makalah ddrt uas
DESCRIPTION
tugas ddrt hhh....TRANSCRIPT
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kalimantan Barat sebagai Provinsi yang sedang berkembang pesat,
saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang guna
mewujudkan masyarakat adil, makmur dan merata material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Agar pembangunan tersebut
dapat berjalan dengan sukses, diperlukannya prasarana-prasarana penunjang
yang mempunyai peran penting yang diantaranya adalah prasarana
perhubungan baik perhubungan darat, laut maupun udara.
Tumbuh kembangnya suatu masyarakat memerlukan peranan jasa
angkutan yang mendukung berlangsungnya kegiatan usaha masyarakat pada
umumnya. Transportasi di wilayah Kota Pontianak adalah salah satu tulang
punggung ekonomi Kota Pontianak. Sektor angkutan, terutama angkutan
umum dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, khususnya bagi masyarakat
yang berpenghasilan menengah ke bawah yang menggunakannya untuk
menunjang kegiatan sehari-hari. Karena angkutan umum ini dirasakan
penting keberadaannya, maka angkutan umum ini harus direncanakan dan
dikoordinasikan sebaik-baiknya sehingga pelayanan angkutan umum ini
bisa melayani wilayah Kota Pontianak, khususnya pada daerah pemukiman,
sekolah, perkantoran dan pertokoan.
Naik dan turunnya harga minyak bumi yang terjadi secara global
memberikan dampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Hal ini tentunya akan berpengaruh pada sektor transportasi, khususnya
sektor angkutan umum. Secara otomatis kondisi seperti ini akan
menyebabkan perubahan tarif, karena bahan bakar minyak merupakan
variabel dalam perhitungan biaya operasi kendaraan (BOK), dimana besaran
BOK akhirnya mempengaruhi besaran tarif.
Besaran tarif tidak hanya di pengaruhi oleh harga bahan bakar minyak
(BBM), tetapi juga di pengaruhi oleh faktor suku cadang kendaraan atau
1 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
spare part. Naik atau turunnya harga bahan bakar minyak belum tentu
berdampak pada naiknya harga suku cadang kendaraan.
Hal yang perlu diperhatikan pada angkutan umum adalah tarif angkutan
yang harus sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat sehingga bisa
dinikmati oleh setiap masyarakat perkotaan yang ada dan tidak boleh terlalu
rendah sehingga pemilik/pengemudi masih mempunyai keuntungan dalam
mengoperasikan angkutan umum tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut
diperlukan suatu penentuan tarif yang optimal yang menguntungkan bagi
pemilik/pengemudi namun tidak membebani penumpang sehingga dapat
menghasilkan suatu tingkat pelayanan yang baik.
Secara umum angkutan harus ditata dan disempurnakan secara terus
menerus untuk menjamin kesejahteraan masyarkat. Angkutan umum
menyandang peran penting sebagai penunjang dipandang dari sisi melayani
dan meningkatkan pembangunan. Selama efisiensi tarif idak diatur dengan
baik maka akan menjadi beban bagi masyarakat karena salah satu faktor
pendukung perkembangan suatu kota maupun wilayah tidak lepas dari harga
atau tarif angkutan sebagai salah satu mobilitas penggerak masyarakat atau
penduduknya
I.2. Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Memberikan masukan yang dirasa perlu untuk mengoptimalkan besarnya
tarif angkutan umum (oplet) pada saat ini supaya semua pihak tidak
dirugikan.
2. Membahas pengaruh kenaikan harga BBM pada kegiatan operasional
angkutan umum dan solusi yang akan diberikan dari pemerintah terhadap
para pengusaha angkutan umum
1.3. Rumusan Masalah
Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kota Pontianak, yaitu Dinas
Perhubungan Kota Pontianak telah menetapkan tarif angkutan kota di Kota
2 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
Pontianak akibat kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak.
Disamping itu masyarakat di Kota Pontianak yang pada umumnya masih
cukup banyak menggunakan oplet dan bis kota sebagai sarana transportasi
yang mengharapkan tarif yang sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat
karena sebagian masyarakat yang kurang mampu sangat tergantung kepada
angkutan ini untuk melakukan perjalanan dan juga tidak begitu merugikan
bagi pemilik dan pengemudi yang juga mempunyai keuntungan dalam
mengoperasikan angkutan umum.
Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tarif angkutan kota sangat
dirasakan oleh penumpang, pemilik dan pengemudi. Ruang lingkup
pembahasan pada makalah ini adalah tentang “pengaruh kenaikan harga
bbm pada operasional angkutan umum”
3 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Definisi Transportasi
Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pergerakan atau
perpindahan orang dan barang dari suatu asal ke tempat tujuan dengan
mempergunakan suatu sistem tertentu untuk mencapai maksud dan tujuan
tertentu. (Morlok, 1995).
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan,
menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu
tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut dapat lebih
bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan – tujuan tertentu. (Fidel, Miro.
2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga)
Transportasi merupakan sebuah proses yakni proses pindah, proses
gerak, proses mengangkut, dan mengalihkan di mana proses ini tidak dapat
dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya
proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan. (Fidel, Miro.
2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga).
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang darisuatu tempat ke tempat lain. (Salim, A Abbas 2006
Manajemen Transportasi, Jakarta :Rajawali pers.)
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rustian Kamaludin (1986),
bahwa transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu barang dari
suatu tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu
pergerakan pemindahan barang –barang atau orang dari suatu tempat ke
tempat yang lain.
Selain itu menurut Rustian Kamaludin (1986), manfaat dari adanya
transportasi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Nilai guna tempat (Place Utility)
Yaitu kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai guna dari suatu
barang atau komoditi yang diciptakan dan mengangkutnya dari suatu
4 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
tempat ke tempat lainnya yang mempunyai nilai kegunaan yang lebih
kecil, ke tempat atau daerah dimanabarang tersebut mempunyainilai
kegunaan yang lebih besara yang biasanya diukur dengan uang
(interens of money)
2. Nilai guna waktu (Time Utility)
Yaitu kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan menyediakan barang-barang, tidak hanya dimana
mereka membutuhkan, tetapi dimana mereka perlukan.
Transportasi memiliki lima unsur pokok yang sling berkaitan, yang
pertama‘Manusia’, sebagai yang membutuhkan transportasi, salain itu ada
‘barang’, sebagai kebutuhan manusia yang akan di pindahkan selain
manusia itu sendiri , selanjutnya‘kendaraan’, sebagai sarana atau alat yang
digunakan , dan ‘jalan’ sarana atau alat yangdigunakan. Selanjutnya ‘jalan’,
sebagai prasarana transportasi, serta ‘organisasi’,sebagai pengelola
trtansportasi.
Kegiatan manusia yang berbagai macam dalam memenuhi
kebutuhannya menyebabkan merekan perlu bergerak dan saling
berhubungan. Dalam hal ini, transportasi menjadi bagian integral dari suatu
sistem masyarakat yang menonjolkan hubungan yang sangat erat dengan
jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, barang-barang dan
pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi.
Untuk melakukan berbagai pergerakan (perpindahan), manusia
memerlukan suatu sarana atau alat transportasi. Alat transportasi itu
dinamakan angkutan.
II.2 Permintaan Jasa Transportasi
Permintaan jasa transportasi merupakan permintaan turunan (derived
demand), artinya permintaan yang timbul akibat adanya permintaan yang
lain. Dengan demikian permintaan jasa transportasi timbul dalam rangka
memenuhi kebutuhan lain. Misalnya, pada setiap hari kerja pekerja pergi ke
tempat kerja, hal ini menimbulkan permintaan jasa transportasi untuk
5 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
sampai ke tempat kerja yang dikarenakan adanya perbedaan lokasi antar
tempat kerja dan tempat tinggal.
Perilaku perjalanan dipengaruhi oleh waktu,dimana pada waktu
tertentu jumlah permintaan jasa transportasi meningkat dan pada waktu lain
menurun, baik ditinjau dalam waktu satu hari maupun satu tahun. Salah satu
hal yang menonjol di dalam masalah perjalanan di perkotaan ialah adanya
variasi yang besar dalam volume lalu lintas dari jam ke jam dalam satu hari.
Pada umunya puncak kesibukan lalu lintas terjadi pada waktu pagi dan sore
hari. Yaitu pada saat orang melakukan aktivitas seperti pergi dan pulang
kerja maupun sekolah.
