analisis pengaruh simpanan masyarakat, jumlah...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH SIMPANAN MASYARAKAT,
JUMLAH PINJAMAN YANG DIBERIKAN DAN INVESTASI
PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK
UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI
PERIODE 2007-2009
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Nama : Jaenal Abidin
NIM : 105081002431
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak satu dasawarsa ini, industri perbankan merupakan industri yang
mengalami kemajuan yang paling pesat dibandingkan industri yang lainnya. Hal
ini disebabkan deregulasi yang dilakukan pemerintah mengenai perbankan pada
tahun 1983, deregulasi ini sangat mempengaruhi pola dan strategi perbankan baik
dari sisi aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi ini memaksa industri
perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan
memperoleh sumber-sumber dana baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut,
industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan
depresi sektor keuangan dan sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan
bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan
semarak. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari
masyarakat semakin meningkat. Semua bank berlomba menghimpun dana dari
masyarakat yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat bagi yang
membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Karena bagi bank
dana merupakan persoalan yang paling utama tanpa adanya dana bank tidak akan
berfungsi sebagaimana layaknya.
Dalam persaingan yang ketat inilah bank harus dapat menjaga
eksistensinya agar tidak tergilas. Eksistensi bank akan dilihat minimal pada aspek
permodalan, kualitas asset produktif, faktor manajemen, aspek earning power dan
2
likuiditas. Aspek-aspek tersebut harus didukung oleh pemenuhan moneter yang
lain misalnya mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, Net Open Position,
ketentuan KUK dan sebagainya. Untuk memenuhi kondisi yang diinginkan di
atas, bank harus dapat bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi serta selalu
memelihara kepercayaan masyarakat. Disamping itu bank harus mampu
mengembangkan produk dan jasa perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat
pada umumnya.
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam
kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana
yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka
pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank harus memperhatikan seakurat
mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan
kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah,
sifat dan jenis sumber dana yang dikelola bank.
Menurut Kasmir (2003:268), Likuiditas adalah kemampuan bank untuk
membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan
deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit
yang layak dibiayai. Adapun faktor Likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMEL
ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). LDR (Loan to Deposito
Ratio) ini menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuditasnya.
3
Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to
deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata
lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.
Almilia dan Herdiningtyas (2003) dengan judul “Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-
2002” yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-
faktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan
perusahaan adalah rasio keuangan CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, dua bank yang mengalami
kebangkrutan dan enam bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan.
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi
logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL
memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami
kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.
4
Memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang sangat
pelik bagi suatu bank. Bank harus melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari
cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam
mengelola likuiditas bank harus menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan
tersedianya dana pada saat dana itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada
prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua
penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk
memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama
kredit yang telah disetujui.
Bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana
yang akan dibutuhkan atau akan ditarik oleh nasabah. Memperkirakan kebutuhan
likuiditas merupakan masalah yang sangat pelik bagi suatu bank. Bank harus
melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari cara bagaimana memenuhi semua
kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam mengelola likuiditas bank harus
menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan tersedianya dana pada saat dana
itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada prinsipnya bersumber dari dua
kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua penarikan dana oleh penabung dan
kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan
permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui.
Bank dalam melaksanakan kegiatan operasi akan tercermin pada beberapa
hal diantaranya: seberapa banyak sumber dana yang berupa simpanan masyarakat
yang berhasil dihimpun, penempatan dana yang berupa pinjaman yang mampu
diberikan kepada nasabah, serta investasi aktiva tetap. Simpanan masyarakat yang
5
berupa giro, tabungan dan deposito merupakan sumber dana utama bank yang
dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional bank, sehingga
peningkatan dan penurunan simpanan masyarakat akan memberikan pengaruh
pada kemampuan likuiditas bank (Sinungan, 1999). Hal ini sesuai dengan Frida
Anisawati (2006), meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas
dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BRI (Persero) Tbk.
Cabang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan deposito,
simpanan giro dan jumlah pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang.
Penempatan dana dalam bentuk pinjaman (loans) merupakan aktiva bank
yang memiliki porsi besar untuk menghasilkan pendapatan sehingga peningkatan
atau penurunan pinjaman akan mampu mempengaruhi likuiditas bank
(Reksoprayitno, 1992). Hal ini sesuai dengan penelitian Solikah Nurwati (2000),
menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat,
pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional,
investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/
LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah. Pinjaman yang
diberikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan
likuiditas BPD. Hal ini disebabkan karena dari sejumlah pinjaman yang diberikan
terhadap porsi kredit macet sebesar 24,74%. Sehingga aliran kas masuk yang
berupa cicilan pokok dan penerimaan bunga terganggu. Hal ini akan
menggerogoti likuiditas BPD.
6
Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat
likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris (Dahlan Siamat, 2001).
Sehingga penempatan dana pada aktiva yang merupakan penempatan dana jangka
panjang juga akan mempengaruhi likuiditas bank. Sebab peningkatan jumlah
investasi pada aktiva ini akan mengurangi porsi penempatan dana pada aktiva
lancar. Hal ini sesuai dengan Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian
yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan,
jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan
jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan
menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan
Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Simpanan Masyarakat,
Jumlah Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap Terhadap
Likuiditas Bank Umum di BEI Periode 2007-2009”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam
penyusunan penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai
dasar kajian penelitian yang dilakukan, yakni :
1. Apakah terdapat pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan
masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan, serta investasi pada aktiva
tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to
7
Deposit Ratio (LDR) secara individu (parsial) dan secara bersama-sama
(simultan) pada bank umum yang go public di BEI Periode 2007-2009?
2. Variable independent manakah yang paling dominan mempengaruhi
likuiditas bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Menganalisis pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan,
jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas
dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara
individual (parsial) dan secara bersama-sama (simultan) pada bank
umum yang go public di BEI periode 2007-2009?
b) Menganalisis variable independent yang paling dominan mempengaruhi
likuiditas bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai pengaruh variable-variabel jumlah simpanan,
jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas
bank umum yang go public.
8
b) Bagi lembaga perbankan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan
obyek penelitian.
c) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
referensi, untuk keperluan penelitian lebih lanjut mengenai likuditas
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembanga Perbankan
1. Pengertian Bank
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika, dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun Amerika.
Jika kita telusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa
penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai
meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah tempo dulu mungkin
penukaran uangnya dilakukan antarkerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain.
Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal nama dengan pedagang valuta
asing (money changer).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional
perbankan berlanjut lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut
sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah
dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh
perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.
Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masarakat
10
akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia
perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada
di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan
dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi
perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan
perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah “badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai
bank tidak terlepas dari masalah keuangan. (Kasmir, 2008, 25).
Salah satu aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat
luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah funding. Pengertian
menghimpun dana maksudnya adalah mengumpilkan atau mencari dana dengan
cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan
oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau
menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih
oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito
berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak
11
perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada
si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah,
pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan
menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak
perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga
masyarakat berminat untuk menanamkan dananya.
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka
oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke
masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit
(lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima
kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan
modal.
Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan.
Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula
bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan,
pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang
diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta
pengaruh lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana
(funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama
perbankan.
12
2. Jenis-Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan
sebelum keluar Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 dengan
sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 1967 terdapat beberapa
perbedaan. Namun, kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu
sama lainnya.
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi serta kepemilikan
bank. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau
jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya.
Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada
serta akta pendiriannya.
Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka
layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis
perbankan juga dibagi ke dalam bagaimana cara bank tersebut menentukan harga
jual dan harga beli. Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari beberapa
segi antara lain :
1. Dari Segi Fungsi
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967, jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank
Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, dan Bank Pegawai. Namun
setelah keluar UU Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan
13
keluarnya Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri
dari :
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya
menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan
Bank Pegawai berubah fungsi menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang
Undang No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah opersinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil
(commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya,
kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank
umum.
14
2. Dari Segi Kepemilikannya
Selain dari segi fungsinya, bank juga dapat dilihat dari segi kepemilikan,
maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini
dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah :
a. Bank Milik Pemerintah
Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik
pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain adalah Bank Negara Indonesia
46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara, dan
Bank Mandiri. Di samping itu, terdapat pula Bank Pembangunan Daerah
(BPD) yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing
provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh pemda masing-masing
tingkatan. Contoh BPD yang ada sekarang ini adalah BPD DKI Jakarta,
BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD DI
Yogyakarta, BPD Riau, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan,
BPD Sulawesi Selatan, BPD Bali.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun
didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta
15
nasional antara lain Bank Bumi Putra, Bank Central Asia, Bank Danamon,
Bank Duta, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank
Muamalat, Bank Niaga, Bank Nusa Internasional, Bank Permata, Bank
Universal.
c. Bank Milik Koperasi
Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank
jenis ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).
d. Bank Milik Asing
Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikan bank ini
dipegang oleh pihak asing (luar neegri) di Indonesia. Contoh bank asing
yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America,
Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Chase Manhattan Bank,
Deutshe Bank, European Asian Bank, Hong Kong Bank, Standart
Chartered Bank.
e. Bank Milik Campuran
Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua
pihak, yaitu pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh
bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank Sakura Swadarma, Ing
Bank, Inter Pacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, Sumitomo Niaga Bank,
Paribas BBD Indonesia, Sanwa Indonesia Bank.
16
3. Dari Segi Status
Jenis bank ini merupakan jenis bank yang dilihat dari segi kemampuannya
dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam.
Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status
bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank
dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayananya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tertentu diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula.
Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Bank Devisa
Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya.
Persyratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa
merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas negara.
17
4. Dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh
kolonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga
kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode, yaitu :
1) Menetapakan bunga sebagai harga, baik untuk produk yang disimpan
seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk
produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread
based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pada suku
bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan konvensional
mengunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal
atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan
istilah fee based.
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia.
Namun, di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah, bank
18
yang berdasarkan prinsip syariah ini sudah berkembang pesat sejak lama.
Keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan
bunga konvensional tahun 2003 memperkuat kedudukan bank syariah.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional.
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2) Pembiayaan berdsarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
5) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Pengertian dan klasifikasi bank di atas memberikan penjelasan bahwa
bank dalam melakukan usahanya memiliki kegiatan utama yakni menghimpun
dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula
dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak hanya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga kegiatan
bank harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat banyak dan ini
menjadi komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.
19
3. Kegiatan Bank Umum
Kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Sama
halnya seperti pedagang atau perusahaan lainnya, kegiatan perbankan secara
sederhana antara lain meliputi kegiatan membeli uang (menghimpun dana) dan
menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum. Dalam
melaksanakan kegiatannya, bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan
kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari pada bank
perkreditan rakyat. Artinya, produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih
banyak dan beragam. Hal ini disebabkan karena bank umum mempunyai
kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan
rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit.
Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari
masyarakat. Kegiatan ini juga dikenal dengan kegiatan funding. Kegiatan
membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis
simpanan. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah
untuk keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan
harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah
untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Simpanan sering
disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang
ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan.
20
Secara umum, jenis simpanan yang ada di bank adalah simpanan giro,
tabungan, dan deposito.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan
lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama
kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai macam jenis,
tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian pula
dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Sebelum kredit
diberikan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan
oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima
kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank
yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi
keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah selisih dari
bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum kredit-kredit yang
ditawarkan adalah kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif,
kredit perdagangan, kredit produktif dan kredit profesi.
3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana sekalipun
sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan
keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini memberikan
21
konstribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi
misalnya keuntungan dari Spread based semakin mengecil, bahkan
cendrung negative spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga kredit).
Adapun jasa-jasa bank yang ditawarkan adalah kliring, inkaso, transfer,
Letter of Credit (L/C), Safe Deposit Box, Bank Card, Bank Notes (valas),
Bank Garansi, Bank Draft, menerima setoran-setoran, pembayaran-
pembayaran, pasar modal dan jasa-jasa lainnya.
Fungsi yang terakhir ini dilaksanakan dengan membentuk suatu trust
departemen yang secara umum berfungsi sebagai berikut :
1. Bertindak sebagai pelaksana (executor) dalam pengaturan dan pengawasan
harta benda/milik perorangan yang telah meninggal dunia, sepanjang orang
tersebut membuat surat wasiat dan menyerahkan/mempercayakan
pelaksanaanya kepada bank.
2. Trust departement memberikan berbagai macam jasa kepada perusahaan-
perusahaan, seperti pelaksanaan rencana-rencana pensiun dan pembagian
keuntungan yang tumbuh dengan pesat akhir-akhir ini.
3. Bertindak sebagai wali dalam hubungan dengan penerbitan obligasi, dan
sebagai transfer agents serta pendaftaran untuk perusahaan-perusahaan.
4. Mengurus/mengelola dana-dana yang dikumpulkan oleh pemerintah,
perusahaan dari sumber (sinking funds) dan kegiatan-kegiatan lain sehubungan
dengan penerbitan dan penebusan saham-saham dan obligasi.
22
4. Neraca Bank
Untuk mengetahui profil keuangan suatu perbankan adalah dengan melihat
komposisi neraca (the balance-sheet approach) dan laporan rugi laba. Neraca
menggambarkan jumlah dan komposisi sumber dana (input keuangan) bank yang
dialokasikan untuk pemberian kredit, investasi, sekuritas, dan berbagai
penggunaan yang lain (output keuangan). Untuk mempermudah pemahaman
bagaimana bank beroperasi, perlu dipahami sebagaimana halnya dalam neraca
perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan dari :
Aset merupakan dana yang dapat dialokasikan bank untuk cadangan kas,
kredit, investasi, pembelian alat-alat kantor, dll. Sedangkan utang dan modal
merupakan sumber-sumber dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank, seperti
giro, tabungan, deposito, laba yang dibagi, dan lain-lain. Secara umum, ada 3
tahap dalam mengelola neraca bank yakni :
a. Tahap pertama, menyangkut manajemen aset, manajemen utang, dan
manajemen modal.
b. Tahap kedua, di posisi aktiva menyangkut manajemen posisi cadangan,
manajemen likuiditas, manajemen investasi, manajemen kredit, dan
manajemen aktiva tetap. Sedangkan di posisi pasiva menyangkut
manajemen utang posisi cadangan (reserve position liability), manajemen
utang posisi kredit (loan position liability management), manajemen utang
jangka panjang, dan manajemen modal.
c. Tahap ketiga, menyangkut perhitungan laba atau rugi bank yang diperoleh
dari penerimaan dikurangi biaya bunga, biaya overhead dan pajak.
