makalah direct method-erina

18
1 DIRECT METHOD MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendekatan dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Semester II TA 2012/2013 Dosen Pengampu : Dr. Abdul Munip, M.Ag Penyusun : Erina Zuhratul Itriyah NIM : 1220411155 KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

Upload: erina-zuhratul-itriyah

Post on 15-Feb-2015

592 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Direct Method-erina

1

DIRECT METHOD

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendekatan dan Metodologi Pembelajaran

Bahasa Arab

Semester II TA 2012/2013

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Munip, M.Ag

Penyusun :

Erina Zuhratul Itriyah

NIM : 1220411155

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Direct Method-erina

2

DIRECT METHOD

A. Pendahuluan

Metode adalah prinsip-prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa1.

Sedangkan Metode Langsung (direct method), yaitu pengajaran bahasa kedua atau asing

yang bertujuan untuk menggabungkan bahasa dan pengalaman dalam situasi tanpa

perantaraan bahasa ibu (tanpa penerjemahan), antara lain dengan mempergunakan

percakapan dan bacaan.2

Tulisan ini bermaksud menguraikan makna dari metode Direct Method/Metode

Langsung (al-Thariqah al-Mubâsyarah), latar belakang munculnya, asumsi atau konsep

dasar dan pendekatan dalam metode ini, desain, prosedur dan teknik penyajian,

keunggulan dan kelemahan, dan aplikasi Metode Langsung ini dalam pembelajaran

bahasa Arab di Indonesia, serta contoh materi dengan metode ini.

B. Pembahasan

Sekitar abad kedua puluh, berkembang pemikiran dikalangan para pemerhati

dalam bidang pendidikan, yang meyakini bahwa para pelajar, dengan mudah bisa

menguasai suatu bahasa, dengan cara banyak menyimak dan belajar berbicara, serta

meniru ucapan dan menghubungkan suatu ungkapan dengan konteks yang sesuai. Para

pengusung pemikiran ini menyimpulkan bahwa metode ini mirip seperti metode ketika

para pelajar sedang mempelajari bahasa ibunya, dan juga mirip dengan metode

mempelajari bahasa kedua (bahasa asing) tanpa banyak kesulitan, ketika mereka

berpindah ke lingkungan berbahasa asing tersebut.

Usaha pengumpulan dan pengembangan dari metode-metode lingual dan metode-

metode alamiah (natural), telah menciptakan suatu metode baru yang disebut Metode

Langsung, yang mendasarkan pada upaya mengasosiasikan kosakata dan kalimat bahasa

asing dengan berbagai benda dan kejadiannya langsung, tanpa menggunakan bahasa ibu

(hanya menggunakan bahasa target).3

1 Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik. Edisi IV Cetakan II. (Jakarta: Gramedia, 2009). Hal. 153 2 Ibid. Hal. 154 3 Mahmud Kamil al-Nâqah. Ta’lim al-Lugah al-Arabiyah Li an-Nâthiqîn bi Lugâtin Ukhro. Ususuhu-Madâkhiluhu-Thuruqu

Tadrîsihi. (Makkah al-Mukarramah: Universitas Ummul Quro. 1985). Hal. 74

Page 3: Makalah Direct Method-erina

3

Menurut Al-Nâqah, munculnya Metode Langsung ini memiliki kaitan yang erat

dengan tiga metode yaitu: Metode Psikologis (Al-thariqah al-nafsiyah/ al-sikûlûjiyyah).

Metode fonetik (al-thariqah al-shautiyyah), dan Metode alamiah (al-thariqah al-

thabi’iyyah).4

Jadi Metode Langsung ini lebih menekankan pada kemahiran menyimak dan

berbicara. Kegiatan belajar-mengajar dalam Metode Langsung menekankan pada

hubungan langsung antara kata dan frase dengan benda dan tindakan, tanpa perlu

menggunanakan bahasa pertama siswa sama sekali. Keterampilan komunikasi lisan ini

dikembangkan lewat progresi tahap demi tahap yang dirancang secara seksama, yang

dilakukan dengan kegiatan tanya jawab antara guru dengan siswa dalam kelas yang kecil

dan intensif.

Karena tata bahasa diajarkan secara induktif atau digunakan dalam kalimat-

kalimat yang diucapkan guru dan siswa, dan tidak diajarkan langsung, maka lama-lama

siswa bisa menyimpulkan sendiri bagaimana yang benar. Dan materi linguistik yang baru

selalu diperkenalkan pertama kali secara lisan.5

Latar Belakang Munculnya Metode Langsung

Sebagaimana yang ditulis Juwairiyah Dahlan (1992) dan Ahmad Fuad Effendy

(2012), metode ini muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran

bahasa dengan Metode Gramatika Terjemah, yang dianggap kurang efektif dan gagal.

