriksaan yang dilakukan.

3. Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif disajikan sesuai

dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia dan bahwa asumsi yang mendasarinya

memberikan dasar yang rasional untuk melakukan prakiraan atau proyeksi

dengan asumsi hipotetis tertentu.

4. Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai

5. Pernyataan bahwa akuntan tidak bertanggung jawab untuk memutahirkan

laporan dengan adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah tanggal

neraca.

PENYIMPANGAN DARI LAPORAN BENTUK BAKU seperti halnya dalam

pelaporan atas laporan keuangan historis, tipe pendapat lain dapat dinyatakan atas

laporan keuangan prospektif. Keadaann-keadaan dan dampaknya terhadap

pendapat akuntan publik adalah sebagai berikut:

1. Jika menurut pendapat akuntan, laporan keuangan prospektif menyimpang

dari pedoman penyajian laporann keuangan prospektif yang ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia, ia harus memberikan pendapat wajar dengan

pengecualian atau pendapat tidak wajar. Namun jika penyajian yang

menyimpang dari pedoman penyajian karena kegagalan dalam

mengungkapkan asumsi signifikan, akuntan harus memberikan pendapat

tidak wajar.

2. Jika akuntan berpendapat bahwa satu atau lebih asumsi signifikan tidak

memberikan dasar rasional untuk melakukan prakiraan atau proyeksi

dengan asumsi hipotetis tertentu, ia harus memberikan pendapat tidak

wajar.

17

3. Jika pemeriksaan akunan dipengaruhi oleh kondisi yang menghalangi

penerapan satu atau lebih prosedur yang dipandang perlu, ia harus

menyatakan tidak memberikan dan menjelaskan batasan lingkup tersebut

dalam laporannya.

Penerapan Prosedur-Prosedur yang Disepakati Bersama

SAT 200.59-61 menyatakan bahwa akuntan bisa melaksanakan atestasi

prosedur yang disepakati bersama atas laporan keuangan prospektif dengan

ketentuan bahwa:

1. Akuntan adalah independen

2. Akuntan dan pemakai yang disebutkan sepakat dengan prosedur-prosedur

yang dilakukan atau akan dilakukan oleh akuntan

3. Para pemakai yang disebutkan bertanggungjawab atas kecukupan

prosedur yang disepakati sesuai dengan tujuan mereka

4. Laporan keuangan prospektif meliputi suatu daftar asumsi-asumsi

signifikan

5. Laporan keuangan prospektif yang terhadapnya diterapkan prosedur-

prosedur yang telah disepakati bisa menghasilkan estimasi atau

pengukuran yang konsisten

6. Kriteria yang digunakan dalam penentuan temuan telah disepakati oleh

akuntan dan pemakai yang disebutkan

7. Prosedur-prosedur yang telah diterapkan pada laporan keuangan

prospektif diharapkan akan menghasilkan temuan yang konsisten dengan

menggunakan kriteria tersebut.

8. Bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan prospektif yang

terhadapnya diterapkan prosedur-prosedur yang disepakati bersama

diharapkan akan ada ntuk memberikan dasar yang layak untuk

menyatakan temuan dalam laporan akuntan.

9. Bila memungkinkan, untuk tujuan pelaporan bisa dicantumkan penjelasan

tentang batas materialitas yang disepakati bersama

10. Penggunaan laporan dibatasi hanya pada pemakai-pemakai tertentu yang

disebutkan di dalamnya.

18

Kompilasi

Penugasan kompilasi dimaksudkan untuk menbantu manajemen dalam

penyiapan suatu prakiraan atau suatu proyeksi, tetapi tidak dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas laporan keuangan prospektif atau asumsi-asumsi yang

mendasari laporan tersebut. Prosedur-prosedur yang harus dilakukan akuntan

dalam kompilasi suatu prakiraan atau proyeksi meliputi hal-hal berikut:

1. Menumbuhkan pengertian dengan klien, sebaiknya dalam bentuk tertulis,

mengenai jasa yang akan dilaksanakan.

