makalah duta (jaenal abidin)

Upload: mugimardatillah

Post on 09-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAHHUBUNGAN PROGRAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP) DENGAN KUALITAS PERKAWINAN

DISUSUN OLEH :JAENAL ABIDIN

DUTA MAHASISWA SE-PROVINSI BANTENAKADEMI FARMASI AL-ISHLAH CILEGONJl. Al ishlah No.1 Jombang Cilegon2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGTahun 1998 merupakan tonggak terbentuknya sistem demokrasi reformasi dimana terjadi pergeseran pemikiran dikalangan masyarakat terutama tentang paradigma terhadap suatu perkawinan. Bergesernya pemikiran tentang banyak anak, banyak rezeki ini terlihat dari mulai dibentuknya program pemerintah yang disebut dengan Keluarga Berencana atau KB. Keluarga Berencana ini dibentuk karena terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan. Pada tahun 2013 saja, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia 233 juta jiwa (Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS, UNFA).Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status dari lajang menjadi seorang istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang perkawinan. Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan perkawinan akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan . Sebaliknya, individu yang tidak memiliki kesiapan menuju kehidupan perkawinan belum dapat disebut layak untuk melakukan perkawinan, sehingga mereka dianjurkan untuk melakukan penundaan atau pendewasaan usia perkawinan.Keluarga berencana memang berjalan baik, namun pertumbuhan jumlah penduduk masih terbilang tinggi dengan kecakapan serta kualitas diri yang rendah. Ini dikhawatirkan akan menjadi masalah terhadap pembangunan nasional karena masyarakat merupakan titik pusat dalam perencanaan pembangunan.Maka dari itu, kebijakan lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan pertumbuhan penduduk selain dengan program KB adalah sosialisasi masyarakat terhadap pendewasaan usia perkawinan yang penting untuk meningkatkan kualitas perkawinan.

1.2 RUMUSAN MASALAHDari pemaparan diatas, maka rumusan masalah yang ditimbulkan sebagai berikut:a. Apa definisi PUP ?b. Apa Faktor Terjadinya Perkawinan di bawah Usia ?c. Apa hubungan program PUP dengan kualitas perkawinan ?d. Bagaimana peran mahasiswa, PIK, BKKBN terhadap program PUP ?

1.3 TUJUANTujuan UmumMemberikan serta meningkatkan informasi kepada pembaca terhadap pentingnya batas usia ideal untuk meningkatkan kualitas perkawinan.Tujuan KhususAgar pembaca memahami program pemerintah, terutama program GENRE, meliputi:a. Definisi PUPb. Faktor terjadi perkawinan di bawah umurc. Hubungan program PUP untuk meningkatkan kualitas perkawinand. Peran mahasiswa, PIK, BKKBN terhadap program PUP

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawian pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan anak pertama (BKKBN 2010).Di Indonesia penundaan usia perkawinan banyak dijumpai di kota-kota besar terutama mereka yang berkonsentrasi pada kemajuan prestasi dalam karir dan pendidikan. Dalam laporan penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (BPS, 1986). dikemukakan bahwa partisipasi dalam karir pekerjaan sebelum perkawinan dapat menunda usia perkawinan. Pendidikan dikatakan sebagai alternatif lain (terutama bagi gadis) dari melangsungkan perkawinan, sehingga sering digunakan alasan seseorang belum menikah karena masih sekolah, walaupun usianya sudah mencapai bahkan melampaui rata-rata usia perkawinan yang berlaku di masyarakat.Penundaan usia perkawinan sampai pada usia dewasa dianggap banyak memberikan keuntungan bagi seorang individu. Perkawinan di usia dewasa akan menjamin kesehatan reproduksi ideal bagi wanita sehingga kematian ibu melahirkan dapat dihindari. Perkawinan di usia dewasa juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis dan sosial ekonomi. Hampir semua studi yang dilakukan berkaitan dengan hubungan antara usia perkawinan dengan kebahagiaan perkawinan menunjukkan bahwa peluang kebahagiaan dalam perkawinan lebih rendah tercapai jika pria menikah sebelum usia 20 tahun dan wanitanya menikah sebelum usia 18 tahun (Landis, 1963). Dikatakan pula bahwa meskipun usia tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya faktor yang bertanggung jawab dalam proporsi kegagalan perkawinan, akan tetapi terdapat indikasi bahwa perkawinan belia cacat sejak permulaan karena biasanya pasangan memasukinya dengan terburu-buru, setelah perkenalan yang singkat, dan seringkali tanpa pertimbangan matang mengenai realitas yang akan mereka hadapi setelah menikah. Oleh karena itu penundaan usia perkawinan banyak dianjurkan pada mereka yang belum memiliki kesiapan menuju kehidupan perkawinanPenundaan usia ini adalah untuk meningkatkan kualitas dari perkawinan karena pada usia ini dianggap sudah siap menghadapi suatu kehidupan berkeluarga baik dari sisi kesehatan, maupun perkembangan psikologinya. 2.2 Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan di bawah Usia2.2.1 Faktor Keluarga- Kurangnya pemahaman keluarga tentang PUP.- Kebutuhan remaja yang tidak terpenuhi di rumah.- Pengetahuan seks dianggap tabu oleh orang tua.- Paksaan orang tua.- Hubungan orang tua dengan anak yang renggang.

2.2.2 Faktor Pendidikan/Lingkungan Sekolah/Kampus- Banyaknya remaja putus sekolah/kuliah.- Iklim pendidikan yang tidak sesuai dengan keinginan remaja.- Tidak adanya pendidikan seks yang memadai di sekolah/kampus.

