makalah-biodevitas

31
I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia memiliki alam yang mendukung untuk berkembangnya keanekaragaman hayati yang membuat Indonesia memiliki keanekaragaman terbesar ke-2 di dunia. Indonesia salah satu megabiodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati di dunia, yakni lebih dari 6.000 spesies flora dan fauna terdapat di Indonesia. Lebih dari 47 tipe keanekaragaman ekosistem berada di Indonesia. Beberapa faktor penyebab keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu: 1. Faktor Astronomis Letak Indonesia dan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi yakni Brasil dan Tanzania terletak di lintang 0 0 atau khatulistiwa. Pada daerah ini memiliki iklim yang mendukung dalam terbentuknya kanekaragaman hayati. Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara, dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap makhluk hidup di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur, dan selalu hijau sepanjang tahun karena 1

Upload: dwirintani2299

Post on 30-Jun-2015

661 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH-BIODEVITAS

I. PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia memiliki alam yang mendukung untuk berkembangnya

keanekaragaman hayati yang membuat Indonesia memiliki keanekaragaman terbesar ke-2 di

dunia. Indonesia salah satu megabiodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi

keanekaragaman hayati di dunia, yakni lebih dari 6.000 spesies flora dan fauna terdapat di

Indonesia. Lebih dari 47 tipe keanekaragaman ekosistem berada di Indonesia.

Beberapa faktor penyebab keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu:

1. Faktor Astronomis

Letak Indonesia dan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi yakni

Brasil dan Tanzania terletak di lintang 00 atau khatulistiwa. Pada daerah ini memiliki iklim

yang mendukung dalam terbentuknya kanekaragaman hayati. Faktor iklim termasuk di

dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara, dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap

kehidupan setiap makhluk hidup di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap

berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan.

Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa.

Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan

angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu

wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di

daerah tropis, banyak jenisnya, subur, dan selalu hijau sepanjang tahun karena

bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari.

2. Faktor Topografi

Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari

permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut

berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin

suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di

daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5

derajat Celcius.

Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya

semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu, ketinggian

permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang 1

Page 2: MAKALAH-BIODEVITAS

suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah

yang suhunya panas dan kering.

3. Faktor Biologis

Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Misalnya daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan

dengan melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat

menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga

mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan

perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor manusia

berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan

juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.

Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai

membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah

untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan

kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.

Contohnya bakteri saprophit merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu

penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat menyuburkkan tanah.

4. Tanah

Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi

pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan

tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah

sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur

tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh

terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah.

Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%),

bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa

pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah

menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di

suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena

tanahnya yang kurang subur.

2

Page 3: MAKALAH-BIODEVITAS

5. Air

Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena

dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam

tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari

iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh

pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah

hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah

yang banyak curah hujannya.

6. Faktor Geologi

Secara geologis, pulau-pulau di Indonesia barat pernah menyatu dengan benua Asia

dan pulau di Indonesia timur pernah menyatu dengan Benua Australia. Oleh karena itu

Indonesia merupakan jembatan penghubung penyebaran flora fauna Asia dan flora fauna

Australia.

Flora dan Fauna Daerah Paparan Sunda

Flora dan Fauna di daerah paparan sunda disebut juga jenis ‘Asiatis’, karena

cirinya lebih mirip dengan ciri-ciri tumbuhan dan hewan di Asia. Jenis ini tersebar

di pulau-pulau Indonesia barat,antara lain Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan,

Pulau Jawa, ditunjukkan dengan kesamaan varietas flora dan faunanya, yaitu:

- Flora : hutan hujan tropis, hutan mangrove

- Fauna : monyet, harimau, badak, siamang, tapir, gajah, banteng, kijang,

kukang, rusa, buaya, beruang, mawas, trenggiling, kancil, ikan lumba-

lumba, singapuarmukang.

