makalah bioetika kedokteran pbl blok 1

15
Bioetik sebagai Dasar Etika Kedokteran Nama Penulis: Selvi Gunawan NIM: 102013052 Kelompok PBL: E5 Pendahuluan Latar Belakang Seiring perkembangan dunia dibidang teknologi, perkembangan pendidikan masyarakat pun ikut bertambah, terutama dibidang medis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dokter yang semakin bertambah banyak, dokter spesialisisasi maupun dokter umum dan wawasan masyarakat akan kesehatan juga bertambah luas. Masyarakat sudah dapat memikirkan akan hak-hak nya sebagai pasien yang wajib mereka dapatkan serta mengenali penyakit yang mereka derita. Itulah sebabnya mengapa seorang pasien bisa saja pergi berobat ke beberapa dokter dengan spesialis yang berbeda-beda, dampak yang diberikan adalah hubungan dokter dengan pasiennya tidak begitu dekat lagi. Dari kondisi seperti ini, pihak kedokteran pun memikirkan untuk memperhatikan hal-hal tersebut, agar dapat menyeimbangi dan memuaskan pasien yang datang kepadanya. Maka disepakati untuk membuat sebuah Kaidah Bioetik. Kaidah Bioetik adalah panduan dasar bagi dokter dalam menentukan sikap maupun tindakan pada kasus yang dialami oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan. Pada kasus kali ini, saya akan membahas masalah yang dialami oleh dr. Bagus, seorang dokter yang mengabdikan diri di sebuah puskesmas di desa yang terpencil dan sangat jauh dari kota.

Upload: agneszhangg

Post on 25-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Makalah PBL Blok 1 Modul 1 tentang bioetika kedokteran

TRANSCRIPT

Bioetik sebagai Dasar Etika KedokteranNama Penulis: Selvi GunawanNIM: 102013052Kelompok PBL: E5

PendahuluanLatar Belakang Seiring perkembangan dunia dibidang teknologi, perkembangan pendidikan masyarakat pun ikut bertambah, terutama dibidang medis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dokter yang semakin bertambah banyak, dokter spesialisisasi maupun dokter umum dan wawasan masyarakat akan kesehatan juga bertambah luas. Masyarakat sudah dapat memikirkan akan hak-hak nya sebagai pasien yang wajib mereka dapatkan serta mengenali penyakit yang mereka derita. Itulah sebabnya mengapa seorang pasien bisa saja pergi berobat ke beberapa dokter dengan spesialis yang berbeda-beda, dampak yang diberikan adalah hubungan dokter dengan pasiennya tidak begitu dekat lagi. Dari kondisi seperti ini, pihak kedokteran pun memikirkan untuk memperhatikan hal-hal tersebut, agar dapat menyeimbangi dan memuaskan pasien yang datang kepadanya. Maka disepakati untuk membuat sebuah Kaidah Bioetik. Kaidah Bioetik adalah panduan dasar bagi dokter dalam menentukan sikap maupun tindakan pada kasus yang dialami oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan. Pada kasus kali ini, saya akan membahas masalah yang dialami oleh dr. Bagus, seorang dokter yang mengabdikan diri di sebuah puskesmas di desa yang terpencil dan sangat jauh dari kota.