23
5. Penilaian Kinerja Bank
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja
perbankan sendiri dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisis
perbankan membuat pemerintah memberikan kebijakan pengaturan dan
pengawasan bank semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin
disadari arti penting dan peran strategis sektor perbankan dalam suatu
perekonomian. Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan
dapat mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu
perekonomian. Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang, masih
didominasi oleh lembaga perbankan. Di Indonesia, misalnya, menurut Yunus
Husein (2003), industri perbankan menguasai sekitar 93% dari total industri
keuangan. Dalam kondisi yang demikian, apabila lembaga perbankan tidak sehat
dan tidak befungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada
terganggunya kegiatan perekonomian.
6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait,
baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank maupun
Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Pesatnya perkembangan
yang terjadi di bidang keuangan dan perbankan membawa perubahan yang cukup
berpengaruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan bank.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Sama seperti manusia
24
yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai
kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian
kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat
yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja
menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup
mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.
Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung
evektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, kepada masyarakat serta
bermanfaat bagi perekonominan secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai
modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik
dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan
keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta
memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat.
Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai kebutuhan dan aturan
yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketetentuan yang
mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian
ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia
25
selaku pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk
bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan
operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
oleh Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan untuk membuat laporan baik yang
bersifat rutin atau secara berkala tentang seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu. Penilaian kesehatan bank ini dilakukan setiap tahun untuk mengetahui
apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank. Berdasarkan
pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas dan sensitivitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan
usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.
Dalam perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan
yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas
suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai
standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No.7 Tahun
1992 tentang perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai
berikut :
26
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank.
3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank
Indonesia No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu
bank didasarkan atas :
1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva
3. Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan
Manajemen Resiko.
4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas
6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank.
Peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas
mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian
faktor CAMEL atau sering disebut Analisis CAMEL yakni :
27
1. Capital
Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital
adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk:
1) Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan,
2) Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai
batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang
penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain,
3) Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki
oleh para pemegang sahamnya, dan
4) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang
dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Perbandingan
rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR).
Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia
menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio ini dirimuskan
sebagai berikut:
Modal
CAR = X100%
ATMR
28
2. Asset Quality
Kualitas asset atau aktiva yang produktif sangat erat kaitannya dengan
kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu manajemen bank dituntut untuk
memantau dan menganalisis kualitas aset atau aktiva produktif. Aktiva produktif
dapat berupa penanaman dana dalam bentuk kredit, SBI, dan penanaman dana
pada bank lain, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan
aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah
maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian bagi bank. Kualitas aktiva produktif dinilai atas dasar
penggolongan kolektibilitas yang terdiri dari aktiva lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet.
3. Management
Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya
dalam mengelola bank. Kualitas manusia juga dilihat dari segi pendidikan serta
pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi.
Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas
aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas.
4. Earning
Earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.
Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat
diatas standar yang telah ditetapkan.
29
Penilaian earning meliputi hal-hal seperti:
a. ROA
Untuk mengetahui apakah suatu bank dikelola dengan baik, diperlukan
pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan
bank adalah imbal hasil atas asset (Return on Asset- ROA), laba bersih sebelum
pajak dibagi asset.
EBIT
ROA = X100%
Total Asset
b. ROE
Pemilik bank (pemegang saham) biasanya mengharapkan berapa besar
penerimaan bank dari investasi ekuitasnya. Informasi ini diberikan oleh
pengukuran keuntungan bank yaitu imbal hasil atas ekuitas (Return on Equity-
ROE), laba bersih setelah pajak dari ekuitas (modal) bank. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
EAT
ROE = X100%
Modal Inti
c. BOPO (Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat dan distribusi biaya
operasional bank dalam menghasilkan pendapatan operasionalnya. Rasio ini
menunjukkan prosentase efisiensi usaha dalam menghasilkan pendapatan
dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin kecil nilai rasio di bawah
100% akan semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
30
Beban Operasional
BOPO = X100%
Pendapatan Operasional
e. Liquidity
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan
mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek.
Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana kredit.
Perbankan umunya memiliki modal sendiri yang cukup. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Krediit yang diberikan
LDR = X100%
Dana yang diterima
Unsur Capital
1. Capital Asset Ratio- CAR = 8% - 9,9 % (minimum).
Unsur Asset
2. Rasio aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang produktif mencapai
0,55-3,35%.
3. Rasio cadangan aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang
diklasifikasikan mencapai 54%-66%.
Unsur Manajemen
4. Manajemen umum 10%.
5. Manajemen risiko 15%.
Unsur Earning
6. Return on Asset mencapai 1,25%-1,5%.
31
7. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 92%-
93,52%.
Unsur Liquidity
8. Rasio call money terhadap aktiva lancar mencapai maksimum 19%.
9. Loans to deposit ratio, maksimum mencapai 89,75%.
Di samping dengan penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga
dipengaruhi oleh hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan
Pelaksanaan Kredit Ekspor.
2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum pemberian Kredit (BMPK) atau
sering disebut dengan Legal Lending Limit.
3. Pelanggaran Posisi Devisa Neto.
B. Sumber-Sumber Dana Bank
Menurut Dahlan Siamat (1993:84), dana bank adalah uang tunai yang
dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan dapat digunakan
setiap waktu. Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh
dana dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan fungsi
bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak
di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang
keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan
pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga
dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan.
32
Dana untuk membiayai operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman
(titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Di samping itu, untuk
membiayai operasinya maka dana dapat juga diperoleh dengan modal sendiri,
yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual
saham baru kepada pemilik baru. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan
dari penggunaan dana tersebut.
Kemampuan bank dalam memperoleh sumber-sumber dana yang
diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber-
sumber dana bank harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan
untuk memperolehnya, jangka waktu sumber dana, serta biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. Dalam praktiknya, dana yang
tersedia sangat beragam dengan berbagai persyaratan pula. Dalam hal ini, bank
harus pintar menentukan untuk apa dana tersebut digunakan, seberapa besar dana
yang dibutuhkan, sehingga tidak salah dalam menentukan pilihan.
Adapun jenis-jenis sumber dana tersebut antara lain :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana pihak I).
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Maksud dari
modal sendiri ini adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila
saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan
dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham
kepada pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk
33
melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan
menjual saham baru tersebut di pasar modal.
Dalam neraca bank, dana modal sendiri terdiri atas :
Modal setor, yakni uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang
saham pada saat bank berdiri.
Agio saham, yakni nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan pemegang
saham baru dibandingkan nominal saham. Cadangan-cadangan bank,
yakni sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan
cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya
resiko di kemudian hari.
Laba di tahan, yakni laba milik para pemegang saham yang diputuskan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan
(deviden), namun dimasukkan kembali sebagai modal kerja bank.
2. Dana yang bersumber dari lembaga lain (dana pihak II).
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana. Pencarian dari sumber dana ini relatif mahal dan
sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber
ini digunakan utuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Sumber dana ini dapat diperoleh antara lain dari :
Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan
oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-
sektor tertentu.
34
Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.
Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh
perbankan dari pihak luar negeri.
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik
perusahaan keuangan maupun non keuangan.
3. Dana yang berasal dari masyarakat luas (dana pihak III).
Sumber dana yang ketiga ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif
paling mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Sumber dana dari
pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di
masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidaklah sulit. Jika bank dapat
memberikan bunga dan fasilitas yang menarik maka bank dapat dengan mudah
menarik dana dari sumber ini.
Pembagian jenis simpanan ke dalam beberapa jenis dimaksudkan agar para
penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiap pilihan
mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin
diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa keuntungan,
kemudahan atau keamanan uangnya. Contohnya, tujuan utama menyimpan uang
dalam bentuk rekening giro adalah untuk kemudahan dalam melakukan
35
pembayaran, terutama bagi mereka yang berada dalam dunia bisnis dan biasanya
pemegang rekening giro tidak begitu memperhatikan bunganya. Sedangkan bagi
mereka yang menyimpan uangnya di rekening tabungan disamping memiliki
kemudahan untuk mengambil uangnya juga dapat memperoleh bunga yang lebih
besar dibandingkan dengan rekening giro. Sedangkan bagi mereka yang
menyimpan uangnya di rekening deposito memiliki tujuan untuk memperoleh
bunga yang lebih besar. Hal ini disebabkan bunga deposito yang diberikan kepada
deposan paling tinggi dari simpanan lainnya.
Dari ketiga sumber dana bank diatas, yang merupakan sumber utama dana
bank berasal dari dana-dana masyarakat (dana pihak III). Secara umum, dana
pihak ketiga ini dibagi ke dalam tiga jenis yaitu :
1) Simpanan Giro (Demand Deposit)
Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998, yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Simpanan ini dapat
ditarik setiap saat maksudnya adalah bahwa uang yang sudah disimpan di
rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan
bahwa dana yang tersedia masih mencukupi. Dalam pelaksanaan tata usaha giro
dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini
digunakan juga untuk menata usahakan kredit yang juga diberikan melalui
rekening koran. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga
yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang
36
bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk
perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah
karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga
simpanan lainnya.
Salah satu segi yang amat penting dalam peningkatan jumlah pemegang
giro adalah kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut dan pelayanan
(service) yang menyenangkan nasabah. Disamping itu, karamah tamahan pekerja
bank juga merupakan syarat penting dan melalui pelayanan yang baik serta
menyenangkan dan tempat/ruangan nasabah yang nyaman akan sangat
menguntungkan bank karena dana giro yang dianggap sebagai dana besar yang
termurah akan terus berkembang dan bertambah secara meyakinkan.
2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan
tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank
dengan si penabung. Tabungan ini mempunyai ciri diantara giro dan deposito.
Pada tabungan dapat dilakukan penyetoran sewaktu-waktu dan penarikan dananya
oleh nasabah dengan tidak perlu memperhatikan jatuh waktunya seperti pada
deposito. Motif masyarakat mempunyai tabungan yaitu untuk menanamkan
dananya dan untuk berjaga-jaga atau untuk menghimpun dana dalam mencapai
37
maksud tertentu setelah dananya mencukupi akan ditarik kembali oleh para
penabung yang bersangkutan.
Program tabungan yang pernah diperkenalkan pemerintah sejak tahun
1971 adalah tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dll. Akan
tetapi, adanya deregulasi di bidang perbankan seperti Paket Juni 1983 dan Paket
Oktober 1988 menyebabkan semua bank memiliki berbagai jenis tabungan dengan
nama yang khusus serta memberikan rangsangan bagi nasabahnya. Semua jenis
bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank
sentral (Bank Indonesia), seperti diperkenalkannya tabungan harian (dengan
tingkat bunga yang dihitung harian secara rata-rata), adanya penarikan undian
berhadiah, kemudian untuk menyetor maupun menarik dana, serta berbagai
fasilitas lainnya. (Lukman Dendawijaya, 2000: 58).
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh
dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau
mungkin setiap saat, yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian
antara keduanya yaitu bank dan penabung. Penarikan tabungan dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kwitansi atau kartu Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang
merupakan jasa atau tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro,
38
besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam
praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro.
3) Simpanan Deposito (Time Deposit)
Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan
oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, simpanan deposito
mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat
ditarik setiap saat atau setiap hari.
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan
deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya, jika
nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang
tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir atau disebut
dengan jatuh tempo.
Sesuai dengan namanya yaitu simpanan berjangka maka bentuk deposito
ini juga dapat dibedakan dengan jangka waktu jatuh temponya, masing-masing
bank mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada
umumnya waktu tersebut diatur dalam bentuk 1 bulan, 3 bulan,6 bulan, 1 tahun, 2
tahun, dan seterusnya. Tingkat suku bunga antara deposito yang berjangka waktu
pendek dengan jangka waktu yang lebih panjang juga sering berbeda-beda. Secara
normal suku bunga deposto yang berjangka waktu lebih panjang biasanya
mempunayi tingkat suku bunga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
deposito yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek.
39
Mengingat jangka waktu jatuh tempo dari deposito ini sudah pasti dapat
diperkirakan, maka pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito ini tentu
lebih stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak bank juga
menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai jangka waktu yang relatif lebih
panjang, dan sudah tentu suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada para
deposannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang rekening giro.
Apabila ditinjau dari segmen pasarnya maka deposito lebih banyak dimiliki oleh
perorangan, lembaga non-profit, yayasan-yayasan sosial, dan sejenisnya untuk
sarana penanaman modal.
C. Alokasi Dana Bank
Menurut Dahlan Siamat (2001:132) penggunaan dana bank pada
prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar :
1. Prioritas penggunaan dana.
Alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas :
a. Cadangan primer (primary reserve), merupakan prioritas pertama dan
yang paling utama dalam alokasi dana bank.
b. Cadangan sekunder (secondary reserve), merupakan prioritas kedua dan
sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer.
c. Penyaluran kredit, merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank
setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder.
d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank
dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah
40
penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target
tertentu.
2. Sifat aktiva
Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana
bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu :
a. Penanaman dana dalam aktiva produktif.
Aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta
asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit
yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan
penyertaan modal.
b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif.
Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang
tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva
tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap
dan inventaris.
D. Penyaluran Kredit
1. Pengertian Kredit
Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan). Sedangkan manajemen perkreditan pada dasarnya
41
merupakan proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana
yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian,
administrasi, dan pengamanan kredit. Sebagai lembaga pemberi kredit,
kebijaksanaan yang ditempuh bank sangat terkait erat dengan line of bussiness
bank tersebut, bentuk dan sifat kredit yang dapat diberikan, pengaturan rencana
kredit, pengaturan wewenang kredit, analisis krcdit, penetapan plafond kredit,
pengaturan administrasi kredit, pembinaan kredit dan terakhir adalah pengamanan
atas kredit yang berjalan. Dari sumber-sumber dana yang tersedia, sebagian besar
dialokasikan untuk kredit. Karena bunga atas kredit-kredit yang dinikmati nasabah
merupakan sumber pendapatan bank yang terbesar.
Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini, telah memacu kalangan
perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana kredit. Rencana
kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan
pengamanan kredit lebih digalakkan, di samping peningkatan sistem pembinaan
nasabah. Kesemua ini adalah untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan
pembiayaan masyarakat. Aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara
langsung atau pun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Melalui pemberian
kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya demikian
juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi pembayaran dari relasi nasabah
juga akan menggunakan jasa-jasa perbankan, demikian juga kegiatan keuangan
lain seperti L/C, inkaso dan sebagainya.