Flora dan Fauna Daerah Paparan Sahul

Flora dan fauna di daerah paparan sahul disebut juga ‘Austrialis’ (sub

antartica). Paparan sahul meliputi daerah Papua.

Di Papua kaya akan satwa liar yang fantastis, antara lain kupu-kupu ”sayap

burung” yang mencolok besarnya sebesar sayap burung, burung cendrawasih,

kasuari, nuri, dan kangguru pohon.

3

Page 4: MAKALAH-BIODEVITAS

Dipandang dari segi keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan satwa, Papua

menyamai Kalimantan, keduanya merupakan tempat kekayaan sumber plasma

nutfah terbesar di wilayah ini. Tetapi sebagian besar kekayaan geologis Kalimantan

juga dimiliki oleh Sumetera dan Jawa, sedangkan sejumlah besar kekayaan Papua

bersifat khas, dengan lebih dari setengah jumlah tanaman, burung, dan mamalia

yang ada di pulau ini tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

Kebanyakan fauna Papua berasal dari Australia, tetapi sejak Papua terpisah

oleh naiknya permukaan laut, adanya perbedaan iklim serta isolasi telah

merangsang terjadinya spesiasi (pembentukkan jenis baru). Jadi, meskipun Papua

dan Australia memiliki satwa yang sama, tetapi dalam banyak hal fauna di kedua

tempat itu jelas berbeda.

1. Mamalia Papua : Monotremata dan Marsupialia

Di hutan-hutan Papua yang luas hidup satwa-satwa yang luar biasa menarik

dan mengagumkan. Tetapi tidak ada yang lebih aneh daripada Monotremata dan

Marsupialia, bukti hidup eksperimen alam dalam evolusi. Terdapat jenis mamalia

yang bertelur ditemukan di Papua. Ada tiga kelompok utama mamalia:

Monotremata bertelur, Marsupialia berkantung, dan mamalia berplasenta.

Satu-satunya Monotremata yang ditemukan di Papua adalah Nokdial atau

landak Irian. Nokdial berukuran seperti anjing kecil. Hidup di pegunungan yang

tinggi dan dingin serta di pandang rumput subalpin.

a. Dasyurid dan Bandikut

Walaupun kebanyakan Dasyurid merupakan tikus berkantung, tetapi satwa

ini tidak hidup dari buah-buahan dan biji-bijian. Marsupialia kecil ini yang aktif di

malam hari ini menempati wilayah habitat yang luas dari padang rumput dataran

rendah, hutan hujan tropis, sampai hutan lumut. Contohnya adalah tikus berkantung

pipi merah Sminthopsis. Marsupialia atau mamalia berkantung yang modern antara

lain, kangguru, walabi, kuskus, opossum, dan bandikut. Bandikut ditemukan di

seluruh pulau Papua, baik di padang rumput, hutan terbuka, ataupun hutan lumut.

4

Page 5: MAKALAH-BIODEVITAS

b. Falanger

Falanger adalah kelompok marsupialia Australasia yang penyebarannya

paling luas, meliputi opsum, kuskus, dan koala. Salah satu falanger yang sangat

menarik adalah opsum melayang biasa (sugarglider) habitatnya di pohon dan

bertampilan atau kebiasaan seperti opsum ekor kait yang mirip juga dengan tupai.

Berbagai jenis kuskus ditemukan di Papua, Kep.Aru, dan KI dengan tubuh sebesar

kucing dan dengan ekor prehensile yang panjang.

c. Walabi dan Kangguru Pohon

Walabi dan kangguru pohon adalah marsupialia terbesar dan paling

mengesankan yang dapat ditemukan di Australia dan Papua. Di Papua terdapat lima

jenis walabi, diantaranya, walabi tangkas terbatas di daerah padang rumput dan

daerah kering dan walabi semak yang menghuni padang rumput, belukar, dan hutan

terbuka dari dataran rendah sampai batas pohon masih dapat tumbuh. Kangguru

pohon tampak seperti kangguru kecil, tetapi lebih luar biasa karena tinggal di

pohon. Meskipun berkerabat dengan walabi darat, kangguru pohon agak berbeda

dalam penampilannya akibat adaptasinya terhadap kehidupan di atas pohon.