Di samping itu, bertambahnya jumlah masyarakat Eropa dari berbagai negara

yang menjalin komunikasi antar mereka sendiri menyebabkan mereka merasakan adanya

kebutuhan yang mendesak untuk menguasai sebuah bahasa yang bisa menjadi lingua

franca secara aktif dan produktif. Buku-buku pelajaran bahasa asing yang beredar di

pasaran pada saat itu kurang memuaskan mereka karena tidak mengajar bahasa asing

secara praktis dan efektif, tetapi hanya “berbicara tentang bahasa”. Berkembangnya

metode ini ditandai dengan penolakan mentah-mentah oleh para penganutnya terhadap

Metode Gramatika-Tarjamah.6

4 Ibid. 5 Syukri Ghazali. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. (Bandung: Refika

Aditama, 2010). Hal. 93-94 6 Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran bahasa Arab, Cetakan II, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam

Kementrian Agama, Juli 2012). Hal. 69

Page 4: Makalah Direct Method-erina

4

Ada beberapa tokoh yang telah berusaha dengan gigih untuk mencari metode

yang dianggap lebih efektif dan berhasil –disaat itu- untuk metode pengajaran bahasa

asing. Mereka itu antara lain Francois Gouin, seorang guru bahasa Latin berkebangsaan

Perancis pada abad XIX, dialah orang pertama yang mengajarkan “direct method”7,

dengan menerbitkan karyanya“ L’art d’einseigner et d’etudier les Langueś (1880), dan

diterjemahkan kedalam bahasa Inggris pada tahun 1892 dengan judul “The Art of

Teaching and Studying Languages”8

Metode Langsung merupakan revisi dari “Grammar Translation Method” karena

metode ini dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran,

penerjemahan dilarang digunakan.

Metode pengajaran langsung (Direct Method), sering disebut juga dengan metode

Berlitz9. Metode ini digunakan di sekolah-sekolah Berlitz sebagai metode utama pada

sekitar tahun 1920 an. Semua sekolah Berlitz menggunakan metode langsung (Direct

Method) dalam pengajaran bahasa asing di sekolahnya. Kemudian metode ini

berkembang ke sekolah lainnya di Amerika dan Eropa yang secara rutin menerapkan

metode ini.

Pada waktu yang sama, metode ini juga digunakan untuk pengajaran bahasa Arab,

baik dinegeri Arab maupun di negeri-negeri islam di Asia termasuk di Indonesia.10

Pendekatan Metode Langsung

A. Hakikat bahasa

Metode ini melihat bahasa sebagai apa yang diucapkan oleh penutur asli bahasa

itu. Dengan demikian para pelajar bahasa tidak hanya mempelajari bahasa sasaran tetapi

juga mempelajari budaya dari penutur asli. Metode ini juga menyatakan bahwa bahasa

adalah suatu himpunan dari aturan-aturan tata bahasa dan kosa kata yang terkait dengan

situasi-situasi yang riil. Mempelajari bahasa asing berarti bahwa para siswa mampu

berkomunikasi dengan bahasa tersebut, baik secara lisan maupun tulisan.

7 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. (Surabaya: Penerbit Al-ikhlas, 1992). Hal:104 8 Henry Guntur Tarigan. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Edisi Revisi. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2009). Hal. 39 9 Muljanto Sumardi. Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi . Cetakan II. (Jakarta: Penerbit Bulan

Bintang, 1975). Hal. 33 10 Ahmad Fuad Effendy. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Cetakan V. (Malang: Penerbit Misykat, 2012). Hal. 47

Page 5: Makalah Direct Method-erina

5

Metode Langsung juga melihat bahwa empat keterampilan berbahasa -

mendengar, berbicara, membaca dan menulis- saling menguatkan antara yang satu

dengan yang lain. Hanya saja kemampuan berbicara dianggap sebagai pondasi utama.

Bahasa pada dasarnya adalah sistem lisan, bukan tulisan, membaca dan menulis bisa

diberikan sejak awal tetapi hendaknya diberikan setelah para siswa berlatih menggunakan

bahasa lisan.11

B. Hakikat belajar bahasa

Metode ini berpijak dari pemahaman, bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama

halnya dengan mengajar ilmu pasti atau ilmu alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa

dituntut agar dapat menghafal rumus- rumus tertentu, berpikir dan mengingat, maka

dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktik langsung mengucapkan kata-

kata atau kalimat- kalimat tertentu. Sekalipun kata- kata atau kalimat tersebut mula- mula

masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata- kata dan

kalimat- kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.

Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajar bahasa kepada

anak- anaknya mula- mula dengan melatih anak- anaknya langsung dengan

mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat, dan

anaknya menurutinya meskipun kita lihat terasa lucu. Misalnya ibunya mengajari “

Ayah” maka anaknya menyebut “ Aِah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak

mengenali kata- kata itu dan akhirnya ia mengerti pula tentang maksudnya.

Pada prinsipnya, metode langsung ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing,

karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa

menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terihat sulit

anak didik untuk menirukannya, tapi metode ini menarik bagi anak didik12

.

Di samping asumsi-asumsi di atas, metode ini juga meyakini asumsi-asumsi

berikut: Pertama, Makna bahasa akan lebih jelas bila disajikan dengan menghadirkan

benda fisik, seperti gambar, isyarat-isyarat dan pantomim. Terjemahan memang bisa

11 Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin. Op cit. Hal. 70 12 Tayar Yusuf dan Saiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Cetakan II. (Jakarta: Grafindo Persada,

1997). Hal. 153

Page 6: Makalah Direct Method-erina

6

menjadi cara mudah untuk membuat makna menjadi jelas tetapi tidak akan membuat para

siswa belajar bahasa sasaran secara alami.

Kedua, Koreksi sendiri (self-correction) yang dilakukan oleh siswa lebih efektif

dibandingkan dengan koreksi guru. Koreksi jenis ini akan membuat para siswa berpikir

dalam bahasa sasaran, tidak hanya membeo. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meminta

mereka membuat suatu pilihan antara apa yang mereka katakan dan alternatif jawaban

yang diberikan oleh guru. Self-correction dapat juga dilaksanakan dengan mengulangi

apa yang mereka katakan dengan nada tanya jawab yang mengisyaratkan kepada para

siswa bahwa ada sesuatu yang salah dalam perkataan mereka.

Ketiga, Kosa kata akan lebih gampang dipelajari jika digunakan dalam kalimat-

kalimat dibanding dengan hanya dengan hafalan. Guru bisa mengulangi kata-kata baru

dengan menanyakanya kepada para siswa berulang kali dalam beberapa konteks yang

berbeda dan dengan menghadirkan situasi-situasi yang bisa memancing para siswa untuk

menggunakan kata-kata tersebut.

Keempat, Mengajarkan bahasa lain berarti mengambil sebuah peran sebagai

seorang mitra bagi para siswa dalam kegiatan komunikasi. Interaksi antara guru dan para

siswa adalah interaksi dua arah. Guru bisa bertanya kepada para siswa dan sebaliknya.13

Jadi metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa

kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu. Juga didasarkan atas asumsi

yang bersumber dari hasil-hasil kajian psikologi asosiatif. Berdasarkan kedua asumsi

tersebut, pengajaran bahasa khususnya pengajaran kata dan kalimat harus dihubungkan

langsung dengan benda, sampel atau gambarnya, atau melalui peragaan, permainan

peran, dan lain sebagainya. Dalam metode ini, pembelajar harus dibiasakan berpikir

dalam bahasa target, oleh karena itu penggunaan bahasa ibu pembelajar dihindari sama

sekali.14

Desain Metode Langsung

A. Tujuan [Umum dan Khusus]

13 Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin. Op cit. Hal. 71 14 Ahmad Fuad Effendy. Op.cit. Hal. 47

Page 7: Makalah Direct Method-erina

7

Para guru yang menggunakan Metode Langsung bertujuan agar para siswa bisa

mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi dalam bahasa sasaran. Untuk bisa

melakukan hal tersebut dengan sukses, penting bagi para siswa untuk belajar berpikir

dalam bahasa sasaran.

B. Model silabus

Silabus yang digunakan dalam Metoda Langsung didasarkan pada situasi-situasi

(sebagai contoh, satu unit akan berisi dari ungkapan-ungkapan yang digunakan di bank,

dan unit yang lain berisi ungkapan-ungkapan ketika berbelanja) atau topik-topik (seperti

geografi, uang, atau cuaca). Tata bahasa diajar secara induktif; yaitu para siswa

diperkenalkan dengan contoh-contoh terlebih dahulu lalu mereka berusaha memahami

kaidah-kaidah atau generalisasi kaidah yang berada di balik contoh-contoh tersebut.

Aturan tata bahasa yang tegas (eksplisit) tidak boleh diberi. Para siswa mempraktekkan

kosa kata dengan menggunakan kata-kata baru tersebut dalam kalimat-kalimat lengkap.

Dengan demikian pemilihan materi ajar lebih ditekankan pada pengajaran kosa kata dari

pada tata bahasa.

