makalah bph-27 april 2011

Upload: agus-parthama-putra

Post on 31-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UU ttg Kerukunan Umat BeragamaPenyiaran Agama adalah segala bentuk kegiatan yang menurut sifat dan tujuannya untuk menyebarluaskan ajaran sesuatu agama, baik melalui media cetak, elektronik, maupun komunikasi lisan.Pasal 11 Penyebarluasan agama dilakukan melalui pendidikan dan penyiaran agama. Pasal 12 Penyebarluasaan agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ditujukan untuk meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama masing-masing sebagai umat beragama yang berdasarkan Pancasila.Paragraf 3 Penyiaran Agama Pasal 17(1) Penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan beragama, saling menghargai dan menghormati antar umat beragama.(2) Penyiaran agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada orang atau kelompok orang yang belum memeluk suatu agama.(3) Dalam melaksanakan penyiaran agama setiap orang wajib memelihara kerukunan umat beragama.(4) Penyiaran agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk agama dan melakukan ibadat menurut agamanya.(5)RUU KUB TIMJA ( 1 AGUSTUS 2011)7Pasal 18(1) Penyiaran agama dilakukan dengan cara:a. meningkatkan ketakwaan umat beragama terhadap Tuhan Yang Maha Esa;b. menyampaikan ajaran agama kepada umat beragama;c. mengajak umat beragama pada jalan yang benar sesuai dengan ajaran agamanya;d. meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama masing-masing dan sebagai warga negara yang berdasarkan Pancasila;e. menciptakan kebahagiaan hidup lahir batin di dunia dan akhirat, dengan amal perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai seorang maupun anggota masyarakat.(2) Penyiaran agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjaga ketenangan dan ketertiban di lingkungan tempat pelaksanaan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyiaran agama diatur dengan Peraturan Menteri.Sementara penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan umat beragama, saling menghargai dan menghormati antar umat beragama, di samping itu, penyiaran agama ditujukan kepada orang atau kelompok orang yang belum memeluk agama atau menganut agama lain serta dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk agama dan melakukan ibadat menurut agamanya.

Pedoman Penyiaran Agama Pedoman Penyiaran AgamaKEPUTUSAN MENTERI AGAMANOMOR 70 TAHUN 1978

TENTANG

PEDOMAN PENYIARAN AGAMAMENTERI AGAMA

Menimbang :a.bahwa kerukunan hidup antar umat beragama merupakan syarat mutlak bagi persatuan dan kesatuan bangsa serta memantapan stabilitas nasional dan keamanan nasional;

b.bahwa dalam rangka usaha memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama pemerintah berkewajiban untuk melindungi setiap usaha pengembangan dan penyiaran agama;

c.bahwa oleh karena itu perlu diatur, tentang pedoman penyiaran agama.

Mengingat:1.Undang-undang Dasar 1945 pasal 17 ayat 3 dan pasal 29;

2.Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1978;

3.Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 tahun 1974;

4.Keputusan Menteri Agama Nomor 18 tahun 1975 (disempurnakan).

Memperhatikan:Petunjuk Bapak Presiden Republik Indonesia tanggal 24 Mei 1978MEMUTUSKANMenetapkan:KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG PEDOMAN PENYIARAN AGAMA

Pertama:Untuk menjaga stabilitas nasional dan demi tegaknya kerukunan antar umat beragama, pengembangan dan penyiaran agama supaya dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, teposeliro, saling menghargai, hormat menghormati antar umat beragama sesuai jiwa Pancasila.

Kedua:Penyiaran agama tidak dibenarkan untuk:a.ditujukan terhadap orang dan atau orang-orang yang telah memeluk sesuatu agama lain;

b.Dilakukan dengan menggunakan bujukan/ pemberian materiil, uang, pakaian, makanan/ minuman, obat-obatan dan lain-lain agar supaya orang tertarik untuk memeluk sesuatu agama;

c.Dilakukan dengan cara-cara, penyebaran pamflet, bulletin, majalah, buku-buku dan sebagainya di daerah-daerah/ di rumah-rumah kediaman umat/orang yang beragama lain;

d.Dilakukan dengan cara-cara masuk keluar dari rumah ke rumah orang yang telah memeluk agama lain dengan dalih apapun.