Kangguru pohon hidup di hutan tropik yang lebat.

2. Burung-Burung di Papua

Papua merupakan asal burung cenderawasih, kaswari yang tak bisa terbang,

dan burung dara mahkota. Yang paling indah adalah burung raja udang kerdil dan

yang paling aneh adalah burung kukabura paruh sekop. Banyak burung-burung

Papua berwarna cerah sehingga merupakan satwa yang sangat mencolok dan paling

menarik perhatian di hutan. Warna yang menyala dapat mempunyai 2 fungsi :

Daya tarik untuk mendapatkan pasangan

Berfungsi untuk menyamarkan diri

Papua adalah “rumah” untuk anggota suku nuri, baik yang terbesar maupun

yang terkecil. Selama 8 bulan dalam setahun air sungai fly meluap, membanjiri

daerah sekitar merauke sehingga menjadi rawa-rawa yang luas. Suatu tempat yang

bagus sekalipun bagi burung berair, diantaranya : bangau berparuh hitam, angsa

magpie dan burung bangau berleher hitam.

5

Page 6: MAKALAH-BIODEVITAS

a. Burung Cendrawasih

Burung yang paling indah di dunia adalah cendrawasih yang terutama di

temukan di Papua, seperti cendrawasih ekor hitam yang ditemukan tahun 1938, dan

mungkin saja masih ada lebih banyak jenis yang belum ditemukan. Burung

cendrawasih menghuni habitat yang luas di hutan dataran rendah sampai

pegunungan. Beberapa jenis terdapat pada ketinggian tertentu seperti burung

cendrawasih Macgregor. Ukuran burung cendrawasih berkisar 150 mm – 710 mm.

b. Burung Namdur

Namdur adalah kerabat terdekat cendrawasih, tapi dipandang mewakili

suatu kelompok yang lebih sempurna tingkat perkembangannya. Penyebaran

burung ini terbatas pada wilayah Australasia. Sembilan jenis dapat kita jumpai di

Papua. Burung ini dijumpai di hutan pegunungan papua pada ketinggian 1100-2800

meter dpl. Ia umumnya terdapat di tempat-tempat tertentu dan hidup soliter.

Contohnya namdur berjambul merah, burung kucing hijau dan burung namdur

emas.

3. Kupu-kupu Bersayap Burung

Ngengat yang paling besar di dunia terdapat di Papua yaitu ngengat

Hercules, dengan luas sayap 250cm. Yang paling menakjubkan keindahannya

adalah kupu-kupu ratu Alexandra, mempunyai lebar sayap hampir 33cm yang lebih

kecil dari jantannya yang hanya 23 cm.

4. Gunung Lorentz

Di pegunungan Lorentz salah satu pegunungan di Papua yang banyak

ditemukannya beragam spesies flora dan fauna. Terutama burung karena d isini

ditemukan burung namdur emas yang langka. Di dalam barisan pegunungan tengah

ditemukan lembah baliem, di lembah ini tinggal suku dani yang perkasa. Suku dani

bertahan dalam kebudayaan zaman batu, hidup dari berburu, menangkap ikan, serta

memanen talas dan umbi-umbian. Wamena dan kota-kota lain di lembah ini

merupakan campuran kehidupan masa lalu dan kini.

6

Page 7: MAKALAH-BIODEVITAS

Hutan pegunungan dihuni oleh burung namdur, landak Irian, walabi

semak, dan kangguru pohon berhias yang berwarna-warni. Juga ditemukan ular

sanca boelen yang langka dan merupakan satu-satunya sanca yang hidup di

daerah setinggi ini. ular ini bisa mencapai panjang lebih dari 3 meter.