42
2. Tujuan Kredit
Tujuan pemberian kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan (profit)
yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan bank, yaitu keamanan untuk
nasabah penyimpan. Kredit yang aman (safe) akan memberikan dampak yang
positif bagi bank sehingga kepercayaan masyarakat akan bertambah. Dengan
demikian, profitability dan safety akan berjalan beriringan.
3. Fungsi Kredit
Secara garis besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan
keuangan adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan daya guna (utility) dari uang,
(2) Meningkatkan daya guna (utility) dari barang,
(3) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
(4) Sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi,
(5) Akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat,
(6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan
(7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
4. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa
kredit yang diberikan baik berupa uang, atau jasa akan benar-benar
diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
43
b. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap krcdit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
d. Risiko
Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama faktor kerugian yang
diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar
kreditnya padahal mampu. Kedua, risiko kerugian yang ditimbulkan oleh
unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar
kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana alam.
5. Jenis-jenis Kredit
Pada prinsipnya, kredit itu hanya ada satu macam saja, yaitu uang bank
yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu
tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu “kontra prestasi” berupa
bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi
yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi
beragam, yaitu antara lain berdasarkan: sifat penggunaan, keperluan, jangka
waktu, dan jaminan atas kredit yang diberikan bank.
a. Jenis Kredit Menurut Sifat Penggunaannya.
Jenis kredit menurut sifat penggunaannya terdiri atas:
44
1) Kredit Konsumtif.
Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi, artinya
uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai untuk
memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila kita tinjau dan
segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang memenuhi
kebutuhan hidupnya. Misalnya kredit untuk rnembeli rumah, barang-
barang keperluan rumah tangga dan lain-lainnya.
2) Kredit Produktif.
Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui
kredit produktif inilah suatu utility uang dan barang dapat dilihat dengan
nyata. Peranan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik
usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Jenis Kredit Menurut Keperluannya
Jenis kredit menurut keperluannya adalah sebagai berikut:
1) Kredit Produksi Eksploitasi.
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik
peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan
kualilalif yaitu peningkatan kualitas/mutu hasil produksi. Disebut juga
kredit ekploitasi karena bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk
menutup biaya-biaya ekspliotasi perusahaan secara luas berupa pembelian
bahan-bahan baku, bahan penolong dan biaya-biaya produksi lainnya
(upah, biaya pengepakan, biaya distribusi dan sebagainya).
45
2) Kredit Perdagangan.
Kredit ini digunakan untuk keperluan-keperluan perdagangan pada
umumnya, yang berarti peningikatan utility of place dan sesuatu barang.
Pelaksanaan pemberian kredit perdagangan dalam negeri maupun luar
negeri dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C). Letter of Credit pada
dasarnya adalah surat perintah dari pembeli (importir) kepada penjual
(eksportir) untuk mengirimkan sejumlah barang yang tertera dalam LC
dengan jaminan uang akan dikirim bilamana syarat-syarat dalam LC dapat
dipenuhi oleh penjual (eksportir).
3) Kredit Investasi.
Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan
investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal
kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan barang
modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya
dengan itu. Ciri dari kredit investasi antara lain: (1) diperlukan untuk
penanaman modal, (2) mempunyai perencanaan yang terarah dan matang,
dan (3) waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.
c. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu.
Jenis kredit menurut jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi:
1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan jangka waktu selamalamanya 1
tahun
2) Kredit jangka menengah, adalah kredit yang berjangka waktu antara 1
sampai dengan l0 tahun
46
3) Kredit jangka panjang, adalah kredit yang berjangka waktu lebih dan 10
tahun.
d. Jenis Kredit Menurut Jaminannya.
Jenis kredit berdasarkan jaminannya adalah sebagai berikut:
1) Kredit tanpa Jaminan (Unsecured Loans)
Jaminan disini yang dimaksudkan adalah jaminan fisik. Di Indonesia jenis
kredit ini belum lazim dan dilarang oleh Bank lndonesia. Tetapi di Eropa
dan Amerika kredit ini justru yang lazim dipakai dan khususnya
diperuntukkan pada perusahan yang besar dan kuat.
2) Kredit dengan Jaminan (Secured Loans)
Jenis kredit ini adalah kredit yang penilaiannya lengkap dalam arti segala
aspek penilaian turut dipertimbangkan termasuk jaminan. Jaminan kredit
dapat berupa tanah, rumah, pabrik, dan atau mesin-mesin pabrik, perhiasan
dan barang-barang fisik lainnya.
6. Konsep Penilaian Kredit
Penilaian kredit merupakan kegiatan untuk menilai keadaan calon debitur.
Penilaian kredit atau analisis kredit sangat mempengaruhi kualitas portofolio
kredit bank. Analisis kredit yang kurang akurat pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya kredit bermasalah. Dalam melakukan penilaian kredit ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan antara lain: prinsip-prinsip perkreditan, aspek
penilaian kredit, dan teknik penyelesaian kredit macet.
47
1) Prinsip-prinsip Perkreditan
Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 5C dan 7P. Pada dasarnya
konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad baik
(willingnes to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk
melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan 5C tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Character
Pada prinsip ini diperhatikan dan diteliti tentang kebiasaan-kebiasaan,
sifat-sifat pribadi, cara hidup (style of living), keadaan keluarganya (anak
istri), hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan
ukuran tentang kemauan untuk membayar (willingnes to pay).
b) Capacity
Penilaian terhadap capacity debitur dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga
pinjamannya. Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari
kegiatan usaha dan kemampuannya melakukan pengelolaaan atas usaha
yang akan dibiayai dengan kredit.
c) Capital
Penyelidikan terhadap prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya
melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi
modal itu ditempatkan oleh debitur. Cukupkah modal yang tersedia
sehingga segala sumber dapat bergerak secara efektif. Baikkah pengaturan
modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju. Berapa besar
48
modal kerjanya? Kesemuanya ini dapat dilihat dan posisi neraca
perusahaan calon debitur.
d) Colleteral
Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur
sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk
mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan dapat menutupi
risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi
jaminan di sini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak
mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya.
e) Condition
Pada prinsip kondisi (condition), dinilai kondisi ekonomi secara umum
serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat
memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan
perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur
dapat diketahui, sehingga bantuan yang akan diberikan benar-benar
bermanfaat bagi perkembangan usahanya. Kondisi ekonomi ini termasuk
pula peraturan-peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki
dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kegiatan usaha nasabah atau debitur.
Sedangkan prinsip-prinsip 7 P dalam kredit adalah sebagai berikut:
a) Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan dan
49
sebagainya), hobby, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat
(social standing) dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
kepribadian calon debitur.
b) Purpose
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit
Apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau membeli
rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of
business kredit bank yang bersangkutan.
c) Prospect
Prospect merupakan harapan masa depan dan bidang usaha atau kegiatan
usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan
keadaan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur,
kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
d) Payment
Payment merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran
kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari
perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan
sehingga dapat dipcrkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau
dari waktu serta jumlah pengembaliannya.
e) Party
Party merupakan pengklasifikasan nasabah ke dalam klasilikasi tertentu
atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan
50
tertentu dan akan mendapat fasilitas krcdit yang berbeda pula dari bank,
baik dari segi jumlah bunga dan persyaratan lainnya.
f) Profitability
Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability dapat diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama
atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya dari bank.
g) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank
melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
7. Aspek-aspek Penilaian Kredit
Selain prinsip-prinsip penilaian kredit di atas, ada beberapa aspek kegiatan
usaha caton debitur yang perlu dianalisis, antara lain:
a). Aspek Umum dan Manajemen
Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain mengenai:
(1) Bentuk, nama dan alamat perusahaan (termasuk akte pendirian
perusahaan);
(2) Susunan pengurus lengkap perusahaan (dilengkapi daftar riwayat
hidupnya);
(3) Bidang usaha (line of business) calon debitur;
(4) Social standing pengurus;
(5) Jumlah pegawai;
51
(6) Struktur organisasi
b) Aspek Teknis.
Penilalan terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal berikut ini:
(1)Keterangan tentang produksi termasuk kapasitas riil dan design
capacity;
(2) Perkembangan usaha (produksi, penjualan dan persediaan);
(3) Lokasi perusahaan;
(4) Persediaan bahan baku dan kontinuitas persediaan;
(5) Rencana usaha (kapasitas yang direncanakan);
(6) Kualitas tenaga kerja.
c) Aspek Ekonomis Dan Komersial.
Penilalan aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai:
(1) Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan;
(2) Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur dalam
persaingan;
(3) Prospek pemasaran di masa datang
d) Aspek Finansial.
Penilaian terhadap aspek financial antara lain mengenai:
(1) Analisis laporan neraca dan rugi/laba perusahaan;
(2) Analisis biaya dan pendapatan;
(3) Perhitungan kebutuhan kredit
e) Aspek Jaminan.
Penilaian atas aspek jaminan meliputi:
52
(1) Jumlah dan nilai jaminan;
(2) Status pemilikan;
(3) Daya tahan jaminan;
(4) Tata cara pengikatan.
f) Aspek Analisis Dampak Lingkungan.
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul
dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan terhadap dampak
tersebut.
8. Investasi Aktiva Tetap
Menurut husnan (2002:6) investasi dalam aktiva tetap merupakan suatu
penanaman modal dalam aktiva dalam harapan perusahaan tersebut dapat
menghasilkan keuntungan melalui operasinya. Sedangkan menurut Samryn
(2002:239) investasi dalam aktiva meliputi aktiva yang dapat menyediakan suatu
hasil tertentu dalam periode waktu jangka panjang. Definisi lain mengenai
investasi dalam aktiva tetap adalah investasi dalam mesin, bangunan, kendaraan
dan lain-lain dimana dana yang teratanam didalamnya akan diterima kembali
keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembaliannya
secara berangsur-angsur melalui defresiasi (Riyanto,2003:115).
Dalam pengambilan keputusan atas usulan investasi perlu diketahui
beberapa faktor (Harahap, 2002:219)
1. Akibat keputusan tentang investasi aktiva tetap mempengaruhi semua
departamen dalam perusahaan
53
2. Keputusan tentang investasi aktiva tetap menyangkut nasib perusahaan
dalam jangka panjang
3. Akibat kesalahan dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi
perusahaan dalam jangka panjang dan menimbulkan hal yang serius.
4. Keputusan tentang investasi tidak dapat di realisir saat itu juga sehingga
memerlukan perencanaan yang lebih matang.
Jumlah dana yang di investasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya
selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut.
Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang
sesuai dengan metode defresiasi yang digunakan (Riyanto, 2003:116)
F. Likuiditas Bank
1. Pengertian Likuiditas
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam
kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana
yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka
pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Oleh karena itu, bank harus
memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu
tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku
penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola oleh bank.
Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif
perbankan sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2004, 153) :
54
Joseph E.Barus
Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun
sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
Oliver G.Wood,Jr
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh
nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan
kredit tanpa ada penundaan.
William M.Galvin
Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi
semua kewajiban.
2. Sumber-Sumber Kebutuhan Likuiditas
a. Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan
antara lain : Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash
ratio.
b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden.
c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari.
d. Permintaan kredit masyarakat.
Sejalan dengan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap likuid apabila :
1. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan
likuiditasnya.
2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-
surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.
55
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan uang.
3. Teori Manajemen Likuiditas (Dahlan Siamat,2004,158)
Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan
dengan bagaimana mengolah dana dan sumber-sumber dana bank agar dapat
memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam
kegiatan operasional bank sehari-hari. Ada beberapa teori manajemen likuiditas
yang dikenal dalam perbankan yakni :
1) Commercial LoanTheory
Likuiditas bank menurut teori ini akan dapat terjamin apabila aktiva
produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan
usaha yang berjalan secara normal. Dan apabila bank yang bersangkutan akan
memberikan kredit yang lebih panjang hendaknya sumber dana diambil dari
modal bank dan sumber dana jangka panjang. Secara khusus teori ini menyatakan
bahwa bank harus hanya memberikan kredit jangka pendek atau self-liquiditing
loans. Misalnya kredit yang digunakan untuk modal kerja.
Kelemahan commercial loan theory ini adalah :
a. Banyak kredit bukan jangka pendek dan tidak self-liquidating.
b. Dalam situasi ekonomi yang sedang lesu, kredit modal kerja yang
pelunasannya berasal dari arus kas nasabah debitur akan menjadi tidak
lancar.
56
c. Kredit jangka pendek dapat menjadi jangka panjang melalui perpanjangan
waktu secara terus menerus.
d. Dalam perekonomian yang semakin maju, kredit jangka
menengah/panjang akan menjadi semakin penting dan dibutuhkan.
e. Teori ini mengabaikan kenyataan bahwa dalam keadaan normal atau
stabil, sumber-sumber dana bank seperti giro, tabungan, dan deposito
memungkinkan untuk disalurkan sebagai kredit yang jangka waktunya
lebih panjang.
f. Secara implisit, teori ini menganggap bahwa likuiditas dapat terpenuhi
dengan hanya mengandalkan sumber dari pelunasan dan atau pembayaran
kredit oleh nasabah. Padahal, penarikan simpanan dan pencairan kredit
dapat melebihi likuiditas yang hanya bersumber dari pelunasan kredit.
2) Shiftability Theory
Pada tahun 1940-an, sebuah teori perbankan muncul di kalangan
perbankan Amerika, yang dikenal dengan nama the shiftability theory (teori
tentang aktiva yang dapat dipindahkan). Teori ini menjelaskan bahwa likuiditas
suatu bank tergantung pada kemampuan bank tersebut untuk memindahkan
aktivanya ke pihak/orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Jadi, akan
dapat diterima bagi sebuah bank untuk menyimpan investasi-investasi pasar
terbuka jangka pendek dalam portifolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini
sejumlah deposan harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka maka
bank hanya tinggal menjual investasi-investasi tersebut, mengambil uang yang
diperoleh (dibeli) dan membayarkannya kembali kepada para deposan.
57
Kelemahan teori ini sama dengan kelemahan teori sebelumnya yaitu
apabila pada saat yang sama sistem perbankan membutuhkan likuiditas dan secara
serentak menggunakan cara yang sama yaitu menjual sekuritasnya untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya sehingga bank-bank dalam waktu yang
bersamaan berperan sebagai penjual. Dalam situasi seperti ini, Bank Sentral
biasanya akan melakukan suatu tindakan dengan membeli surat-surat berharga
dari semua bank pada saat perbankan meningkatkan likuiditasnya. Di negara-
negara yang pasar uangnya sudah cukup berkembang dan kegiatan operasi pasar
terbuka Bank Sentral sudah berjalan baik, teori ini umumnya cukup efektif
digunakan untuk mengatasi kesulitan likuiditas.