Secara umum pengguna jasa angkutan transportasi di Kota Pontianak
terdiri dari dua kelompok, yaitu:
a. Kelompok Choice
Terdiri dari orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan
pribadi dan mempunyai pilihan untuk memenuhi kebutuhan untuk
mobilitasnya, apakah menggunakan kendaraan umum atau kendaraan
pribadi.
b. Kelompok Captive
Terdiri dari orang-orang yang tidak dapat memiliki atau
menggunakan kendaraan pribadi, sehingga tidak ada pilihan lain selain
menggunakan angkutan umum. Dan hal ini umumnya dijumpai pada
negara berkembang.
6 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BAB III
ANGKUTAN UMUM
III.1. Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum penumpang adalah angkutan yang mempunyai
pelayanan dan lintasan yang tetap yang dapat dipolakan secara tegas dan
dilakukan sistem sewa dan bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan
umum penumpang adalah angkutan kota (oplet), bis, kereta api, kapal laut
dan pesawat terbang.
Tinjauan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah
menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman,
nyaman, murah dan cepat. Selain itu, keberadaan angkutan umum
penumpang juga membuka lapangan kerja. Dari segi operasi angkutan
umum di negara-negara berkembang dapat dikelompokkan pada dua macam
pola yaitu sebagai berikut:
a. Pola bis (Bus-Like-Services)
Pola ini mempunyai tarif tetap, rute tetap, asal tujuan tetap, jadwal
perjalanan tetap dan tempat pemberhentian.
b. Pola Taksi (Taxi-Like-Service)
Pola ini mempunyai salah satu, beberapa atau semua elemen : tarif,
rute, asal tujuan, jadwal perjalanan dan pemberhentian tidak tetap
(fleksibel).
Kota yang baik dapat ditandai antara lain dengan melihat kondisi
transportasinya. Sektor transportasi harus dapat memberi kemudahan bagi
seluruh masyarakat dalam segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda
dan tersebar dengan karakteristik yang berbeda pula.Ketidakteraturan
daerah operasi dan sistem kendaraan angkutan umum menjadi salah satu
penyebab kesemrawutan lalu lintas terutama di kota-kota besar. Setiap
kendaraan angkutan umum seharusnya memiliki fungsi tersendiri dan
7 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
beroperasi di daerah yang tepat, sesuai dengan ukuran dan kapasitas
kendaraan masing-masing.
III.2. Permintaan (Demand) Angkutan Umum Penumpang
Demand angkutan umum penumpang pada umumnya dipengaruhi
oleh karakteristik kependudukannya dan tata guna lahan pada wilayah
tersebut, pergerakan demand yang tinggi, wilayah dengan jumlah
pekerja/tenaga kerja yang tinggi, (daerah industri, perkantoran, kawasan
perdagangan, dll) dan wilayah dengan pemilikan kendaraan pribadi yang
rendah.
Terdapat kondisi yang sangat sulit untuk menyelenggarakan
pelayanan angkutan umum penumpang yang cukup dan ekonomis pada
kawasan dengan kepadatan penduduk rendah. Disamping itu, kawasan
dengan kepadatan penduduknya rendah, cenderung ditempati oleh
kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi yang pada
umumnya tingkat pemilikan kendaraan pribadi dari kelompok tersebut
relatif tinggi.
III.3. Penyediaan (Supply) Angkutan Umum Penumpang
III.3.1 Jenis Angkutan Umum
Terdapat dua tipe angkutan umum di Kota Pontianak yaitu
yang pertama dikenal sebagai oplet yaitu suatu angkutan
paratransit yang berukuran kecil yang berkapasitas antara 10
sampai 13 orang penumpang dan yang kedua adalah jenis minibus
atau dikenal sebagai bis kota yang memiliki kapasitas ±40
penumpang.
Sebagai angkutan yang melayani hampir sebagian besar pergerakan
di Kota Pontianak, peran angkutan oplet dan bis kota dapat
dikatakan sangat dominan sehingga dalam studi ini yang dimaksud
sebagai angkutan kota adalah angkutan umum jenis “oplet” dan
“bis kota”.
8 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
III.3.2. Rute Angkutan Umum
Jaringan rute angkutan umum menekankan beberapa
kategori, tergantung pada kepentingan khusus dari wilayah yang
ditentukan oleh tata pola penggunaan tanah dan topografi. Adanya
perubahan pada perkembangan kota maka diperlukan penyesuaian
terhadap rute untuk menampung demand agar terjangkau oleh
pelayanan angkutan umum.