2. Mengajukan pertanyaan tentang prinsip akuntansi yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan prospektif.

3. Menanyakan bagaimana pihak yang bertanggungjawab mengidentifikasi

faktor-faktor kunci dan pengembangan asumsinya.

4. Membuat daftar, atau meminta daftar, asumsi signifikan pihak yang

bertanggungjawab yang menjadi dasar bagi laporan keuangan prospektif

dan mempertimbangkan apakah terdapat penghilangan yang nyata faktor-

faktor kunci yng dipakai sebagai dasar penentuan hasil prospektif.

5. Mempertimbangkan apakah terdapat ketidakkonsistenan internal yang nyata

dalam asumsi yang dibuat oleh pihak yang bertanggungjawab.

6. Melaksanakan, atau menguji kecermatan matematis perhitungan yang

menerjemahkan asumsi ke dalam laporan keuangan prospektif.

7. Membaca laporan keuangan prospektif, termasuk ringkasan asumsi

signifikan, dan mempertimbangkan apakah (1) laporan, termasuk

pengungkapan asumsi dan kebijakan akuntansi, tidak disajikan sesuai

dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia, dan (2) laporan, termasuk ringkasan asumsi

signifikan, nyata tidak semestinya dalam hubungannya dengan pengetahuan

akuntan tentang satuan usaha tersebut dan industrinya, serta kondisi yang

diperkirakan dalam periode prospektif.

Laporan akuntan bentuk baku untuk kompilasi laporan keuangan prospektif

harus mencakup (SAT 200. 16):

1. Identifikasi laporan keuangan prospektif yang disajikan oleh pihak yang

bertanggungjawab.

19

2. Pernyataan bahwa akuntan telah mengompilasi laporan keuangan prospektif

sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengenai

kompilasi proyeksi keuangan.

3. Pernyataan bahwa kompilasi terbatas lingkupnya dan tidak memungkinkan

akuntan untuk memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain apa pun

atas laporan keuangan prospektif atau asumsi yang bersangkutan.

4. Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai.

5. Pernyataan bahwa akuntan tidak bertanggungjawab untuk memutahirkan

laporan dengan adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah tanggal

neraca.

PELAPORAN PENGENALIAN INTERN

SAT 500 memberikan pedoman tentang penugasan untuk memeriksa dan

melaporkan asersi manajemen tentang aspek-aspek pengendalian intern atas

pelaporan keuangan perusahaan di bawah ini:

1. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern suatu

perusahaan.

2. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan suatu segmen dari pengendlian

intern suatu perusahaan.

3. Hanya kecocokan rancangan pengendalian intern suatu perusahaan.

4. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern suatu

perusahaan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh badan pengatur.

Kondisi untuk Pelaksanaan Penugasan

Akuntan independen harus melaksanan penugasan-penugasan di atas hanya

apabila manajemen (1) menerima tanggungjawab tentang efektivitas pengendalian

intern satuan usaha, (2) menilai efektivitas pengendalian intern dengan

menggunakan kriteria yang masuk akal untuk pengendalian intern yang efektif yang

dibentuk oleh badan yang diakui, dan (3) terdapat bukti audit yang cukup atau dapat

dikembangkan untuk mendukung evaluasi manajemen, dan (4) menyajikan asersi

tertulisnya tentang efektivitas struktur pengendalian intern.

Manajemen bertanggungjawab untuk membentuk dan memelihara struktur

pengendalian intern yang efektif. Dalam beberapa hal manajemen dapat

mengevaluasi dan melaporkan efektivitas struktur tersebut, tanpa bantuan dari

20

praktisi. Namun, manajemen dapat menugasi praktisi untuk mengumpulkan

informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi efektivitas struktur

pengendalian intern satuan usaha.