3) The Anticipated Income Theory
Pada tahun 1930-an sampai 1940-an, bank-bank mengembangkan teori
baru yang disebut dengan anticipated income theory. Teori ini menjelaskan bahwa
setiap bank seharusnya dapat memberikan kredit jangka panjang di mana
pelunasannya yaitu cicilan pokok pinjaman ditambah bunga dapat diharapkan dan
dijadwalkan pembayarannya pada waktu yang akan datang sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan. Jadwal pembayaran kembali nasabah berupa
angsuran pokok dan bunga akan memberikan cash flow secara teratur yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.
Kelemahan anticipated income theory ini yaitu teori ini menganggap
bahwa semua kredit dapat ditagih sesuai dengan jangka waktu yang telah
dijadwalkan tanpa memperhatikan kemungkinan terjadinya kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur akibat faktor ekstern atau intern. Faktor-faktor
58
terjadi diluar kendali nasabah misalnya terjadinya resesi ekonomi yang
berkepanjangan dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Faktor intern
antara lain terjadinya mismanagement atau kurangnya tenaga yang berpengalaman
dan terampil dalam perusahaan. Teori likuiditas ini sulit diharapkan sebagai
sumber likuiditas musiman dan memenuhi kebutuhan permintaan kredit yang
harus segera dipenuhi.
4) The Liability Management Theory (Sinungan Muchadarsyah,2003,153)
Teori ini mengemukakan bagaimana suatu bank dapat menata passivanya
sedemikian rupa sehingga passiva ini dapat benar-benar menjadi likuiditas. Untuk
itu, kita harus mengetahui mengapa bank memerlukan likuiditas, yakni : pertama,
untuk melakukan pembayaran atas penarikan dana pihak ketiga (giro, tabungan,
dan deposito). Kedua, bank harus mampu memenuhi semua permintaan pinjaman
yang sehat dari nasabahnya. Pinjaman-pinjaman dari bank itu tidak hanya
menguntungkan, tetapi sebuah bank tidak akan dapat memberikan pinjaman
kepada para deposannya bila mereka memerlukan uang, tetapi depositonya tidak
disimpan terlalu lama.
4. Rasio-Rasio Likuiditas
Rasio-rasio yang umum digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah
sebagai berikut :
1) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga.
Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga
dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang tersedia. Alat likuid bank
59
terdiri dari uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank-bank
koresponden. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pula posisi
likuiditas bank yang bersangkutan.
2) Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga.
Rasio likuiditas ini juga sering disebut dengan loan to deposit ratio atau
LDR. Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga
yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan
kurang baiknya posisi likuiditas bank. Umumnya rasio sampai dengan
100% memberikan gambaran yang cukup baik atas keadaan likuiditas
bank. Namun, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, rasio likuiditas yang
digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah rasio kredit
terhadap dana yang diterima bank dalam rupiah dan valas. Dana yang
diterima bank meliputi : Kredit likuiditas BI; Giro, deposito, dan tabungan
masyarakat; Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi; Deposito dan pinjaman
dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; Surat berharga
yang diterbitkan bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; modal lain
dan modal pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kondisi
likuiditas bank. Bank Indonesia memberi nilai kredit nol (0) bagi bank
yang memiliki rasio sebesar 115% atau lebih berdasarkan ketentuan
penilaian tingkat kesehatan bank untuk faktor likuiditas.
3) Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar terhadap
rupiah. Rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total
60
aktiva lancar yang meliputi kas, giro pada BI, SBI dan SPBU yang telah
diendos ke bank lain. Menurut ketentuan Bank Indonesia, maksimum rasio
adalah 100%.
4) Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio surat-
surat berharga.
Rasio ini memberikan informasi bahwa semakin besar posisi penanaman
dana dalam surat-surat berharga yang jatuh temponya kurang dari satu
tahun terhadap total portofolio surat-surat berharga semakin baik pula
posisi likuiditas bank.
5) Total kredit terhadap total asset.
Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit
dengan asset bank, kenaikan rasio ini menunjukkan rendahnya likuiditas
bank.
G. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka,
giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan
pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana
simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan
untuk mengukur tingkat likuiditas.
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh karena
itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.
61
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2003:118).
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau
relative tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid
dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu,
rasio ini juga dapat memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat
diberikan atau dibatasi. Untuk mencari LDR, digunakan rumus sebagai berikut :
Kredit
LDR = X 100%
Total Deposito
H. Variabel-variabel yang mempengaruhi Likuiditas Bank
Variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas bank yang digunakan
dalam penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut:
1. Simpanan masyarakat
Dana yang berasal dari simpanan masyarakat bisa berupa giro, tabungan,
deposito berjangka. Dana tersebut tentunya dapat ditarik sewaktu-waktu oleh
nasabah meskipun deposito berjangka dikenakan denda apabila ditarik sebelum
62
jatuh tempo. Dana simpanan masyarakat ini merupakan sumber dana yang
dimiliki bank dengan porsi terbesar (Mulyono, 1994). Penurunan volume
simpanan masyarakat akan mengakibatkan penurunan giro, tabungan, dan
deposito berjangka, sehingga simpanan masyarakat dengan daya endapan yang
tinggi memberi pengaruh terhadap likuiditas yang dimiliki oleh bank. Likuiditas
bank yang menurun akan ditunjukkan dengan perolehan LDR yang meningkat.
Angka LDR yang tinggi menunjukkan bahwa total pinjaman (loans) yang
diberikan lebih besar dari pada total deposit atau total dana simpanan yang
berhasil dihimpun bank. Sedangkan pinjaman memiliki jatuh tempo yang berbeda
beda dan bukan merupakan aktiva bank yang likuid karena pencairan pokok
pinjaman dan penerimaan pendapatan bunga tergantung dari jangka waktunya
masing-masing. Jadi bila sewaktu-waktu nasabah hendak menguangkan dana
simpanan ternyata tidak segera dapat dicairkan karena dananya banyak tertanam
di pinjaman (loans) sehingga penurunan simpanan masyarakat akan
mengakibatkan LDR naik dan sebaliknya volume simpanan naik mengakibatkan
LDR turun.
LDR yang menurun atau semakin mengecil menunjukkan posisi likuiditas
bank yang bersangkutan meningkat. Jadi peningkatan jumlah simpanan
masyarakat yang berhasil dihimpun bank akan meningkatkan posisi likuiditas
bank. Begitu juga sebaliknya penurunan simpanan masyarakat akan menurunkan
posisi likuiditas bank.
63
2. Pinjaman yang diberikan
Pinjaman yang diberikan merupakan salah satu aset bank yang mampu
memberikan pendapatan bagi bank. Pinjaman merupakan aktiva yang tidak likuid,
karena pinjaman mempunyai risiko dan struktur maturitas yang berbeda-beda.
Untuk mengkonversi pinjaman yang diberikan ke dalam kas harus menunggu
sampai pinjaman tersebut jatuh tempo. Bila bank memberikan suatu pinjaman 1
tahun, maka dana tersebut tidak dapat dicairkan kembali sampai pinjaman tersebut
jatuh tempo pembayarannya dalam satu tahun. Sehingga untuk mengkonversi
pinjaman ke dalam kas dibutuhkan pembeli yang mau, karena risiko dan maturitas
yang ada dalam pinjaman (loans).
Tentunya pembeli hanya mau membeli dengan harga yang lebih rendah
dari nilai pinjaman, sehingga peningkatan pinjaman (loans) yang diberikan
kepada nasabah akan menurunkan likuiditas yang dimiliki bank (Reksoprayitno,
1992).
Kondisi ini jika terjadi peningkatan pinjaman melebihi kemampuan bank
untuk meningkatkan deposit yaitu dana yang berhasil dihimpun bank, maka bank
akan mengalami penurunan likuiditas. Terlebih jika peningkatan pinjaman yang
diberikan ternyata banyak yang merupakan kredit macet maka aliran kas masuk
yang berupa pokok pinjaman akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap
likuiditas bank.
Jika kondisi perekonomian yang memburuk, dengan adanya ekspansi
kredit yang kurang berhati-hati maka dimungkinkan akan terjadi kredit macet.
Dan akan mengakibatkan bank susah untuk mengelola dananya. Bila kesulitan ini
64
terus berlangsung maka bank akan mengalami krisis likuiditas. Dari penjelasan di
atas maka dengan adanya peningkatan pinjaman yang diberikan diikuti dengan
peningkatan proporsi kredit macet maka akan mengakibatkan likuiditas bank
menurun yang akan ditunjukkan dengan perolehan LDR yang meningkat.
3. Investasi pada Aktiva Tetap
Investasi pada aktiva tetap merupakan investasi yang dikeluarkan oleh bank
yang berhubungan dengan gedung, tanah, kendaraan serta inventarisasi kantor.
Investasi pada aktiva tetap ini merupakan investasi jangka panjang sehingga
sumber dana untuk membiayai investasi aktiva tetap ini bisa berasal dari modal
sendiri maupun sumber dana pinjaman jangka panjang.
Apabila terjadi peningkatan investasi pada aktiva tetap tetapi jumlah sumber
dana jangka panjang maupun modal sendiri yang dimiliki tidak mampu untuk
menutup atau membiayai investasi aktiva tetap tersebut maka pembiayaan
investasi tersebut akan dibiayai dengan sumber dana jangka pendek sehingga akan
mengganggu likuiditas bank.
Dan menurut Taswan (1999) bahwa penempatan dana pada aktiva tetap dan
inventaris yang berlebihan akan sangat membahayakan bank itu sendiri karena
disamping kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan dari nilai penempatan
tersebut, juga akan berakibat pada kesulitan likuiditas. Apabila dikaitkan dengan
Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai ukuran likuiditas, maka peningkatan
investasi aktiva tetap akan mengakibatkan peningkatan Loan to Deposit Ratio
(LDR).
65
Begitu juga sebaliknya, penurunan investasi aktiva tetap akan
mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun. Dan peningkatan LDR
mengindikasikan likuiditas bank menurun. Sebaliknya penurunan LDR
mengindikasikan likuiditas bank meningkat. Apabila peningkatan investasi pada
aktiva tetap dan bank mampu untuk membiayai peningkatan investasi tersebut
dengan dana modal sendiri ataupun dari sumber dana jangka panjang, maka
peningkatan investasi aktiva tetap tersebut tidak akan mengganggu likuiditas bank
atau menurunkan likuiditas bank.
I. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu tentang likuiditas bank antara lain adalah:
Bahtiar Usman (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis rasio
keuangan untuk memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia”
dengan menggunakan variable LDR, rasio rentabilitas, rasio efisiensi usaha dan
rasio permodalan dengan menggunakan alat regresi linier berganda dengan model
digit pada 16 bank yang sudah go public menjelaskan bahwa kredit yang akan di
tarik untuk melunasi dana deposan sering mengalami kemacetan sehingga bank
sulit mendapatkan dana secara tepat waktu. Hasil ini menyebabkan pengaruh
negative pada LDR untuk meningkatkan pendapatan pada masa yang akan datang.
Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan
bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan
primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan
Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan
66
Tengah. Pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling dominan
mempengaruhi penurunan likuiditas BPD. Hal ini disebabkan karena dari
sejumlah pinjaman yang diberikan terhadap porsi kredit macet sebesar 24,74%.
Sehingga aliran kas masuk yang berupa cicilan pokok dan penerimaan bunga
terganggu. Hal ini akan menggerogoti likuiditas BPD.
Frida Anisawati (2006), meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi
likuiditas dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BRI
(Persero) Tbk. Cabang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan
deposito, simpanan giro dan jumlah pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang. Sesuai dengan penelitian
Solikah Nurwati, pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling
dominan mempengaruhi penurunan likuiditas PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang
Malang.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2002) berusaha untuk
menganalisa apakah terdapat perbedaan bermakna kinerja keuangan yang diukur
dari rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, ROA, efisiensi dan LDR
antar bank dengan kelompok kategori A, B dan C dan apakah rasio keuangan
tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemungkinan
kebangkrutan bank-bank kategori A, B dan C. Hasil dari penelitian ini adalah dari
empat rasio keuangan tersebut yang digunakan ternyata rasio ROA, efisiensi dan
LDR mempunyai perbedaan yang signifikan diantara bank-bank dalam kategori
A, B dan C. Adapun rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit tidak
mempunyai perbedaan bermakna mengingat pengukuran rasio ini apabila
67
digunakan untuk menilai kualitas asset dari bank kurang tepat, yaitu tidak sesuai
dengan pengukuran sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia. Penggunaan
rasio keuangan yang mempunyai perbedaan dalam model logistic regression
untuk menguji prediksi kebangkrutan bank-bank dalam kategori bangkrut adalah
akurat yang ditunjukkan dengan tingkat kemaknaan 0,00%. Dari ketiga rasio
ROA, efisiensi dan LDR hanya rasio ROA yang mempunyai pengaruh bermakna
terhadap kemungkinan kebangkrutan bank.
Nasiruddin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang
memepengaruhi loan deposito ratio (LDR) di bank BPR wilayah kerja kantor
bank semarang”. Meneliti tentang variabel tingkat kecukupan modal, kredit
bermasalah, suku bunga kredit terhadap pengaruh loan deposit ratio. Hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa variabel tingkat kecukupan modal, kredit
bermasalah dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap loan
deposit ratio bank BPR di wilayah semarang tersebut.
68
J. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
BANK
Laporan keuangan Bank Umum di
Bursa Efek Indonesia BEI Tahun
2007-2009
Penilaian tingkat Kesehatan Bank
Variabel-variabel yang
mempengaruhi:
1. Simpanan
2. Jumlah pinjaman yg diberikan
3. Investasi pada aktiva tetap
Likuiditas
Dengan menggunakan pendekatan Loan
to Deposit Ratio (LDR)
Kesimpulan
Uji Asumsi Klasik Regresi Linier berganda
1. Normalitas
2. Multikolinieritas
3. Autokorelasi
4. Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis Regresi Linier Berganda
1. Uji F Statistik
2. Uji T Statistik
3. Uji Determinasi (R2)
4. Regresi Linier Brganda
69
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka
konseptual, dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut:
1. Apakah variabel independent simpanan masyarakat, pinjaman yang
diberikan dan investasi pada aktiva tetap secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Loan Deposit Ratio (LDR) bank umum yang go public
di BEI periode 2007-2009.
2. Apakah variabel independent Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang
diberikan dan Investasi pada AKtiva Tetap secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Loan Deposit Ratio (LDR) bank umum yang go public
di BEI periode 2007-2009..
