makalah esq

10
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Allah SWT. Manusia juga merupakan makhluk yang telah dikaruniai dengan berbagai macam karunia yang tidak dimiliki oleh yang lain, seperti hewan dan tumbuhan. Kelebihan manusia itu terletak pada akal, hati dan jiwa y ang dimilikinya. Manusia d ikaruniai akal sebagai alat untuk berfikir serta meng analisa dan sebagai sumber kreativitas. Manusia d ikarunia hati agar ia bisa merasa serta bisa membedakan antara yang benar dan y ang salah. Dan manusia dikaruniai jiwa agar ia b isa tetap melangsungkan kehidupannya dan mencapai tu juannya. Dari ketiga unsur inilah manusia mempunya unsur lebih daripada yang lain. Berbeda halnya dengan hewan yang merupakan mahluk tidak punya akal yang dapat dipergunakan untuk berfikir dan menganalisa, dan sebagai sumber kreativitas. Hewan tidak  punya hati yang dapat membedakan antara yang hak dan yang benar. Hewan juga tidak mempunyai jiwa yang dengannya ia dapat mencapai tujuannya. Hewan hanya mempunyai insting yang dengannya dapat membela diri, makan, minum dan memenuhi kebutuhan  biologisnya. dari sini nampak dengan jelas sekali perbedaan manusia dengan hewan. Manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Kesempurnaan tidak hanya bentuk saja melainkan juga dari susunan jiwa manusia itu sendiri. Keberhasilan dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh IQ melainkan oleh EQ juga, bahkan kecerdasan emosional itulah yang memegang  peranan. Otak emosional sama terlibatnya dalam pemikiran, seperti halnya keterlibatan otak nalar, tulis Dr. Antonio Damasio ahli neurologi pada University of Iowa College of Medicine. “Sungguh, intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional (Zahrudin, 2013). Pintar saja tidak cukup. Berbagai pengalaman menunjukkan, banyak anak yang berhasil di sekolah atau tergolong anak pandai dan juara kelas, ternyata tidak berhasil dalam kehidupan. Sebaliknya, ada anak yang tidak terlalu pandai, namun karena memiliki kemampuan sosial yang lebih baik, ia lebih berhasil dalam mengarungi hidup di masyarakat. Kecerdasan emosional seseorang mampu mengenali serta mengelola emosinya, ketika emosi tersebut muncul bahkan meluap-luap, ia juga dapat mengendalikan serta meng ontrol dirinya sehingga emosi tersebut sesuai dengan porsinya atau tidak berlebihan dan tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. SQ ( Spiritual Quotient ) pun mempunyai peran yaitu memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dan ternyata pusat IQ dan EQ adalah kecerdasan

Upload: kyle-ross

Post on 10-Oct-2015

478 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGManusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Allah SWT. Manusia juga merupakan makhluk yang telah dikaruniai dengan berbagai macam karunia yang tidak dimiliki oleh yang lain, seperti hewan dan tumbuhan. Kelebihan manusia itu terletak pada akal, hati dan jiwa yang dimilikinya. Manusia dikaruniai akal sebagai alat untuk berfikir serta menganalisa dan sebagai sumber kreativitas. Manusia dikarunia hati agar ia bisa merasa serta bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dan manusia dikaruniai jiwa agar ia bisa tetap melangsungkan kehidupannya dan mencapai tujuannya. Dari ketiga unsur inilah manusia mempunya unsur lebih daripada yang lain.Berbeda halnya dengan hewan yang merupakan mahluk tidak punya akal yang dapat dipergunakan untuk berfikir dan menganalisa, dan sebagai sumber kreativitas. Hewan tidak punya hati yang dapat membedakan antara yang hak dan yang benar. Hewan juga tidak mempunyai jiwa yang dengannya ia dapat mencapai tujuannya. Hewan hanya mempunyai insting yang dengannya dapat membela diri, makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologisnya. dari sini nampak dengan jelas sekali perbedaan manusia dengan hewan. Manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Kesempurnaan tidak hanya bentuk saja melainkan juga dari susunan jiwa manusia itu sendiri. Keberhasilan dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh IQ melainkan oleh EQ juga, bahkan kecerdasan emosional itulah yang memegang peranan. Otak emosional sama terlibatnya dalam pemikiran, seperti halnya keterlibatan otak nalar, tulis Dr. Antonio Damasio ahli neurologi pada University of Iowa College of Medicine. Sungguh, intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional (Zahrudin, 2013). Pintar saja tidak cukup. Berbagai pengalaman menunjukkan, banyak anak yang berhasil di sekolah atau tergolong anak pandai dan juara kelas, ternyata tidak berhasil dalam kehidupan. Sebaliknya, ada anak yang tidak terlalu pandai, namun karena memiliki kemampuan sosial yang lebih baik, ia lebih berhasil dalam mengarungi hidup di masyarakat. Kecerdasan emosional seseorang mampu mengenali serta mengelola emosinya, ketika emosi tersebut muncul bahkan meluap-luap, ia juga dapat mengendalikan serta mengontrol dirinya sehingga emosi tersebut sesuai dengan porsinya atau tidak berlebihan dan tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. SQ (Spiritual Quotient) pun mempunyai peran yaitu memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dan ternyata pusat IQ dan EQ adalah kecerdasan spiritual (SQ). Sehingga diyakini bahwa SQ yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang. SQ atau kecerdasan spiritual yaitu kecerdasan seseorang yang mampu menjaga hubungan baik dengan penciptanya serta mempunyai tujuan hidup sesuai dengan nilai-nilai agama yang diyakininya. IQ dan EQ dapat berfungsi dengan baik jika dikendalikan dengan SQ (Zahrudin). Dari sini dapat dipahami bahwa IQ saja tidak dapat membawa manusia sukses di kehidupannya, manusia membutuhkan EQ dan juga SQ untuk keseimbangan kehidupannya, dan gabungan keduanya dinamakan ESQ (Emotional Spiritual Quotient), oleh karenanya dalam makalah ini kami mengangkat tema Konsep ESQ yang dibutuhakn manusia sesuai dengan rukun islam, rukun iman, dan ihsan.

