makalah euthanasia

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah merupakan fitrah manusia selalu ingin hidup sehat, baik fisik maupun mental. Namun keinginan manusia itu tidak selalu terpenuhi. Dalam hidupnya manusia terkadang sakit atau menderita suatu penyakit. Ada yang menderita suatu penyakit yang tergolong berat dan sukar, ada pula yang menderita suatu penyakit ringan dan mudah disembuhkan. Dari penyakit-penyakit ini, baik berat maupun ringan dianjurkan oleh agama untuk mengobatinya, karena sebagai mana sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan ia menurunkan pula obatnya”. 1 Orang-orang yang menderita suatu penyakit yang berat, ada yang tabah dan sabar serta tidak berputus asa dalam menghadapinya disertai dengan usaha untuk menyembuhkannya. Tidak sedikit pula yang tidak sabar dan tabah, bahkan ada yang berputus asa dalam menghadapi penyakitnya. Setelah ia mengetahui bahwa penyakitnya sukar atau bahkan tidak dapat disembuhkan, timbul dalam pikirannya bahwa usaha apapun akan sia-sia menghabiskan biaya saja, sedangkan penyakitnya tidak sembuh-sembuh juga. Hal ini menyebabkan timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Ia ingin mempercepat kematiannya agar segala penderitaannya dapat berakhir. Faktor penyebab mempercepat 1 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhary, juz V, Beirut, Dar Al-Fikri, t. th. h. 11 1

Upload: shinta-herdiana

Post on 11-Jun-2015

351 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah euthanasia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah merupakan fitrah manusia selalu ingin hidup sehat, baik fisik maupun mental.

Namun keinginan manusia itu tidak selalu terpenuhi. Dalam hidupnya manusia terkadang

sakit atau menderita suatu penyakit. Ada yang menderita suatu penyakit yang tergolong berat

dan sukar, ada pula yang menderita suatu penyakit ringan dan mudah disembuhkan. Dari

penyakit-penyakit ini, baik berat maupun ringan dianjurkan oleh agama untuk mengobatinya,

karena sebagai mana sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah Allah menurunkan suatu

penyakit, melainkan ia menurunkan pula obatnya”.1

Orang-orang yang menderita suatu penyakit yang berat, ada yang tabah dan sabar serta

tidak berputus asa dalam menghadapinya disertai dengan usaha untuk menyembuhkannya.

Tidak sedikit pula yang tidak sabar dan tabah, bahkan ada yang berputus asa dalam

menghadapi penyakitnya. Setelah ia mengetahui bahwa penyakitnya sukar atau bahkan tidak

dapat disembuhkan, timbul dalam pikirannya bahwa usaha apapun akan sia-sia menghabiskan

biaya saja, sedangkan penyakitnya tidak sembuh-sembuh juga.

Hal ini menyebabkan timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Ia ingin

mempercepat kematiannya agar segala penderitaannya dapat berakhir. Faktor penyebab

mempercepat kematian seperti ini bersifat intern. Keinginan untuk mempercepat kematian

seperti itu bukan saja berasal dari si sakit, tetapi kadang-kadang berasal dari keluarganya,

bahkan dari dokter yang merawatnya. Usaha-usaha atau tindakan-tindakan untuk

mempercepat kematian guna mengakhiri penderitaan karena penyakit, itulah yang disebut

Euthanasia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian euthanasia?

2. Apa saja macam-macam euthanasia?

3. Bagaimana hukum tentang euthanasia?

1 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhary, juz V, Beirut, Dar Al-Fikri, t. th. h. 11

1

Page 2: Makalah euthanasia

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EUTHANASIA

Kata Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ‘eu’ artinya baik, bagus, dan

thanotos artinya mati. Menurut Ensiklopedi Indonesia, bahwa euthanasia (Yunani:

euthanasia yaitu matinya gampang).2 Euthanasia artinya mati yang baik tanpa melalui proses

kematian dengan rasa sakit atau penderitaan yang berlarut-larut.3 Dalam Kamus Inggris -

Indonesia disebutkan, bahwa euthanasia termasuk kata benda yang berarti tindakan

mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat.4 Dalam istilah medis, Euthanasia

berarti membantu mempercepat kematian agar tebebas dari penderitaan.5

Menurut Dr. H. Ali Akbar, Euthanasia mempunyai pengertian:

1. Kematian yang mudah dan tanpa sakit

2. Usaha untuk meringankan penderitaan orang yang sekarat dan bila perlu untuk

mempercepat kematiannya

3. Keinginan untuk mati dalam arti yang baik.6

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa Euthanasia adalah

usaha dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian seseorang yang menurut

perkiraan sudah hampir mendekati kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau

membebaskannya dari penderitaanya.