70
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada Bank Umum yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan, Investasi pada Aktiva Tetap
terhadap Likuiditas (dengan pendekatan Loan Deposit Ratio) Bank Umum go
public di BEI periode 2007, 2008 dan 2009. Metode yang dilakukan adalah regresi
linier berganda dengan terlebih dahulu mentransformasikan data kedalam bentuk
logaritma (log) yang dikenal dengan sebutan log linier. dan metode penelitian ini
selama tiga tahun yaitu di mulai dari tahu 2007 sampai tahun 2009.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi secara umum merupakan jumlah dari keseluruhan objek yang akan
diteliti. Populasi yang akan diamati adalah bank umum yang go public di BEI selama
periode 2007-2009 yang melaporkan laporan keuangan dengan lengkap dan
dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pemilihan bank
umum yang go public di Indonesia sebagai obyek penelitian karena:
(1) Data laporan keuangn perusahaan go public telah tersedia sehingga mudah
mengaksesnya dan data tersebut telah diaudit akuntan public
(2) Bank umum dalam masalah likuiditas merupakan masalah yang sangat
kompleks, sehingga tingkat likuiditas suatu bank dapat mempengaruhi kinerja
bank tersebut.
71
Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
sensus yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan seluruh jumlah populasi
Berikut tabel daftar nama bank yang go public di BEI selama periode penelitian:
Tabel 3.1.
Bank Umum Yang Go Public di BEI pada Tahun 2007-2009
NO BANK 1 Agroniaga tbk
2 Artha Graha Internasional Tbk
3 Bukopin Tbk
4 Bumi Arta Tbk
5 ICB Bumi Putera Indonesia Tbk
6 Capital Indonesia Tbk
7 Central Asia Tbk
8 Danamon Indonesia Tbk
9 Ekonomi Raharja Tbk
10 Eksekutif Internasional Tbk
11 Himpunan Saudara 1960 Tbk
12 Internasional Indonesia Tbk
13 Kesawan Tbk
14 Mandiri Tbk
15 Mayapada Internasional Tbk
16 Mega Tbk
17 Mutiara Tbk
18 Negara Indonesia Tbk
18 OCBC NISP Tbk
20 Nusantara Parahyangan Tbk
21 Pan Indonesia Tbk
22 Permata Tbk
23 Rakyat Indonesia Tbk
24 Swadesi Tbk
25 BTPN Tbk
26 Victoria Internasional Tbk
27 Windhu Kencana Internasional Tbk
Sumber: www.idx.co.id
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk
data yang digunakan adalah time series yang merupakan sekumpulan data dari
suatu fenomena tertentu yang di dapat dalam beberapa interval waktu tertentu,
72
misalnya dalam waktu minnguan, bulanan atau tahunan (Umar, 2002). Data dari
variable penelitian ini adalah tahunan. Website. (http//www.idx.co.id).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yang
merupakan metode untuk memperoleh data dengan cara mempelajari dan
mengumpulkan keterangan-keterangan, teori-teori mengenai segala persoalan
yang berhubungan tentang keuangan perusahaan yang bersumber dari buku,
literatur, laporan keuangan perusahaan, dan materi perkuliahan yang diperoleh
selama ini. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dab
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.
Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih
lanjut.
2. Library search
Data yang bersumber dari liblary search (studi kepustakaan) merupakan
data yang diperoleh dari perpustakaan, buku-buku, jurnal, koran dan
majalah.
3. Internet
Peneliti mengambil data dari internet karena agar data yang diproses slalu
update dari website: (http//www.idx.co.id)
73
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variable terikat (Y)
dalam penelitian ini adalah tingkat likuiditas bank dengan menggunakan alat
pengukuran Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Pinjaman yang diberikan
LDR = x 100%
Jumlah dana masyarakat yang dihimpun
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab-sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah:
a. Simpanan Masyarakat (X1)
Simpanan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh
simpanan yang dapat dihimpun oleh bank. Adapun simpanan masyarakat
terdiri dari tabungan, deposito berjangka dan giro. Sehingga pengukuran
untuk variabel simpanan masyarakat menggunakan rupiah
b. Jumlah Pinjaman yang diberikan (X2)
Jumlah pinjaman adalah jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank
kepada masyarakat. Pengukuran variabel ini juga menggunakan rupiah.
74
c. Investasi pada Aktiva Tetap (X3)
Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah investasi yang dilakukan oleh
pihak bank untuk aktiva-aktiva tidak produktif seperti gedung, bangunan,
kendaraan, dan lain-lain. Pengukuran variabel investasi pada aktiva tetap
menggunakan rupiah.
F. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan teori dan perumusan yang ada, maka hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
H0 = Diduga bahwa simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan,
dan investasi pada aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap
Likuiditas Bank Umum yang go public di BEI dengan menggunakan
pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara individual
(parsial) maupun bersama-sama(simultan).
H1 = Diduga bahwa simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan,
dan investasi aktiva tetap tidak ada pengaruh signifikan terhadap
Likuiditas Bank Umum yang go public di BEI dengan menggunakan
pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara individual
(parsial) maupun bersama-sama (simultan)
G. Metode Analisis Data
Analisis data adalah merupakan kegiatan mengolah data yang telah
terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi pada hasil-hasil tersebut.
Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang
75
diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi
klasik yaitu multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedesitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menurut Suliyanto (2005:63) dimaksudkan untuk
mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai
residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell-
shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga. Sedangkan
residual yang distribusi datanya tidak normal, dikarenakan terdapat nilai ekstrem
dalam data yang diambil. Untuk mendeteksi atau menguji bahwa data
berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan menggunakan histrogam regression
residual yang sudah distandarkan serta menggunakan analisis kuadrat (X) dan
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan
menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogrov-Smirnov Z ≤ Z atau nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > level of significant (α) (Suliyanto, 2005:63).
Normalitas dapat juga dilihat melalui penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Jika datanya menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
76
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara
dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas
atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada di luar
model. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel, salah satu
caranya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikatnya (Suliyanto, 2005:63). Variabel yang
menyebabkan multikolinieritas dapat dideteksi dari nilai tolerance yang lebih
kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series)
atau ruang (cross section). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui
dengan menggunakan beberapa cara, antara lain metode grafik dan uji Durbin-
Watson. Apabila melalui metode grafik, gambaran pola residu atau deviasi
berdasarkan waktu bisa dilihat. Jika pada beberapa urutan waktu residunya positif
dan beberapa urutan waktu yang lain residunya negatif maka pada regresi yang
bersangkutan terdapat autokorelasi. Dan apabila dilakukan dengan uji Durbin-
Watson dalam menentukan ada atau tidaknya autokorelasi dalam regresi
menggunakan pengujian terhadap residu e dari suatu regresi linear. Rumus yang
digunakan disebut statistik d Durbin-Watson, yaitu sebagai berikut: Asumsi
diterima (tidak terdapat autokorelasi) jika du < D-W < 4- du.
77
d. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedesitas. Jika
ada pola tertentu dan teratur dari titik-titik yang ada berarti terjadi
heteroskedesitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedesitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Setelah uji asumsi klasik digunakan, maka teknik regresi berganda
digunakan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh simpanan masyarakat,
jumlah pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap terhadap
Likuiditas (dengan pendekatan loan deposit ratio) bank umum. Analisis regresi
berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu
variabel bebas mengadakan prediksi terhadap variabel terikat (Arikunto, 2002:64).
Adapun model yang akan diuji dalam penelitian ini yang dikembangkan
berdasarkan variabel-variabel yang dipilih termasuk tanda koefisien yang
diharapkan adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Dimana :
Y = Loan Deposit Ratio
α = Intercept (konstanta)
β = Koefisien Regresi
X1 = Simpanan Masyarakat
X2 = Kredit Yang Diberikan
78
X3 = Investasi Aktiva Tetap
ε = unsur pengganggu
3. Uji Statistik
a. Uji F-Statistik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F dengan
membandingkan antar nilai F-tabel dengan nilai F-hitung. Pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai F-tabel dengan F-hitung sesuai
dengan tingkat signifikansi α≤0,05 yang digunakan. Tahap-tahap pengujiannya
adalah:
Merumuskan hipotesis
Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5%
Menentukan keputusan dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel
1. Jika F hitung > F tabel atau jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho diterima
2. Jika F hitung < F tabel atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak
b. Uji t-Statistik
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat dan untuk membuktikan variabel
manakah yang paling berpengaruh secara dominan. Tahap-tahap pengujiannya
adalah:
Merumuskan hipotesis
Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5%
79
Menentukan keputusan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika t hitung > t tabel atau jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho diterima
2. Jika t hitung < t tabel atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam uji regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui
persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variable dependen.
Jika nilai R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan
variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel
terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas
menerangkan variasi variabel terikat (Algifari, 2000).
BAB IV
80
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sector keuangan bukanlah
merupakan barang baru di Indonesia, sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya
telah mulai sejak pemerintah hindia belanda mendirikan Bursa Eefek di Btavia
pada tanggal 17 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Veregining Voor
Efeectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman belanda pendirian Bursa
Efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber
pembiayaan bagi perkebunan milik belanda yang tumbuh secara besar-besaran di
Indonesia. Efek yang diperjual-belikan merupakan saham dan obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah hindia belanda, serta efek-efek belanda lainnya.
Dengan perkembangan bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 januari 1952
di buka bursa efek serabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di
semarang pada tanggal 1 agustus 1925. Sayang sekali aktivitas pasar modal di
Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya perang dunia kedua.
Pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal
sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada tahun 1956 pada
awalnya, pemerintah mendorong tumbuhnya pasar modal melalui pemberian
fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan yang go public maupun para investor
serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer
fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan
perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga
81
deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya keadaan ini
sudah tentu mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh
karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal
dengan mngeluarkan paket-peket deregulasi, seperti paket desmber 1987, paket
oktober 1988, dan paket desember 1988, salah satu isi paket tersebut yang
terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan
tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan penganaan pajak
final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal,
karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang sehingga mereka
cenderung mencari alternative lain dalam menginvestasikan uangnya.
Bursa saham kembali dibuka dan ditanda tangani oleh badan pelaksana
pasar modal (BAPEPAM) tidak sampai tahun 1977 institusi baru dibawah
Departemen Keuangan kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai
meningkat seiring dengan perkembangan pada tahun 1990.
Bursa saham diswatanisasi menjadi PT.Bursa Efek Indonesia (PT.BEJ)
swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Badan Pengawas pasar modal (BAPEPAM) pada tanggal 13 juli
1992. Pada tanggal 22 mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru
dengan meluncurkan Jakarta Automated System (JATS), sebuah system
perdagangan otomatis yang menggantikan system perdagangan manual. System
baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa,
dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing.
82
System baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar modal
yang transparan.
Bursa Efek Jakarta juga mulai mnerapkan perdagangan jarak jauh (remote
trading) sebagai upaya meningkatkan aspek pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan
frekuensi perdagangan tahun 2002.
Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki
oleh berbagai securities company, setelah sekuritas terjual dipasar modal perdana,
sekurutas tersebut didaftarkan dibursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan
dibursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa biasanya
memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offening) pada
waktu sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa, dikatakan sekurutas tersebut
diperdagangkan dipasar sekunder. Pada tanggal 1 desember 2007, penggabungan
Bursa efek Surabaya kedalam bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni
bursa efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
83
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
84
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
85
B. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung dengan cara membandingkan
pinjaman yang diberikan dengan simpanan masyarakat. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya tingkat likuiditas bank dianggap sehat apabila Loan to
Deposit Ratio (LDR) nya antara 85%-110%. Loan to Deposit Ratio (LDR) bank
sample selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1.
Loan Deposoit Ratio Bank Umum Periode 2007-2009
(dalam persentase)
BANK 2007 2008 2009
Agroniaga tbk 77% 96% 78%
Artha Graha Internasional Tbk 80% 92% 83%
Bukopin Tbk 64% 81% 75%
Bumi Arta Tbk 51% 59% 50%
ICB Bumi Putera Indonesia Tbk 83% 80% 87%
Capital Indonesia Tbk 73% 67% 49%
Central Asia Tbk 43% 53% 49%
Danamon Indonesia Tbk 86% 86% 87%
Ekonomi Raharja Tbk 51% 61% 45%
Eksekutif Internasional Tbk 77% 70% 71%
Himpunan Saudara 1960 Tbk 92% 100% 94%
Internasional Indonesia Tbk 77% 79% 77%
Kesawan Tbk 68% 74% 66%
Mandiri Tbk 51% 56% 58%
Mayapada Internasional Tbk 102% 98% 82%
Mega Tbk 46% 64% 56%
Mutiara Tbk 38% 69% 57%
Negara Indonesia Tbk 57% 65% 60%
OCBC NISP Tbk 88% 75% 70%
Nusantara Parahyangan Tbk 48% 65% 73%
Pan Indonesia Tbk 90% 77% 71%
Permata Tbk 119% 114% 113%
Rakyat Indonesia Tbk 64% 76% 76%
Swadesi Tbk 61% 82% 80%
BTPN Tbk 86% 89% 83%
Victoria Internasional Tbk 54% 53% 48%
Windhu Kencana Internasional Tbk 43% 84% 64%
Sumber data bank : lampiran 1
86
Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa secara umum Loan to Deposit Ratio
(LDR) bank umum selama periode penelitian sebagian besar mayoritas berada di
bawah tingkatan bank yang dikatakan sehat. Bank umum yang memiliki LDR
dalam tingkatan yang dikatakan bank yang sehat adalah Bank Agroniaga Tbk
pada tahun 2008 pada tingkat 96%, Bank Artha Graha Internasional Tbk tahun
2008 pada tingkat 92%, bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2009 pada tingkat 87%,
Bank Danamon Tbk memiliki kondisi sehat dari tahun 2007 sampai tahun 2009
pada tahun 2007 dan 2008 pada tingkat yang sama yaitu sebesar 86% dan pada
tahun 2009 naik menjadi 87%, pada Bank Himpunan Saudara 1960 Tbk pada
tahun 2007 pada tingkat 92%, 100% pada tahun 2008, turun kembali pada tingkat
94% pada tahun 2009, Bank Mayapada Internasional Tbk memiliki kondisi sehat
pada tahun 2007 dan 2008 pada tahun 2007 pada tingkat 102% dan pada tahun
2008 pada tingkat 98%, Bank BTPN Tbk memiliki kondisi sehat pada tahun 2007
dan 2008 yaitu pada tahun 2007 pada tingkat 86% dan pada tahun 2008 pada
tingkat 89%, adapun pada Bank Permata Tbk memiliki kondisi yang tidak sehat
dari tahun penelitian pada tahun 2007 sebesar 119%, 114% tahun 2008, 113%
tahun 2009, Hal ini dikarenakan jumlah kredit yang diberikan jauh lebih besar
daripada simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun. Angka ini jauh lebih
tinggi dari tingkat likuiditas yang telah ditetapkan dan sangat mungkin akan
mengalami kesulitan likuiditas. Tetapi pada tahun 2008 dan 2009 LDR Bank
Perrmata Tbk turun menjadi 114% pada tahun 2008 dan turun kembali pada tahun
2009 sebesar 113%. Sedangkan bank yang memiliki tingkat LDR terendah adalah
Bank Mutiara Tbk yaitu sebesar 38%. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
87
simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun tidak disalurkan kembali ke
masyarakat dalam bentuk pinjaman. Angka ini juga jauh berada di bawah tingkat
likuiditas bank yang sehat. Ini berarti bahwa Bank Permata Tbk harus
menanggung tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money).