1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1. Apa hakikat dari EQ ?2. Apa hakikat dari SQ ?3. Apa hakikat dari konsep ESQ?4. Bagaimanakah hubungan antara ESQ dengan rukun iman, rukun islam, dan ihsan?5. Bagaimana hubungan antara ESQ dengan kesehatan dan gaya kerja?

1.3 TUJUANBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan kepada pembaca tentang hakikat dari EQ. 2. Menginformasikan kepada pembaca tentang hakikat dari SQ. 3. Menginformasikan kepada pembaca tentang hakikat dari konsep ESQ.4. Menginformasikan kepada pembaca tentang hubungan antara ESQ dengan rukun iman, rukun islam, dan ihsan.5. Menginformasikan kepada pembaca tentang hubungan antara ESQ dengan kesehatan dan gaya kerja.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektif, menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dari pengertian di atas berarti EQ adalah kemampuan mendengar suara hati dari sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik informasi tidak hanya lewat panca indra semata tetapi ada sumber lain dari dalam dirinya yakni suara hati, dari suara hati itu merupakan awal dari sikap manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan dan prinsip-prinsip kebenaran. (Tasmara, 2001: 46 ).Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ nya baik dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat atau tersirat dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal semua pemahaman tersebut akan menuntun manusia agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya. Kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahan mental, kebijaksanaan dan penguasaan diri, oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bisa bersikap pada dirinya (intra personal), percaya diri (self awareness), motivasi diri (self motivation), mengatur diri (self regulation), dan berhubungan dengan orang lain ( inter personal ) seperti empati, kemampuan memahami orang lain yang memungkin setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik. EQ mutlak diperlukan seseorang agar mampu memahami dirinya, orang lain serta lingkunganya, yaitu pribadi-pribadi yang mampu melakukan hubungan dengan manusia lain dengan baik. Kehadiran EQ pada manusia itu tidak cukup melainkan harus diimbangi dengan SQ (Hasibin, 2012: 3)

2.2 HAKIKAT SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)Ari Ginanjar Agustian mengatakan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah pada setiap perilaku kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif). Sedangkan menurut Toto Tasmara mendefinisikan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kemampuan seseorang untuk mendengarkan suara hati nuraninya, baik, buruk dan rasa moral dalam cara menempatkan diri dari pergaulan. Danah johar dan Lan Marshal berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value (nilai), yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahakan SQ adalah merupakan kecerdasan kita. Sementara itu Mimi Doe dan Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan dan memberi arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan dari diri kita (Hasibin, 2012: 4)Dari keterangan tersebut dapat didefinisikan kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan potensial setiap manusia yaitu hati nurani yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dari sesama makhluk hidup yaitu keprcayaan pada sang pencipta, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan.