Ketiga:Bilamana ternyata pelaksanaan pengembangan dan penyiaran agama sebagaimana yang dimaksud diktum kedua, menimbulkan terganggunya kerukunan hidup antar umat beragama akan diambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keempat:Seluruh Aparat Departemen Agama sampai ke daerah-derah diperintahkan untuk melakukan pengawaan terhadap pelaksanaan Keputusan ini dan selalu mengadakan keonsultasi/ koordinasi dengan unsur Pemerintah dan, tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Kelima:Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkanDitetapkan di: JakartaPada tanggal : 1 Agustus 1978Menteri Agama RI Cap/ttd H. Alamsjah Ratu PerwiranegaraPENJELASAN ATASKEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 70 TAHUN 1978TENTANGPEDOMAN PENYIARAN AGAMA I. Penjelasan UmumSebagaimana ditetapkan dalam pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 maka Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Didalam penjelasan Unang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa sebagai pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ialah bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Selanjutnya dalam Keteapan MPR-RI Nomor II/MPR/1978 Tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan bahwa dengan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Karena itu dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia sikap tenggang rasa "tepa selira" serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Di dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja antar pemeluk-pemeluk agama dan penanut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) terutama dalam Pola Umum Pembangunan Nasional Jangka Panjang ditegaskan bahwa "Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia harus benar-benar selaras dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama, dan alam sekitarnya, serta memiliki pemantapan keseimbangan dalam kehidupan lahiriah dan bathiniah serta mempunyai jiwa dinamis dan semangat gotong royong yang berkembang, sehingga sanggup serta mampu untuk melanjutkan perjuangan bangsa dalam mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan landasan-landasan ekonomi yang seimbang".

Ditegaskan pula dalam GBHN "Pola Umum Pelita III" bahwa atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa aalah selaras dengan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama dan semua penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan atara semua umat beragama dan semua penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam usaha memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dan mingkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.

Kerukunan hidup yang semakin mantap di antara sesama umat beragama, berarti ikut serta meningkatkan tercapainya stabilitas dan keamanan nasional yang sehat dan dinamis yang merupakan salah satu dari Trilogi Pembagunan sebagaimana tertera dalam Pola Umum Pelita Ketiga.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam UUD 1945 dan Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tersebut di atas maka kerukunan hidup antar umat beragama merupakan syarat mutlak bagi usaha menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta memantapkan stabilitas dan kemanan nasional yang merupakan syarat bagi kelancaran dan suksesnya pembangunan Nasional di segala bidang.

Dalam kerangka inilah maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, sebagai bagian dari pemerintah Negara, yang tugas pokoknya menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang agama, berkewajiban untuk melindungi setiap usaha pengembangan dan penyiaran agama.

Didalam penyiaran dan pengembangan agama, Pemerintah memandang perlu untuk memberikan Pedoman Penyaran Agama agar pengembangan dan penyiaran agama tersebut tidak menimbulkan ekses-ekses negatif yang mengakibatkan retaknya kerukunan hidup antar umat beragama. Oleh karena itu pengembangan dan penyiaran agama tidak boleh ditujukan kepada orang dan atau orang-orang lain yang telah memeluk sesuatu agama yang berbeda. Umat beragama sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila telah sepakat mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara di atas kepentingan sendiri, golongan, perbedaaan agama dan lain-lain, demi tercapainya tujuan nasional sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 dan Ketetapan-ketetapan MPR-RI.

Penyiaran dan pengembangan agama yang ditujukan kepada orang yang telah memeluk suatu agama yang berbeda merupakan cara penyiaran dan pengembangan agama yang dapat menyinggung perasaan umat beragama lain.