b. Kondisi Simpanan Masyarakat
Tabel 4.2
Simpanan Masyarakat Bank Sampel Periode 2007-2009
( dalam jutaan rupiah )
Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009
Agroniaga 2,537,445 2,039,344 2,454,297 7,031,086
Artha Graha Internasional 9,156,092 10,497,650 13,071,296 32,725,038
Bukopin 29,291,878 27,521,206 31,915,503 88,728,587
Bumi Arta 152,753,693 1,585,451 1,927,093,075 2,081,432,219
Bumi Putera Indonesia 5,235,016 5,820,391 5,942,777 16,998,184
Capital Indonesia 777,280,269 1,000,260,281 2,451,524 1,779,992,074
Central Asia 189,172,191 209,528,921 245,139,946 643,841,058
Danamon Indonesia 57,803,865 73,969,078 67,216,228 198,989,171
Ekonomi Raharja 14,098,648 16,104,971 19,011,840 49,215,459
Eksekutif Internasional 1,147,176 1,322,717 1,308,017 3,777,910
Himpunan Saudara 1960 1,240,201 1,493,137 2,027,791 4,761,129
Internasional Indonesia 36,971,060 43,525,226 47,341,248 127,837,534
Kesawan 1,913,191 1,992,060 2,139,959 6,045,210
Mandiri 247,355,023 289,112,052 319,550,381 856,017,456
Mayapada Internasional 2,953,338 3,971,875 6,040,576 12,965,789
Mega 30,030,996 29,381,005 32,803,732 92,215,733
Negara Indonesia 10,270,399 5,116,022 5,949,459 21,335,880
Niaga 146,188,546 163,164,358 188,468,987 497,821,891
NISP 21,439,660 27,123,471 30,216,044 78,779,175
Nusantara Parahyangan 3,359,595 3,294,752 3,473,107 10,127,454
Pan Indonesia 31,321,133 46,043,679 56,234,487 133,599,299
Permata 30,071,547 42,768,849 45,720,638 118,561,034
Rakyat Indonesia 165,599,983 201,537,439 255,928,261 623,065,683
Swadesi 999,724,389 1,053,812,210 1,210,110 2,054,746,709
BTPN 8,802,451 11,380,149 18,514,788 38,697,388
Victoria Internasional 3,585,237 4,019,644 5,617,636 13,222,517
Windhu Kencana Internasional 1,142,225 1,678,972 2,421,260 5,242,457
Rata-rata 110,386,861 121,409,811 123,676,406 355,473,079
Nilai tertinggi 999,724,389 1,053,812,210 1,927,093,075 2,081,432,219
Nilai terendah 1,142,225 1,322,717 1,210,110 3,777,910
www.idx.co.id
88
Berdasarkan pada tabel 4.2. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata
simpanan masyarakat bank umum sebesar 355,473,079. dengan rata-rata terendah
sebesar 3,77,910 dan tertinggi sebesar 2,081,432,219. Dalam periode tahunan,
rata-rata simpanan masyarakat meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebesar
110,386,861 pada tahun 2007, 121,409,811 pada tahun 2008, 123,676,406 dan
pada tahun 2009.
c. Kondisi Pinjaman yang diberikan
Tabel 4.3
Pinjaman yang Diberikan Bank Sampel Periode 2007-2009
( dalam jutaan rupiah )
Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009
Agroniaga 1,956,450 1,964,360 1,904,944 5,825,754
Artha Graha Internasional 7,348,850 9,641,673 10,787,836 27,778,359
Bukopin 18,801,342 22,401,357 24,013,722 65,216,421
Bumi Arta 782,734 935,451 960,847,390 962,565,575
Bumi Putera Indonesia 4,328,973 4,667,760 5,188,764 14,185,497
Capital Indonesia 566,769,918 669,775,071 1,206,115 1,237,751,104
Central Asia 80,702,481 110,026,861 119,595,661 310,325,003
Danamon Indonesia 49,858,293 63,410,474 58,367,570 171,636,337
Ekonomi Raharja 7,229,944 9,757,606 8,506,585 25,494,135
Eksekutif Internasional 878,918 919,626 929,312 2,727,856
Himpunan Saudara 1960 1,145,697 1,498,742 1,896,719 4,541,158
Internasional Indonesia 28,519,581 34,344,477 36,500,149 99,364,207
Kesawan 1,291,410 1,470,800 1,417,669 4,179,879
Mandiri 125,488,384 162,637,788 184,690,704 472,816,876
Mayapada Internasional 3,023,509 3,900,181 4,961,855 11,885,545
Mega 13,843,320 18,749,051 18,352,062 50,944,433
Negara Indonesia 3,918,827 3,531,385 3,418,595 10,868,807
Niaga 83,214,985 106,342,351 113,922,685 303,480,021
NISP 18,857,535 20,401,154 21,283,245 60,541,934
Nusantara Parahyangan 1,629,278 2,149,250 2,539,719 6,318,247
Pan Indonesia 28,290,884 35,282,456 39,967,098 103,540,438
Permata 35,748,521 48,599,566 51,563,847 135,911,934
Rakyat Indonesia 105,923,763 152,217,543 194,242,503 452,383,809
Swadesi 605,182,897 860,909,612 967,683,852 2,433,776,361
BTPN 7,573,846 10,136,195 15,453,805 33,163,846
Victoria Internasional 1,953,182 2,122,976 2,713,514 6,789,672
Windhu Kencana Internasional 486,449 1,409,483 1,560,056 3,455,988
Rata-rata 66,842,592 87,377,898 105,685,777 259,906,267
Nilai tertinggi 605,182,897 860,909,612 967,683,852 2,433,776,361
Nilai terendah 486,449 919,626 929,312 2,727,856
www.idx.co.id
89
Dari tabel 4.3. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata pinjaman
yang diberikan bank umum sebesar 259,906,267 dengan rata-rata terendah sebesar
2,727,856 dan tertinggi sebesar 2,433,776,361 Dalam periode tahunan, rata-rata
pinjaman yang diberikan juga meningkat dari tahun ke tahun sama halnya seperti
simpanan masyarakat yaitu sebesar 66,842,592 pada tahun 2007, pada tahun 2008
sebesar 87,377,898 dan pada tahun 2009 sebesar 105,685,777.
d. Kondisi Investasi pada Aktiva Tetap
Tabel 4.4.
Investasi Pada Aktiva Tetap Bank Sampel Periode 2007-2009
(dalam jutaan rupiah)
Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009
Agroniaga 12,866 12,868 9,417 35,151
Artha Graha Internasional 137,981 148,970 153,448 440,399
Bukopin 321,991 407,528 628,413 1,357,932
Bumi Arta 111,250 107,057 106,996 325,303
Bumi Putera Indonesia 37,361 33,887 111,991 183,239
Capital Indonesia 49,157,897 73,887,864 87,631 123,133,392
central Asia 2,264,841 2,644,785 2,971,269 7,880,895
Danamon Indonesia 1,538,878 1,905,024 1,802,274 5,246,176
Ekonomi Raharja 93,124,559 106,252 117,883 93,348,694
Eksekutif Internasional 111,046 82,003 104,225 297,274
Himpunan Saudara 1960 23,725 36,317 38,284 98,326
Internasional Indonesia 780,881 763,598 738,701 2,283,180
Kesawan 39,866 41,069 39,069 120,004
Mandiri 4,531,577 4,603,560 4,963,306 14,098,443
Mayapada Internasional 224,300 260,517 247,228 732,045
Mega 753,647 10,630,626 1,321,268 12,705,541
Negara Indonesia 130,464 142,083 130,527 403,074
Niaga 3,871,229 3,732,893 3,707,940 11,312,062
NISP 729,765 777,518 804,333 2,311,616
Nusantara Parahyangan 25,789 26,121 24,865 76,775
Pan Indonesia 1,564,421 1,671,786 1,702,829 4,939,036
Permata 1,328,510 1,296,182 1,195,437 3,820,129
Rakyat Indonesia 1,644,172 1,350,483 1,366,212 4,360,867
Swadesi 16,018,664 14,201,346 13,485,769 43,705,779
BTPN 240,808 332,720 361,002 934,530
Victoria Internasional 124,566 162,088 162,745 449,399
Windhu Kencana Internasional 21,814 77,252 116,690 215,756
Rata-rata 6,624,921 4,423,792 1,351,843 12,400,556
Nilai tertinggi 93,124,559 73,887,864 13,485,769 123,133,392
Nilai terendah 12,866 12,868 9,417 35,151
www.idx.co.id
90
Berdasarkan pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata
investasi pada aktiva tetap bank umum sebesar 12,400,556 dengan rata-rata
terendah sebesar 35,151 dan tertinggi sebesar 123,133,392. Dalam periode tahunan,
rata-rata investasi pada aktiva tetap bank umum menurun, pada tahun 2007
investasi aktiva tetap sebesar 6,624,921 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar
4,423,792, dan pada tahun 2009 kembali turun sebesar 1,351843. Investasi pada
aktiva tetap terendah terjadi pada Bank Umum Agroniaga selama 3 tahun, yaitu
pada tahun 2007 sebesar 12.866, pada tahun 2008 sebesar 12.868, dan pada tahun
2009 menurun kembali sebesar 9,417.
C. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh penaksiran yang
terbaik. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedesitas.
a. Uji Normalitas
Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 dibawah ini, terlihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
91
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi
jika nilai VIF (Varian inflation factor) > 10; dan jika tolerance <0,1.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Simpanan Masyarakat
Pinjaman yg diberikan
Investasi Aktiva Tetap
.236
.207
.548
4.238
4.840
1.823
Sumber data bank: diolah
Dari hasil analisis program SPSS 17.0 pada tabel 4.5 di atas, pada bagian
koefisien untuk ketiga variabel independen terlihat bahwa nilai tolerance dari
variabel Simpanan Masyarakat 0.236, Kredit yang diberikan sebesar 0.207, Aktiva
92
Tetap sebesar 0.548, Sedangkan VIF Simpanan Masyarakat sebesar 4.238, Kredit
yang diberikan sebesar 4.840, Aktiva Tetap sebesar 1.823. Dari angka-angka
tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari
masalah multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengkaji apakah suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson (Dw).
Bila nilai Dw terletak antara batas atas atau Upper Bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada gangguan
autokorelasi.
Tabel 4.6
Tingkat Autokorelasi (Durbin Watson)
DW
Kesimpulan
Kurang dari 1,45
1,45 sampai 1,68
1,68 sampai 2,32
2,32 sampai 2,55
Lebih dari 2,55
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada autokorelasi
Adapun hasil pengujian Durbin Watson dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ikhtisar Hasil Uji Autokorelasi pada Bank
Model Durbin Watson
1 2.220
Dari Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson (Dw) sebesar
2.220 yang apabila dilihat pada Tabel 4.6, maka berarti angka tersebut berada di
93
daerah tidak ada autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada persamaan
regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi
d. Uji Heteroskedesitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu
tidak konstan untuk semua variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas, dapat juga dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik (dapat dilihat dari hasil analisis), dimana sumbu X adalah Y yang
telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di standardized. Salah satu
cara untuk menedekteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik
plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya
(SRESID). Dasar pengambilan keputusan tersebut adalah: Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sedangkan dalam penelitian ini diperoleh atau didapatkan titik-titik yang menyebar di
antara angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram scatterplot di bawah ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedesitas
94
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedesitas. Karena titik-titiknya menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
D. Pengujian Statistik
1. Hasil Uji F-Statistik
Untuk menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variable
terikat digunakan uji F. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji F dan
besarnya F tabel dengan degree of freedom (df) 3.
Tabel 4.7
Pengujian Hipotesis F-Statistik
95
Hipotesis F-Statistik F-Tabel Sig α Keterangan
4.382 2.74 0.000 0.05 Signifikan
Sumber data bank: diolah
Berdasarkan tabel 4.8. tersebut untuk melihat pengaruh secara serentak
dilakukan dengan Uji F. Tampak dari table besarnya F-hitung 4.382. Nilai ini
lebih besar dari F-tabel (4.382 > 2.74), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang cukup signifikan dari variabel jumlah simpanan kredit yang diberikan, dan
investasi aktiva tetap terhadap loan to deposit ratio.
2. Hasil Uji t- Statistik
Untuk menunjukkan apakah variable bebas secara individu mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat maka digunakan uji t. Berikut
ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya t-tabel pada
signifikansi 5%:
Tabel 4.8
Pengujian Hipotesis T-Statistik
Variabel t-Statistik t-Tabel Sig α Keterangan
Simpanan -3.487 1.667 0.001 0.05 Signifikan
Pinjaman 3.135 1.667 0.002 0.05 Signifikan
Aktiva Tetap -0.761 1.667 0.449 0.05 Tidak Signifikan
Sumber data diolah
Uji Signifikansi masing-masing diuraikan sebagai berikut:
Uji t merupakan alat pengujian secara parsial guna menunjukkan pengaruh
tiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hipotesis Simpanan Masyarakat (X1)
96
Pengujian hipotesis Simpanan Masyarakat dilakukan dengan uji t seperti
terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Simpanan Masyarakat secara parsial terhadap LDR Bank Umum Go Public di
Bursa efek Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan
degree of freedom (n-k) = 77 diperoleh t-tabel sebesar 1,667. Dari perhitungan
dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar
3,487 (bertanda negatif) sehingga t-hitung lebih besar dari pada t-tabel (3,487 >
1,667). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar
0,001 sehingga menerima Ho dan menolak H1. Hal ini berarti bahwa variasi
variabel Simpanan Masyarakat secara parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variasi Loan Deposit Ratio Bank Umum di Bursa Efek Indonesia
sehingga hipotesis Simpanan Masyarakat yang menyatakan “Diduga bahwa
variable independen Simpanan Masyarakat (X1) secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap LDR (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009”
diterima.