5. Kebudayaan asmat

Nama asmat secara harfiah berarti manusia pohon. Makanan pokok

suku asmat adalah sagu, serta dikenal sebagai kanibal. Namun yang pasti

adalah bahwa hidup mereka lebih seirama dengan lingkungan alamnya

dibandingkan bangsa-bangsa pada umumnya yang menganggap dirinya

berbudaya.

Ada dua jenis pohon yang sangat penting dalam kehidupan suku asmat :

pohon bakau dan sagu. Pohon bakau sangat penting bagi kehidupan spiritual

suku asmat, sedangkan pohon sagu merupakan penyokong agar mereka tetap

hidup, pohon sagu menyediakan sebagian besar kebutuhan orang asmat : daun

untuk dinding dan atap rumah, serat dibuat jaring dan keranjang dan

empulurnya untuk dimakan.

Sebagian besar hutan belantara Papua tidak dihuni. Papua adalah

provinsi yang berpenduduk paling jarang di Indonesia. Dan keadaan ini

membuka suatu kesempatan bagi pemerintah untuk membuat suaka alam yang

luas untuk melindungi alam asli yang unik di pulau ini.

Flora dan Fauna Daerah Peralihan

Daerah peralihan ini meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Flora di Sulawesi memiliki kemiripan dengan flora daerah kering di Filipina,

Maluku, Nusa Tenggara, dan Jawa. Selain itu di kawasan pegunungan terdapat

jenis tumbuhan yang mirip dengan tumbuhan di Kalimantan. Di daerah pantai

dan dataran rendah mirip dengan tumbuhan di Papua. Ini menunjukan disversi

tumbuhan dari Kalimantan melalui Jawa dan Nusa Tenggara atau melalui

Filipina.

7

Page 8: MAKALAH-BIODEVITAS

Hewan-hewan yang terdapat di daerah fauna Indonesia tengah adalah

campuran dari fauna Indonesia bagian barat dan timur. Selain itu, di Indonesia

tengah terdapat hewan-hewan yang khas Indonesia, diantaranya Biawak, Anoa,

Komodo, Babi Rusa, dan burung Maleo. Daerah fauna bagian barat dan tengah

di batasi garis Wallacea.

8

Page 9: MAKALAH-BIODEVITAS

II. PERMASALAHAN

Kekayaan sumberdaya hayati Indonesia saat ini diperkirakan sedang mengalami

penurunan dan kerusakan. Krisis keanekaragaman hayati ini bisa disebabkan oleh berbagai

factor yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.

Hutan di Indonesia seluas 120,35 juta hektar (daratannya sekitar 63 %) termasuk hutan

tropis kelompok terbesar ketiga di dunia. Krisis lingkungan global yang berlangsung sejak

tiga warsa terakhir ini merupakan konsekuensi dari penggunaan pola kegiatan yang semata-

mata untuk meraih keuntungan ekonomis. Terjadinya kerusakan hutan tropis di Indonesia,

bersumber dari paradigma penguasaan hak pengelolaan yang berorientasi mengejar

keuntungan ekonomis. Sebenarnya, faktor keuntungan ekonomis merupakan salah satu dari

fungsi hutan. Namun tidak boleh ada saling mengorbankan antar fungsi yang seharusnya

dilaksanakan secara seimbang tersebut. Adapun fungsi hutan pada hakekatnya adalah sebuah

ekosistem yang di dalamnya mengandung fungsi dasar, yaitu fungsi produksi (ekonomi),

fungsi lingkungan (ekologi), serta fungsi sosial.

Indonesia hingga kini masih belum mampu mengatasi penurunan secara terus

menerus. Pilihan antara memproduksi atau melestarikan keanekaragaman hayati terus menjadi

kendala. Faktor ekonomi yang dapat dihasilkan oleh pemanfaatan keanekaragaman hayati

sungguh menggiurkan, tapi hal itu diiringi oleh akibat jika keanekaragaman hayati ini sampai

tereksplorasi secara berlebihan.