PembahasanA. Definisi Bioetik Bioetik berasal dari katabiosyang berati kehidupan danethosyang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau Biomedical Ethics, yang dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu etika yang membahas masalah-masalah yang timbul dalam praktek kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis. Norma Bioetika pada saat ini banyak dipengaruhi oleh aturan hukum, finansial, budaya, isu-isu sosial, agama, moralitas, hak pasien dan sebagainya. Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang.B. Pembahasan Masalah Kaidah Dasar Bioetik yang dipraktikan di kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 macam kaidah, yaitu: Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy. Seorang dokter harus mengamalkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kaidah Dasar Bioetik, namun pada kasus tertentu, kondisi seorang pasien dapat berubah dari kaidah yang satu ke kaidah yang lain. Dalam penanganannya dokter harus bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan atau merelakan prinsip yang lama untuk digantikan dengan prinsip baru yang lebih absah, kondisi seperti ini disebut Prima Facie.a. Beneficence Prinsip ini digunakan ketika kondisi pasien dalam keadaan yang wajar atau umum, tidak gawat darurat, dan seperti pada banyak pasien lainnya. Hal-hal yang mendasari kaidah Beneficence adalah mencegah terjadi kerugian, menghilangkan kondisi penyebab kerugian, berbuat baik, memberikan keseimbangan antara biaya-resiko-keuntungan. Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia7. Tidak ada pembatasan goal based8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/prefensi pasien9. Minimalisasi akibat buruk10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan12. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan14. Mengembangkan profesi secara terus menerus15. Memberikan obat berkhasiat namun murah16. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu jangan menyakiti bila tidak ingin disakiti Kaidah Beneficence dalam kasus dr. Bagus:> Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.(paragraf 1)Disini dr. Bagus menunjukkan prinsip mengutamakan altruisme (B1), ia rela berkorban jauh dari kota demi mengobati masalah kesehatan warga didesa terpencil, ia bahkan telah berkerja lama demi kepentingan kesehatan didesa terpencil tersebut. Dokter Bagus juga menunjukkan prinsip yang menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan (B11), karena ia melayani pasien tanpa mengenal batas waktu, dari pagi sampai siang bahkan malam, walaupun sebenarnya ia merasa kelelahan, tetapi ia tetap memberikan hak pasien untuk diberi pengobatan.> Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat dirumah sakit yang berada di kota. (paragraf 2, kalimat 3)Disini dr. Bagus menunjukkan prinsip mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4), menjamin kehidupan-baik-minimal manusia (B6) dan minimalisasi akibat buruk (B9)> Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr. Bagus. (paragraf 3, kalimat 4)Tindakan dr. Bagus disini menunjukkan prinsip mengutamakan altruisme (B1), paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang (B5) karena ia rela untuk datang mengecek kondisi sang anak walaupun sudah selesai tugas, tindakan ini mengandung hubungan seperti orang tua dan anaknya yang memberi perhatian sangat besar. Tindakan dr. Bagus juga menunjukkan bahwa ia menjalankan prinsip menjamin kehidupan-baik-minimal manusia (B6), minimalisasi akibat buruk (B9) dan memberikan obat berkhasiat namun murah (B15).> Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat-obat kemoterapeutik. Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat-obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (paragraf 4, kalimat 11&12)Prinsip dalam tindakan dr. Bagus disini adalah mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4) dan minimalisasi akibat buruk (B9). Dokter Bagus tetap mengusahakan memberikan obat-obat untuk sang anak agar tidak terlalu menderita akibat penyakitnya yang sudah stadium lanjut.> Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (paragraf 5, kalimat 2)Disini dr. Bagus menerapkan prinsip kewajiban menolong pasien gawat darurat (B10) dilihat dari tindakannya yang tidak memilih-milih pasien, ia tetap menolong pasien yang gawat darurat bahkan lebih mengutamakannya.> Sambil berimbah peluh, dr. Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (paragraf 5, kalimat 9)Disini prinsip yang digunakan oleh dokter Bagus adalah paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang (B5) dan kewajiban menolong pasien gawat darurat (B10) karena tindakannya yang peduli dan bertanggung jawab menangani pasien yang datang kepadanya, bahkan dalam kondisi gawat darurat sekalipun.> Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk konrol. (paragraf 5, kalimat 10)Prinsip yang digunakan oleh dokter Bagus adalah memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter (B3), paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang (B5), menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan (B11).> Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada di kota. (paragraf 6, kalimat 3)Sisi Beneficence yang ditunjukkan oleh dokter Bagus disini adalah mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya (B4) dan minimalisasi akibat buruk (B9). Ia memilih untuk memberikan surat rujukan kerumah sakit dikota demi mencegah dan memperkecil akibat buruk yang mungkin akan terjadi pada pasiennya, dan juga agar pasiennya dapat mendapatkan perawatan medis yang lebih baik dan lebih canggih.> Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat Tepat langganannya yang berada dikota, jauh dari puskesmas. Dari Lab Klinik ini dr. Bagus mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim kesitu. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh Rp. 300.000,-. (paragraf 7, kalimat 2,3&4)Tindakan dr. Bagus disini telah melanggar prinsip-prinsip Beneficence yaitu tidak mengutamakan altruisme (melanggar B1), memandang pasien/keluarga/sesuatu hanya sejauh menguntungkan dokter (melanggar B3) dan menarik honorarium di luar kepantasan (melanggar B12).> Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut. (paragraf 8, kalimat 3)Disini menujukkan dokter Bagus menerapkan prinsip mengutamakan altruisme (B1) dan memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter (B3) ia rela menolong dan rela berkorban demi kepentingan orang lain, tidak karena kepentingan dirinya sendiri.b. Non-Maleficence Prinsip ini digunakan ketika kondisi pasien dalam keadaan gawat darurat dan dibutuhkan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan nyawanya. Hal-hal yang mendasari kaidah Non-Maleficence adalah jangan menyakiti, jangan memperburuk keadaan, tidak boleh berbuat jahat ataupun membuat pasien menderita, tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tingakan yang buruk. Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:1. Menolong pasien emergensi2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:- Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat)- Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut- Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif- Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya mengalami resiko minimal)3. Mengobati pasien yang luka4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien6. Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek7. Tidak mengobati secara tidak proporsional8. Mencegah pasien dari bahaya9. Menghindari misrepresentasi (salah sangka) dari pasien10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kalalaian11. Memberikan semangat hidup12. Melindungi pasien dari serangan13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya

Kaidah Non-Maleficence dalam kasus dr. Bagus:> Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (paragraf 5, kalimat 2)Disini dokter Bagus menggunakan prinsip menolong pasien emergensi (N1). Ia memprioritaskan untuk menolong pasien yang kondisinya emergensi dan ia pun memberikan pertolongan medis kepada pemuda tersebut.> Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. (paragaraf 5, kalimat 7&8)Prinsip yang ditunjukkan oleh dr. Bagus disini adalah manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (N2) dan menghindari misrepresentasi dari pasien (N9) dilihat dari dokter Bagus tidak membiarkan istrinya salah sangka dengan menjelaskan keadaan telapak tangan suaminya dan langkah yang harus diambil adalah amputasi agar suaminya tidak kehilangan nyawa akibat pendarahan.> Sambil berimbah peluh, dr. Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (paragraf 5, kalimat 9)Disini sisi Non-Maleficence yang diterpakan oleh dr, Bagus adalah menolong pasien emergensi (N1) dan mengobati pasien yang luka (N3), dokter Bagus tidak membiarkan pemuda yang terluka begitu saja, melainkan menolong dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengobatinya.c. JusticePrinsip ini digunakan ketika dalam konteks membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara dengan pasien dalam mengalami gangguan kesehatan. Hal-hal yang mendasari kaidah Justice adalah keadilan dalam memberikan perlakuan, pengobatan kepada setiap pasien tanpa memandang unsur-unsur SARA (suku, ras, agama, antar golongan), pembagian atau penyaluran sumbangan kepada setiap pasien sesuai dengan kebutuhan mereka. Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accesibility, availability, quality)5. Menghargai hak hukum pasien6. Menghargai hak orang lain7. Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll9. Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan16. Bijak dalam makroalokasi

Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus:> Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.(paragraf 1, kalimat 2&3)Prinsip yang ditunjukkan oleh dokter Bagus disini adalah menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accesibility, availability, quality) (J4).> Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (paragraf 2, kalimat 2)Disini dokter Bagus menjalankan prinsip yang pertama yaitu memberlakukan segala sesuatu secara universal (J1) ia adil dalam memeriksa pasiennya yang banyak secara teratur menurut nomor urut pendaftaran agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancardan tidak membeda-bedakan pasien.> Setelah memeriksa pasien tersebut dr. Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. (paragraf 2, kalimat 4)Disini dokter Bagus mengambil prinsip memberlakukan segala sesuatu secara universal (J1) yaitu ia sebagai seorang dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasiennya, memberi obat atau vitamin yang diperlukan dan juga nasehat agar pasiennya dapat lekas sembuh.> Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersbut dirawat dirumah sakit yang berada dikota. (paragraf 3, kalimat 3)Dokter Bagus menunjukkan prinsip yang ketiga yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama (J3) , ia memberikan kesempatan agar setiap pasiennya yang dalam kondisi buruk bisa mendapatkan perawatan medis yang lebih baik.> Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3, kalimat 6)Prinsip yang ditunjukkan disini adalah dr. Bagus memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien (J10), seorang dokter umumnya akan memberikan resep obat dan cara meminumnya, melalui suster atau mantri. > Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (paragraf 5, kalimat 2)Disini ditunjukkan prinsip memberlakukan segala sesuatu secara universal (J1) dan memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama (J10). Dalam kasus ini tentu harus mengutamakan untuk mengobati pasien yang gawat darurat terlebih dahulu, walaupun urutan nomor pendaftarannya sudah sampat.> Pada pemeriksaan, dr. Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang-tulang ditelapak tangan tersebut hancur. (paragraf 5, kalimat 4)Prinsip Justice yang digunakan adalah memberlakukan segala sesuatu secara universal (J1), ia memberikan pengecekan lebih lanjut untuk mengetahui kondisi kesehatan sebenarnya pasien.d. AutonomyPrinsip ini digunakan ketika berkaitan dengan hak-hak pasien kondisi pasien dewasa, yang berkerpribadian matang untuk mengambil jalan hidupnya. Tidak berlaku untuk orang yang mengidap sakit jiwa, idiot, ataupun tidak sadarkan diri. Kaidah Autonomy selalu berkaitan erat dengan informed consent (surat untuk melakukan tindakan medik). Hal-hal yang mendasari kaidah Autonomy adalah Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Prinsip-prinsip yang terkandung antara lain:1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)3. Berterus terang4. Menghargai privasi5. Menjaga rahasia pasien6. Menghargai rasionalitas pasien7. Melaksanakan informed consent8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri9. Tidak mengintervensi atau menghalangi Autonomy pasien10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi12. tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien13. Menjaga hubungan (kontrak)Kaidah Autonomy dalam kasus dr. Bagus:> Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. (paragraf 3, kalimat 4)Disini prinsip kaidah Autonomy yang digunakan oleh dokter Bagus adalah menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.> Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut. (paragraf 4, kalimat 7)Dokter Bagus menunjukkan sisi berterus terang (A3) dan tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien (A12), dilihat dari ia menjelaskan apa adanya, dan tidak menutup-nutupi.> Dokter Bagus menjelaskan keapada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat kemoterapeutik. (paragraf 4, kalimat 11)Dokter Bagus menunjukkan sisi berterus terang (A3) dan tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien (A12).> Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. (paragraf 5, kalimat 7&8)Dalam tindakan dr. Bagus disini, ia telah menerapkan prinsip tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (A2), berterus terang (A3), melaksanakan informed consent (A7) dan tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien (A12). Dokter Bagus berkata apa adanya ketika menjelaskan kepada keluarga pasien (istrinya) demi kebaikan pasien, dan tidak mencampuri atau menghasut kerabat/keluarga pasien untuk memilih keputusan.> Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (paragraf 5, kalimat 10)Dokter Bagus tetap menjaga hubungan (A13) dengan pasiennya melalui kontrol lagi.> Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (paragraf 6, kalimat 4)Dokter Bagus melakukan prinsip membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri (A8).

PenutupKesimpulan Dari hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kaidah Dasar Bioetik sangatlah erat hubungannya dengan setiap tindakan seorang dokter terhadap pasien-pasiennya. Keempat macam Kaidah Dasar Bioetik tentu harus diperhatikan dan dipegang teguh untuk menghindari terjadinya hal-hal yang merugikan pasien, dan juga nama baik dokter. Dari pembahasan kasus dr. Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter Bagus melakukan semua tindakan-tindakannya berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy. Dalam kaidah Beneficence, dr. Bagus sudah berusaha memaksimalisasi keuntungan untuk pasiennya, menghargai martabat manusia, dan memberikan kemudahan serta kepuasan kepada pasien dan kesembuhan penyakitnya. Lalu, dalam kaidah Non-Maleficence, dokter Bagus juga sudah menerapkan prinsip-prinsipnya, yaitu mengutamakan keselamatan nyawa pasien terutama pasien dengan kondisi gawat darurat (emergency), mengambil tindakan pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien dan tidak melakukan perbuatan yang memperburuk atau memperparah kondisi pasien. Kemudian, sesuai prinsip Justice, dr. Bagus dapat mengambil keadilan yang terbaik bagi setiap pasien yang datang kepadanya, melakukan tindakan universal dalam pengobatan, tidak membeda-bedakan berdasarkan suku, ras, agama, dan status sosialnya. Terakhir, tindakan dr. Bagus juga telah menunjukkan prinsip-prinsip dalam kaidah Autonomy, yaitu membiarkan pasien yang dewasa dan berkepribadian matang memilih nasibnya sendiri, menghargai keputusan-keputusan yang diambil pasien, tidak mengintervensi atau mencampuri pasien dalam membuat keputusan.Prinsip-prinsip dalam Bioetik sangatlah penting, maka seorang dokter sebaiknya menjadikan Bioetik sebagai panduan dasar dalam memutuskan tindakan medik apapun dalam penanganan terhadap pasiennya. Sehingga dapat tercipta dan terbinanya hubungan yang harmonis antara dokter dengan pasiennya dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasiennya sendiri.

Daftar Pustaka1. Hartono, B., & Salim, D. (2013). WHO AM I? Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.2. Guwandi, J. Dokter dan Hukum. Jakarta: Monella Jakarta.