Hipotesis Pinjaman Yang diberikan (X2)
Pengujian hipotesis Pinjaman yang diberikan dilakukan dengan uji t
seperti terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Simpanan Pinjaman yang diberikan secara parsial terhadap Loan
Deposit Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia. Dengan
menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of freedom (n-k) = 77
diperoleh ttabel sebesar 2,034. Dari perhitungan dengan paket program komputer
statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar 3,135 sehingga t-hitung lebih besar
97
dari t-tabel (3,135 > 1,997). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil
dari 0,05 yaitu sebesar 0,002 sehingga menerima Ho dan menolak H1. Hal ini
berarti bahwa variasi variabel Pinjaman yang dberikan secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variasi LDR Bank Umum Go Public di Bursa Efek
Indonesia sehingga hipotesis yang menyatakan “Diduga bahwa variable
independen Pinjaman yang dberikan (X2) secara parsial mempunyai pengaruh
signifikan terhadap LDR (Y) Bank Umum di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
2009” diterima.
Hipotesis Investasi pada Aktiva Tetap (X3)
Pengujian hipotesis Investasi Aktiva Tetap dilakukan dengan uji t seperti
terlihat dalam Tabel 4.9. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Investasi pada Aktiva Tetap secara parsial terhadap LDR Bank Umum Go Public
di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan
degree of freedom (n-k) = 77 diperoleh ttabel sebesar 1,667. Dari perhitungan
dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 dihasilkan t-hitung sebesar
0,761 (bertanda negatif) sehingga t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel (0,761 >
1,667). Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,449 sehingga menolak Ho dan menerima H1. Hal ini berarti bahwa variasi
variabel Investasi Aktiva Tetap secara parsial tidak ada pengaruh signifikan
terhadap variasi LDR Bank Umum di Bursa Efek Indonesia sehingga hipotesis
yang menyatakan “Diduga bahwa variable independen Investasi pada Aktiva
Tetap (X3) secara parsial tidak ada pengaruh signifikan terhadap LDR (Y) di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009” ditolak.
98
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam uji regresi linear sederhana dianalisis pula besarnya koefesien
determinasi (R²) keseluruhan. R² digunakan untuk mengukur dan mengetahui
persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variable dependen.
Jika R² mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel
bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel
terikatnya. Sebaliknya jika R² mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas
menerangkan variabel terikat.
Tabel.4.9
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin Watsom
1
.328
a
.146
.113
16.48633
2.220
a. Predictors: (Constant), Aktiva Tetap, Simpanan, Pinjaman
b. Dependent Variable: LDR
Dari Tabel 4.10 di atas, hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,146 atau 14,6%. Angka ini menunjukkan bahwa
variasi nilai Loan to deposit ratio yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi
yang diperoleh sebesar 14,6%, sedangkan sisanya, yaitu 85,4% (100% - 41,6%),
dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan model. R sebesar 0.382 artinya
pengaruh antara variabel Jumlah simpanan (X1), kredit yang diberikan (X2), dan
investasi pada aktiva tetap (X3) terhadap likuiditas bank umum dengan
menggunakan pendekatan loan to deposit ratio (LDR) adalah cukup kuat.
99
Untuk menunjukkan variable bebas manakah yang paling dominan
mempengaruhi loan to deposit ratio dengan melihat nilai koefisien beta yang
distandarisasi paling besar. Dari lampiran dapat diketahui bahwa variabel yang
paling dominan adalah variabel kredit yang diberikan (X2) yang ditunjukkan
dengan nilai Koefisien Beta terbesar yaitu sebesar 0.727. Hipotesis ini didukung
oleh Sritua Arief (1993:12) yaitu: untuk menentukan variabel bebas yang paling
menentukan (dominan) dalam mempengaruhi nilai dependent variabel dalam
suatu model regresi linear, maka gunakanlah koefisien Beta (Beta Coefficient).
Koeffisien tersebut disebut standardized cofficient.
4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda,
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen, melalui pengaruh jumlah simpanan (X1), kredit yang
diberikan (X2), investasi aktiva tetap (X3) terhadap loan to deposit ratio (Y).
Tabel 4.10
Koefisien Regresi
Coefficientsa
100
Variabel
Unstandardized
Coefficients (B)
T hitung
Sig.
B Std Error
(Constant) 89.601 16.185 5.536 0.000
Simpanan -15.536 4.455 -3.487 0.001
Pinjaman 14.754 4.706 3.135 0.002
Aktiva Tetap -1.773 2.331 -.761 0.449
Sumber data bank: diolah
Variabel Dependent pada regresi ini adalah loan to deposit ratio (Y)
sedangkan variabel Independentnya adalah variabel jumlah simpanan (X1), kredit
yang diberikan (X2), dan investasi aktiva tetap (X3). Model regresi berdasarkan
hasil analisis di atas adalah :
Y = 89.601 – 15.536 X1 + 14.754 X2 – 1.773 X3
Tampak pada persamaan tersebut menunjukkan angka yang signifikan
pada semua variabel. Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
1. Loan Deposit Ratio (Y) = 89.601
Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Jumlah
simpanan, kredit yang diberikan, investasi aktiva tetap (X1, X2, dan X3 = 0),
maka Loan to deposit ratio sebesar 89.601 kali. Dalam arti kata loan to deposit
ratio akan sebesar 89.601 kali tanpa adanya variabel jumlah simpanan, kredit
yang diberikan, investasi aktiva tetap (X1, X2, dan X3 = 0).
2. Simpanan Masyarakat (X1) = - 15.536
Nilai parameter atau koefisien regresi X1 ini menunjukkan bahwa setiap
variable Jumlah simpanan meningkat 1 kali, maka Loan to deposit ratio akan
101
menurun sebesar 15.536 kali atau dengan kata lain setiap penurunan loan to
deposit ratio dibutuhkan variabel Jumlah simpanan sebesar 15.536, dengan
asumsi variabel yang lain tetap (X2 dan X3 = 0) atau Ceteris Paribus.
3. Pinjaman yang diberikan (X2) = 14.754
Nilai parameter atau koefisien regresi X2 ini menunjukkan bahwa setiap
variable kredit yang diberikan meningkat 1 kali, maka loan to deposit ratio akan
meningkat sebesar 14.754 kali atau dengan kata lain setiap peningkatan loan to
deposit ratio dibutuhkan variable kredit yang diberikan sebesar 14.754 dengan
asumsi variabel yang lain tetap (X1 dan X3 = 0) atau Ceteris Paribus
4. Investasi Aktiva Tetap (X3) = - 1.773
Nilai parameter atau koefisien regresi X3 ini menunjukkan bahwa setiap
variable investasi aktiva tetap meningkat 1 kali, maka loan to deposit ratio akan
menurun sebesar 1.773 kali atau dengan kata lain setiap penurunan loan to deposit
ratio dibutuhkan variable investasi aktiva tetap sebesar 1.773, dengan asumsi
variabel yang lain tetap (X1 dan X2 = 0) atau Ceteris Paribus.
E. Interpretasi Penelitian
Dari hasil pengujian regresi berganda, dapat diketahui bahwa variable
simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap
secara (simultan) mampu mempengaruhi likuiditas (dengan menggunakan
pendekatan loan to deposit ratio) pada bank umum yang go public pada taraf
signifikansi 5%. Sedangkan secara parsial melalui uji t dapat diketahui bahwa
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan LDR adalah
102
simpanan masyarakat dan investasi pada aktiva tetap. Dan variable pinjaman yang
diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan LDR.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa simpanan masyarakat (X1)
berpengaruh terhadap LDR. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Sholikah (2000) dimana simpanan masyarakat (X1) berpengaruh terhadap LDR.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sinungan (1999),
Simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito merupakan
sumber dana utama bank yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
operasional bank, sehingga peningkatan dan penurunan simpanan masyarakat
akan memberikan pengaruh pada kemampuan likuiditas bank. Pada bank umum
ini simpanan masyarakat (X1) berpengaruh negatif terhadap LDR. Dimana
dengan meningkatnya simpanan masyarakat akan menurunkan LDR. Penurunan
LDR ini berarti meningkatkan tingkat likuiditas bank selama penurunan tidak
melewati tingkat likuiditas bank yang dianggap sehat yaitu antara 85% - 110%.
Menurut Reksoprayitno (1992), bahwa penempatan dana dalam bentuk
pinjaman (loans) merupakan aktiva bank yang memiliki porsi besar untuk
menghasilkan pendapatan sehingga peningkatan atau penurunan pinjaman akan
mampu mempengaruhi likuiditas bank. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
pinjaman yang diberikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap LDR dengan arah
hubungan positif. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sholikah
(2000) dan Frida (2006) yang menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan
berpengaruh terhadap kenaikan LDR dan merupakan variabel yang dominan
berpengaruh terhadap LDR. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
103
peningkatan penempatan dana pinjaman yang diberikan ke nasabah akan
berpotensi menurunkan likuiditas bank umum.
Kondisi ini terjadi karena porsi penempatan pinjaman jangka panjang
terhadap total pinjaman lebih besar dibandingkan dengan penempatan pinjaman
jangka pendek. Terlebih dengan adanya risiko kredit macet, yang akan semakin
menurunkan likuiditas bank umum karena mengakibatkan aliran masuk yang
berupa cicilan pokok beserta pendapatan bunga akan tergganggu. Oleh karena itu
bank harus berhati-hati dalam melakukan ekspansi kredit.
Investasi pada aktiva tetap (X3) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap LDR. Hal ini sesuai dengan penelitian Sholikah (2000) yang menyatakan
bahwa investasi pada aktiva tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
LDR. Sholikah menyatakan bahwa investasi pada aktiva tetap tidak berpengaruh
terhadap LDR Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Tengah, karena
menurut Sholikah sebagian besar pembiayaan investasi aktiva tetap dibiayai oleh
modal sendiri sehingga tidak mempengaruhi likuiditasnya. Sedangkan menurut
teori Taswan (1997), mengatakan bahwa adanya kenaikan investasi pada aktiva
tetap akan mengakibatkan adanya kesulitan likuiditas karena bank kehilangan
kesempatan memperoleh pendapatan dari nilai penempatan tersebut. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan loan to deposit ratio dibutuhkan
variable investasi aktiva tetap sebesar 1,773 nilai ini sama dengan simpanan
masyarakat yang juga mengakibatkan penurunan loan to deposit ratio yaitu
sebesar 15,536 yang bertanda negative.
104
Likuiditas bank umum tidak akan terganggu selama bank mampu
mengelola penurunan tersebut sehingga tidak melewati tingkat likuiditas bank
yang sehat yaitu bank yang memiliki tingkat LDR antara 85% - 110%. Investasi
pada aktiva tetap merupakan penempatan yang tidak produktif tetapi tetap
diperlukan oleh bank untuk menjalankan aktivitasnya. Sehingga penempatan pada
aktiva tetap perlu dibatasi, dan pada umumnya jumlahnya relatif kecil
dibandingkan dengan aktiva produktif bank.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
105
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai analisis pengaruh Simpanan Masyarakat,
Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap terhadap Loan Deposit
Ratio Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan ada pengaruh yang sangat signifikan antara Simpanan
Masyarakat, Pinjaman Yang diberikan dan Investasi Aktiva Tetap terhadap
Loan Deposit Ratio Bank Umum di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2009. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai F-hitung lebih besar dari F-
tabel (4,328 > 2,74) dan signifikansi sebesar 0,000.
2. Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Simpanan
Masyarakat dan Pinjaman yang diberikan terhadap Loan Deposit Ratio
Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
Variable simpanan ditunjukkan dari besarnya nilai t-hitung lebih besar dari
t-tabel (3,487 > 1,667) dan signifikansi sebesar 0,000 dan variable
pinjaman ditunjukkan dari besarnya nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
(3,135 > 1,667) dan signifikansi sebesar 0,000. Adapun variable investasi
pada aktiva tetap tidak ada pengaruh yang signifikan antara Investasi
Aktiva Tetap terhadap Loan Deposit Ratio Bank Umum Go Public di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hal ini ditunjukkan dari
kecilnya nilai t-hitung lebih besar dari ttabel (0,761 < 1,667) dan
signifikansinya sebesar 0,449 lebih besar dari 0,05.
106
3. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,146, berarti variasi
variabel Simpanan Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi
Aktiva Tetap dalam menjelaskan variasi variabel LDR adalah sebesar
14,6% dan sisanya 85,4% (100%-14,6%) dijelaskan oleh faktor lain diluar
persamaan model.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut diatas, maka
diajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Bank
Mengingat likuiditas merupakan salah satu indikator penilaian CAMEL
(capital, asset, management, earning, liquidity). Dalam penilaian kesehatan bank,
faktor likuiditas memiliki bobot 10% namun bukan berarti bisa dianggap sepele
sebab bila aspek ini tidak diantisipasi akan memperburuk image masyarakat
terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Untuk itu bank harus selalu
memperhatikan dan mengelola tingkat likuiditasnya. Terlebih pada variabel
pinjaman yang diberikan yang menurut hasil penelitian merupakan variabel yang
mempengaruhi penurunan likuiditas bank. Dalam melakukan ekspansi kredit,
bank harus lebih berhati-hati agar tidak menyebabkan kredit macet yang nantinya
akan berakibat pada menurunnya tingkat likuiditas bank.
Mengingat jumlah kredit yang disaultrkan berdampak pada LDR maka
dalam memeberikan kredit pada nasabah haruslah memberikan prosedur
pemberian kredit sehat pemberian kredit yang sehat terdiri dari tiga tahap : 1.
107
Permohonan kredit 2. Investigasi atau survey lapangan dan 3. Analisia kredit atau
5 C of kredit.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Para investor maupun calon investor harus lebih cermat dalam mengambil
keputusan investasi. Selain menggunakan analisa keuangan, investor juga harus
melihat prospek dan kelanjutan bisnis yang bersangkutan di masa depan.
Likuiditas dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.
Penilaian kinerja dan prestasi bank jangan hanya terpaku pada internal bank tetapi
juga eksternal bank yaitu penilaian pasar terhadap kondisi bank.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penilaian kesehatan
bank lainnya, misalnya dengan menambah alat ukur penilaian kesehatan yang lain
serta memperluas sample penelitian dengan meneliti seluruh jenis bank yang go
public di Bursa Efek Indonesia dan menambah rentang waktu (periode) penelitian.
Peneliti yang tertarik untuk meneliti mengenai variable-variabel yang
mempengaruhi likuiditas bank, disarankan untuk mengkaji konsistensi temuan ini
dengan mengembangkan metodologi penelitiannya, variabel, dan pengukuran
variabel.