Pemerintah tidak mencampuri orang yang dengan sukarela atas kemauan dan kesadaran sendiri pindah dari suatu agama ke agama yang lain. Pemerintah tidak melarang orang yang dengan sukarela atas kemauan dan kesadaran sendiri mengunjungi atau mendengarkan ceramah/khotbah/ pengajian/ penginjilan/ dan lain-lain dengan maksud untuk mengenal suatu agama.

II. Penjelasan Diktum demi DiktumDiktum Pertama:Cukup jelas, lihat Penjelasan UmumDiktum Kedua:a.Penyiaran dan pengembangan agama kepada orang dan atau orang-orang yang telah memeluk sesuatu agama lain, merupakan cara penyiaran dan pengembangan agama yang tidak sesuai dengan semangat kerukunan, saling menghargai, hormat-menghormati, antar sesama pemeluk agama.

Cara-cara penyiaran dan pengembangan agama tersebut adalah menyinggung perasaan umat beragama yang berbeda. Oleh karenanya Pemerintah perlu mengatur cara-cara yang demikian yang dapat mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, persatuan dan kesatuan bangsa, stabilitas dan keamanan nasional serta kelancaran dan suksesnya Pembangunan Nasional.

b.Penyiaran agama tidak dibenarkan dilakukan dengan menggunakan bujukan/pemberian materiil, uang, pakaian, makanan/ minuman, obat-obatan dan lain-lain agar supaya orang yang telah memeluk sesuatu agama tertentu tertarik untuk memeluk sesuatu agama lain. Cara-cara sebagaimana dimaksud dalam diktum Kedua huruf b keputusan ini, baik dilaksanakan secara terang-terangan dan atau secara terselubung untuk menarik orang yang telah memeluk sesuatu agama yang berbeda.

Ini tidak berarti Pemerintah melarang usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga keagamaan di bidang amal dan sosial, misalnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan, sebab usaha-usaha tersebut di atas pada hakekatnya adalah merupakan bentuk nyata dari pada partisipasi umat beragama dalam membangun bangsa dan negara.

Dengan pengertian bahwa pelaksanaannya tidak bertujuan mengembangkan dan menyiarkan agama kepada orang-orang yang telah memeluk sesuatu agama yang berbeda.

c.Yang dimaksud dengan "di daerah-daerah" dalam Diktuk Kedua huruf c keputusan ini adalah tempat pemukiman yang jelas identitas pemeluk agama tertentu.

d.Cukup jelas.Diktum Ketiga:Bilamana pelaksanaan penyiaran dan pengembangan agama ternyata menimbulkan terganggunya kerukunan hidup antar umat beragama, maka sesuai dengan jenis, sifat dan tingkat perbuatan pihak-pihak yang menimbulkan terganggunya kerukunan itu, akan dapat diambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Diktum Keempat:Yang dimaksud "Aparat Departemen Agama di daerah", ialah kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi/setingkat, kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kotamasya/ dan kantor Urusan Agama Kecamata.

Dalam pengertian "tokoh-tokoh masyarakat setempat" termasuk pemuka-pemuka berbagai agama yang ada.

Diktum Kelima:Cukup jelas.

PENGELOLAN PENYIARAN AGAMA YANG BERNUANSA KERUKUNANFriday, 27 March 2009 23:56 administrator

