makalah-formaldehid

21
Pendahuluan 1. Formalin Formaldehid berasal dari formika Latin, yang berarti semut (semut menghasilkan asam format sebagai pertahanan alami). Ini adalah gas tidak berwarna, tetapi biasanya didistribusikan sebagai larutan (umumnya disebut sebagai formalin), dan dikenal sebagian besar orang dalam rumah sakit sebagai desinfektan penting, yang telah digunakan sejak akhir 1800-an. Formaldehida juga merupakan senyawa dalam kimia industri yang sangat penting, di mana jutaan ton formaldehid digunakan setiap tahun dan diproduksi dengan bahan kimia lain. Adapun fungsi dari formaldehid adalah dalam pembuatan berbagai plastik, desinfektan dan perekat untuk membuat partikel, dll. kayu lapis untuk furnitur dan konstruksi Industri. Formaldehyde 1

Upload: m-aprial-darmawan

Post on 01-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Pendahuluan

1. Formalin

Formaldehid berasal dari formika Latin, yang berarti  semut (semut

menghasilkan  asam  format sebagai pertahanan alami). Ini adalah gas tidak

berwarna, tetapi biasanya didistribusikan sebagai larutan (umumnya disebut   

sebagai formalin), dan dikenal sebagian besar orang dalam rumah sakit

sebagai  desinfektan penting, yang telah digunakan  sejak akhir 1800-an.

Formaldehida juga merupakan senyawa dalam kimia industri yang

sangat penting, di mana jutaan ton formaldehid digunakan setiap tahun

dan diproduksi dengan bahan kimia lain. Adapun fungsi dari formaldehid

adalah dalam pembuatan berbagai plastik, desinfektan dan perekat untuk

membuat  partikel, dll. kayu lapis untuk furnitur dan  konstruksi Industri.

Formaldehyde

IUPAC name [hide]

methanal

Other names[hide]

1

formol, methyl aldehyde, methylene oxide, methanal, methylene glycol

2. Pengertian sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses fisika ataupun kimia yang akan

mebinasakan segala bentuk kehidupan. Dipakai khususnya terhadap

mikroorganisme, termasuk bakteri dan spora-spora di jamur dan

menginaktifkan virus. Sedangkan penyeterilan yaitu kerja atau proses

daripada sterilisasi atau membebaskan dari segala bentuk kehidupan

mikroorganisme (Patterson, 1932). Istilah ini mengandung pengertian yang

tegas disini yang dibinasakan adalah mikroorganisme baik yang pathogen

maupun nonpatogen, bentuk vegetative maupun spora, dan juga meliputi

inaktivasi daripada virus.

Karena sering terdapat pemakaian yang kurang tepat pada pengertian

diatas, the council of pharmacy and chemistry of the American medicine

assoo (1936) menyatakan bahwa the council of pharmacy and chemistry

secara resmi mencela pemakaian istilah-istilah “steril” sterilisasi dan

penyeterilan dalam arti bakteriologi yang berbedan dengan pengertian

ilmiahnya yang sebenarnya yang berarti pembinasaan dari segala bentuk

mikroorganisme. Istilah-istilah ini adalah mutlak. Penggunaan istilah-istilah

ini dalam pengertian yang relative bukan hanya tidak tepat akan tetapi dapat

menimbulkan pertentangan dan salah pengertian.

3. Pengertian Desinfektan

Desinfektan adalah suatu bahan kimi yang membinasakan hama

penyakit ataupun mikroorganisme lain yang merugikan (tapi tidak terhadap

spora-spora bakteri). Biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang

pemakaiaannya adalah pada benda-benda mati (Patterson, 1932).

2

Mengenai definisi ini tidak banyak ditemui pertentangan dan istilah ini

telah digunakan selama bertahun-tahun. Tapi walaupun demikian sering pula

dijumpai pemakaian-pemakaian istilah ini yang kurang tepat, misalnya adalah

“desinfektan kulit” yang seharusnya adalah antiseptic kulit.