Perancangan dan Pelaksanaan Penugasan

Meskipun terdapat banyak kesamaan antara metodologi untuk menilai

pengendalian ntern dalam suatu audit atas laporan keuangan dan dalam

pelaksanaan penugasan untuk memeriksa asersi tertulis manajemen tentang

efektivitas pengendalian intern, namun penilaian dalam penugasan ini biasanya lebih

luas. Sebagai contoh, dalam suatu audit, pengujian pengendalian hanya perlu

dilakukan atas kebiakan dan prosedur yang dinilai auditor memiliki risiko

pengendalian di bawah maksimmum (sebagai bagian dari pelaksanaan strategi

tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum). Dalam suatu penugasan untuk

memeriksa asersi manajemen tentang pengendalian intern, pengujian pengendalian

tergantung pada sifat asersi dan kriteria yang disebutkan manajemen dalam laporan

yang berisi asersi. Periode waktu yang dicakup oleh pengujian pengendalian dalam

suatu audit adalah sepanjang periode yang diaudit, sedangkan dalam penugasan ini

periode waktunya bisa bervariasi berdasarkan sifat asersi dalam pemeriksaan

sesuai dengan SA 500. Namun demikian, baik dalam audit maupun dalam

pemeriksaan, harus diperoleh pemahaman tentang pengendalian intern, dan setiap

kondisi yang dapat dilaporkan dan kelemahan material yang terungkap dari

pemahaman atau dari pengujian pengendalian harus dikomunikasikan kepada

komite audit. SA 500 berisi pedoman yang cukup luas untuk berbagai situasi yang

mungkin timbul dalam pemeriksaan setiap jenis asersi manajemen tentang

pengendalian intern suatu perusahaan.

Standar Pelaporan

Bentuk laporan praktisi terantung atas cara yang dilakukan oleh manajemen

dalam menyajikan asersi tertulis.

a. Jika asersi manejemen disajikan dalam laporan terpisah yang menyertai

laporan praktisi, laporan praktisi dipandang pantas untuk distribusi secara

umum dan praktisi harus menggunakan bentuk laporan yang dijelaskan.

b. Jika manajemen menyajikan asersinya hanya dalam surat representasi

kepada praktisi, praktisi harus membatasi distribusi laporannya hanya

kepada manajemen, pihak lain dalam satuan usaha, dan jika berlaku,

21

kepada badan pengatur tertentu, dan praktisi harus menggunakan bentuk

laporan sebagaimana yang dijelaskan.

ASERSI MANAJEMEN DISAJIKAN DALAM LAPORANN TERPISAH Bila

manajemen menyajikan asersinya dalam laporan terpisah yang akan menyertasi

laporan praktisi, laporan praktisi harus mencakup:

1. Suatu judul yang berisi kata Independen.

2. Identifikasi asersi manejemen tentang efektivitas struktur pengendalian

satuan usaha atas pelaporan keuangan.

3. Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar

yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan, oleh karena itu, mencakup

pemerolehan suatu pemahaman struktur pengendalian intern atas pelaporan

keuangan, pengujian dan evaluasi efektivitas desain dan pelaksanaan

struktur pengendalian intern,dan pelaksanaan prosedur semacam yang lain

dipandang perlu oleh praktis sesuai dengan keadaan. Di samping itu,

laporan harus mencakup pernyataan bahwa praktisi yakin bahwa

pemeriksaannya memberikan dasar yang memadai untuk memberikan

pendapat.

4. Suatu paragraf yang menyatakan bahwa, karena keterbatas bawaan dalam

struktur pengendalian apa pun, kekeliruan dan ketidakberesan dapat terjadi

dan tidak terdeteksi. Di samping itu, paragraf tersebut harus menyatakan

bahwa proyeksi evaluasi apa pun terhadap struktur pengendalian intern atas

pelaporan keuangan ke masa yang akan datang mengandung di dalamnya

suatu risiko bahwa struktur pengendalian intern dapat menjadi tidak

memadai karena adanya perusabahan kondisi, atau tingkat kepatuhan

terhadap kebiakan dan prosedur merosot.