Posisi penyiaran agama terhadap kerukunan dapat bervariasi. Dapat terjadi penyiaran agama yang menimbulkan gangguan terhadap kerukunan, bahkan dapat memicu konflik. Dapat pula terjadi penyiaran agama yang menimbulkan kesejukan, kedamaian dan memelihara kerukunan umat beragama. Makalah yang sederhana ini fokus kepada bagaimana mengelola penyiaran agama yang bernuansa kerukunan. Untuk mendudukkan masalah akan dilakukan dengan pendekatan multikultural, yaitu dengan memilah ruang privat dengan ruang publik.Dalam konteks ini ruang privat adalah ruang bagi masing-masing komunitas agama mengekspresikan agamanya, sedangkan ruang publik adalah ruang bersama bagi seluruh komunitas agama di Indonesia. Untuk sekedar contoh, pemakalah mengambil dari penyiaran agama Islam.Telah seringkali dijelaskan bahwa negara Indonesia bukanlah negara agama (teokratis) yang berdasarkan kepada satu agama tertentu. Negara Indo-nesia juga bukan negara sekuler yang tidak berdasarkan agama dan tidak memperdulikan agama. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, yang memposisikan agama (Ketuhanan Yang Maha Esa) sebagai dasar yang pertama, dan yang warganya adalah umat beragama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan lain-lain), dan yang tidak membolehkan adanya faham-faham yang anti agama atau anti Tuhan (seperti ateisme, dan lain-lain). Oleh karena itu negara Indonesia dapat disebut sebagai negara religius, betapa pun dalam kenyataan belum tercermin sebagaimana diharapkan, bahkan dipengaruhi oleh trend global yang sekularistik.Dalam negara Indonesia diupayakan untuk mempertemukan kepentingan agama dengan kepentingan negara. Kita sebagai umat beragama berkepentingan untuk memeluk agama, menjalankan agama dan beribadat menurut agama masing-masing. Kita sebagai warga negara berkepentingan untuk menjalankan fungsi kita sebagai warga negara yang baik, yang taat hukum, turut mempertahankan negara dari berbagai ancaman, turut memelihara dan membangun bangsa dan negara agar dapat maju secara signifikan. Jadi, yang dikehendaki adalah agar kita menjadi umat beragama yang baik dan menjadi warga negara yang baik secara integral.Dalam KBM 1979 disebutkan bahwaPenyiaran Agama adalah segala kegiatan yang bentuk, sifat dan tujuannya untuk menyebarluaskan ajaran sesuatu agama. Selanjutnya mengenai tata cara pelaksanaan penyiaran agama diatur sebagai berikut :Pasal 3 Pelaksanaan penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati antara sesama umat beagama serta dengan dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk/ menganut dan melakukan ibadat menurut agamanya.Pasal 4 Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama lain dengan cara : a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian, makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentuk-bentuk pemberian apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain berpindah dan memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah memeluk /menganut agama yang lain. c. Melakukan kunjungan dari rumah ke rumah umat yang telah memeluk/menganut agama yang lain.Pada Pasal 35 dan 36 diatur mengenai isi siaran sebagai berikut :Pasal 35 Isi siaran harus sesuai dengan asas, tujuan, fungsi, dan arah siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.Pasal 36Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.Agar penyiaran agama dapat berjalan baik dan bernuansa kerukunan maka seluruh regulasi tersebut perlu diindahkan.Apabila diperhatikan berbagai regulasi sebagaimana dikemukakan di atas, jelas tampak adanya upaya untuk memenuhi kepentingan privat (umat beragama) dan kepentingan publik (negara) secara serasi dan integral. Hal ini telah mencerminkan suatu kebijakan multikultural, bahwa kepentingan privat dan kepentingan publik diperhatikan dan dikembangkan dalam suatu tatanan yang tertib, serasi dan integral.Dalam pada itu, perlu diingat pula bahwa komunitas internal umat beragama adalah cukup bervariasi pula. Misalnya umat Islam. Penyiaran Islam dapat dilakukan secara umum di kalangan Islam, diposisikan sebagai ruang privat dalam hubungan dengan umat agama lainnya dan dengan ruang publik. Akan tetapi apabila penyiaran