C. Jenis kegiatan belajar-mengajar

Meskipun perhatian terhadap keempat ketrampilan berbahasa (membaca, menulis,

berbicara, dan mendengarkan) terjadi sejak awal, tetapi komunikasi lisan dianggap

sebagai dasar. Dengan demikian, latihan membaca dan menulis didasarkan pada latihan

lisan yang telah dipraktektakkan terlebih duhulu oleh siswa. Pelafalan yang benar juga

mendapatkan perhatian sejak awal pelajaran.

Kemampuan berbahasa yang lebih diutamakan adalah kemampuan berbicara,

bukan kemampuan menulis. Oleh karena itu, para siswa belajar berbicara sehari-hari

yang wajar dalam bahasa sasaran. Mereka juga mempelajari budaya dan sejarah orang-

orang yang berbicara dengan bahasa sasaran yang mereka pelajari, geografi dari negeri

atau negara-negara di mana bahasa itu digunakan sebagai bahasa percakapan, dan

informasi tentang hidup sehari-hari dari para pembicara bahasa target.

Guru-guru yang menggunakan metode ini berkeyakinan bahwa siswa perlu

menghubungkan makna dan bahasa sasaran secara langsung. Untuk melakukan hal ini,

Page 8: Makalah Direct Method-erina

8

ketika guru memperkenalkan suatu kata atau frasa baru, ia akan mendemonstrasikan

maknanya melalui pemakaian realia, gambar-gambar, atau pantomim; ia tidak pernah

menerjemahkannya ke dalam bahasa pembelajar. Bahasa pribumi siswa tidak boleh

digunakan di dalam kelas. Para siswa berbicara sebagian besar dalam bahasa sasaran dan

mereka berkomunikasi seolah-olah mereka dalam situasi-situasi yang riil.

D. Peranan pembelajar, pengajar dan bahan ajar

Meskipun guru mengarahkan aktivitas di kelas, peran siswa lebih aktif

dibandingkan peran mereka dalam Metode Tata Bahasa-Terjamah. Guru dan para siswa

lebih seperti mitra dalam pembelajaran. Di samping berfungsi sebagai seorang mitra,

guru juga adalah seorang fasilitator; ia menunjukkan kepada para siswa apa kesalahan

yang mereka lakukan dan bagaimana cara mereka mengoreksi kesalahan tersebut.

Inisiasi interaksi pembelajaran berasal dari kedua belah pihak, dari guru kepada

para siswa dan sebaliknya dari siswa kepada guru, meskipun inisiasi dari siswa sering

berada dalam pengarahan guru. Para siswa juga berbicara antara yang satu dengan yang

lain.

Evaluasi dalam Metode Langsung dilakukan lebih banyak secara informal, para

siswa diminta untuk menggunakan bahasa, bukan untuk menunjukkan pengetahuan

mereka sekitar bahasa. Mereka diminta untuk melakukannya baik dengan ketrampilan

lisan maupun tulisan. Sebagai contoh, para siswa bisa jadi diwawancarai secara lisan oleh

guru atau boleh jadi diminta untuk menulis suatu alinea tentang sesuatu yang sudah

mereka pelajari.15

Prosedur dan Teknik Metode Langsung

Adapun menurut Muljanto Sumardi, metode ini bercirikan :

a. Materi pelajaran terdiri dari kata- kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan

sehari- hari.

b. Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan

cara menghafal aturan- aturan gramatika.

15Aziz Fakhrurrozi dan Erta Mahyudin. Op cit. Hal. 72-73

Page 9: Makalah Direct Method-erina

9

c. Arti yang konkrit diajarkan dengan menggunakan benda- benda sedangkan arti yang

abstrak melalui asosiasi

d. Banyak latihan- latihan mendengar dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai

penguasaan bahasa secara otomatis.

e. Aktivitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas.

f. Bacaan mula- mula diberikan secara lisan.

g. Sejak permulaan murid dilatih untuk “berpikir dalam bahasa asing”.16

Prinsip Metode langsung ini terlihat dengan jelas dalam pedoman pengajaran

bahasa lisan berikut ini, yang masih diikuti dengan baik pada sekolah-sekolah Berlitz

kontemporer:

Jangan terjemahkan, tetapi demonstrasikan

Jangan jelaskan, tetapi perankan

Jangan buat pembicaraan, tetapi ajukan pertanyaan-pertanyaan

Jangan tiru kesalahan, tetapi koreksi/perbaiki

Jangan berbicara dengan kata-kata tunggal, tetapi pakailah kalimat-kalimat

Jangan berbicara terlalu banyak, tetapi buat para siswa berbicara banyak

Jangan pakai buku, tetapi gunakan rencana pelajaran anda

Jangan melompat-lompat, tetapi turuti rencana anda

Jangan terlalu cepat, tetapi sesuaikan dengan dengan kecepatan siswa

Jangan berbicara terlalu lambat, tetapi berbicaralah secara wajar

Jangan berbicara terlalu cepat, tetapi berbicaralah secara alamiah

Jangan berbicara terlalu keras, tetapi berbicaralah secara alamiah

Jangan tergesa-gesa, tetapi tenang dan sabar17

Adapun langkah-langkah penyajian dalam metode ini bervariasi, namun secara

umum adalah sebagai berikut:

a. Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan

menunjuk bendanya atau gambar benda itu. Siswa menirukan berkali-kali sampai

benar pelafalannya dan faham maknanya.