Asersi Manajemen Disajikan hanya dalam Surat Representasi kepada

Praktisi

Kadang-kadang manejemen dapat menyajikan asersi tertulisnya tentang

efektivitas struktur pengendalian intern satuan usaha dalam suatu surat representatif

kepada praktisi, bukan sebagai laporan terpisah yang menyertai laporan praktisi.

Sebagai contoh, dewan komisaris satuan usaha mungkin meminta praktisi untuk

22

melaporkan tentang asersi manajemen tanpa meminta manejemen untuk

menyajikan asersi tertulis dalam laporan terpisah.

Jika manajemen tidak menyajikan asersi tertulis yang menyertai laporan

praktisi, praktisi harus memodifikasi laporannya untuk memasukkan asersi

manajemen tentang efektivitas struktur pengendalian intern satuan usaha dan

menambahkan suatu paragraf yang membatasi distribuusi laporan praktisi hanya

kepada manejemen, atau pihak lain dalam satuan usaha, dan jika berlaku kepada

badan pengatur tertentu.

ATESTASI KEPATUHAN

Bidang jasa lain yang semakin banyak diminta untuk diberikan akuntan publik

dari badang-badang pengatur dan pihak-pihak lainnya adalah jasa yang berkaitan

dengan kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu, seperti

misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, kontrak, aturan, atau hibah

tertentu. Ketentuan tersebut bersifat keuangan atau non keuangan.

Penugasan Prosedur yang Disepakati

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan PSAT No. 06, Atestasi Kepatuhan

(SAT 500) untuk memberi pedoman bagi para akutnan publik dalam melaksanakan

prosedur yang disepakati bersama atas asersi tertulis manajemen tentang (1)

kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu, (2) efektivitas pengendalian

intern terhadap kepatuhan (yaitu proses dengan cara bagaimana manajemen

mendapatkan jaminan yang layak tentang kepatuhan terhadap persyaratan tertentu,

atau (3) keduanya. Untuk mengurangi risiko terjadinya kesalahpahaman antara para

pemakai dengan akuntan independen, maka penugasan demikian hanya dilakukan

apabila kondisi-kondisi berikut terpenuhi: (1) manajaemen menerima tanggungjawab

atas kepatuhan satuan usasha terhadap persyaratan tertentu dan efektivitas

pengendalian intern terhadap kepatuhan, (2) manajemen mengevaluasi kepatuhan

satuan usaha terhadap persyaratan terntentu atau efektivitas pengendalian intern

terhadap kepatuha, dan (3) manajemen memberikan kepada praktisi asersi

tertulisnya tentang kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu atau

tentang efektivitas pengendalian intern satuan usaha terhadap kepatuhan.

23

Penugasan Pemeriksaan

SAT 500, Atestasi Kepatuhan, mengijinkan adanya penugasan pemeriksaan

yang menghasilkan suatu pernyataan pendapat akuntan independen tentang

kepatuhan satuah usaha terhadap persyaratan tertentu apabila kondiso-kondisi

tambahan tertentu, tetapi penugasan prosedur yang disepakati lebih dianjurkan

karena penugasan ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Oleh karena

dalam pemeriksaan, akuntan independen menentukan prosedur-prosedur yang akan

dilakukan dan bukti yang diperlukan untuk memberi dasar yang layak guna

memberikan pernyataan pendapat, penugasan ini bisa menjadi lebih kompleks

dalam hal penetapan tingkat materialitas dan dalam penetapan dan pencapaian

komponen risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi dalam risiko

atestasi.