B. MACAM-MACAM EUTHANASIA

Euthanasia dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Euthanasia aktif (positif) adalah apabila seorang dokter melihat pasiennya dalam

keadaan penderitaan yang sangat berat, karena penyakitnya yang sulit disembuhkan

dan menurut pendapatnya penyakit tersebut akan mengakibatkan kematian dan karena

2 Ensiklopedi Indonesia, Ikhtiar Baru3 Syamsul Arifin, Menurut Pandangan Islam: Euthanasia Dilarang, Kiblat No.18. Th. XXVII (Februari ke 1 1981). h. 334 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris - Indonesia, cet ke V. Jakarta, Pt Gramedia, 1978, h. 2195 Dr.Kartono Muhammad, Euthanasia, Kompas,6 Mei 19896 Ali Akbar, Euthanasia Dilihat Dari Hukum Islam, Panji Masyarakat No. 453. Th.XXVI, 21 Desember 1984. h. 69

2

Page 3: Makalah euthanasia

rasa kasihan terhadap si penderita ia melakukan penyuntikan untuk mempercepat

kematiannya.

2. Euthanasia pasif (negatif) adalah apabila dokter tidak memberikan bantuan secara

aktif untuk mempercepat proses kematian pasien. Jika seorang pasien menderita

penyakit dalam stadium terminal, yang menurut pendapat dokter sudah tidak mungkin

lagi disembuhkan, maka kadang-kadang pihak keluarga, karena tidak tega melihat

seorang anggota keluarganya berlama-lama menderita di rumah sakit, lalu meminta

kepada dokter untuk menghentikan pengobatan. Akibatnya si penderita akhirnya

meninggal.

Dr. H. Ali Akbar memberikan contoh euthanasia aktif sebagai berikut: “penderita gawat

darurat dirawat di rumah sakit gawat darurat dengan peralatan majemuk untuk menolong

jantung, pernafasan, dan cairan tubuh, sehingga alat-alat tubuh tersebut dapat berfungsi

dengan baik. Euthanasia aktif dilakukan dengan menghentikan segala alat-alat pembantu ini,

sehingga jantung dan pernafasan tidak dapat bekerja dan akan berhenti berfungsi atau

memberikan obat penenang dengan dosis yang melebihi yang juga akan menghentikan fungsi

jantung”.

Demikian pula dapat disebut euthanasia aktif, jika obat-obatan dan segala prosedur lain,

digunakan justru untuk menyebabkan atau mempercepat kematian pasien.7 Sedangkan

euthanasia pasif dicontohkan sebagai berikut: “Seorang pasien membutuhkan obat-obatan

dan perawatan yang mungkin dapat memperpanjang nyawanya. Obat-obatan dan perawatan

yang diperlukan itu, justru tidak diberikan. Termasuk euthanasia pasif juga seperti mematikan

ventilator yang sangat dibutuhkan seorang pasien yang lama tak sadarkan diri karena mesin

itu membantu memperpanjang usianya”.

Dr. Kartono Muhammad mengatakan bahwa pada praktek secara sadar atau tidak,

euthanasia pasif bisa saja terjadi di Indonesia yang tidak sadar terpaksa melakukannya,

karena kurangnya fasilitas yang ada di rumah sakit. Sedang yang sadar membiarkan pasien

yang sudah tidak tertolong lagi itu dibawa pulang. Penyebab timbulnya praktek euthanasia

pasif adalah keterbatasan fasilitas penolong, ruang yang ada di rumah sakit dan mengingat

beban keluarga.

C. HUKUM EUTHANASIA

7 Zaman, No. 44/Th. II, 26 Juli -1 Agustus 1981, Dilema Dokter: Hak Pasien Untuk Mati?. h. 11

3

Page 4: Makalah euthanasia

Syariat Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia. Setiap

perbuatan menghilangkan hidup,baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri dilarang

dengan tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam kitab suci Al-Qur’an banyak ayat-ayat

yang melarang pembunuhan, bahkan mengancamnya dengan hukuman. Ayat-ayat itu antara

lain:

1. Surah An-Nisa ayat 92-93

Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang

lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang

mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang

beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),

kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum

(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si

pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta

memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya.

Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk

penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka

balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan

mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

2. Surat Al-Isra ayat 31

4

Page 5: Makalah euthanasia

Artiny: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.

kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya

membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Dalam hadis-hadis Nabi SAW. larangan pembunuhan ini dipertegas oleh Rasulullah

SAW. yaitu:

Dari Aisyah ra. dari Rasulullah Saw. bersabda yang artinya “tidak halal membunuh

seorang muslim, kecuali karena salah satu dari tiga perkara: pezina yang muhshan (sudah

berkeluarga) maka ia harus dirajam, seseorang yang membunuh seorang muslim dengan

sengaja, maka ia harus dibunuh dan orang yang keluar dari Islam, kemudian ia memerangi

Allah dan Rasulullah maka ia harus dibunuh atau disalib atau diasingkan dari tempatnya”

(H.R. Abu Daud dan Nasaiy)

Di samping melarang untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, syariat Islam

juga melarang untuk melakukan perbuatan bunuh diri, sebagaimana disebutkan dalam al-

Qur’an surat An-Nisa ayat 29

“...dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”

Larangan untuk membunuh diri juga terdapat dalam hadis-hadis Nabi SAW yaitu

salah satunya:

“Barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung hingga dia membunuh

dirinya sendiri, maka tempatnya di neraka jahanam. Ia masuk ke salamnya, kekal untuk

selama-lamanya, dan barang siapa meminum racun sehingga ia membunuh dirinya sendiri,

maka racun itu dipegang di tangannya ia meminumnya di neraka jahanam, ia kekal di

dalamnya selama-lamanya, dan barang siapa membunuh dirinya dengan benda tajam, maka

benda tajam itu dipegangkan di tangannya dan dipukulkannya pada dirinya di neraka jahanam

dan ia kekal di dalamnya selama-lamanya”(H.R.Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

5

Page 6: Makalah euthanasia

Dari ayat dan hadis tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa euthanasia khususnya

euthanasia aktif dimana seorang dokter melakukan upaya aktif membantu untuk

mempercepat kematian seorang pasien, yang menurut perkiraaanya sudah tidak dapat

bertahan untuk hidup, meskipun atas permintaan si pasien atau keluarganya dilarang menurut

hukum Islam, karena perbuatan tersebut tergolong pada pembunuhan dengan sengaja.

Pembunuhan yang dibolehkan oleh Islam hanyalah pembunuhan yang dijelaskan oleh

hadis-hadis yang telah disebutkan di atas,pembunuhan sebagai hukuman terhadap penzina

muhshan, hukum bunuh bagi pelaku pembunuhan sengaja dan hukum bunuh bagi orang yang

murtad dan pengganggu keamanan. Sedangkan euthanasia tidak termasuk dalam jenis ini.

Oleh sebab itu,tindakan euthanasia menurut hukum Islam dianggap sebagai perbuatan

terlarang, hukumya haram.

Penafsiran pembunuhan yang dibolehkan menurut hadis Nabi, telah dikemukakan

oleh Prof. Mahmud Syaltut dlam bukunya Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, bahwa dengan

melihat maksud dan tujuannya pembunuhan yang dibolehkan oleh syara’ (Islam) dapat

dirumuskan dalam tiga segi:

1. Segi pelaksanaan perintah atau kewajiban, seperti pelaksanaan hukuman mati oleh

algojo atas perintah pengadilan atau hakim

2. Segi pelaksanaan hak, yang meliputi:

a. Hak wali si korban untuk melaksanakan hukuman qishash

b. Hak penguasa untuk menghukum bunuh perampok/ pengganggu stabilitas

keamanan

3. Segi pembelaan baik terhadap diri, kehormatan,maupun terhadap harta benda.8

Dari tiga segi pembunuhan yang dibolehkan yang dikemukakan oleh Prof.Mahmud

Syaltut di atas, euthanasia tidak termasuk di dalamnya. Dengan demikian, euthanasia aktif

jelas dilarang oleh Islam.

Adapun euthansia aktif yang dilakukan oleh seorang dokter dalam rangka menyelamatkan

ibu yang telah melahirkan dengan jalan mematikan bayi yang akan dikandungnya, pada saat

diketahui proses kelahiran bayi itu mengakibatkan hilangnya nyawa si ibu, ini dibolehkan

karena darurat berdasarkan kaidah.

1. keadaan darurat dapat membolehkan perbuatan yang dilarang

8 Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, Dar Al-Qalam, Mesir, 1966. h. 348

6

Page 7: Makalah euthanasia

2. Menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya itu

adalah wajib

Jadi Islam membolehkan untuk melakukan euthanasia aktif dengan mengorbankan

janin karena menyelamatkan nyawa ibu. Nyawa ibu diutamakan, mengingat dia merupakan

sendi keluarga dan telah mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap Tuhan maupun

terhadap sesama makhluk, sedangkan si janin (bayi), sebelum ia lahir dalam keadaan hidup,

ia belum mempunyai hak seperti hak waris dan belum mempunyai kewajiban apapun.

Sehubungan dengan pengaruh keadaan darurat tersebut Abd Wahhab Khallaf dalam

bukunya Ilmu Ushul Fiqh mengatakan yang artinya sebagai berikut:

Barang siapa yang tidak bisa mempertahankan keselamatan dirinya kecuali dengan

cara menyelamatkan membinasakan orang lain, tidaklah ia berdosa dalam tindakannya itu.9

Selanjutnya bertalian dengan masalah persetujuan yang diberikan oleh seorang dokter

untuk membantu mempercepat kematiannya dianggap tidak ada, tetapi dokter yang

melakukan euthanasia diaggap melakukan tindakan pidana atau kriminal yang harus dijatuhi

hukuman. Hanya saja mengenai jenis hukumannya ulama berbeda pendapat.