16 Muljanto Sumardi. Op.cit. Hal. 33 17 Henry Guntur Tarigan. Op.cit. Hal. 100

Page 10: Makalah Direct Method-erina

10

b. Latihan selanjutnya berupa tanya jawab dengan kata tanya "ma, hal, aina, limadza"

dan lain-lain sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. Model interaksi bervariasi, bisa

dimulai dengan klasikal, kemudian kelompok, dan akhirnya individual.

c. Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan, maka siswa

diminta untuk membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar

kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.

d. Kegiatan berikutnya adalah menjawab pertanyaan secara lisan atau latihan yang ada

di dalam buku, dialnjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.

e. Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai materi

tambahan, seperti cerita humor, cerita yang mengandung hikmah, peribahasa dan

lain-lain yang bisa menarik perhatian siswa. Karena pendek dan menarik, biasanya

siswa menghapalnya diluar kepala.

f. Materi tata bahasa diberikan pada tingkat tertentu secara induktif.18

g. Diawal pembelajaran siswa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat- kalimat

sempurna dan mempunyai makna yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah

memahaminya.

h. Nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran

nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela- sela penggunaan

ungkapan- ungkapan bahasa dan kalimat- kalimat yang muncul dalam percakapan.

i. Teks arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosakata

serta susunan yang ada didalamnya. Dan juga siswa tidak menulis teks Arab sebelum

mereka bisa membaca dengan baik serta memahaminya.

j. Penerjemahan dari dan ke bahasa Arab adalah sesuatu yang harus dihindari dalam

metode ini, sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan bahasa Arab dengan bahasa

apapun.

k. Pengembangan ketrampilan kognitif siswa seperti kemampuan analogis dan analisis

merupakan hal yang tidak boleh menyibukkan perhatian pemakai model ini.

l. Penjelasan kata- kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa

Arab dengan berbagai model, seperti syarhu al-ma’na, murodif (sinonim) atau

18 Ahmad Fuad Effendy. Op.cit. Hal. 49. Lihat juga Syamsudin Asyrofi,dkk. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.

(Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan kalijaga, 2006). Hal. 104

Page 11: Makalah Direct Method-erina

11

memakai mudladad (antonim) atau dengan contoh penggunaannya dalam kalimat

lengkap.19

Keunggulan dan Kelemahan Metode Langsung

Metode langsung memiliki beberapa kelebihan, antara lain; Pertama, Para siswa

terampil menyimak dan berbicara. Kedua, Siswa menguasai pelafalan dengan baik seperti

mendekati penutur asli. Ketiga, Siswa mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya

dalam kalimat. Keempat, Siswa memiliki keberanian dan spontanitas dalam

berkomunikasi karena dilatih berfikir dalam bahasa sasaran sehingga tidak terhambat

oleh proses penerjemahan. Kelima, Siswa menguasai tata bahasa secara fungsional tidak

sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.

Sedangkan kelemahannya antara lain: Pertama, Para siswa lemah dalam

kemampuan membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa

lisan. Kedua, Metode ini memerlukan guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa

dan kelincahan dalam penyajan pelajaran. Ketiga, Metode ini tidak bisa dilaksanakan

dalam kelas besar. Keempat, Tidak diperbolehkannya penggunaan bahasa ibu bisa

berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak dan terjadinya

kesalahan persepsi pada diri siswa. Kelima, Model latihan menirukan dan menghafalkan

kalimat-kalimat yang seringkali tidak bermakna atau tidak realistis bisa membosankan

bagi orang dewasa. Keenam, Metode ini juga dikritik oleh para ahli dari segi kelemahan

teoritisnya yang menyamakan antara pemerolehan bahasa pertama dengan pembelajaran

bahasa kedua/asing20

. Akibatnya jika berhasil, yang dianggap memiliki andil besar adalah

keterampilan umum dan kepribadian guru, bukan metodologinya.