ANALISIS PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

SAT 700, Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen, menetapkan standar

atestasi dan memberikan panduan bagi praktisi tentang pelaksanaan suatu

penugasan atestasi yang berkaitan denga Analisis dan Pembahasan oleh

Manajemen (APM) yang dibuat sesuai denngan peraturan Badan Pengawas Pasar

Modal (BAPEPAM) yang disajikan dalam laporan tahunan kepada pemegang saham

dan dalam dokumen lain. Akuntan independen bisa menerbitkan laporna

pemeriksaan atau laporan review tentang APM jaminan tingkat review bahwa tidak

ada suatu hal yang membuat akuntan indenpenden yakin bahwa APM telah

menyesatkan lebih banyak dipilih dalam praktis dewasa ini. Tujuan penugasan

review ini adalah untuk mengumpulkan bukti sebagai dasar bagi praktisi untuk

melaporkan apakah informasi yang diketahui oleh praktisi menyebabkan ia

mempercayai bahwa:

1. Penyajian APM tidak mencakup, dalam semua hal yang material, unsur

yang diwajibkan dalam peraturan BAPEPAM

2. Jumlah keuangan historis yang tercantum di dalamnya tidak diperoleh

secara akurat, dalam semua hal yang material, dari laporan keuangan

satuan usaha.

3. Informasi, penentuan, estimasi, dan asumsi yang dipakai sebagai dasar oleh

satuan usaha tidak memberikan basis yang memadai untuk pengungkapan

yang terdapat di dalamnya.

24

JASA AKUNTANSI DAN REVIEW

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi

ninatestasi bagi jasa akuntansi yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar

jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi

dan Review (PSAR). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan

Review (PSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Komite

terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Komite dalam PSAR. Dengan

demikian IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam

penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR.

SAR 100.04 merumuskan satuan usaha nonpublik sebga satuan usaha yang

tidak merupakan (a) satuan usaha yang sekuritasnya diperdagangkan dalam sutau

pasar publik, baik pada bursa utama (domestik atau asing) atau pada bursa paralel,

(b) satuan usasha yang mendaftar pada suatu instans yang berwenang dalam

rangka persiapan untuk menjual suatu jenis surat berharga di pasar umum, atau (c)

suatu anak perusahaan, corporate joint venture, konsorsium, atau satuan usaha

lainnya yang dikendalikan oleh suatu satuah usaha yang termasuk dalam (a) dan

(b).

Dalam setiap penugasan yang dilaksanakan berdasarkan PSAR, akuntan

harus memberi pengertian kepada perusahaan (entitas), sebaiknya secara tertulis,

tentang jasa yang akan dilakukannya. Hal ini meliputi penjelasan tentang sifat dan

keterbatasan jasa yang diberikan dan penjelasan tentang laporan yang diharapkan

akan diberikan oleh akuntan. Jasa ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan

audit. Sebagai akibat dari hal-hal tersebut maka:

1. Penugasan tidak dapat diandalkan untuk bisa mengungkapkan adanya

kekeliruan, kecurangan, atau tindakan melawan hukum.

2. Akuntan akan memberi informasi kepada manajemen pada tingkat yang

sesuai bila ia menemukan kekeliruan material, dan kecurangan serta

tindakan melawan hukum yang diketahuinya.

REVIEW ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan penugasan review atas laporan keuangan perusahaan nonpublik

adalah untuk melakukan prosedur pengajuan pertanyaan dan prosedur analitis yang

menghasilkan dasar memadai bagi akuntan publik untuk memberikan jaminan

25

(keyakinan) terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan

atas laporan keuangan agat laporan tersebut sesuai dengan basis komprehensif

akuntansi yang lain.