Definisi resmi yang digunakan pada pengontrolan desinfektan

menunjukkan pengertian yang sama akan tetapi dinyatakan secara lebih tepat

dan terperinci yaitu sebagai berikut:

Desinfektan yaitu suatu bahan penghalang infeksi, biasanya

suatu bahan kimia yang membinasakan hama penyakit, dan

mikroorganisme lain yang merugikan atau menginaktifkan

virus.

Paling sering dipakai untuk bahan-bahan kimia yang membunuh

bentuk-bentuk yang sedang dalam pertumbuhan, tetapi tidak bekerja terhadap

bentuk-bentuk spora bakteri yang resisten, kecuali kalau pemakaiaannya

memang khusus ditujukan terhadap organisme yang membentuk spora.

Penggunaan yang tepat dari desinfektan tergantung pada tujuan

pemakaiaannya atau bentuk penyebab infeksi yang diduga terdapat.

Definisi resmi yang dikeluarkan oleh The American Public Health

Asso adalah sebagai berikut :

Pembinasaan “patogenik agent” dengan cara kimia maupun

cara fisika secara langsung. Pengertian ini telah diterima oleh

U.S.Public Health Service dan juga disetujui oleh menteri

kesehatan inggris dan pemerintah dari beberapa Negara.

4. Penggunaan Formaldehid dalam Rumah Sakit

Larutan formaldehida secara luas digunakan dalam otopsi, bedah

dan patologi departemen dan juga, pada tingkat lebih rendah, dalam

3

dermatologi dan bedah klinik, X-ray departemen dan perawatan kesehatan

lainnya unit. Penggunaan utama di rumah sakit adalah untuk fiksasi jaringan.

Formaldehida merupakan gas, tidak berwarna beracun, sangat larut dalam

air dan tersedia secara komersial sebagai larutan 35% disebut

formalin. Solusi ini adalah cairan, yang jelas tidak berwarna, dengan

sangat menjengkelkan bau dan "terbakar" rasa yang mempengaruhi

selaput lendir.

5. History

Before 1960Dry Heat SterilizationSteam Sterilization

1960 ~ 1980Dry Heat SterilizationSteam SterilizationFormaldehyde Steam EO Gas Sterilization

The Newest Technology

H O Sterilization

4

PEMBAHASAN

Untuk penyeterilan obat-obat yang berbentuk padat dan lain-lainnya seperti

pakaian-pakaian untuk pembedahan alat-alat dan peralatan-peralatan lainnya biasanya

dilakukan dengan cara pemanasan. Untuk maksud penyeterilan ini dapat pula

dilakukan cara-cara peneyeterilan yang lain seperti penyeterilan gas dan uap-uap

yang mempunyai daya bakterisid.

Cara ini juga banyak digunakan untuk menyeterilkan bahan-bahan yang tidak

tahan terhadap pemanasan terutama alat-alat yang bersifat untuk sekali pakai

(disposable). Aktivitas dari gas untuk membunuh mikroorganisme berdasarkan atas

kekuatan alkilasi pada gugusan –SH; -COOH; -NH2 yang terdapat didalam enzim

atau protein dan juga didalam inti sel.

Cara-cara ini dapat dipakai untuk maksud-maksud penyeterilan pada

permukaan dan tentu saja cara-cara ini dapat dipakai untuk penyeterilan zat-zat dan

benda padat. Oleh karena itu, gas-gas tersebut tidak perlu mengadakan penetrasi,

kecuali kalau bahan-bahan yang disterilkan adalah porous berbentuk Kristal atau

gugus dan sebagainya, untuk bentuk-bentuk ini perlu adanya penetrasi dari gas-gas

tersebut.

Saat ini banyak sekali bahan-bahan obat ataupun bahan-bahan makanan yang

tidak begitu tahan terhadap pengaruh pemanasan dan dengan sendirinya cara-cara

sterilisasi dengan gas dapat digunakan untuk tujuan penyeterilan tersebut. Ada dua

keuntungan nyata pada pemakaian cara-cara ini yaitu :

a. Cara ini dapat dilakukan pada temperature biasa atau pada temperature

yang sedikit agak tinggi daripada temperatur kamar.

