makalah bpk

5
Pelanggaran Kode Etik Auditor BPK dalam Kasus Mulyana W Kusuma By Kelompok 7. STAR BPKP Angkatan 4 Seperti diberitakan oleh Pikiran Rakyat (13/8/2004) , dugaan korupsi di tubuh KPU sebesar Rp 375 miliar dicetuskan oleh koalisi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Pemilu Bersih dan Berkualitas dalam laporan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jln. Veteran Jakarta Pusat, pada Rabu, 11 Agustus 2004 Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap

Upload: rezanovandriabusyifa-hana

Post on 01-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Pelanggaran Kode Etik Auditor BPK dalam Kasus Mulyana W KusumaBy Kelompok 7. STAR BPKP Angkatan 4

Seperti diberitakan oleh Pikiran Rakyat (13/8/2004), dugaan korupsi di tubuh KPU sebesar Rp 375 miliar dicetuskan oleh koalisi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Pemilu Bersih dan Berkualitas dalam laporan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jln. Veteran Jakarta Pusat, pada Rabu, 11 Agustus 2004Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.Sebagaimana diberitakan di Gatra (17/4/2005), Ketua BPK, Anwar Nasution menyatakan akan menindak tegas Khairiansyah, dengan alasan tindakannya yang telah melaporkan tindakan penyuapan oleh anggota KPU tersebut dinilai tidak procedural. "Dia sudah melakukan tindakan pelanggaran, dan tidak sesuai prosedural. Di mata saya ,dia itu bukan pahlawan. Menurut saya ini cuma tindakan yang mencari popularitas semata," katanya kepada wartawan usai melakukan pertemuan dengan jajaran Pemda NAD di Banda Aceh. Anwar bahkan sempat mengucapkan kata "kampungan", untuk stafnya sebanyak tiga kali, untuk menggambarkan kekecewaannya terhadap staf BPK tersebut.Namun seperti diberitakan oleh Pikiran Rakyat (9/11/2005), akhirnya apresiasi justru datang dari Transparency International, organisasi non pemerintah yang mendedikasikan diri untuk memberantas korupsi di seluruh dunia, yang memberinya penghargaan Integrity Award pada 11 Nopember 2005. Dalam siaran persnya Transparency International Indonesia menyatakan bahwa penghargaan international ini bukan sembarang penghargaan, mengingat proses seleksi yang dilakukan menghabiskan waktu lebih dari 6 bulan ini diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh belahan dunia yang dilakukan secara berjenjang dan melewati proses ketat. Tim juri yang berjumlah 6 orang berasal dari kalangan yang memiliki integritas sangat tinggi dari berbagai negara seperti Claudio Weber Abramo (Ketua TI-Brasil), dengan anggota antara lain Susan Cote Freeman (Inggris), Eva Joli (Pemenang Integrity Award 2001, special adviser pemerintah Norwegia untuk Pemberantasan Money Laundering Internasional), John Makumbe (Zimbabwe), Sion Asidon (Marocco) dan Hugette Labelle (Kanada).

Analisis Permasalahan :Menurut kami berikut adalah pelanggaran Kode Etik Salman Khairiansyah adalah berdasarkan pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan yaitu :1. Independensia. Pelangaran pada pasal 6 ayat 1 huruf a : Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib : a. bersikap netral dan tidak memihak.. b. Pelanggaran pada pasal 6 ayat 2 huruf d dan e : Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pemeriksa dilarang : d.membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee, e. dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik kepentingan pribadi Pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan hasil pemeriksaan

2. IntegritasPelanggaran Pasal 7 Ayat 2 huruf b : Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa dilarang: b. menyalahgunakan wewenangnya sebagai Pemeriksa guna memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak lain.3. Profesionalismea. Pelanggaran pada pasal 8 ayat 1 huruf g dan h, Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pemeriksa wajib: g. menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara Pemeriksa sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas. h. saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dalam menjalankan tugas pemeriksaan.b. Pelanggaran pada pasal 8 ayat 2 huruf a : Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pemeriksa dilarang: a. menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.

Menurut kami Indenpendensi Salman Khairiansyah sebagai auditor telah tercoreng karena telah melakukan pelanggaran pasal 6 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan , Salman Khairiansyah telah seraca nyata berpihak kepada salah satu pihak yaitu KPK dengan membocorkan hasil audit meskipun belum final karena auditor dipengaruhi oleh prasangka (karena belum terbukti secara hukum). Seharusnya Auditor harus netral serta melakukan tugas dan wewenang sesuai yang diamatkan kerena keputusan akhir bukanlah keputusan pribadi auditor melainkan kesatuan sebuah TIM yang telah memiliki kompentensi dibidangnya secara profesional, niat yang baik namun melanggar norma yang berlaku belum tentu menghasilkan hasil yang baik, terlebih BPK merupakan Organisasi pemerintah dengan birokrasi yang harus memiliki dasar hukum dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Salman Khairiansyah telah menyalahi wewenangnya sebagai auditor sehingga membuat ketua BPK berasumsi bahwa auditor tidak memiliki integritas karena melakukan hal ini untuk kepentingan pribadi yaitu meraih popularitas.