Menurut Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan dan sebagian ulama

Syafi’iyah, bahwa hukuman yang dikenakan terhadap pelaku euthanasia (pembunuhan

dengan persetujuan korban) adalah membayar diyat (membayar 100 ekor unta atau seharga

itu) dan bukan qishash, dengan alasan, bahwa persetujuan si korban (pasien) untuk menjadi

objek euthanasia merupakan syubhat dalam status perbuatannya dan dalam hadis Nabi SAW,

yaitu apabila dalam jarimah hudud (termasuk didalamnya qishash) terdapat syubhat maka

hukuman bisa digugurkan atau diganti.

Menurut Zufar salah seorang murid Abu Hanifah dan pendapat yang kuat adalah

mazhab Maliki serta pendapat sebagian ulama Syafi’iyah hukuman yang dikenakan kepada

pelaku euthanasia tersebut diatas, tetap hukuman qishash (hukuman mati) karena persetujuan

untuk menjadi objek euthanasia tersebut dianggap tidak pernah ada, sehingga persetujuan

tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Sedangkan menurut pendapat Imam Ahmad bin Hambal dan sebagian ulama

Syafi’iyah, bahwa pelaku euthanasia atas persetujuan si korban dibebaskan dari hukuman,

9 Abd Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Al-Dar Al-Kuwaitiyyah, cet. VIII. 1986. h 208

7

Page 8: Makalah euthanasia

karena persetujuan pasien untuk menjadi objek euthanasia, sama statusnya dengan

pembunuhan, baik dari hukuman qishash, maupun diyat maka dia bebas dari hukuman.10

Kemudian bagaimanakah pandangan hukum Islam tentang euthanasia pasif? Menurut

ajaran Islam, bahwa sakit yang menimpa seseorang itu dapat menghapuskan dosa. Meskipun

demikian, bukan berarti penyakit yang menimpa seseorang itu dibiarkan saja tanpa upaya

pengobatan karena agama Islam memerintahkan untuk mengobati setiap penyakit yang

menimpa manusia, berdasarkan hadis-hadis Nabi SAW menurut Iman Al-Syaukany, bahwa

penyakit yang oleh dokter telah dinyatakan tidak ada obatnya sekalipun,tidak ada upaya

untuk mengupayakan pengobatannya.11

Apabila dokter mengatakan, bahwa penyakit tersebut sudah tidak bisa disembuhkan

atau keadaanya sudah masuk dalam stadium terminal dan pihak pasien atau keluarganya

dengan beberapa pertimbangan meminta atau menyetujui dihentikannya upaya pengobatan,

maka penghentian pengobatan pasien tersebut akhirnya meninggal. Dalam situasi dan kondisi

yang demikian, tindakan yang bisa dilakukan ialah bersabar dan tawakal serta berdoa kepada

Allah SWT.12

10 Abd Qodir Audah, As Tasyri’ Al Jinairy Al Islamy, Jilid 1 Beirut, Dar Al Kitab Al Arabiyu, T.th., h.441-44211 Al-Syaukany, Nail Al-Authar, Jilid IX, Saudi Arabia,Idarah Al-Buhuts Al-Islamiyah, T.th.h.9112Huzaimah Tahido Yanggo, Masailul Fiqhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer, Angkasa, Bandung: 2009., h.113

8

Page 9: Makalah euthanasia

BAB III

PENUTUP

Euthanasia artinya mati yang baik tanpa melalui proses kematian dengan rasa sakit atau

penderitaan yang berlarut-larut. Dalam Kamus Inggris - Indonesia disebutkan, bahwa

euthanasia termasuk kata benda yang berarti tindakan mematikan orang untuk meringankan

penderitaan sekarat. Dalam istilah medis, Euthanasia berarti membantu mempercepat

kematian agar tebebas dari penderitaan.

Euthanasia dalam pandangan Islam tidak diperbolehkan, kematian merupakan ketetapan

dari Allah SWT, setiap insan yang hidup pasti akan meninggal nantinya. Adapun yang

diperbolehkan dalam Islam hanya sebatas dalam keadaan darurat sebagaimana penyelamatan

seorang ibu daripada bayi yang dikandungnya.

Dalam Islam setiap penyakit ada obatnya kecuali kematian. Setiap penyakit merupakan

ujian dari Allah SWT. Dalam hal menghadapi kasus euthanasia tersebut, sebagai insan yang

bertaqwa haruslah berikhtiar, bersabar dan tawakal kepada Allah.

9