Selain itu, metode ini tidak cocok bagi seorang pembelajar bahasa yang tidak

memiliki waktu yang cukup banyak untuk berlatih dengan pola-pola untuk membuat

mereka terampil dan memahami kaidah atau tata bahasa secara baik, sehingga mereka

kadang kala tidak dapat memberikan pemahaman atau terjemah yang benar.21

Pada akhir perempat pertama abad kedua puluh, penggunaan Metode Langsung

menurun di Eropa dan Amerika Serikat. Kebanyakan kurikulum bahasa kembali ke

19 Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN- Malang Press, 2008). Hal. 23-25 20 Ahmad Fuad Effendy. Op.cit. Hal. 49. Lihat juga Syamsudin Asyrofi,dkk. Op.Cit. Hal. 105 21 Suja’I, Inovasi Pembelajaran BahasaArab, Strategi dan Metode pengembangan Kompetensi . (Semarang: Walisongo Press,

2008). Hal.55

Page 12: Makalah Direct Method-erina

12

Metode Penerjemahan Tata Bahasa atau ke “Pendekatan Membaca” yang menekankan

keterampilan membaca dalam bahasa asing. Akan tetapi menarik bahwa pada

pertengahan abad kedua puluh, Metode Langsung dihidupkan kembali dan diarahkan

menjadi metode yang tampaknya paling “revolusioner” dibandingkan semua metode

pengajaran bahasa pada era modern, Metode Audiolingual. Maka gerakanyang boleh

disebut pendek umur dalam pengajaran bahasa ini pun muncul lagi seiring dengan

perubahan angin dan pergeseran pasir dalam sejarah.22

Aplikasi Metode Langsung Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia

Pembelajaran bahasa Arab dilembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional di

Indonesia, sebagaimana yang ada di pesantren-pesantren tradisional, diperlukan waktu

bertahun-tahun untuk memepelajari bahasa Arab sampai benar-benar menguasainya. Itu

pun hanya pada penguasaan kaidah-kaidah bahasa, dengan kemampuan bahasa yang

terbatas. Masih banyak cara-cara klasik dalam pengajaran bahasa Arab, semisal

menerapkan metode gramatika terjemah secara ketat. Dengan metode tersebut, para santri

butuh waktu yang sangat lama untuk bisa menguasai bahasa Arab. Hal ini semakin

memperkukuh anggapan bahwa bahasa Arab sulit, dan untuk menguasainya dibutuhkan

waktu yang lama.

Sebagai respon dari permasalahan tersebut,berbagai metode baru dikembangkan

dan dipergunakan sebagai alternatif proses pembelajaran. Sejak tahun 1900-an, mulai

didirikan lembaga-lembaga pendidikan yang menggunakan Metode Langsung sebagai

alternatif pengajaran bahasa Arab. Menurut Azhar Arsyad, Metode Langsung ini sampai

ke Indonesia melalui buku Prof. Mahmud Yunus (1942) yang sangat terkenal, berjumlah

tiga jilid, yaitu buku Al-Tarbiyah wa al-Ta’lîm.23

Metode langsung ini diterapkan pertama kali di Madrasah Adabiyyah, Padang

Panjang, oleh Ustadz Abdullah pada tahun 1909, kemudian berlanjut ke Dîniyyah Putra

(1915) dan Dîniyyah putri (1923) oleh dua kakak-beradik, Zainuddin Labay el-Yunusi

22 H.Douglas Brown. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi V Pearson Education,Inc. Edisi Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat, 2008). Hal. 54 23 Azhar Arsyad. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya Beberapa Pokok-pokok Pikiran. Cetakan III. (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010). Hal. 68

Page 13: Makalah Direct Method-erina

13

dan Rahmah Labay el-Yunusiah. Metode ini juga diterapkan oleh Mahmud Yunus di

Ma’had al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah dan Normal School (Kulliyatul Mu’allimin al-

islamiyah) di Padang, pada tahun 1931. Pada tahun yang sama, ustadz Abdul Hâkim al-

Muhâmi menerapkan metode ini di Islamic College (al-Kulliyah al-Islâmiyyah) Padang.

Metode ini berkembang dan di praktekkan di KMI (Kulliyatul-Mu’allimîn al-

Islâmiyyah) Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dibawah pimpinan KH. Imam

Zarkasyi, lulusan Normal School Padang, dan juga diterapkan di beberapa pondok-

pondok alumni lainnya.24

Di Pesantren Gontor, pada tahun pertama, pelajaran agama diberikan kepada para

santri dan masih menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantaranya. Sebagian besar

siswa juga mencurahkan perhatiannya untuk belajar bahasa Arab dengan metode

langsung. Pada tahun kedua, ilmu tata bahasa Arab (nahw dan sharf) mulai diberikan

dalam bahasa Arab dengan metode induktif, di samping latihan qira'ah, insya dan

muhadatsah secara intensif. Dalam masa belajar enam tahun, seorang lulusan Pesantren