5

b. Gas-gas yang mendesinfeksi tersebut sesudah selesai penyeterilan dapat

dihilangkan seluruhnya

Dulu cara-cara sterilisasi gas ini telah digunakan juga seperti dengan

pengasapan, dengan herba tanaman, tetapi pada waktu mekanisme sterilisasi tersebut

belum lagi dipahami degan baik. Cara-cara ini telah banyak dipakai seperti pada

sterilisasi dengan pengasapan ataupun dengan pembakaran-pembakaran ruangan /

alat-alat bekas pakai seseorang yang menderita penyakit, kemudian baru ruangan atau

alat tersebut dapat digunakan lagi oleh orang lain. Salah satu hal yang perlu

diperhatikan adalah efisiensi daya bakterisid dari zat-zat atau gas-gas yang

dipergunakan untuk maksud sterilisasi tersebut. Sebagai contoh misalnya, pemakaian

gas-gas sperti chlor, sulfur dioksida ataupun formaldehid, dan lain-lain. Gas ini

mempunyai daya merusak yang besar sekali, oleh sebab itu akan dapat menimbulkan

bahaya jika gas-gas tersebut dihisap pada saat bernafas. Oleh sebab itu selain dari

efisiensi daya bakterisid dari gas-gas tersebut perlu pula diperhatikan reaktivitas dari

gas atau uap tersebut. Perlu diperingatkan disini bahwa tidak ada gas-gas desinfektan

ini yang secara kimiawi adalah inert, apabila gas tersebut inert, gas-gas tersebut tentu

tidak akan mempunyai daya germisid sama sekali, tetapi beberapa diantara gas-gas

ini adalah sangat reaktif sekali jika dipergunakan dalam praktek.

Untuk maksud-maksud praktis biasanya digunakan gas-gas sperti

formaldehid, ozon dan etilen oksida dan juga dapat digunakan beberapa macam

minyak-minyak yang essensial. Tapi perlu diingatkan sekali lagi bahwa pemakaian

gas-gas atau uap ini adalah sangat terbatas, semua gas tersebut dapat bersifat racun

bagi manusia diatas batas-batas tertentu.

a. Sifat – Sifat Umum Formaldehid

Gas formaldehid ini sudah dikenal sejak lama sebagai zat bakterisid dan sudah

lama digunakan untuk maksud – maksud pengasapan. Mempunyai sifat – sifat

6

reduksi yang kuat sekali dan sangat reaktif terhadap asam amino dan protein, dan

berdasarkan hal inilah maka formaldehidini mempunyai daya antibakteri.

Gas formaldehid ini dapat diperoleh dengan menguapkan paraformaldehid

atau dengan pemanasan solution formaldehid ( Formalin ). Cara – cara lain dapat

juga dilakukan dengan mencampurkan dua bagian formalin dengan 1 bagian

KMnO4 dan akan timbul panas sebagai hasil reaksi oksidasi yang akan

menimbulkangas formaldehid.

Kekurangan dari sterilisasi dengan gas formaldehid ini baik yang berasal dari

paraformaldehid ataupun formalin adalah sifatnya mudah berkondensasi pada

permukaan-permukaan yang akan membentuk lapisan-lapisan putih tipis pada

temperature kamar. Tapi kondensasi ini tidak akan terjadi sampai konsentrasi gas

itu melebihi 3 mg/L dan ada tekanan uap air cukup untuk merubah formaldehid

membentuk larutan. Oleh sebab itu, kondensasi akan terjadi pada ruangan tertutup

dimana berada gas dalam keadaan berlebih. Untuk mencegah terjadinya

polimerisasi, sterilisasi dapat dilakukan dengan pengaliran gas formaldehid, salah

satu hal yang menyulitkan adalah adanya reaksi yang reversible dalam batas-batas

tertentu antara reaksi formaldehid dengan protein dalam sel.