2.2.3 Faktor Masyarakat- Tidak adanya nilai social dalam masyarakat (Individualistik).- Tidak adanya penyuluhan tentang PUP pada masyarakat.- Tidak tersedianya lapangan pekerjaan dalam masyarakat.

2.2.4 Faktor Media - Adanya informasi-informasi negatif di media cetak dan elektronik yang mudah diakses oleh remaja.

2.2.5 Faktor Teman Sebaya- Pergaulan bebas.- Teman sebaya yang setuju dengan hubungan seks bebas.- Pengaruh atau dorongan dari teman sebaya.

2.3 Hubungan program PUP dengan kualitas perkawinanHubungan program PUP dengan kualitas perkawinan sangatlah erat karena perkawinan bukanlah hal yang mudah untuk dijalani karena perkawinan merupakan suatu proses pendewasaan diri secara nyata terlebih setelah terjadi kehamilan pertama, terjadinya tren menikah usia muda membuat terjadinya kehamilan muda yang berdampak pada pertumbuhan penduduk yang pesat tanpa kualitas yang mumpuni. Tercatat median usia kawin pertama berada pada usia 19,8 tahun (SDKI 2007), ini menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan remaja terhadap pendewasaan usia perkawinan serta kematangan diri untuk menjani suatu perkawinan.Kurangnya kematangan diri ini membuat suatu perkawinan tersebut menjadi tidak berkualitas, juga intensitas terjadinya pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga serta perceraian sangat tinggi karena emosi dari dalam diri serta pasangan masih sangat labil. Dan karena hal ini pula maka generasi yang dihasilkan dari perkawinan muda ini menjadi tidak berkualitas.Pendewasaan Usia Perkawinan merupakan program pemerintah ini merupakan suatu program yang penting untuk dijalankan demi terciptanya generasi-generasi yang berkualitas. Kerangka program PUP ini terdiri dari:2.3.1 Masa menunda perkawinan dan kehamilanSalah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik, yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan. Secara biologis, fisik manusia tumbuh berangsur-angsur sesuai dengan pertambahan usia.Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia 20 tahun. Apabila perempuan menikah dibawah usia 20 tahun dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian yang timbul selama proses kehamilan dan persalinan, yaitu: 2.3.2 Masa menjarangkan kehamilanPada masa ini usia isteri antara 20-35 tahun, merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak terdapat 2 balita dalam 1 periode. Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada masa ini adalah alat kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat air susu ibu (ASI). 26 Pendewasaan Usia Perkawinan Dan Hak-hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia. 2.3.3 Masa menjarangkan kehamilanMasa mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko medik. Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mempunyai efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolic biasanya meningkat oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Steril, IUD, Implan, Suntikan, Metode Sederhana dan Pil.2.4 Peran mahasiswa, PIK, BKKBN terhadap Program PUPPeran utama mahasiswa sebagai generasi penerus Bangsa adalah tentu ikut menjadi bagian dalam program PUP. Menunda usia pernikahan, menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan, mahasiswa harus mampu melakukannya demi menciptakan kehidupan pribadi yang berkualitas, menciptakan kehidupan rumah tangga yang rukun dan damai, yang pada akhirnya mampu mendukung program pemerintah untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah ledakan penduduk. Mahasiswa pun sebagai generasi intelektual yang diandalkan oleh masyarakat, harus bisa memberikan penyuluhan mengenai PUP, dan sebisa mungkin menjangkau seluruh remaja sebaya untuk berbagi informasi mengenai PUP ini. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). Penyuluhan dengan cara sederhana atau cara remaja harus lebih sering dilakukan agar remaja tertarik dengan penyuluhan dan mampu mengaplikasikan program PUP dalam kehidupan pribadinya.Peran PIK sebagai wadah bagi para mahasiswa dalam mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi beserta segala aspeknya adalah mengajak dan mengenalkan program PUP kepada seluruh teman sebaya dalam rangka mendukung program pemerintah yaitu menekan jumlah ledakan penduduk dan pada akhirnya turut menciptakan generasi berkualitas melalui pernikahan yang juga berkualitas. Selain itu, PIK harus mampu menciptakan pendidik sebaya yang berkualitas sehingga mampu memberikan penyuluhan kepada seluruh masyarakat khususnya remaja. Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya pelatihan-pelatihan bagi pendidik sebaya.Peran BKKBN sebagai leading sector harus lebih terasa, agar tujuan dari program PUP yang diinginkan dapat tercapai yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, social, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membentuk lebih banyak lagi organisasi PIK sehingga lebih banyak lagi remaja yang turut serta dalam program PUP.

BAB IIIPENUTUP

3.1. KesimpulanPeran seluruh pihak yang terkait dengan PIK dan BKKBN, termasuk mahasiswa, perannya harus lebih dan sangat dibutuhkan demi kesuksesan program PUP. Mahasiswa harus menjadi bagian dari program PUP, memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja. PIK juga harus mampu menciptakan pendidik sebaya yang berkualitas melalui pelatihan-pelatihan bagi pendidik sebaya. Sedangkan bagi BKKBN, perannya harus lebih terasa melalui pembentukan lebih banyak lagi organisasi PIK di lingkungan remaja.

3.2. SaranBagi PIK harus mampu menciptakan pendidik sebaya yang berkualitas melalui berbagai pelatihan bagi pendidik sebaya. Dan bagi BKKBN perannya harus lebih terasa melalui pembentukan lebih banyak berorganisasi PIK di lingkungan remaja supaya mampu mensukseskan program PUP.