Modern Gontor ini telah mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab baik secara lisan

maupun tertulis serta mampu membaca dan memahami buku berbahasa Arab dalam

berbagai subjek pengetahuan. Dalam perkembangannya, pengajaran bahasa Arab di

lembaga pendidikan ini tidak hanya dengan menggunakan metode langsung saja, tetapi

mengikuti pembaharuan-pembaharuan yang terjadi di dunia pengajaran bahasa Arab,

seperti pendekatan audiolingual dan pendekatan komunikatif.25

Metode langsung ini juga digunakan dalam mengajarkan materi-materi keislaman,

seperti: fiqh, hadis, tafsir, tauhid, dan semacamnya. Semua kitab ditulis dan diajarkan

dengan bahasa Arab. Hal ini dikuatkan dengan adanya praktik percakapan aktif bahasa

Arab sehari-hari di pesantren-pesantren, khususnya di beberapa pesantren modern yang

secara keras menegakkan disiplin bahasa Arab atau Inggris.26

Beberapa buku yang dijadikan referensi pengajaran bahasa Arab dilembaga-

lembaga tersebut diatas, diantaranya : Qawa’id al-Lugah al-Arabiyyah, An-Nahwu al-

24 Karel A. Steenberink dan Radliyah Zaenuddin dalam Aisyah Tidjani, ”Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab di Mahad Ali

bin Abi Thalib UMY Tahun Ajaran 2006-2007” (Yogyakarta: Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia,

2007). Hal. 25 25 Syamsudin Asyrofi,dkk. Op.cit. Hal. 58 26 Aisyah Tidjani, Op.cit. Hal. 36

Page 14: Makalah Direct Method-erina

14

Wađih, al-Balâgah al-Wâđihah, al-Qirâ’ah al-Rasyîdah, Jawâhir al-Balâgah, al-

Muhâdaśah al-‘Arabiyyah dan lain sebagainya.27

Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, juga menerapkan

metode langsung ini dalam beberapa materi pengajaran bahasa arab dan studi keislaman

dilembaga pendidikan tersebut, yaitu dengan menggunakan rangkaian buku “Silsilah

Ta’lîm al-Lugah al-‘Arabiyah” terbitan Universitas al-Imam Muhammad Ibnu Sa’ud al-

Islamiyah (1993).

Contoh Materi

Berikut ini adalah beberapa contoh materi dengan Metode Langsung:

27 Ibid. 28 Imam Zarkasyi dan Imam Syubâni. Durus al-Lugah al-Arabiyah ‘ala al-Thariq al-Hadîsah. (Ponorogo: Percetakan

Trimurti, tanpa tahun). Hal. 1

Page 15: Makalah Direct Method-erina

15

Dalam menyampaikan materi ini, seorang pengajar akan mendemonstrasikan kosa

kata dan kalimat baru secara lisan,dan berulang, dengan membawa alat peraga, semisal

guru mengatakan , maka ia menunjukkan “kertas” kehadapan para siswa, dan tidak

diperbolehkan untuk menggunakan bahasa ibu. Dan para siswa akan diminta untuk

menirukan, dan mengulang-ulang kosa kata tersebut, baik secara bersama-sama ataupun

berpasang-pasangan dengan siswa lainnya. Ketika siswa sudah bisa mengucapkan materi

pelajaran dengan baik, lalu guru menuliskan kosa kata dan kalimat yang telah mereka

pelajari pada waktu itu.

Adapun pengajaran materi tata bahasa menggunakan metode induktif seperti

contoh dibawah ini:

1 5

2 6

3 7

4 8

29 Ali al-Jarimi dan Musthofa Amin. An-Nahwu al-Wadhih fi Qowâid al-Lugah al-Arabiyah. Juz I (Kairo: Dâr al-Ma’ârif,

tanpa tahun). Hal. 13

Page 16: Makalah Direct Method-erina

16

Dalam menyajikan materi tata bahasa, guru terlebih dahulu membacakan contoh-

contoh kalimat berulang-ulang, dan para siswa mengulang-ulang susunan kalimat

tersebut. Kemudian guru mendemonstrasikan makna dari kalimat tersebut. Disini guru

menerangkan bahwa kalimat , , dan , adalah lafadz yang menunjukkan

nama orang ( ). Dan lafadz , , dan , adalah lafadz yang menunjukkan

nama hewan ( ). Adapun lafadz , dan termasuk tumbuh-tumbuhan ( ),

dan seterusnya.

Setelah siswa memahami, setiap jenis kalimat dalam contoh-contoh diatas, lalu

guru menjelaskan kaidah dibawah ini :

3

1

2

3

C. Kesimpulan

Metode Langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar

bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi,

juga dengan menyimak dan berbicara. Sementara kemampuan menulis dan membaca

dikembangkan kemudian. Oleh karena itu, siswa harus dibiasakan berpikir dalam

bahasa sasaran, dan penggunaan bahasa ibu siswa dihindari sama sekali.