Beberapa peneliti membuktikan adanya reaksi yang reversible ini setelah

mengalirkan gas pada organisme-organisme tersebut, peniliti lain juga telah

menemukan hal ini dengan menggunakan kultur yang berbeda. Nash dan Hireh

(1954) telah menemukan sifat-sifat yang reversible ini pada reaksi dalam sel

dalam keadaan fisiologis, tetapi reaksi yang terjadi tidak langsung seperti dengan

protein bebas. Dalam hal ini efek yang terjadi adalah memperlambat proses

kematian dimana sel-sel tersebut dalam keadaan tersuspensi, sampai terjadi

keadaan tertentu. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut

tak hanya bahan-bahan makanan yang biasa terdapat dan faktor-faktor yang

diperlukan untuk pertumbuhan, tetapi juga adanya zat-zat yang dapat menetralisir

formaldehid pada waktu kontak dengan organisme, seperti misalnya ada ion-ion

sulfit dan sebagainya.

7

b. Sifat – Sifat Bakteri

Konsentrasi pembinasaan yaitu semua bakteri termasuk spora akan dapat

dibinasakan dengan cepat oleh gas formaldehid. Untuk mempercepat proses

pembinasaan ini, gas tersebut harus berhubungan langsung dengan organisme,

dengan kata lain bahwa organisme tersebut tidak boleh mempunyai lapisan

pelindung. Lapisan pelindung yang tipis yang berasal dari zat organic, akan dapat

memperlambat proses pembinasaan tersebut

Menurut percobaan kultur dari Staphylococcus Albus yang dikeringakan

pada benang tenun yang sudah diberi larutan gelatin 1%, kadang-kadang

membutuhkan waktu selama beberapa jam pada konsentrasi gas 1-2 mg

formaldehid dalam 1 Liter udara sebelum semua organisme tersebut dapat

dibinasakan dengan sempurna, dan untuk membinasakan spora Bacillus Subtilis

yang dikeringkan dari pepton air membutuhkan waktu selama sampai 100 menit,

pada waktu ini konsentrasi formaldehid adalah sebesar 2 mg/L udara dan

kelembaban adalah pada daerah yang optimal untuk aktifitas.

Pada percobaan yang dilakukan dengan mengeringka bakteri pada keping-

keping logam, gelas, ataupun karet yang berasal dari suspense dalam aquades,

akan didapatkan bahwa kebanyakan organisme tersebut akan dapat dibinasakan

pada udara yang mengandung 1 mg formaldehid dalam 1 Liter udara (tekanan

parsialnya ekivalen dengan 0,6-0,8 mmHg) dalam waktu 20-50 menit. Kecepatan

pembinasaan sangat tergantung kepada bentuk organisme yang dipakai untuk

percobaan dan kelembaban.

Spora-spora bakteri lebih resisten jika dibandingkan dengan bentuk-

bentuk vegetative, tetapi menurut Phillips (1952) perbandingan ini pada

formaldehid dan zat-zat turunan alkil lainnya tidaklah sebesar zat-zat disinfektan

lainnya, dia menyatakan bahwa spora-spora bakteri biasanya berates-ratus atau

beribu-ribu kali lebih resisten terhadap zat disinfektan kimawi jika dibandingkan

dengan bakteri vegetative.

8

c. Pengaruh Kelembapan dan Temperatur

Kelembaban memegang peranan penting pada kecepatan mendisinfeksi dari

formaldehid, dan hal ini perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena hal

ini dulu sering menimbulkan kesukaran pada waktu melakukan percobaan dan

meneliti hasil-hasil percobaan, hal ini disebabkan karena pengertian kering dan

basah dalam melakukan percobaan merupakam pengertian yang relative. Menurut

hasil percobaan, diketahui bahwa aktifitas terendah akan didapati pada

kelembabkan yang terendah pula. Jika kelembaban relative naik, aktifitasnya pun

akan menaik pula, dan pada kelembaban relative 50% merupakan kelembaban

yang cukup baik.