Rute diusahakan mempunyai lintasan yang pendek yang
melewati daerah-daerah pemukiman, sehingga mendapatkan
kecepatan perjalanan lintasan yang tinggi dan memaksimumkan
frekuensi pelayanan atau rute tersebut berbelok-belok mengelilingi
wilayah pemukiman dalam usaha menaikkan dan menurunkan
penumpang dari lokasi sedekat mungkin dengan rumah penduduk,
sehingga terdapat waktu jalan kaki penumpang yang pendek.
Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rute perjalanan:
a. Pola Tata Guna Lahan
Dalam melayani kebutuhan penduduk diusahakan
angkutan umum mampu menyediakan aksesibilitas yang baik.
Untuk memenuhi hal itu diusahakan lintasan rute angkutan
umum melewati tata guna tanah dengan potensial demand yang
tinggi.
b. Pola Pergerakan Penumpang Angkutan Umum
Pola pergerakan penumpang angkutan umum yang ada
pada suatu wilayah akan menunjukkan pola pergerakan asal dan
tujuan perjalanan umum sehingga terciptanya pergerakan yang
lebih efisien.
c. Kepadatan Penduduk
Salah satu faktor yang menjadi prioritas pelayanan
angkutan umum adalah wilayah dengan kepadatan penduduk
yang tinggi, wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi
9 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensial
demand yang tinggi. Rute angkutan umum diusahakan sedekat
mungkin menjangkau wilayah dengan potensial demand yang
tinggi tersebut.
d. Daerah Pelayanan
Angkutan umum merupakan salah satu prasarana
angkutan yang melayani masyarakat. Pelayanan angkutan umum
selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial pelayanan,
diharapkan juga menjangkau semua wilayah kota yang ada.
e. Karakteristik Jaringan Jalan
Kondisi sistem jaringan jalan akan menentukan pola
pelayanan dari rute angkutan umum yang ada. Karakteristik
jalan yang meliputi konfigurasi, klasifikasi dan fungsi, lebar
jalan, tipe operasi jalur operasi angkutan umum sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari jaringan jalan yang ada.
Trayek atau rute tersebut secara umum dapat dibedakan atas 3
(tiga) karakteristik rute yaitu:
a. Tipe Trayek/rute memutar (Circular Rute)
Pada tipe ini angkutan oplet bergerak memutar dan
hanya masuk atau keluar dari satu terminal saja. Pada tipe ini,
rute yang dilalui oplet dapat berbeda pada rute pergi dan
pulang, namun dapat juga sama.
b. Tipe Trayek/rute Linier (Linier Route)
Pada tipe ini angkutan oplet bergerak di antara 2 (dua)
buah terminal yaitu dari satu terminal ke terminal lainnya
dengan menggunakan jalur rute yang sama/hampir sama.
c. Tipe Trayek/rute Linier-Memutar (Circular - Linier Route)
Pada tipe ini angkutan oplet bergerak dari terminal A
ke terminal B namun rute pergi dan pulangnya tidak melalui
rute yang sama.
10 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
III.3.3. Pelayanan Angkutan Umum
a. Daerah pelayanan dan Jangkauan Rute
Daerah pelayanan angkutan umum biasanya ditentukan
berdasarkan perjanjian, peraturan atau undang-undang. Zona-
zona yang memerlukan pelayanan angkutan umum meliputi:
1. Lokasi pusat-pusat perbelanjaan (perdagangan)
2. Kawasan pemukiman dengan kepadatan penduduk yang
tinggi.
3. Lokasi-lokasi perkantoran, industri dan pendidikan
Wilayah yang dijangkau oleh pelayanan angkutan umum
menggambarkan bagaimana orang tinggal di dalam jarak
jalan kaki dapat diterima serta menyenangkan.
b. Penyederhanaan Rute
Rute diusahakan langsung menuju tujuan, rute yang
membentuk keliling atau diviasi dihindarkan, karena rute yang
lebih sederhana umumnya lebih pendek. Rute sebaiknya tidak
lebih panjang 20% daripada jarak yang ditempuh dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
Rute yang diusahakan melayani kawasan pembangkit lalu
lintas utama yaitu rute yang langsung dapat diperoleh dengan
baik dengan menghubungkan pembangkit lalu lintas yang besar
atau rute sepanjang daerah-daerah dengan kepadatan penduduk
yang tinggi. Rute-rute yang melengkung atau melingkar
mungkin menguntungkan bagi beberapa penumpang, tetapi pada
umumnya cenderung untuk memperpanjang waktu perjalanan
bagi sebagian penumpang.
c. Panjang Rute
Rute sedapat mungkin pendek dalam melayani
perjalanannya karena rute yang panjang akan menambah
kesulitan terhadap pengaturan jadwal perjalanan. Hubungan rute
yang pendek diberi prioritas utama, karena yang akan
11 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
menyebabkan lebih bervariasinya waktu perjalanan yang
terjadinya penjadwalan yang lebih rumit serta akan mengurangi
keandalan dari pelayanan.
