makalah etika bisnis
TRANSCRIPT
ETIKA BISNIS
I. PENDAHULUAN
Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain.
Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batas-batas kompetisi seseorang,
kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan.
Dalam Islam, etika berbisnis sangat dibutuhkan. Tujuannya adalah mengontrol diri agar
tidak terjerumus dalam keburukan yang dapat menimbulkan kemaksiatan. Disamping itu bisnis
islam berbeda dengan agama lain yang notabenya menggunakan segala cara untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Sebaliknya, dalam Islam bisnis lebih ditekankan pada kaidah-kaidah dan
tuntunan agama sehingga tidak ada orang yang mungkin akan dirugikan.
Etika bisnis telah diatur berdasarkan hadist Rasulullah dan penjelasan para ulama’ terkait
dengan bisnis di masa sekarang.
Oleh karena itu dengan adanya moral dan etika islam dalam dunia bisnis, serta kesadaran
semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang kesesatan dan kemiskinan itu dapat
dikurangi.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa saja hadist-hadist yang membahas tentang etika bisnis?
B. Bagaimana pendapat para ulama mengenai etika bisnis?
III. PEMBAHASAN
A. Hadist-Hadist Yang Terkait
Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar ra: Rasulullah Saw. Bersabda, “Barang siapa membeli
makanan, janganlah menjualnya lagi hingga dia menerimanya dengan sempurna.” Kami
sering membeli makanan dari rombongan pedagang dengan cara taksiran, kemudian
Rasulullah Saw melarang kami untuk menjualnya hingga kami memindahkan dari
tempatnya.
Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Wa’lah Al-Saba’I (seorang penduduk Mesir) bahwa
dia pernah bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas ra. Tentang perahan buah anggur.
Kemudian Ibn ‘Abbas r.a. menjawab “Ada seorang laki-laki pernah menghadiahkan satu
kantong tuak kepada Rasulullah Saw, lalu beliau bersabda kepadanya, “Tidak taukah
kamu bahwa Allah telah mengharamkannya. Orang itu menjawab, ‘tidak.’ Kemudian
orang itu berbisik-bisik dengan seseorang di dekatnya. Lalu Rasulluah Saw menanyainya,
‘Apa yang kamu bisikan kepadanya.’ Orang itu menjawab,’saya suruh dia menjual saja.
‘beliau bersabda, ‘sesungguhnya, yang Dia haramkan meminumnya, Dia haramkan pula
menjualnya, lalu orang itu membuka wadah tuaknya, kemudian tuak itu dituangkannya
sampai habis.
Diriwayatkan dari Rafi’ bin khadij r.a, dari Rasulullah Saw : Beliau bersabda, “uang hasil
penjualan anjind, hasil pembayaran pelacuran, dan hasil usaha bekam adalah kotor.”
Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a. : Biasanya orang-orang jahiliah mengadakan jual beli
daging dengan cara hablul habalah, yaitu menjual daging dengan harga dibayar
belakangan hingga untanya yang sedang mengandung melahirkan anaknya. Kemudian
Rasulullah Saw melarang jual beli dengan cara demikian.
Diriwayatkan dari Ibn ‘umar r.a : Rasulullah Saw melarang najsy (penipuan, yaitu
menawar tinggi tanpa maksud membeli, tetapi untuk menaikkan penawaran orang lain.
Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a. : telah sampai berita kepada ‘Umar bahwa Samurah
menjual tuak. Kemudian Umar berkata, semoga Allah memerangi Samurah, tidak
tahukah dia bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Allah mengutuk orang-orang Yahudi.
Telah diharamkan atas mereka lemak, maka mereka memasaknya untuk dicairkan
kemudian menjualnya.”
B. Penjelasan
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tetntang etika bisnis, maka landasan
filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi hubungan
manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya,
yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah wa hablumminannas).
Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau beraktifitas
apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga" (Tuhan) di setiap aspek hidupnya.
Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini
karena Bisnis dalam Islam tidak semata mata orientasi dunia tetapi harus punya visi
akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam
bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam. Terdapat beberapa pendapat
mengenai etika bisnis diantaranya:
1. Menurut al-Ghazali (w. 505 9H.) : "Tujuan utama syari'ah adalah meningkatkan
kesejahteraan manusia, yang terletak pada perlindungan iman, hidup, akal, keturunan
dan harta. Apa saja yang memantapkan perlindungan kelima hal ini merupakan
kemaslahatan umum dan dikehendaki".
2. Ibnu al-Qayyim (w. 751 H.)10 menyatakan bahwa: "Dasar syari'ah adalah
kebijaksaan dan kemaslahatan manusia dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Kemaslahatan itu terletak pada keadilan, belas kasihan, kesejahteraan dan
kebijaksanaan yang sempurna. Apapun yang menyimpang dari keadilan pada
penindasan, dari belas kasihan pada kekerasan dari kesejahteraan pada kemiskinan
dan dari kebijaksanaan pada kebodohan adalah sama sekali tidak ada kaitannya
dengan syari'at.”
3. Al-Syatibi mengatakan: "Pembebasan (taklif) syari'at itu manfaatnya kembali
kepada pemeliharaan tujuan-tujuannya pada makhluk, den tujuan-tujuan tersebut
adalah sebagai berikut: Tujuan yang bersifat dharuriyat (primer), tujuan yang bersifat
hajiyat (sekunder), dan tujuan yang bersifat tahsiniyat (pelengkap). Setelah itu, ia
menyebutkan jumlah tujuan yang bersifat dharuriyat itu menjadi lima bagian:
Memelihara addin (agama), jiwa, keturunan, harta den akal. Para ulama sepakat,
bahwa bagian yang lima tadi sebagai tujuan dharuriyat (primer) yang harus dipelihara
dalam setiap agama.
4. Ibnu Qudhamah al Maqdisi, salah seorang pemikir terkenal dari mazhab Hambali
menulis, Imam (pemimpin pemerintah) tidak memiliki wewenang untuk mengatur
harga bagi penduduk, penduduk boleh menjual barang mereka dengan harga
berapapun yang mereka sukai.
5.
6.
IV. KESIMPULAN
Sebagai Muslim, kita harus mematuhi standar etika, tidak hanya dalam bisnis tetapi
juga dalam semua aspek kehidupan. Baik bisnis dan etika saling terkait Karena jika etika
kita baik maka bisnispun akan lancar sebaliknya, jika etika kita buruk bisnis pasti akan
tersendat.
V. PENUTUP
Demikanlah makalah ini kami susun, mungkin masih banyak kekurangan di
dalamnya, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang akan datang. Mohon maaf apabila ada kekurangan atau
kesalahan. Semoga makalah ini bermanfa’at untuk kita semua.
VI. REFERENSI