2.3 KONSEP ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT)Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini untuk mencari makna hidup. Manusia diberikan nikmat oleh Allah untuk merasakan kebahagiaan, namun terkadang mereka tidak merasa bahagia. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka sedang dalam pencarian makna kehidupan yang sebenarnya. Namun terkadang kebahagiaan itu mereka raih hanya melalui dunia saja, dan ada sisi lain yang mereka lupakan. Mungkin hanya kecerdasan IQ dan EQ nya saja yang sudah mencapai keberhasilan. Manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan akan kepentingan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ dan IQ) dan penting pula penguasaan ruhial vertikal atau Spiritual Quotient (SQ). Ketika seseorang mencapai kesuksesan atau keberhasilan, sudah mendapatkan pekerjaan, mampu menghasilkan uang banyak, kebutuhan pun sudah terpenuhi lebih dari cukup. Apapun yang ia inginkan dengan mudah ia dapatkan, namun terkadang tipe orang yang seperti ini masih merasa bingung bahkan tidak tahu untuk apa sebenarnya ia hidup, untuk apa ia bekerja selama ini, hampir-hampir ia diperbudak oleh uang dan waktu, perasaan dan batinnya terasa kosong dan hampa. Sama halnya dengan para remaja yang mungkin sebagian dari mereka unggul dalam hal IQ nya, namun mereka belum memiliki EQ dan SQ yang matang. Dalam hal jati diri atau identitas diri pun banyak dari para remaja yang masih belum menemukannya, mereka belum mengetahui akan jadi apa dan ke mana nantinya. ESQ akan menjawab permasalahan tersebut. ESQ sebagai sebuah metode dan konsep jawaban dari kekosongan batin sang jiwa. Ia adalah konsep universal yang mampu menghantarkan seseorang pada predikat memuaskan bagi dirinya sendiri dan juga bagi sesamanya. Mengapa bukan SQ saja menjawab pertanyaan tersebut? Karena kita akan kembali lagi pada konsep pemisahan dunia dan akhirat tadi dikotomi pemikiran dunia saja atau akhirat saja yang berdiri sendiri yang seharusnya kita hindari, karena keduanya seharusnya mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa raga yang seimbang.ESQ merupakan suatu formula yang menyatukan unsur EQ, IQ dan SQ dalam satu kesatuan sistem yang terintegrasi, dan juga mekanisme sistematis untuk memanage ketiga dimensi manusia yaitu body, mind, dan soul, atau dimensi fisik, mental dan spiritual dalam satu kesatuan yang integral. Sederhananya, ESQ berbicara tentang bagaimana mengatur tiga komponen utama, Iman, Islam dan Ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan. ESQ merupakan sinergitas kekuatan emosi dan spiritual di mana hati menjadi pusatnya dan Allah hadir di dalamnya. Maka kehadiran Allah di dalam hati akan terjadi manakala kita banyak atau sering berdzikir kepada-Nya. Semakin sering kita berdzikir dan mengingat sifat-sifat Allah maka hati kita akan semakin bersih, begitupun sebaliknya jika hati ini kotor maka ketidakstabilan emosi yang akan terjadi, semakin lemah, jahil, kacau, dan lain sebagainya. Adapun fungsi dari ESQ adalah sebagai sebuah mekanisme sistematis untuk mengolah dan memanage energi spiritual. Sedangkan tujuannya adalah agar setiap diri manusia memiliki sebuah mata hati yang mampu untuk melihat, apakah sudah menjejakkan hati pada garis orbit yang benar (inline) dan mengitari pusat orbit yang tepat (online) (Zahrudin, 2013).Jadi ESQ (Emotional spiritual quostient) adalah sebuah metode pebangunan jiwa yang menggabungkan antara dua unsur kecerdasan, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) dengan memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar atau yang dikenal dengan suara hati seseorang melalui rukun iman, rukun Islam.

2.4 HUBUNGAN ESQ DENGAN RUKUN ISLAM, RUKUN IMAN, DAN IHSANDimensi spiritual (SQ) dibentuk oleh ihsan (perilaku baik), dimensi mental (EQ) dibangun oleh 6 prinsip rukun iman (the principle of faith). Sedangkan aktifitas fisik dibimbing, diarahkan dan dikendalikan oleh 5 langkah rukun Islam (the principle of Islam). Konsep 6 rukun iman dan 5 rukun Islam adalah sebuah metode yang mengajarkan sebuah tanggung jawab moral dan sosial pada kehidupan pribadi dan sosial anak dimana awal perkembangan pribadi sosial anak bergantung pada sistematika kepribadian secara terstruktur dengan pola-pola yang sekiranya memberikan dampak positif pada perkembangannya.Keterkaitan antara kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan pribadi dan sosial manusia. Hal tersebut bisa berarti bahwa perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial. Beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial salah satunya adalah memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. Maka dalam hal ini tentulah kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) mempunyai sumbangsih kepada perkembangan pribadi sosial pada manusia antara lain:1. Memberi kesadaran agar bersikap rendah hati.2. Memberi keyakinan terhadap sosok yang diagungkan sehingga bisa mengilhami untuk menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan pribadi sosial.3. Memberi motivasi untuk selalu mengatur, mengendalikan serta mengontrol emosi negatif agar perkembangan tetap seimbang.4. Memberi langkah-langkah sikap yang patut untuk mengembangkan pribadi dan sosial yang sesuai dengan yang dikehendaki.