III.4. Pendapatan Dan Load Factor
Pendapatan yang diterima dilakukan untuk setiap trayek untuk
angkutan oplet kota dimana besarnya pendapatan didapatkan dengan
mengalikan jumlah penumpang yang naik dengan besarnya tarif yang
berlaku.
Pendapatan oplet sangat dipengaruhi oleh jumlah bis yang beroperasi
dan tingkat kepadatan penumpang pada jalur/trayek tersebut. Meskipun
tingkat kepadatan penumpang disuatu jalur relatif tidak tinggi, tetapi karena
jumlah bis beroperasi sedikit maka pendapatan bis menjadi tinggi.
Load Factor adalah besaran yang menyatakan tingkat kepenuh
sesakkan di dalam kendaraan angkutan umum pada suatu zona tertentu.
Load factor setiap zona kapasitas angkut tersebut. Jika load factor tinggi,
maka ini menyatakan tingkat kepenuh sesakkan angkutan tersebut tinggi.
III.5. Tarif
III.5.1. Prinsip Dasar Tarif
Dari segi kebijakan, tarif melibatkan banyak aspek,
mencakup kerja sama dan pengawasan di antara badan-badan yang
bertanggung jawab pada sistem perangkutan umum secara
keseluruhan. Dalam menentukan besar dan struktur tarif adalah
besarnya biaya operasi kendaraan yang digunakan sebagai alat
angkut. Faktor ini harus diperhatikan karena keuntungan yang
diperoleh operator sangat tergantung kepada besarnya tarif yang
ditetapkan, dan biaya operasi kendaraan, terlebih lagi apabila
pemerintah tidak memberikan subsidi dalam bentuk apapun.
Menurut Alexander Grey (1975), sebagaimana yang dikutip pada
buku Modul Pelatihan Perencanaan Sistem Angkutan Umum,
12 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
menyarankan untuk mempertimbangkan empat prinsip sebagai
penuntun dalam menetapkan tujuan-tujuan dari kebijakan
penentuan besaran tarif angkutan umum, yaitu :
1. Tujuan tersebut harus mencerminkan keinginan pemerintah di
masa depan dengan ukuran-ukuran yang berangsur-angsur akan
menjadi jelas.
2. Tujuan harus bersifat operasionil, berarti harus ada perangkat-
perangkat yang bertanggung jawab untuk melakukan dan
pengawasan.
3. Tujuan sebaiknya tersusun berdasarkan prosedur analisis yang
normal dengan meminimumkan interaksi di antara dan
memaksimumkan interaksi di dalam setiap kumpulan tujuan-
tujuan.
4. Tujuan disusun dengan suatu cara hirarki yang
pencangkupannya maksimum, konsisten dan berhubung pada
setiap tingkatan.
Berdasarkan keempat prinsip di atas, maka dalam
menentukan besaran tarif angkutan umum, ada beberapa faktor
dengan tujuan tertentu yang dapat dipertimbangkan, antara lain
adalah:
1. Faktor sosial,
a. Mendistribusikan kembali pendapatan dari orang-orang kaya
kepada mereka yang miskin
b. Meningkatkan kesempatan perjalanan kepada kelompok
yang kurang beruntung seperti orang lanjut usia, orang cacat,
dan orang-orang yang tidak sepenuhnya dapat menggunakan
angkutan pribadi.
c. Mengurangi kekacauan pada angkutan umum pada saat jam-
jam sibuk
d. Meningkatkan frekuensi, kecepatan, dan ketersediaan
angkutan umum
13 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
e. Memberikan hasil yang lebih nyaman untuk membeli dan
menggunakan tiket
2. Faktor lingkungan, dengan mempertimbangkan faktor ini maka
diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut:
a. Mendorong permintaan masyarakat secara geografis menjadi
lebih padat.