agama Islam dilakukan dalam versi khusus, misalnya versi Muhammadiyah, atau NU atau salafiyah maka perlu penyesuaian audiensnya. Atau sebaliknya untuk audiens dengan kecenderungan tertentu, perlu versi penyiaran agama Islam dengan versi tertentu, atau secara umum saja. Hal ini untuk menjaga kerukunan internal agama. Dalam konteks antar agama, sebagaimana dimaklumi terdapat sejumlah perbedaan, di samping adanya persamaan-persamaan. Amatlah diperlukan kearifan dalam melaksanakan penyiaran agama yang isinya mengungkapkan tentang perbedaan antar agama tersebut. Perlu dijaga agar penjelasan yang diberikan tidak menimbulkan pandangan dan penyikapan yang negatif terhadap umat lain yang pada gilirannya dapat menimbulkan tindakan negatif dan konflik. Dengan kata lain, timbul gangguan publik, atau lebih parah lagi dapat menjadi ancaman terhadap negara.Pengelolaan penyiaran agama yang difokuskan kepada nilai-nilai kebajikan, nilai-nilai kesucian, nilai-nilai keadilan, keselamatan dan kesejahteraan, serta nilai-nilai universal lainnya amatlah baik dikembangkan di ruang privat dan di ruang publik. Penyiaran agama semacam ini amat perlu dan amat bermanfaat bagi kepentingan internal umat beragama, antar umat beragama, negara Indonesia, dan umat manusia pada umumnya.KEPUTUSAN BERSAMAMENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERINOMOR 1 TAHUN 19791 TAHUN 1979TENTANGTATACARA PELAKSANAAN PENYIARAN AGAMADAN BANTUAN LUAR NEGERI KEPADA LEMBAGAKEAGAMAAN DI INDONESIAMENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERIMenimbang : bahwa agar pelaksanaan pedoman penyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga keamanan di Indonesia dapat berjalan dengan tertib, dianggap perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk tentang tatacara pelaksanaannya.Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pencasila;3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1978 tentang Gari-garis Besar Haluan Negara;4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;5. Keputusan Presiden Nomor 44 tahun 1974 tentang Pokok Organisasi Departemen;6. Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen, jo Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1978 tentang Perubahan Lampiran Nomor 45 Tahun 1974;7. Keputusan Presidium Kabinet Nomor 81/ U/Kep/4/1967 tentang Pembentukan Panitia Kerjasama Tehnik Luar Negeri;8. Keputusan Presiden Nomor 59/M Tahun 1978 tentang Pengangkatan Menteri-Menteri Kabinet Pembangunan III;9. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/Ber/Mdn-Mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pengembangan dan ibadat agama oleh pemeluk-pemeluknya;10.Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama;11.Keputusan Menteri Agama Nomor 77 Tahun 1978 tentang Bantuan Keagamaan di Indonesia;Memperhatikan : Hasil Kerja Koordinasi Menteri-Menteri Bidang KesejahteraanRakyat tanggal 19 Oktober 1978.MEMUTUSKANMenetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PENYIARAN AGAMA DAN BANTUAN LUAR NEGERI KEPADA LEMBAGA KEAGAMAAN DI INDONESIA.BAB ITUJUANPasal 1(1 ) Keputusan Bersama ini ditetapkan dengan tujuan untuk :a. Memberikan pengaturan dan pengarahan bagi usaha-usaha penyiaran agama serta usaha-usaha untuk memperoleh atau menerima di Indonesia sehingga cara pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan tertib dan serasi.b. Mengokohkan dan mengembangkan kerukunan hidup diantara sesama umat beragama di Indonesia serta memantapkan stabilitas nasional yang sama penting artinya bagi kelangsungan dan berhasilnya pembangunan nasional.(2) Keputusan Bersama mi tidak dimaksudkan untuk membatasi usaha-usaha pembinaan, pengembangan dan penyiaran agama di Indonesia.BAB IIPENGERTIANPasal 2Di dalam Keputusan Bersama mi, yang dimaksud dengan:(1) Penyiaran Agama adalah segala kegiatan yang bentuk, sifat dan tujuannya untuk menyebarluaskan ajaran sesuatu agama.(2) Pengawasan, adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan penyiaran agama dan bantuan luar negeri.