2.5 HUBUNGAN ANTARA ESQ DENGAN KESEHATAN DAN GAYA KERJASetelah mengetahui masing-masing ruang lingkup ESQ, dibagian ini akan membahas pengaruh ESQ terhadap kesehatan dan gaya kerja. Diketahui konsep ESQ berkonsentrasi terhadap sinergi antara kecerdasan emosional dan spiritual. Emosional dalam konsep ESQ lebih cenderung kepada bagaimana seorang individu menjalin hubungan dengan individu lain dengan segala motif. Namum untuk lebih mengontrol emosi dalam arti perilaku individu tersebut dengan orang lain perlu adanya spiritual yang bersumber dari nilai-nilai yang ada dalam keyakinan masing-masing individu.Gaya kerja merupakan kesatuan dari berbagai cara atau tindakan yang didasari oleh sistem nilai dan asumsi seseorang dan ditampilkan ketika ia melakukan hubungan kerja dengan orang lain. adapun macam gaya kerja antara lain yaitu :1. Gaya Kerja KomandanUmumnya merasa benar sendiri, yakin bahwa ia tahu apa yang harus dikerjakan, berusaha memaksa orang lain mengikuti pendapatnya. Dari karakter tersebut dapat dilihat bahwa tipe kerja komandan memiliki IQ tinggi, namun memiliki EQ dan SQ rendah. Hal ini, dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka yang memiliki gaya kerja tersebut. Dimana kebanyakan orang yang memiliki gaya diatas sering mengalami penyakit seperti darah tinggi.2. Gaya Kerja PelayanMemiliki keinginan yang kuat untuk disenangi orang lain, tidak tahan dimusuhi orang lain, berasumsi bahwa hubungan baik dengan orang lain selalu akan membawa keberuntungan, kepentingan pihak lain harus didahulukan. Gaya kerja ini memiliki SQ dan EQ seimbang.3. Gaya Kerja BohemianTak mau merepotkan & tak mau direpotkan orang lain, segan bekerja sama, lebih senang bekerja sendiri dan bertanggung jawab secara pribadi akan hasil pekerjaannya. EQ rendah SQ rendah4. Gaya Kerja BirokratSangat teliti dan memperhatikan prosedur dan peraturan, berusaha bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku, pada dasarnya tidak ingin dipersalahkan pada kemudian hari, segala tindakannya memiliki dasar hukum. IQ tinggi,5. Gaya Kerja ManajerBerpegang pada slogan: In a good negotiation, everybody wins. Berusaha untuk mencapai yang terbaik bagi semua pihak; berasumsi bahwa jika semua pihak mendapat keuntungan, maka kepatuhan terhadap keputusan yang diambil akan kuat; orang akan lebih bergairah dalam mengerjakan tugasnya.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANBerdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektiv menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dari pengertian di atas berarti EQ adalah kemampuan mendengar sura hati dari sumber informasi. Sedangkan kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan potensial setiap manusia yaitu hati nurani yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dari sesama makhluk hidup yaitu kepercayaan pada sang pencipta yaitu Allah SWT. SQ yang membuat manusia mampu menjaga hubungan baik dengan sang penciptanya, serta membuat IQ dan EQ berfungsi dengan baik.ESQ (Emotional Spiritual Quostient) adalah sebuah metode pebangunan jiwa yang menggabungkan antara dua unsur kecerdasan, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) dengan memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar atau yang dikenal dengan suara hati seseorang melalui rukun iman, rukun islam, dan ihsan.

DAFTAR RUJUKANTasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Rohaniyah. Jakarta: Gema Insani.Hasibin, Nur. 2012. (http://www.infodiknas.com/konsep-esq-dan-pemanpaatanya-debagai-sarana-meningkatkan-emosional-siswa.html) (online). Diakses tanggal 21 Agustus 2014.Zahrudin, Wafa. 2013. (http://nengwafa.blogspot.com/2013/03/makalah.html) (online). Diakses tanggal 21 Agustus 2014.

MAKALAHKONSEP ESQdisusun untuk memenuhi tugasmata kuliah Kesehatan & Penanggulangan Bencanayang dibimbing oleh :Bapak Agung Witjoro M.Kes

disusun Oleh :1. Atznain Iqma2. Indah Yunitasari3. Maulidiyani Fuadati4. M. Miftakhul Huda5. Nailul Izzah6. Riski Lutfiani7. Rizky Amalia

PRODI PENDIDIKAN IPAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI MALANGSEMESTER GANJIL