Metode ini lahir akibat ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dengan

metode gramatika-terjemahan dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan nyata di masyarakat.

Page 17: Makalah Direct Method-erina

17

Metode ini memperoleh popularitas pada awal abad ke-20 di Amerika dan Eropa. Pada

saat yang sama, metode ini juga digunakan untuk mengajarkan bahasa Arab, baik di

negara-negara Arab maupun di negara-negara Islam yang lain.

Dalam Metode Langsung, yang diutamakan adalah kemahiran menyimak dan

berbicara; sebagai ganti dari memperdalam dan mengotak-atik grammar; keterampilan

menulis, kemampuan membaca, kelancaran terjemahan, agar pelajar tidak hanya mampu

menuangkan fikirannya dengan bahasa tulisan, namun juga dengan bahasa lisan (ujaran).

Tata bahasa diajarkan secara induktif, yaitu dari praktek dan pengalaman dengan

bahasa target. Teks tidak dianalisis secara gramatikal. Budaya yang terkait dengan bahasa

target diajarkan secara induktif. Unsur budaya dianggap aspek penting dalam

pembelajaran bahasa.

Metode Langsung ini memiliki banyak kelebihan, khususnya bagi para pelajar

yang bertujuan mempelajari bahasa asing sebagai alat komunikasi dalam dunia global.

Namun penerapan metode ini masih mengalami banyak hambatan di lapangan, semisal

guru yang kurang memiliki kompetensi, dan siswa yang tidak memiliki banyak waktu

untuk berlatih. Sehingga di Indonesia, penerapan metode Langsung ini masih terbatas di

beberapa pondok pesantren modern dan di beberapa lembaga bahasa yang berafiliasi

langsung dengan Timur Tengah.

D. Penutup

Kesuksesan belajar bahasa kedua, dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

karakteristik pembelajar, faktor linguistik, proses pembelajaran (termasuk didalamnya

metode yang digunakan dalam proses pembelajaran), variable instruksional, tujuan

pembelajaran, dan lain sebagainya. Metode adalah satu bagian kecil dari potongan puzzle

(namun sangat penting), yang menentukan keberhasilan mempelajari bahasa asing.

Dari pembahasan tentang Metode Langsung ini, sebagai metode yang utama dan

memiliki sejarah yang panjang, diharapkan bisa diketahui dan dianalisa metode yang

cocok dan sesuai bagi pembelajaran bahasa Arab di lingkungan kita masing-masing.

Page 18: Makalah Direct Method-erina

18

Sumber Pustaka

Al-Jarimi, Ali dan Musthofa Amin. Tanpa Tahun. An-Nahwu al-Wadhih fi Qowâid al-

Lugah al-Arabiyah. Juz I Kairo: Dâr al-Ma’ârif

Al-Nâqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lugah al-Arabiyah Li an-Nâthiqîn bi

Lugâtin Ukhro. Ususuhu-Madâkhiluhu-Thuruqu Tadrîsihi. Makkah al-

Mukarramah: Universitas Ummul Quro

Arsyad, Azhar. 2010. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Beberapa Pokok-pokok

Pikiran. Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Asyrofi, Syamsudin,dkk. 2006. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta:

Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga

Brown, H.Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi V

Pearson Education,Inc. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika

Serikat

Dahlan, Juwairiyah. 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: Penerbit

Al-Ikhlas

Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Cetakan V. Malang:

Penerbit Misykat

Fakhrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin. Juli 2012. Pembelajaran bahasa Arab, Cetakan II,

Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Kementrian Agama Ghazali, Syukri. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan

Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama

Hamid, Abdul,dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN- Malang Press

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Edisi IV Cetakan II. Jakarta: Gramedia

Sumardi, Muljanto. 1975. Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan dari Segi

Metodologi. Cetakan II. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

Suja’I, 2008. Inovasi Pembelajaran BahasaArab, Strategi dan Metode pengembangan

Kompetensi. Semarang: Walisongo Press

Tarigan, Henry Guntur.2009. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Edisi Revisi. Bandung:

Penerbit Angkasa

Tidjani, Aisyah, 2007. ”Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab di Mahad Ali bin Abi

Thalib UMY Tahun Ajaran 2006-2007” Yogyakarta: Tesis Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia

Yusuf, Tayar dan Saiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.

Cetakan II. Jakarta: Grafindo persada

Zarkasyi, Imam dan Imam Syubâni. Tanpa Tahun. Durus al-Lugah al-Arabiyah ‘ala al-

Thariq al-Hadîsah. Ponorogo: Percetakan Trimurti