b. Mendorong pergerakan ke pusat-pusat strategis kota
c. Mengurangi kemacetan lalu lintas
d. Mengurangi polusi udara, suara dan gangguan visual
e. Mengurangi kecelakaan
3. Faktor ekonomi dan keuangan, faktor ini bertujuan :
a. Maksimumkan pendapatan
b. Meminimumkan satuan biaya operasi
c. Mempertahankan fleksibilitas untuk penyesuaian tingkat
tarif dengan sasaran pendapatan yang baru atau permintaan
pasar
d. Memastikan efisiensi penggunaan sumber-sumber langka
mendorong menggunakan lebih banyak kapasitas yang
masih tersisa
e. Menghemat energi
4. Faktor operasi, yang bertujuan :
a. Memelihara kemudahan mendapatkan informasi mengenai
permintaan penumpang;
b. Meningkatkan efisiensi pengumpulan tiket dan ongkos;
c. Memberikan fasilitas pengoperasian angkutan oleh satu
orang dan meringankan tugas-tugas para karyawan;
d. Mengurangi pengelakan dan kecurangan ongkos;
e. Memelihara insentif untuk meningkatkan kinerja pengaturan
Tidak semua faktor-faktor ini dapat dipergunakan sekaligus
dalam menentukan kebijakan besaran tarif, hal ini sangat
tergantung keadaan politik, ekonomi dan sosial dari suatu
14 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
negara. Sehingga di dalam memutuskan tujuan utama apa
yang akan dicapai oleh suatu kebijakan penentuan tarif,
pemerintah daerah dapat memilih di antara berbagai hal di
atas, tetapi harus diingat bahwa ada di antaranya yang saling
bertentangan.
Besaran tarif yang ditetapkan seharusnya mencerminkan
pemberian kesempatan perjalanan yang lebih besar kepada
masyarakat yang kurang mampu, mengurangi kekacauan pada
angkutan umum, meningkatkan kinerja angkutan umum dan
memberikan pendapatan yang cukup kepada operator.
III.5.2 Struktur Tarif
Dalam menangani tarif, tujuan apapun yang dibuat, pada
akhirnya akan diambil keputusan yang mempertimbangkan 2 (dua)
hal : pertama tingkatan tarif – merupakan besarnya tarif yang
dikenakan dan mempunyai rentang dari tarif bebas/gratis sama
sekali sampai pada tingkatan tarif yang dikenakan akan
menghasilkan keuntungan pada pelayanan. Kedua,
mempertimbangkan struktur tarif yang merupakan cara bagaimana
tarif tersebut dibayar.
III.5.3. Tarif Seragam
Dalam struktur tarif seragam, tarif dikenakan tanpa
memperhatikan jarak yang dilalui. Struktur ini memungkinkan
transaksi yang cepat, terutama sekali bermanfaat dalam kendaraan
berukuran besar dan dioperasikan oleh satu orang, dan secara
umum pengumpulan tarifnya sederhana. Struktur ini juga
memudahkan pengecekan karcis penumpang dan persediaan karcis.
Kerugian utama dari sistem tarif seragam adalah tidak
diperhitungkan kemungkinan untuk menarik penumpang yang
melakukan perjalanan jarak pendek dengan membuat perbedaan
15 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
tarif. Secara umum, tarif seragam biasanya diterapkan secara
masuk akal, yakni panjang perjalanan kebanyakan penumpang
adalah sama. Struktur tarif ini bermanfaat apabila diterapkan pada
daerah yang pelayanan angkutan terbatas dan pada daerah yang
kawasan pemukimannya sebagian besar terletak melingkar
mengelilingi pusat kota. Struktur tarif seragam ini, di satu pihak
merugikan penumpang yang melakukan perjalan jarak pendek,
sebaliknya penumpang yang melakukan perjalan jarak panjang
menikmati keuntungannya.
Pada kenyataannya struktur tarif seragam jarang digunakan
sekarang. Struktur ini merupakan bentuk klasik dan lebih sering
digunakan apabila dikombinasikan dengan struktur tarif lainnya.
Pengembangan tarif seragam yang paling penting adalah
ditambahkan ke dalam struktur ini tarif untuk jarak pendek. Ini
bertujuan untuk mengurangi kerugian bagi penumpang jarak
pendek yang harus membayar ongkos yang sama dengan
penumpang yang melakukan perjalanan lebih jauh. Tarif jarak
pendek pada umumnya dikenakan kepada penumpang yang
melakukan perjalanan di dalam pusat kota atau sejumlah perhentian
khusus didalam daerah pelayanan perangkutan. Pada dasarnya,
penambahan seperti ini membuat struktur tarif seragam
memasukkan elemen dari tarif bertahap dan kemungkinan juga
meyerupai tarif zona. Struktur ini sering dipergunakan untuk
waktu-waktu tertentu seperti setelah lewat jam puncak pagi.