Di Papua khususnya tidak luput dari permasalahan yang mengancam

keberadaan flora dan fauna salah satunya adalah permasalahan yang terjadi di Pegunungan

Lorentz, pegunungan tertinggi di timur sesudah Himalaya. Di pegunungan tersebut terhampar

padang salju abadi. Namun satu ekspedisi Australia yang mendaki sampai puncak berselimut

es ini menemukan beberapa jenis burung yang telah mati. Dari bukti-bukti ini disimpulkan

adanya pola migrasi yang tidak seperti diduga. Kebanyakan burung-burung ini adalah jenis-

jenis dataran rendah yang mencoba melintasi rintangan yang sulit ini dalam perjalanannya.

Disinilah salah satu atap dunia, mulai dari hutan hujan dan pantai tempat penyu bertelur di

pesisir utara sampai rawa bakau di selatan. Suaka alam gunung Lorentz yang luas membentang ke

selatan sampai laut arafura meliputi suatu kisaran ekologi yang unik.

9

Page 10: MAKALAH-BIODEVITAS

Disini juga terdapat tambang tembaga Freeport yang menempel pada sisi gunung.

Pertambangan ini dilengkapi listrik 250 volt sebagai penyangga kehidupan pertambangan tersebut.

Energy yang terbuang karena kegiatan ini kemungkinan besar mempengaruhi khasanah kehidupan

di atasnya. Padang salju yang luas mengkerut dan limbah mengalir ke sungai.

Wacana mengenai mengelola keanekaragaman hayati yang seimbang dengan

melestarikannya sampai saat ini masih belum mampu terwujud.

10

Page 11: MAKALAH-BIODEVITAS

III. PEMBAHASAN

Krisis keanekaragaman hayati di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, yang satu

dengan yang lainnya saling berkaitan. Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi dua kategori,

yaitu faktor teknis dan faktor struktural.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Faktor Teknis

Ada 3 (tiga) aspek yang masuk ke dalam kategori faktor teknis, yaitu kegiatan

manusia, teknologi yang digunakan, dan kondisi alam itu sendiri. Ketiga aspek ini

diperkirakan mampu menimbulkan kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati seperti

yang diuraikan berikut ini:

a. Faktor kegiatan Manusia

Kesadaran, pemahaman, dan kepedulian yang rendah: Sebagian lapisan

masyarakat kurang memiliki kesadaran dan pemahaman tentang makna penting

keanekaragaman hayati bagi kehidupan sehari-hari maupun sebagai aset

pembangunan. Ketidaktahuan ini menimbulkan sikap tidak peduli yang mengarah

pada perusakan keanekaragaman hayati.

Pemanfaatan berlebih: Pemanfaatan sumber daya sering dilakukan tanpa

mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

Pemungutan dan perdagangan ilegal: Contoh jelas tentang hal ini adalah

penebangan liar, serta perdagangan flora dan fauna, yang dilindungi maupun yang

tidak, yang marak di Indonesia. Di kawasan laut, terjadi pencurian ikan. Sebagian

besar oleh kapal asing yang nilainya diperkirakan antara US$ 3 sampai 4 miliar

atau Rp. 36 triliun (Kwik, 2002; Kompas 15 Februari 2003).

Konversi habitat alami: Diperkirakan sekitar 20-70% habitat alami Indonesia

sudah rusak (Bappenas, 1993). Hal ini terjadi terutama karena konversi habitat 11

Page 12: MAKALAH-BIODEVITAS

alami untuk berbagai kepentingan pembangunan. Misalnya, degradasi hutan

mangrove untuk dikonversi menjadi tambak, lahan pertanian, pemukiman,

pelabuhan dan industri, seperti yang umum terjadi di pesisir timur Sumatera, pantai

utara Jawa, dan Sulawesi Selatan.

Monokulturisme dalam budidaya dan pemanfaatan: Pola monokultur ini

mengarah pada ketidakseimbangan dan akhirnya menimbulkan keterancaman

spesies serta erosi keanekaragaman genetik. Spesies yang diketahui nilai ekonomi

pasarnya dieksploitasi secara berlebih, dan upaya budidayanya dilakukan.

