makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

15
Pengaruh Trauma Kimia pada Mata dan Tatalaksananya Gusria Winingsih A8 102012397 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana [email protected] Pendahuluan Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan di bidang penyakit mata, terutama yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia. Oleh karena itu trauma karena asam dan basa kuat lebih berbahaya. Trauma karena bahan alkali dua kali lebih sering dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak digunakan dalam industri dan rumah tangga. Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan kolagen kornea. Pada trauma kimia basa dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan proses penyabunan yang disertai dengan dehidrasi. Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan fisiologis atau air bersih. 1 | Page

Upload: ferina-evangelin

Post on 05-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Pengaruh Trauma Kimia pada Mata dan Tatalaksananya

Gusria Winingsih

A8

102012397

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

[email protected]

Pendahuluan

Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan di bidang penyakit mata, terutama

yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum

dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan

oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat

tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia. Oleh karena itu trauma karena asam

dan basa kuat  lebih berbahaya. Trauma karena bahan alkali dua kali lebih sering

dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak digunakan dalam industri dan

rumah tangga. Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan

menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan

pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan

penghancuran jaringan kolagen kornea. Pada trauma kimia basa dapat menembus ke dalam

bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan proses

penyabunan yang  disertai dengan dehidrasi.

            Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan

fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama,

paling sedikit 15-30 menit. Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai

mata, hal ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk

menentukan sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat. Hal ini penting dilakukan

karena dalam tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan. Trauma kimia yang

parah memerlukan perawatan yang lama dan intensif di rumah sakit  serta kunjungan rawat

jalan yang juga berlangsung lama. Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan  waktu berbulan-

bulan. Sebagai akibat dari kehilangan penglihatan sesisi atau kedua-duanya  maka pasien bisa

kehilangan kemampuan mengemudi, kehilangan pekerjaan dan menjadi tergantung dengan

orang lain.

1 | P a g e

Page 2: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Skenario kasus

Seorang laki-laki 35 tahun datang ke poliklinik di antar oleh teman sekerjanya.

Keluhan utama pandangan kedua mata kabur dan nyeri setelah terkena cipratan bahan kimia

di pabrik tempat dimana mereka bekerja.

Anamnesis

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis

dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. 1 Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan

derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.

Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada

mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan

kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. 1

Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal

ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata. Waktu dan durasi

dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,  serta penatalaksanaan yang telah

diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam

diagnosis.1,2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda  setelah dilakukan irigasi yang banyak

pada mata yang terkena dan pH mata telah netral.2 Setelah dilakukan irigasi, dilakukan

pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia

limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi

topikal.1

Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :

Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh

epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-up take  fluoresin secepat

abrasi kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi. 2

Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih  sampai opasifikasi total

sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

2 | P a g e

Page 3: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang

penyembuhannya tidak baik.

Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk  flare dan cells. Temuan ini biasa

terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.

Peningkatan  tekanan intraokular

Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan 

kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan bola yang telah terkena

trauma.

Inflamasi konjungtiva

Iskemia perilimbus

Penurunan tajam penglihatan , terjadi karena  kerusakan epitel, kekeruhan kornea,

banyaknya air mata.1,2

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa

kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya

sel dan flare pada bilik mata depan. 2 Pada kornea dapat ditemukan keratitis punktata sampai

erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak

merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva.

Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta

opasitas pada kornea.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pH permukaan bola mata secara periodik dan melanjutkan irigasi sampai

PH netral . Selain itu, pemeriksaan seperti tes flourescein, tes tonometri Goldman, tes

Schimmer, tes sitologi impresi juga perlu dilakukan. 3 Pemeriksaan laboratorium diperlukan

jika terdapat kelainan sistemik lain.

Diagnosa Kerja

Trauma Basa

Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion

hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation

berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini

menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga

3 | P a g e

Page 4: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

memperberat kerusakan jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam  melalui

kornea  dan segmen anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan

kornea. Kolagenase yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.Berlanjutnya

aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.4

Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi

perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan

tekanan intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang

pelepasan prostaglandin  yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.2,4

Basa yang menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir

dengan kebutaan penderita.

 Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada

mata. Basa akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan dan sampai pada

jaringan retina. Proses yang terjadi disebut nekrosis liquefactive. Bahan akustik soda dapat

menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Penyulit yang dapat ditimbulkan

oleh trauma basa adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisasi kornea,

katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata .Penyulit jangka panjang dari luka bakar kimia

adalah glaukoma sudut tertutup, pembentukan jaringan parut kornea, simblefaron, entropion,

dan keratitis sika. 4

Dignosa Banding

Trauma Asam

Asam terdisosiasi menjadi ion-ion  hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen

merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan

denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel – epitel kornea yang terpajan.

Presipitasi dan koagulasi permukaan bola  mata disebut nekrosis koagulatif. Koagulasi protein

mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi tidak

akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.4 Umumnya kerusakan yang terjadi bersifat

nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja. 