III.5.4. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-Based-Fare)
Dalam struktur ini sejumlah tarif dibedakan secara mendasar
oleh jarak yang ditempuh. Perbedaan dibuat berdasarkan tarif
kilometer, tahapan dan zona.
a. Tarif Kilometer
16 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
Struktur ini tergantung dengan jarak yang ditempuh, yakni
penetapan besarnya tarif dilakukan pengalihan ongkos tetap per
kilometer dengan panjang perjalanan yang ditempuh oleh setiap
penumpangnya. Jarak minimum (tarif minimum) diasumsikan
nilainya. Beberapa perusahaan angkutan umum benar-benar
menarik ongkos berdasarkan kilometer ditempuh, sementara
yang lain memberikan potongan sebanding dengan penambahan
panjang perjalanan, yaitu dengan mengurangi ongkos per
kilometernya. Dalam kasus ini, kebijaksanaan ekonomi sering
kali ekstrim di dalam pemanfaatan yang rendah dari kapasitas
tempat duduk, seperti pengembangan rute di daerah yang
berpenduduk jarang atau untuk daerah yang memiliki topografi
beragam, sehingga menyebabkan tarif yang tinggi untuk
menutupi kerugian dengan kurangnya penumpang dan biaya
operasi yang tinggi.
b. Tarif Bertahap
Struktur tarif ini dihitung berdasarkan jarak yang
ditempuh oleh penumpang. Tahapan adalah suatu penggal dari
rute yang jaraknya antara satu atau lebih tempat perhentian
sebagai dasar perhitungan tarif. Untuk itu, jaringan mayakinkan
bahwa kebijaksanaan yang ditetapkan menuju arah yang benar
dan perkembangannya terus diperhatikan.
Problem yang umum dihadapi adalah tanggung jawab
terhadap sistem perangkutan yang dipikul oleh pemerintah
sebagai penentu kebijaksanaan dan pengawasan keuangan, dan
operator angkutan umum yang bertanggung jawab terhadap
pengoperasian angkutan umum dari hari ke hari. Jadi rumusan
dan pelaksanaan tujuan dari kebijaksanaan tarif ini haruslah
memperhatikan tujuan-tujuan sosial dan ekonomi dari sebagian
besar masyarakat.
17 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Dampak Kenaikan Harga BBM pada Operasional Angkutan Umum
Jika BBM dipastikan naik, pengusaha angkutan umum pasti akan
menaikan biaya angkot sekitar 30 sampai 40 persen, dari harga sebelumnya.
Sebab, kalau tidak akan mematikan usaha mereka. Kenaikan tarif angkot
antara 30 sampai 40 persen diseimbangkan dengan naiknya harga BBM.
Meski untuk kepastiannya, pihak pengusaha angkutan umum harus
menunggu kepastian dari pemerintah. Organda tidak bisa menekan harga
tarif angkot, meski pemerintah dan masyarakat menolaknya. Sebab, jika
kenaikan BBM ditetapkan, secara signifikan berpengaruh kepada moda
transportasi angkutan umum, baik operarional dan biaya perawatan.
Faktor kenaikan BBM ini akan ikut berimbas pada kenaikan harga
barang lainnya. Seperti, harga onderdil angkot akan melambung. Atas asas
rasional inilah, ada keinginan dari pengusaha angkutan untuk menaikan tarif
angkot, jika nanti BBM naik. Adapun kenaikan BBM nantinya akan sangat
berdampak kepada penurunan penumpang dan pendapatan sopir angkot, jika
tarif angkot naik. Sebab, penumpang lebih memilih membeli kendaraan roda
dua ketimbang mengunakan angkot yang tarifnya dinaikan.