Untuk mendapatkan daya optimum, percobaan dilakukan pada kelembaban

relative 60-80%. Mengenai hubungan dengan temperature, formaldehid baik

dalam bentuk larutan dan dalam bentuk upa, mempunyai koefisien aktifitas yang

besar sekali. Untuk melakukan disinfeksi dengan formaldehid biasanya dilakukan

pada temperature kamar tetapi kadang-kadang dibutuhkan temperature yang agak

lebih tinggi, yaitu kurang lebih 60oC. disamping untuk memperbesar daya

sterilitasnya, pemakaian formaldehid pada suhu 70oC juga dapat mencegah

adanya kehilangan daya efektifitas dengan cara polimerisasi.

Aktifitas sterilisasi sangat tergantung pada kelembaban, yaitu tidak boleh kurang

dari 75%. Disamping daya penetrasinya yang rendah, juga punya kecenderungan

mengadakan polimerisasi di permukaan.

Nhcho + nHCHO (CH2OHCHO)n

Umumnya gas formaldehid ini banyak digunakan untuk sterilisasi atau disinfeksi

beberapa instrument serta untuk fumigasi ruangan. Yang banyak digunakan

adalah bentuk padatnya, yaitu paraformaldehid yang umumnya dikemas dalam

bentuk tablet. Suhu yang digunakan untuk sterilisasi tidak boleh kurang dari 60oC.

d. Konsentrasi Gas

9

Konsentrasi efektif adalah tekanan parsiel dari gas tersebut yang tegabung dari

jumlah gas yang dimasukkan kedalam alat sterilisasi, tetapi bukan konsentrasi

relative dari gas yang dimasukkan kedalam alat sebagai diluen. Konsentrasi ini

dapat berkurang dikarenakan oleh abosorbsi dari bahan yang disterilkan, misalnya

bahan-bahan dari wol akan mengabsorbsi 1% dari berat formaldehid. Bahan-

bahan dari plastic juga dapat mengabsorbsi gas.

e. Kemampuan Difusi

Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kemampuan untuk mendifusi dari uap

formaldehid kedalam bahan-bahan yang poreus adalah sangat kecil, hal ini

penting sekali artinya pada waktu mendisinfeksi bahan-bahan yang berlapis-lapis,

ataupun bahan-bahan juga agak banyak. Hal ini pernah dibuktikan dengan

percobaan dimana organisme-organisme disusun dalam lapisan-lapisan. Pada

percobaan ini terlihat bahwa walaupun waktu sudah diperpanjang, bentuk-bentuk

vegetative relative tidak akan terpengaruh. Oleh sebab itu, uantuk maksud-

maksud penyeterilan ini dianjurkan agar supaya pada waktu penyeterilan

dilakikan dalamkantong-kantong yang kecil saja dan dengan cara-cara

sebelumnya mengosongkan atau membersihkan ruangan, atau wadah juga

dikerjakan dengan cara pemanasan. Hal ini akan membantu penetrasi dari gas

pada bahan-bahan yang disterilkan, dan untuk maksud ini cukup jika dikerjakan

pada temperature 60oC selama 30-120 menit.

DAMPAK KESEHATAN

Formaldehida terjadi secara alami di sebagian besar makhluk hidup dan merupakan

penting bagian dari ekologi kita. Formaldehida adalah biokimia antara penting dari 

selular metabolisme dan bertindak sebagai elemen dasar untuk menemukan zat tubuh.

Formaldehida secara alami diurai oleh tubuh manusia dan tidak akumulasi. Larutan

10

formaldehida diketahui beracun, menjengkelkan dan alergi. Larutannya dapat 

mengiritasi kulit dan dapat menyebabkan alergi. Namun, bahkan pada paparan yang

rendah, dosis berbahaya dapat menyebabkan iritasi pada hidung, mata dan 

tenggorokan. Iritasi ini memaksa orang yang terpapar untuk menghindari lebih lanjut.

Akibatnya, reaksi alergi karena adanya formaldehid di udara yang tidak biasa. Ini 

termasuk dua kasus kanker hidung.