Asam hidrofluorat adalah pengecualian dalam kasus trauma akibat asam. Asam

hidrofluorat adalah asam lemah yang dapat melewati membran sel dengan cepat, dalam

keadaan tetap tidak terionisasi, sementara ion fluoride berpenetrasi lebih baik ke stroma 

dibanding asam lainnya sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah di segmen

4 | P a g e

Page 5: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

anterior.Karena itu  asam hidrofluorat bekerja seperti basa, menyebabkan nekrosis

liquefactive. Ion fluoride yang dilepaskan ke dalam sel dapat menginhibisi enzim glikolitik

dan dapat bergabung dengan kalsium dan magnesium, membentuk kompleks tidak larut.

Nyeri lokal yang hebat diduga sebagai akibat dari kegagalan imobilisasi kalsium, yang

kemudian mendorong stimulasi syaraf oleh perpindahan potassium.

Etiologi

Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik

pada wajah. Beberapa bahan kimia bersifat basa dan asam yang dapat menyebabkan trauma

pada mata ialah;

Semen

Soda Kuat

Amonia

NaOH

CaOH

Cairan Pembersih dalam rumah tangga

Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat,

danasam hidroflorida. Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang

karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Industri (pembersih dinding,

glass etching (pengukiran pada kaca dengan cairan kimia), electropolishing, dan

fermentasi pada pengolahan bir).1,5

Patofisiologi

Bahan asam dan basa menyebabkan trauma dengan mekanisme yang berbeda.

Kerusakan jaringan akibat trauma kimia ini secara primer akibat proses denaturasi dan

koagulasi protein selular, dan secara sekunder melalui kerusakan iskemia vaskular. Bahan

asam menyebabkan terjadinya nekrosis koagulasi dengan denaturasi protein pada jaringan

yang berkontak. Hal ini disebabkan karena bahan asam cenderung berikatan dengan protein

jaringan dan menyebabkan koagulasi pada epitel permukaaan. Timbulnya lapisan koagulasi

ini merupakan barier terjadinya penetrasi lebih dalam dari bahan asam sehingga membatasi

kerusakan lebih lanjut.  Oleh karena itu trauma asam sering terbatas pada jaringan

superfisial.1,2,6

5 | P a g e

Page 6: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Terdapat pengecualian yaitu asam hidrofluorik yang dapat menyebabkan nekrosis

likuefaksi yang mirip pada alkali. Bahan asam hidrofluorik ini dapat dengan cepat menembus

kulit sampai ke pembuluh darah sehingga terjadi diseminasi ion fluoride. Ion fluoride ini

kemudian mempresipitasi kalsium sehingga menyebabkan hipokalsemi dan metastasis

kalsifikasi yang dapat mengancam jiwa. Bahan alkali dapat menyebabkan nekrosis likuefaksi

yang potensial lebih berbahaya dibandingkan bahan asam. Larutan alkali mencairkan jaringan

dengan jalan mendenaturasi protein dan saponifikasi jaringan lemak.1,2 Larutan alkali ini

dapat terus mempenetrasi lapisan kornea bahkan lama setelah trauma terjadi.

            Kerusakan jangka panjang pada konjungtiva dan kornea meliputi defek pada epitel

kornea, simblefaron serta pembentukan jaringan sikatriks. Penetrasi yang dalam dapat

menyebabkan pemecahan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasitas lapisan stroma

kornea. Jika terjadi penetrasi pada bilik mata depan, dapat terjadi kerusakan iris dan lensa.

Kerusakan epitel silier dapat menggangu sekresi asam askorbat yang diperlukan untuk

produksi kolagen dan repair kornea. Selain itu dapat terjadi hipotoni dan ptisis bulbi. Proses

penyembuhan dapat terjadi pada epitel kornea dan stroma melalui proses migrasi sel epitel

dari stem cells pada daerah limbus.4 Kolagen stroma yang rusak akan difagositosis dan

dibentuk kembali.

Klasifikasi derajat berat trauma kimia

Gradasi dan prognosis trauma kimia ditentukan berdasarkan kerusakan kornea dan

iskemia limbus. Iskemia limbus merupakan faktor klinis yang sangat penting karena

menunjukkan level kerusakan pada pembuluh darah di limbus dan mengindikasikan

kemampuan stem sel kornea (yang terdapat di limbus) untuk regenerasi kornea yang rusak.6

Oleh karena itu, pada trauma kimia mata putih lebih berbahaya dibanding mata merah.

Ada 2 jenis klasifikasi derajat trauma kimia yang sering digunakan pada praktek

sehari-hari. 

Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi atas :

Grade I     : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik)

Grade II    : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia

                   limbus < sepertiga (prognosis baik)

Grade III  :detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampai

      setengah

Grade IV : kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah (prognosis sangat buruk)

6 | P a g e

Page 7: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Gradasi klinis berdasarkan kerusakan stem sel limbus (menurut kriteria Hughes), yang

digunakan di departemen mata RSCM yaitu :

I.               Iskemia limbus yang minimal atau tidak ada

II.              Iskemia kurang dari 2 kuadran limbus

III.             Iskemia lebih dari 3 kuadran limbus

IV.             Iskemia pada seluruh limbus, seluruh permukaan epitel konjungtiva dan bilik mata depan

Selain pembagian tersebut diatas, khusus untuk trauma basa dapat diklasifikasikan

menurut Thoft menjadi :

Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea

Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

Derajat 4 konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Penatalaksanaan

Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan tatalaksana sesegera mungkin.

Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri, dan risiko inflamasi. 7 Tatalaksana

emergensi yang diberikan yaitu:

1.   Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat selama minimal 30

menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut dapat digunakan. Larutan asam

tidak boleh digunakan untuk menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan

anestetik topikal dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan

eversi kelopak mata atas untuk dapat mengirigasi fornices. 7

2.   Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan menggunakan

kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)

7 | P a g e

Page 8: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

3.    Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices diswab dengan menggunakan moistened

cotton-tipped applicator atau glass rod. Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat

membantu dalam pembersihan partikel dari fornix dalam.

Medikamentosa

pemberian obat-obatan lain juga bermanfaat dalam menurunkan proses inflamasi,

meningkatkan regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea. Obat tambahan yang biasa

diberikan:

Asam askorbat : berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen, diberikan secara

topikal dan sistemik. Beberapa riset menunjukkan pemberian topikal asam askorbat

10% terbukti dapat menekan perforasi kornea. Akan tetapi, tatalaksana ini baru

digunakan pada tahap eksperimental (asam askorbat topikal 10% , setiap 2 jam dan

sistemik 4x 2 g per hari).

Asam sitrat : merupakan inhibitor kuat terhadap aktivitas neutrofil. Pemberian topikal

10% setiap 2 jam selama 10 hari.

Tetrasiklin : membantu menghambat proses kolagenase,  menghambat neutrofil dan

mengurangi ulserasi. Biasanya pemberian secara topikal dan sistemik (doksisiklin 2 x

100 mg)

Untuk tatalaksana trauma oleh asam hidrofluorat, medikasi yang optimum masih

belum dilakukan. Beberapa studi menggunakan 1% calcium gluconate sebagai media

irigasi atau untuk tetes mata. Bahan – bahan mengandung Magnesium juga digunakan

pada kasus ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian yang mendukung efektifitas terapi

– terapi tersebut. Irigasi mengunakan magnesium klorida terbukti tidak bersifat toksik

terhadap mata. Efek positif dari terapi ini dilaporkan masih dapat ditemukan

walaupun pada pemberian 24 jam setelah cedera, dimana medikasi lainnya sudah

tidak berguna. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan sebagai tetes mata

setiap 2 – 3 jam atas pertimbangan irigasi dapat mengiritasi mata dan menimbulkan

ulserasi kornea.7

Terapi bedah dini penting untuk revaskularisasi limbus, restorasi populasi sel limbus

dan membentuk fornises. Sedangkan terapi bedah lanjutan meliputi graft konjungtiva

atau membran mukosa, koreksi deformitas kelopak mata, keratoplasti, serta

keratoprostheses.

8 | P a g e

Page 9: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

Prognosis

Prognosis berdasarkan pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH,

kecepatan dan jumlah bahan kimia serta seberapa tepat dan cepatnya penanganan. Trauma

yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan

bahan asam.7

Komplikasi

Komplikasi paling serius dari trauma asam adalah jaringan parut konjungtiva dan

kornea, vaskularisasi kornea, glaukoma dan uveitis. Biasanya trauma akibat asam akan

normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.2

Pencegahan

Edukasi dan pelatihan untuk mencegah pajanan zat kimia di tempat kerja  dapat

mencegah terjadinya trauma kimia pada mata. Pekerja  yang dapat  terpajan zat kimia di

tempat kerja harus menggunakan safety goggles.Trauma kimia pada anak sering terjadi

karena tidak adanya pengawasan. Letakkan  semua produk rumah tangga yang dapat

menimbulkan bahaya di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak.

Kesimpulan

Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus

kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan pengendapan dan

penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan

kolagen kornea. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan

jumlah bahan kimia. Trauma kimia yang parah memerlukan perawatan yang lama dan

intensif di rumah sakit  serta kunjungan rawat jalan yang juga berlangsung lama. Pemulihan

dan rehabilitasi membutuhkan  waktu berbulan-bulan.

Daftar Pustaka

1. Ilyas S. Trauma mata. Dalam:Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta:Balai Penerbit

FKUI; 2010.h.271-3

9 | P a g e

Page 10: makalah blok 23 trauma kimia mata.docx

2. Kanski Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach. 7th  ed.Jakarta:

EGC;2011.h.44-9.

3. Vaughan DG, Taylor A. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika;2010.h.122-34.

4. Rhee DJ, Pyfer MF, editors. The Wills Eye Manual: office and emergency room

diagnosis and treatment of eye disease. 3rdedition. Jakarta : EGC;2009.h.201-15.

5. Rubenstein David. Kedokteran klinis.Jakarta:Erlangga:2011.h.99-107.

6. Roper MJ, Hall. Kedaruratan mata (Eye Emergencies). Jakarta:

Hipokrates;2009.h.240-7.

7. Neal M.J.At a Glance Farmakologi Medis.Jakarta:Erlangga;2012.h.174-5.

10 | P a g e