Sementara spesies yang dianggap tidak punya nilai ekonomi dibiarkan terancam

punah tanpa ada upaya budidaya.

Tekanan penduduk: Indonesia merupakan negara terpadat keempat di dunia

dengan populasi mencapai 203 juta orang pada tahun 2000; tingkat

pertumbuhannya diperkirakan 1,2% pada 2000-2005. Untuk penghidupannya,

jumlah penduduk yang tinggi ini memerlukan dukungan sandang, pangan, papan

serta ruang untuk beraktivitas. Hampir semua daya dukung ini berasal dari alam

yang berkaitan sangat erat dengan KH. Pola pemanfaatan yang tidak bijaksana akan

mengancaman kelestarian keanekaragaman hayati.

Kemiskinan dan keserakahan: kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih

rendah merupakan ancaman bagi kelestarian keanekaragaman hayati (KLH, 2002).

Kualitas SDM yang rendah ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat

kemiskinan di negara ini. Lebih dari 60% atau sekitar 140 juta penduduk Indonesia

hidup di wilayah pesisir dan laut dan kehidupan mereka bergantung pada sumber

daya hayati laut dan pesisir (Dahuri, 2000). Tekanan jumlah dan kualitas penduduk

ini akan semakin mengancam keanekaragaman hayati laut dan pesisir. Demikian

pula, karena tingkat kemiskinan tertinggi biasanya terdapat di pedesaan, maka

tekanan pada sumber daya alam pasti akan meningkat. Namun, sebenarnya

perusakan keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kemiskinan lebih kecil

dibandingkan dengan perusakan yang terjadi akibat keserakahan beberapa pihak

yang mengeksploitasi sumber daya alam demi keuntungan semata. Sikap serakah

inilah yang menjurus pada gejala tangkap lebih di beberapa perairan laut,

penebangan berlebih yang resmi maupun ilegal, penyelundupan flora dan fauna

12

Page 13: MAKALAH-BIODEVITAS

yang dilindungi serta konversi habitat alami untuk proyek-proyek pembangunan

ekonomi.

b. Pemilihan Teknologi

Beberapa jenis teknologi, teknik, dan alat untuk pemanfaatan keanekaragaman

hayati dapat menimbulkan kerusakan pada ekosisem.

Sebagai contoh:

Jenis alat yang diketahui merusak habitat sumber daya hayati pesisir adalah

penggunaan alat pengumpul ikan, bahan peledak, bahan beracun dan pukat harimau.

Sebagai ilustrasi, pukat udang dengan lebar 20 meter mampu menggerus dasar laut

seluas 1 km2 dalam waktu 1 jam. Tingkat kerusakan ini melebihi tingkat kerusakan

yang ditimbulkan oleh gelombang.

c. Faktor Alam

Salah satu faktor alam yang bisa mempengaruhi kerusakan dan penyusutan

keanekaragaman hayati ialah perubahan iklim global. Perubahan iklim global yang

disebabkan antara lain oleh pemanasan global, mempunyai pengaruh pada sistem

hidrologi bumi, yang pada gilirannya berdampak pada struktur dan fungsi ekosistem

alami dan penghidupan manusia. Beberapa tahun terakhir ini, perubahan iklim telah

berdampak pada pertanian, ketahanan pangan, kesehatan manusia dan permukiman

manusia, lingkungan, termasuk sumber daya air, dan keanekaragaman hayati.

Dampak yang mudah terlihat adalah frekuensi dan skala banjir dan musim kering

yang panjang, yang terjadi di banyak bagian dunia, termasuk Indonesia. Kebakaran hutan

besar yang terjadi tahun 1997/1998 disebabkan oleh kegiatan manusia, tetapi diperparah

oleh perubahan iklim karena musim kemarau menjadi lebih panjang daripada biasanya.