(3) Bantuan LuarNegeri, adalah segala bentuk bantuan berasal dari Luar Negeri yang berwujud bantuan tenaga, barang dan atau keuangan, fasilitas pendidikan dan bentuk bantuan lainnya yang diberikan oleh Pemerintah Negara Asing, organisasi atau perseorangan di luar negeri kepada lembaga keagamaan dalam rangka pembinaan, pengembangan dan penyiaran agama di Indonesia.(4) Lembaga Keagamaan, adalah organisasi, perkumpulan, yayasan dan lain-lain bentuk kelembagaan lainnya termasuk perorangan yang usahanya bertujuan membina, mengembangkan dan atau menyiarkan agama yang dan segi pelaksanaan Kebijaksanaan Pemerintah termasuk dalam ruang lingkup tugas dan wewenang Departemen Agama.(5) Kepala Perwakilan Departemen yang berwenang adalah Kepala Kantor Wilayah atau Perwakilan Departemen di daerah Tingkat I dan Tingkat II yang ruang lingkup tugas dan wewenangnya meliputi masalah agama.BAB IIITATACARA PELAKSANAAN PENYIRAN AGAMAPasal 3Pelaksanaan penyiaran agama dilakukan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati antara sesama umat beragama serta dengan dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk/menganut dengan melakukan ibadat menurut agamanya.Pasal 4Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama lain dengan cara:a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian, makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentu-bentuk pemberian apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain berpindah dan memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut.b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain.c. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah memeluk/menganut agama yang lain.Pasal 5(1) Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II mengkoordinir kegiatan Kepala Perwakilan Departemen yang Berwenang dalam melakukan bimbingan dan pengawasan atas segala kegiatan pembinaan, pengembangan dan penyiaran agama oleh Lembaga Keagamaan sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berlangsung sesuai ketentuan pasal Keputusan Bersama mi, serta lebih menumbuhkan kerukunan hidup antara sesama umat beragama.(2) Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikota/ Kepala Daerah Tingkat II mengkoordinir kegiatan Kepala Perwakilan Departemen yang berwenang dalam melakukan bimbingan terhadap kehidupan Lembaga Keagamaan dengan mengikut sertakan Majelis-Majelis Agama di daerah tersebut.BAB IVBANTUAN LUAR NEGERIKEPADA LEMBAGA KEAGAMAANPasal 6(1) Segala bentuk usaha untuk memperoleh dan atau penerimaan bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan, dilaksanakan dan melalui persetujuan Panitia Koordinasi Kerjasama Teknik Luar Negeri (PKKTLN) setelah mendapat rekomendasidari Departemen Agama.(2) Penggunaan tenaga rokhaniawan asing dan atau tenaga ahli asing lainnya atau penerimaan segala bentuk bantuan lainnya dalam rangka bantuan luar negeri dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pasal 7Semua lembaga keagamaan wajib mengadakan pendidikan dan latihan bagi warga negara Indonesia untuk dapat menggantikan tenagatenaga rokhaniawan dan atau tenaga asing lainnya, untuk melakukan kegiatan dalam rangka bentuan luar negeri termasuk pasal 6.Pasal 8Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/ WalikotaJ Kepala Daerah Tingkatll mengkoordinir kegiatan Kepala Perwakilan Departemen yang berwenang dalam melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap:a. Kegiatan tenaga rokhaniawan asing serta warga negara asing yang membantu lembaga keagamaan di daerah;b. Kegiatan semua lembaga-lembaga keagamaan di daerah yang bergerak di bidang pembinaan, pengembangan dan penyiaran;c. Pelaksanaan bantuan luar negeri di bidang agama sesuai dengan maksud dan tujuan bantuan tersebut;d. Pelaksanaan pendidikan dan latihan di bidang agama serta sosial kemasyarakatan lainnya yang diadakan oleh lembaga keagamaan di daerah.BAB VLAIN LAINPasal 9Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktur Jenderal BimbinganMasyarakat Hindu dan Buddha Departemen Agama dan Direktur Jenderal Sosial Politik Departemen Dalam Negeri melaksanakan Keputusan Bersama ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan keputusan ini.Pasal 10Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 2 Januari 1979MENTERI DALAM NEGERI MENTERI AGAMACap/ttd Cap/ttdH. Amir Mahmud H. Alamsjah Ratu Perwira