IV.2. Pendapat Pengusaha Angkutan Umum Terhadap Kenaikan BBM
Ketua Organda mengatakan, kenaikan harga BBM merupakan
kebijakan yang tidak bijaksana dan ‘membunuh’ operasional angkutan
umum. Selain itu, jika pemerintah pusat tetap memaksakan kenaikan BBM,
maka pengusaha angkutan umum mengancam akan melakukan mogok
besar-besaran. Apalagi, kenaikan harga BBM ini akan berdampak pada
naiknya tarif ongkos angkutan sebesar 40 persen sampai 60 persen. Jika
pemerintah memikirkan angkutan umum, seharusnya pemerintah berupaya
mengalihkan ketersediaan bahan bakar beralih ke gas. Jika langkah itu yang
dilakukan, pihak pengusaha angkutan umum mengaku siap walaupun harga
18 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BBM dinaikkan. Pemerintah seharusnya tetap memberikan subisidi bagi
angkutan umum. Kalau BBM naik, lebih baik pengusaha dan sopir angkutan
umum istirahat saja, konsentrasi memperbaiki kendaraan di bengkel
daripada beroperasi.
IV.3. Solusi Pemerintah Mengatasi Kenaikan BBM pada Angkutan Umum
Pemerintah meredam tuntutan Organisasi Pengusaha Angkutan Darat
(Organda) yang akan menaikkan tarif angkutan umum sekitar 30-35 persen
jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik nanti. Salah satunya dengan
mengembalikan (reimburstment) pajak kendaraan bermotor (PKB) angkutan
umum. Mangindaan mengaku berusaha memberikan insentif berupa kredit
nol persen untuk peremajaan armada serta penurunan bea masuk (BM) suku
cadang untuk kendaraan angkutan umum.
Kegiatan peremajaan kendaraan dalam satu armada bus. Nantinya,
bisa berikan PSO (Public Service Obligation) kredit tanpa bunga, atau bisa
keringanan bea masuk impor sparepart angkutan umum. Kalau bisa bea
masuknya nol rupiah. Pemerintah akan membantu meringankan beban para
pengusaha angkutan umum atas dampak kenaikan harga BBM melalui
beberapa skema. Yang sudah disetujui dari rapat lalu adalah Pajak
Kendaraan Bermotor untuk Angkutan Umum tahun ini akan dikembalikan
(reimbursement) kepada pengusaha angkutan umum.
Atas rencana pemerintah tersebut, dia meminta kepada seluruh Dinas
Provinsi seluruh Indonesia untuk mempersiapkan data kendaraan umum di
masing-masing wilayahnya dengan jelas, melalui koordinasi dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten atau Kota. Di samping rencana pengembalian
Pajak Kendaraan Bermotor Angkutan Umum kepada pengusaha angkutan
umum, disampaikan pada pertemuan tersebut rencana Pemerintah untuk
melakukan konversi bahan bakar ke gas (Gasifikasi). Dalam program ini,
Pemerintah akan menyediakan sekitar 300 ribu converter kit untuk
mengganti bahan bakar bensin menjadi gas angkutan umum. "Itu (converter
kit) nantinya akan digratiskan untuk angkutan umum.
19 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Setelah mengetahui latar belakang tentang Pengaruh Kenaikan Harga
BBM pada Operasional Angkutan Umum, maka dapat disimpulkan bahwa
timbul pro dan kontra di antara masyarakat. Terutama para pengusaha
angkutan umum merasa keberatan apabila kenaikan harga BBM tidak
bersubsidi untuk angkutan umum ataupun bila pemerintah tidak
memberikan solusi yang lebih baik untuk para pengusaha angkutan umum
maupun supir dan penumpang.
V.2. Saran
Sebaiknya pemerintah lebih mengkaji lebih dalam tentang kenaikan
harga BBM terutama untuk masalah angkutan umum, karena apabila harga
BBM naik secara umum, maka tarif ongkos angkutan umum juga akan naik
dan para penumpang pasti lebih memilih kendaraan pribadi disbanding
ongkos angkutan umum yang semakin tinggi. Menaikkan harga seharusnya
alternatif terakhir dari sekian banyak alternatif.
20 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi 2013
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jpnn.com/read/2012/03/08/119918/Pajak-Angkutan-Umum-
Dikembalikan-
http://www.tribunnews.com/2012/03/08/pete-pete-terancam-tak-beroperasi
http://www.hariansumutpos.com/2012/03/27876/bbm-naik-angkutan-mogok.htm
http://tangerangnews.com/baca/2012/03/01/6573/kenaikan-bbm-bikin-organda-
gusar
http://www.neraca.co.id/2012/03/06/opsi-realistis-harga-bbm-dinaikkan/
21 ARYATI PUJI RAHAYU – D 111 11 010