Dampak perubahan iklim pada keanekaragaman hayati secara langsung masih harus

diteliti, tetapi diduga pengaruhnya cukup besar.

Faktor Struktural

13

Page 14: MAKALAH-BIODEVITAS

Ada dua akar persoalan atau masalah struktural. Pertama, paradigma pembangunan

yang dianut oleh pemerintah selama era 1970-an hingga 1990- an dan kedua, belum terbentuk

tata kelola (good governance) yang baik.

15 Paradigma pembangunan dimasa lalu belum mempertimbangkan kepentingan

pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Pemerintah memandang

keanekaragaman hayati sebagai sumber daya yang berharga untuk dilikuidasi dalam rangka

perolehan devisa, percepatan pertumbuhan ekonomi serta diversifikasi basis perekonomian

(Dauvergne dalam Sunderlin dan Resosudarmo, 1997).

Dengan kata lain, pemanfaatan keanekaragaman hayati dilakukan dengan prinsip

keruk habis, jual murah, dan jual mentah. Oleh sebab itu, kerusakan dan kepunahan

keanekaragaman hayati meningkat seiring dengan melajunya pertumbuhan ekonomi.

Pemanfaatan dan pengelolaan KH yang lestari dan berkelanjutan memerlukan tata kelola

(good governance) yang baik. Tata kelola yang baik dicirikan oleh pemerintah yang bersih,

bertanggung gugat, representative, dan demokratis. (KLH, 2002). Kedua pangkal persoalan

tersebut menimbulkan masalah struktural di bawah ini:

a. Kebijakan Eksploitatif, Sentralistik, Sektoral dan Tidak Partisipatif

Paradigma pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah untuk melakukan

sentralisasi pelaksanaan pembangunan dan penguasaan sumber daya untuk

pembangunan, termasuk sumber daya alam (Barber, 1996).

b. Sistem Kelembagaan yang Lemah

Indonesia belum mempunyai sistem yang kuat dan efektif untuk pengelolaan

keanekaragaman hayati. Akibatnya, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pengelolaan lestari keanekaragaman hayati belum terpadu.

Pengelolaan keanekaragaman hayati dilakukan oleh berbagai lembaga tanpa

mempunyai wewenang hukum yang jelas. Koordinasi dan integrasi program di antara

para pengelola amat lemah, salah satunya karena tidak ada arahan nasional yang kuat

dan diakui yang mendasari perencanaan setiap sektor. Akibatnya keputusan yang

dibuat sering parsial, seperti yang telah diuraikan di atas, dan bahkan keputusan satu

sektor bisa bertentangan dengan sektor lainnya (Wetlands Indonesia Programme,

2003).

14

Page 15: MAKALAH-BIODEVITAS

Kelemahan di segi kelembagaan juga mempengaruhi koordinasi pelaksanaan

kewajiban terhadap berbagai konvensi internasional, misalnya KKH, Konvensi

Ramsar dan CITES. Koordinasi dan integrasi program di antara para pengelola amat

lemah, salah satunya karena tidak ada arahan nasional yang kuat dan diakui yang

mendasari perencanaan setiap sektor. Akibatnya keputusan yang dibuat sering parsial,

seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Sistem dan penegakan hukum yang lemah

Pengelolaan keanekaragaman hayati secara lestari sulit terjadi karena sistem

dan instrumen hukum yang ada masih lemah. Lembaga penegakan hukum sering tidak

memahami substansi hukum yang terkait dengan keanekaragaman hayati. Sistem

judisial juga belum profesional dan otonom sehingga menyulitkan penegakan hukum.

Semuanya ini diperparah oleh keterbatasan dana, sumber daya manusia serta

infrastruktur yang memadai untuk penegakan hukum (KLH, 2002).