Badan Penyiaran Hindu (BPH) kepulauan Riau adalah suatu badan yang dibentuk oleh Parisada Kepulauan Riau guna melaksanakan penyiaran Agama Hindu di Kepulauan Riau. Penyiaran adalah kegiatan pemancar luasan informasi melalui berbagai sarana komunikasi termasuk media elektronik, media online, media cetak, media penerbitan, dharma wacana, dharma tula dan sebagainya.Visi BPHMenjadi pusat unggulan diseminasi ajaran Agama Hindu dan Bisama di Indonesia.Misi BPHBadan Penyiaran Hindu sebagai lembaga yang dipercaya oleh umat Hindu dalam melaksanakan diseminasi Ajaran Agama Hindu.Badan Penyiaran Hindu menjadi lembaga profesional di bidang media elektronik, media online, media cetak dan media penerbitan yang berbasis ajaran Agama Hindu.Badan Penyiaran Hindu sebagai bank data dan badan sensor naskah-naskah yang berbasis ajaran Agama Hindu.Badan Penyiaran Hindu sebagai wahana pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan diseminasi ajaran Agama Hindu dan Bisama Parisada Hindu Dharma Indonesia.Badan Penyiaran Hindu sebagai pusat profesional dalam membangun jejaring kerja, melakukan akses informasi dan menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait.TUGAS POKOK BADAN PENYIARAN HINDUMelaksanakan diseminasi ajaran Agama Hindu melalui media elektronik dengan menetapkan tema, naskah, narasumber, presenter, moment dan waktu yang tepat untuk mencapai pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu oleh umat Hindu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.Melaksanakan diseminasi ajaran Agama Hindu melalui media online dengan menetapkan tema, naskah, narasumber, presenter, moment dan waktu yang tepat untuk mencapai pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu bagi umat Hindu yang menggunakan media online.Melaksanakan diseminasi ajaran Agama Hindu melalui media cetak dengan menetapkan tema, naskah, narasumber, presenter, moment dan waktu yang tepat untuk mencapai pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu bagi umat Hindu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.Melaksanakan diseminasi ajaran Agama Hindu melalui media penerbitan dengan menetapkan tema, naskah, narasumber, presenter, moment dan waktu yang tepat untuk mencapai pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu bagi umat Hindu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.Melaksanakan diseminasi ajaran Agama Hindu melalui media harma wacana, dharma tula, dharma gita dan lain-lain dengan menetapkan tema, naskah, narasumber, presenter, moment dan waktu yang tepat untuk mencapai pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu bagi umat Hindu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.DASAR PEMBENTUKAN BADAN PENYIARAN HINDUPembentukan Badan Penyiaran Hindu Pusat, sesuai Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Nomor: 13/SK/Parisada Pusat/III/2007 dan Nomor: 40/SK/Parisada Pusat/XI/2008 tertanggal 30 Nopember 2008Pembentukan Badan Penyiaran Hindu Kepulauan Riau, sesuai Surat Keputusan Pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia Kepulauan Riau Nomor: 003/Parisada/Kepri/XII/2010 tertanggal 8 Desember 2010.SUSUNAN PENGURUS BPH KEPRIPenasehat: Drs. I Wayan Catra YasaI Putu Suardika, S.TKetua: I Gusti Ngurah Ray SuwimbawaWakil Ketua: I Made Arjadi, S.TSekretaris: I Made Kasa Astawa, S.TWakil Sekretaris : Agus Widiantara, S.TBendahara: KatmiartikWakil Bendahara : Ni Putu Resi DeepseaniKoordinator Bidang Media Elektronik : AstutiKoordinator Bidang Media Cetak: I Gusti Ngurah Yudiantara, S.TKoordinator Bidang Media Online: I Ketut SantosaKoordinator Bidang Penerbitan: I Wayan Mesra Ariyawan, S.TKoordinator Bidang Pelatihan: I Made Karmawan, A.MaKoordinator Bidang Naskah: Agustin V.R