KOMPILASI LAPORAN KEUANGAN

Tujuan penugasan kompilasi adalah untuk menyajikan dalam bentuk

laporann keuangan informasi yang disajikan manajemen tanpa usaha untuk

memberikan suatu pernyataan jaminan (keyakinan) apa pun terhadap laporan

tersebut. Banyak perusahaan kecil mengandalkan pada bantuan dari akuntan publik

dalam menyusun informasi keuangan untuk kepentingan mereka, baik untuk

pengelolaan perusahaan atau untuk menyerahkan informasi tentang perusahaan ke

bank dalam rangka mengajukan permohonan kredit. Akuntan publik melakukan jasa

semacam ini untuk perusahaan-perusashaan kecil, dengan cara yang sama seperti

yang dilakukan oleh kontroler atau direktur keuangan dalam menyajikan informasi

untuk manajemen pada perusahaan besar. Penugasan kompilasi ditujukan untuk

membantu manajemen dalam penyusunan laporan keuangan – tidak untuk memberi

jaminan tentang apakah informasi bebas dari salah saji material. Oleh karena itu,

sangatlah penting bagi auditor untuk memiliki kesamaan pengertian mengenai tujuan

penugasan ini da bahwa kompilasi tidak dapat diandalkan untuk menemukan

kekeliruan atau kecurangan.

LAIN-LAIN

Perubahan Penugasan

Pada saat akuntan sedang melaksanakn pemberian jasa profesionalnya,

akuntan publik kadang-kadang diminta klien untuk mengubah suatu jenis penugasan

menjadi penugasan lainnya. Perusahaan tersebut bisa membawa penugasan ke

tingkat yang lebih tinggi, apabila tiangkat jaminannya lebih tinggi dari tingkat jaminan

dalam penugasan sebelumnya (misalkan, perusabahan dari kompilasi menjadi

review, atau dri review menjadi audit). Akuntan publik bisa menyetujui perubahan ini

apabila (1) terdapat bukti yang cukup untuk mendukung tingkat jaminan (keyakinan)

yang lebih tinggi, dan (2) diperkirakan penugasan pengganti akan dapat diselesaikan

sesuai dengan standr profesional.

26

RINGKASAN

Dalam praktik akuntansi publik, seorang akuntan publik bisa diminta untuk

melakukan berbagai jenis penugasan. Akuntan publik bisa diminta untuk melakukan

berbagai penugasan bertingkat jaminan audit atau pemeriksaan termasuk pelaporan

khusus yang dicakup oleh standar auditing, dan penugasan-penugasan atestasi

yang dicakuup oleh standar atestasi. selain itu, akuntan publik bisa diminta juga

untuk melakukan penugasan dengan tingkat jaminan yang lebih rendah dri tingkat

jaminan yang diberikan audit. Bentuk jaminan yang umumnya diminta adalah (1)

tingkat jaminan review bahwa tidak terdapat hal yang membuat auditor

berkesimpulan bahwa asersi telah menyesatkan, (2) prosedur yang disepakati

bersama yang menghasilkan prosedur yang dilakukan serta temuan auditor sebagai

hasil prosedur tersebut, dan (3) kompilasi yang tidak memberi jaminan tentang

apakah asersi bebas dari salah saji material.

27

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada umumnya akntan publik dapat memberi empat tingkatan jaminan yang

berkaitan dengan suatu penugasan. Dalam hal tertentu, akuntan publik bisa

memberikan keempat tingkat jaminan untuk suatu jenis pennugasan tertentu. Dalam

hal lain, standar profesional membatasi jenis jaminan yang bisa diberikan untuk

suatu jenis peugasan tertentu guna mencegah timbulnya salah pengertian mengenai

jasa yang diberikan. Keempat tingkat jaminan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jaminan tingkat audit atau pemeriksaan.

2. Jaminan tingkat review.

3. Prosedur yang disepakati bersama

4. Tidak ada jaminan.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang kami susun, semoga bisa bermanfaat untuk

pembelajaran kedepannya. Kami hara ada perbaikan lebih terhadap isi dan konten

dari makalah ini

28

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Al. Haryono Jusup M.B.A. 2002. Auditing (Pengauditan) Buku 2. Yogyakarta:

YKPN