DAFTAR PUSTAKA
108
Algifari. „„Analisis Teori Regresi”. Yogyakarta: BPFE, 2000
Arief, Sritua. “Metodologi Penelitian”. Jakarta : UI Press, 1993
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Prektek”, Jakarta
: PT Rineka Cipta, 2002
Bahtiar, Usman. “Analisis rasio keuangan dalam meprediksi perubahan laba
pada bank-bank di Indonesia”. Tesis program Pasca Sarjana Megister
Manajemen Undip, 2003
Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, Edisi Kedua, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2005
………………………”Manajemen Perbankan”. Bogor: Ghalia Indonesia, 2003
Frida, Anisawati. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Likuiditas
Dengan Pendekatan Loan to Deposit Ratio pada PT. BRI (Persero) Tbk.
Cabang Malang”. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijya Malang, 2006
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta : FE UIN, 2007
Harahap. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”. Yogyakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2002
Haryati, Sri. “Analisis Kebangkrutan Bank: Bunga Rampai Kajian Teori
Keuangan In Memorian Prof. Dr. Bambang Riyanto”. Yogyakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 2002
Husnan, Suad, 2002 “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapannya”,
Yogyakarta : Liberty, 2002
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2008
…………..”Dasar-Dasar Perbankan”. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003
Nasiruddin. “Faktor-faktor yang memepengaruhi loan deposito ratio (LDR) di
bank BPR wilayah kerja kantor bank semarang”. Tesis program Studi
Magister Manajemen Undip, 2005
109
Mulyono. “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Yogyakarta:
BPFE. 1994
Reksoprayitno, “Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Bank Umum dan
Penerapannya di Indonesia”. Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE, 1992
Republik Indonesia. „„Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan‟‟. Jakarta, 1998
Riyanto , Bambang. “Dasar-dasar Pembalanjaan”, Yogyakarta : BPFE, 2003
Sholikah, Nurwati. “Analisis pengaruh variabel simpanan masyarakat, pinjaman
yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional,
investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to
Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan
Tengah”. Thesis, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya Malang.
2000
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta, 2004
………………………….. „„Manajemen Bank Umum”. Jakarta : Intermedia, 1993
Sinungan, Muchadarsyah. “Manajemen Dana Bank”. Jakarta : Bumi aksara, 2003
………………………….. Manajemen Dana Bank. Jakarta : Edisi Kedua Cetakan
Ketiga, 1999
Smryn . “Akuntansi Manajerial”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Suliyanto, E. Agus. “Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula”. Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007
Taswan. “Akuntansi Perbankan, Transaksi Dalam Valuta Rupiah”. Yogyakarta :
UPP AMP YKPN, 1997
Umar, Husein. “Research Method in Finance and Banking”. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2000
www.idx.co.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO
BANK UMUM GO PUBLIC
Tahun 2007
No Nama Bank Pinjaman Simpanan LDR %
1 Agroniaga 1,956,450 2,537,445 77%
2 Artha Graha Internasional 7,348,850 9,156,092 80%
3 Bukopin 18,801,342 29,291,878 64%
4 Bumi Arta 782,734 152,753,693 51%
5 Bumi Putera Indonesia 4,328,973 5,235,016 83%
6 Capital Indonesia 566,769,918 777,280,269 73%
7 Central Asia 80,702,481 189,172,191 43%
8 Danamon Indonesia 49,858,293 57,803,865 86%
9 Ekonomi Raharja 7,229,944 14,098,648 51%
10 Eksekutif Internasional 878,918 1,147,176 77%
11 Himpunan Saudara 1960 1,145,697 1,240,201 92%
12 Internasional Indonesia 28,519,581 36,971,060 77%
13 Kesawan 1,291,410 1,913,191 68%
14 Mandiri 125,488,384 247,355,023 51%
15 Mayapada Internasional 3,023,509 2,953,338 102%
16 Mega 13,843,320 30,030,996 46%
17 Negara Indonesia 3,918,827 10,270,399 38%
18 Niaga 83,214,985 146,188,546 57%
19 NISP 18,857,535 21,439,660 88%
20 Nusantara Parahyangan 1,629,278 3,359,595 48%
21 Pan Indonesia 28,290,884 31,321,133 90%
22 Permata 35,748,521 30,071,547 119%
23 Rakyat Indonesia 105,923,763 165,599,983 64%
24 Swadesi 605,182,897 999,724,389 61%
25 BTPN 7,573,846 8,802,451 86%
26 Victoria Internasional 1,953,182 3,585,237 54%
27 Windhu Kencana Internasional 486,449 1,142,225 43%
KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO BANK UMUM GO PUBLIC
Tahun 2008
No Nama bank Pinjaman simpanan LDR %
1 Agroniaga 1,964,360 2,039,344 96%
2 Artha Graha Internasional 9,641,673 10,497,650 92%
3 Bukopin 22,401,357 27,521,206 81%
4 Bumi Arta 935,451 1,585,451 59%
5 Bumi Putera Indonesia 4,667,760 5,820,391 80%
6 Capital Indonesia 669,775,071 1,000,260,281 67%
7 Central Asia 110,026,861 209,528,921 53%
8 Danamon Indonesia 63,410,474 73,969,078 86%
9 Ekonomi Raharja 9,757,606 16,104,971 61%
10 Eksekutif Internasional 919,626 1,322,717 70%
11 Himpunan Saudara 1960 1,498,742 1,493,137 100%
12 Internasional Indonesia 34,344,477 43,525,226 79%
13 Kesawan 1,470,800 1,992,060 74%
14 Mandiri 162,637,788 289,112,052 56%
15 Mayapada Internasional 3,900,181 3,971,875 98%
16 Mega 18,749,051 29,381,005 64%
17 Negara Indonesia 3,531,385 5,116,022 69%
18 Niaga 106,342,351 163,164,358 65%
19 NISP 20,401,154 27,123,471 75%
20 Nusantara Parahyangan 2,149,250 3,294,752 65%
21 Pan Indonesia 35,282,456 46,043,679 77%
22 Permata 48,599,566 42,768,849 114%
23 Rakyat Indonesia 152,217,543 201,537,439 76%
24 Swadesi 860,909,612 1,053,812,210 82%
25 BTPN 10,136,195 11,380,149 89%
26 Victoria Internasional 2,122,976 4,019,644 53%
27 Windhu Kencana Internasional 1,409,483 1,678,972 84%
KONDISI LOAN DEPOSIT RATIO BANK UMUM GO PUBLIC
Tahun 2009
No Nama bank Pinjaman Simpanan LDR %
1 Agroniaga 1,904,944 2,454,297 78%
2 Artha Graha Internasional 10,787,836 13,071,296 83%
3 Bukopin 24,013,722 31,915,503 75%
4 Bumi Arta 960,847,390 1,927,093,075 50%
5 Bumi Putera Indonesia 5,188,764 5,942,777 87%
6 Capital Indonesia 1,206,115 2,451,524 49%
7 Central Asia 119,595,661 245,139,946 49%
8 Danamon Indonesia 58,367,570 67,216,228 87%
9 Ekonomi Raharja 8,506,585 19,011,840 45%
10 Eksekutif Internasional 929,312 1,308,017 71%
11 Himpunan Saudara 1960 1,896,719 2,027,791 94%
12 Internasional Indonesia 36,500,149 47,341,248 77%
13 Kesawan 1,417,669 2,139,959 66%
14 Mandiri 184,690,704 319,550,381 58%
15 Mayapada Internasional 4,961,855 6,040,576 82%
16 Mega 18,352,062 32,803,732 56%
17 Negara Indonesia 3,418,595 5,949,459 57%
18 Niaga 113,922,685 188,468,987 60%
19 NISP 21,283,245 30,216,044 70%
20 Nusantara Parahyangan 2,539,719 3,473,107 73%
21 Pan Indonesia 39,967,098 56,234,487 71%
22 Permata 51,563,847 45,720,638 113%
23 Rakyat Indonesia 194,242,503 255,928,261 76%
24 Swadesi 967,683,852 1,210,110 80%
25 BTPN 15,453,805 18,514,788 83%
26 Victoria Internasional 2,713,514 5,617,636 48%
27 Windhu Kencana Internasional 1,560,056 2,421,260 64%
Lampiran 2
GRAFIK NORMALITAS
GRAFIK HETEROSKEDESITAS
Lampiran 3
TABEL
KOEFISIEN REGRESI
Variabel Unstandardized
Coeficients (B)
T-Hitung Sig.
B Std Error
(Constant) 89.601 16.185 5.536 0.000
Simpanan -15.536 4.455 -3.487 0.001
Pinjaman 14.754 4.706 3.135 0.002
Aktiva Tetap -1.773 2.331 -.761 0.449
TABEL
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin
Watson
1 .328a
.146 .113 16.48633 2.220
TABEL
F-Hitung
Model Summaryb
Change Statistics Durbin
Watson R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
.146 4.382 3 77 .007 2.220
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Jaenal Abidin
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 April 1985
3. Agama : Islam
4. Alamat : Kembangan Utara Pondok Cabe Rt
07/01 Jakarta Barat
5. Nama Orang Tua :
Ayah : H. Namin
Ibu : Hj. Sumiati
6. Pekerjaan Orang Tua :
Ayah : Buruh
Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Pendidikan :
a. SDN 01 PG Kembangan Utara : Lulus Tahun 1999
b. Mts. Annida Al-Islamy Bekasi ; Lulus Tahun 2001
c. MA. Annida Al-Islamy Bekasi : Lulus Tahun 2004
ii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable Simpanan
Masyarakat, Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap tcrhadap
Likuiditas Bank Umum Go Publik. Teknik sampling yang digunakan adalah
sensus, dengan sample sejumlah 27 bank yang Go Publik di BEI periode 2007-
2009. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan
kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien
regresi parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara
bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% dan mengetahui faktor mana yang
paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum. Selain itu juga dilakukan
uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedatisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan
bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas dan uii autokorelasi tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik.
Hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan variabel-variabel bebas yang diteliti mempengaruhi
likuiditas bank umum dan secara parsial variable simpanan masyarakat, pinjaman
yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap likuiditas bank umum dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit
Ratio (LDR). Variabel pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh yang paling dominan dengan arah yang positif terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR) bank. Bank umum yang memberikan jumlah kredit
yang tinggi cenderung akan mengalami kesulitan likuiditas. Karena dengan
adanya peningkatan pemberian kredit akan meningkatkan risiko kredit bermasalah
sehingga mengakibatkan aliran masuk yang berupa cicilan pokok beserta
pendapatan bunga akan tergganggu.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah
SWT karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya, juga sholawat dan salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya, serta dengan usaha sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN
MASYARAKAT, JUMLAH PINJAMAN YANG DIBERIKAN, INVESTASI
PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK UMUM GO
PUBLIC DI BEI PERIODE 2007-2009”. Sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Perbankan pada Fakultas
Ekonomi Universitas Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyadari dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak dapat terlepas dari
bantuan, dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid. M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB. selaku Ketua Jurusan
Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Drs. Ade Ananto Terminanto, MM, selaku Dosen Pembimbing II atas
iv
segala pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan
skripsi.
4. Kedua Orang Tuaku, serta keluarga besar atas cinta, kasih sayang, doa,
semangat dan bimbingan serta dukungannya baik materiil dan spirituil
yang tiada henti-hentinya diberikan selama ini.
5. Segenap Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan
Manajemen atas semua ilmu yang bermanfaat dan bantuannya.
6. Arief Eko Setiawan yang telah membantu dan mensuport, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
7. Sahabatku Deni, Ina, Ahmad, Ria, Anjar serta teman-temanku yang tidak
bisa disebutkan satu-satu yang terus memberikan semangat dan
dukungannya selama ini
8. Serta semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 20 November 2010
Penulis
Jaenal Abidin
v
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………… i
ABSTRAKSI………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….… viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 9
A. Lembaga Perbankan…………………………………………… 9
B. Sumber-sumber Dana Bank…………………………………… 31
C. Alokasi Dana Bank…………………………………………….. 39
D. Penyaluran Kredit………………………………………………. 40
E. Investasi Aktiva Tetap…………………………………………. 52
F. Likuiditas Bank…………………………………………………. 53
G. Loan Deposit Ratio……………………………………………… 60
H. Variable-variabel yang mempengaruhi………………………… 61
I. Penelitian Sebelumnya………………………………………….. 65
vi
J. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 68
K. Hipotesis Penelitian…………………………………………… 69
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………… 70
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………..…………… 70
B. Populasi dan sampel Penelitian………..……………………... 70
C. Sumber Data………….……………………………………….. 71
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………… 72
E. Definisi Operasional Variabel………………………………….. 73
F. Hipotesis Penelitian…………………………………………….. 74
G. Metode Analisis Data………………………………………….. 74
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………… 80
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia……………………………… …. 80
B. Kondisi Umum LDR dan Variabel-variabel yang Mempengaruhi. 85
1. Kondisi Loan Deposit Ratio Bank Umum………………… 85
2. Kondisi Simpanan Masyarakat Bank Umum……….……. 87
.
3. Kondisi Pinjaman yang diberikan Bank Umum………….. 88
4. Kondisi Investasi Aktiva Tetap Bank Umum…………….. 89
C. Analisi Data……………………………………………....……. 90
1. Pengujian Asumsi Klasik…………………………………… 89
2. Pengujian Hipotesis Statistik ……………………………… 94
a. Uji F-Statistik…………………………………………… 94
b. Uji T-Statistik…………………………………………… 95
c. Uji Determinasi (R2)…………………………………… 98
vii
d. Regresi Liner Berganda………………………………... 99
D. Interpretasi Penelitian……………..…………………….……… 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 105
A. Kesimpulan………………………………………………….… 105
B. Saran…………………………………………………………… 106
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 107
LAMPIRAN………………………………………………………….. 109
viii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
3.1 Daftar Bank Umum Go Public 2007-2009 71
4.1 Kondisi Tingkat LDR Bank Umum 85
4.2 Kondisi Tingkat Simpanan Masyarakat 87
4.3 Kondisi Tingkat Kredit yang Diberikan 88
4.4 Kondisi Tingkat Investasi Ativa Tetap 89
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas 91
4.6 Koefisien Durbin Watson 92
4.7 Pengujian Hipotesis F-statistik 95
4.8 Pengujian Hipotesis t-Statistik 95
4.9 Koefisien Determinasi (R2) 98
4.10 Koefisien Regresi 100
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 68
4.1 Hasil Uji Normalitas 91
4.2 Hasil Uji Heteroskedesitas 94