Uap & formaldehida sebagai agen sterilisasi

Ketika menghancurkan mikroorganisme yang mengkontaminasi dengan panas, 

antara  temperatur  dan waktu tergantung pada apakah panas basah atau

kering digunakan. Jika sterilisasi uap digunakan pada suhu pengolahan 121 °C, 

objek dianggap steril setelah minimumdari15 menit waktu  pemaparan. Jika suhu 

134 °C, sterilisasi terjadi hanadalam 3 menit. Dalam prakteknya, waktu pemaparan

lebih lama daripada persyaratan minimum.Panas basah lebih efektif daripada 

panas kering, yang2 jam 'holdingmengharuskan time pada 160°C (320 °F).Panas

membunuh mikroorganisme  dengan mempromosikan  reaksi kimia yang mengubah

sifat sesuatu benda protein dalam sel. Transfer panas lebih lambat pada kondisi

kering dan sejak spora mengandung air kurang dari sel vegetatif, mereka lebih sulit 

untuk dihancurkan. Hal ini penting bagi uap untuk berhubungan dengan organisme 

yang akan dihancurkan. Tahap pertama dalam proses sterilisasi uap kebanyakan udara

di mana ruang udara digantikan oleh uap, sering menggunakan sistem  pra-

vakum berdenyut. (Setiap udara yang tersisa di beban mungkin mencegah kontak uap

langsung, sehingga membahayakan sterilisasi.) Penghapusan udara sehingga 

menjamin penetrasi efektif uap dan menyediakan kondisi sterilisasi lembab seluruh

beban.

11

Pra-perlakuan

Sebelum formaldehida yang dapat diterima, barang dikenakan pra-perlakuan yang

terdiri dari evakuasi berulang dan uap flushes. Prosedur ini sangat penting bertujuan

untuk menghilangkan udara dari barang dan kamar, sementara secara bersamaan

pelembab mikroorganisme untuk membuat mereka rentan terhadap formaldehida.

Efektivitas bagian pelembab dari pretreatment sangat penting untuk sisa proses.

Formaldehida masuk dalam bentuk larutan formalin yang disuntikkan dari botol

tertutup. Formalin ini kemudian menguap dan memasuki ruang sebagai gas. Sebuah 

vakum di ruangan membantu pengakuan dari gas. Uap kemudian ditambahkan untuk

menjaga suhu pada tingkat yang telah ditentukan. Pengakuan itu diulang  beberapa  

kali untuk meningkatkan penetrasi ke panjang, lumen sempit dan gigi berlubang .

Sterilisasi Selama waktu tertentu, ruangan dijaga pada suhu tertentu, konsentrasi 

tekanan, sterilant dan kelembaban. Pasca perawatan setelah waktu pemaparan yang

telah ditetapkan pada sterilisasi, formaldehida secara efektif dikeluarkan dari barang

oleh vakum dan flushes uap menengah.

Keuntungan sterilisasi dengan menggunakan gas:

a. Bahan yang disterilkan tidak rusak selama proses sterilisasi.

b. Perubahan kimia maupun fisika dari bahan yang disterilkan sangat jarang

terjadi, karena seluruh proses dikerjakan pada suhu yang rendah

c. Penetrasi gas kedalam bahan-bahan yang porus umumnya sangat baik, kecuali

jika menggunakan formaldehid.

Kerugian sterilisasi dengan menggunakan gas:

a. Pembungkus plastic harus dibiarkan terbuka, baru ditutup setelah selesai

penyeterilan sehingga kemungkinan terkontaminasi kembali cukup besar

b. Control terhadap kelembaban biasanya sangat kritis, dengan demikian

pelaksanaannya tidak begitu mudah

c. Waktu sterilisasi umumnya panjang

12

d. Biaya sterilisasi umumnya lebih mahal dibandingkan dengan sterilisasi panas.

Adanya kerugian-kerugian yang terdapat pada sterilisasi mengunakan gas

menyebabkan sterilisasi ini jarang digunakan. Selain itu disebabkan karena sterilisasi

gas sudah digantikan dengan sterilisasi secara radiasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin.1969.Desinfeksi dan Sterilisasi.Bandung : Multi Karya.

http:// www.hmmdt.com /tec/about.asp

http:// www.ncbi.nlm.nih.gov /pubmed/3113100

Ma’at,Suprapto.2009.Sterilisasi dan Disinfeksi.Surabaya : Airlangga University Press

13