Karena perumusan kebijakan sering tidak melibatkan partisipasi publik,

kalangan masyarakat tidak mengetahui adanya kebijakan tersebut, sehingga tidak

dapat membantu penegakannya. Lebih jauh, kadang-kadang aparat di daerah tidak

mengetahui atau tidak peduli dengan kebijakan yang telah dibuat di pusat. Dan yang

terakhir, banyak kebijakan berbeda dari hukum adat yang berlaku di masyarakat

sehingga kadang-kadang sulit diterima oleh masyarakat.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, sebenarnya pemerintah telah

mengupayakan hal-hal untuk menanggulangi menurunnya keanekaragaman hayati,

yaitu dengan mengeluarkan sejumlah undang-undang antara lain:

Pasal 33 UUD 1945.

UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria.

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

UU Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On

Biological Diversity.

UU Nomor 6 Tahun 1994 tentang Perubahan Iklim.

UU Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman.

UU Nomor. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

15

Page 16: MAKALAH-BIODEVITAS

UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

UU Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.

UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulan Bencana.

UU Nomor 41 Tahun 1999 dan UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.

UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil.

PP Nomor 7 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan serta Pemanfaatan Hutan.

Selain adanya undang-undang yang di keluarkan oleh pemerintah Indonesia, semakin

banyak organisasi-organisasi non pemerintah yang didirikan oleh orang-orang, baik di dalam

Indonesia sendiri maupun dari luar indonesia yang peduli terhadap keberadaan

keanekaragaman hayati, antara lain:

1. Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dibentuk tahun 1994 untuk

memberikan dukungan dana dan teknis bagi kegiatan yang berkaitan dengan

konservasi keanekaragaman hayati.

2. Pembentukan Jaringan Kearifan Tradisional Indonesia (JKTI) yang mewadahi

berbagai kelompok yang ingin melindungi dan mengembangkan pengetahuan

tradisional di bidang keanekaragaman hayati.

3. Ornop internasional mulai berkegiatan di Indonesia sejak tahun 1970-an dan semakin

meningkat pada dekade terakhir ini. Di antara ornop tersebut adalah Conservation

International (CI), World Wide Fund (WWF), Wetlands International, The Nature

Conservancy (TNC), Wildlife Conservation Society (WCS), Fauna Flora Indonesia

(FFI), dan lainnya yang lebih banyak bergiat di kawasan konservasi. Selain itu,

Indonesia juga menjadi tuan rumah bagi dua lembaga penelitian internasional yaitu

CIFOR (Pusat Penelitian Kehutanan Internasional) dan ICRAF (Pusat Penelitian

Agroforestri Internasional).

4. Produsen jamu Indonesia adalah contoh sektor swasta yang mengambil inisiatif untuk

bergiat dalam melestarikan KH. Selain berusaha melestarikan tanaman obat melalui

pelestarian tradisi pengobatan asli Indonesia yang menggunakan tanaman obat,

16

Page 17: MAKALAH-BIODEVITAS

mereka saat ini juga mengembangkan kebun benih dan budidaya tanaman obat,

termasuk spesies yang sudah langka, dengan melibatkan universitas, lembaga

penelitian dan masyarakat (Haryatmo, komuikasi pribadi).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

17

Page 18: MAKALAH-BIODEVITAS

Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu

di bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur

faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya

merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es

Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi

jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia. Keanekaragaman flora dan fauna di

suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang

hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar

matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu

tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah

tundra.

Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa

faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik). Posisi geografis Indonesia sangat

menguntungkan. Negara ini terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu

Asia dan Australia, serta terletak di khatulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia

merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar ke-

2 di dunia setelah brasil. Namun akhir-akhir keanekaragaman hayati di Indonesia menurun

secara drastis hal ini disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak berwawasan

lingkungan dan faktor alam itu sendiri. Namun berbagai upaya untuk menjaga dan

melestarikan keanekaragaman hayati terus dilakukan oleh setiap individu ataupun melalui

berbagai organisasi lingkungan hidup.

Saran

Keanekaragaman hayati perlu di jaga kelestariannya, karena kerusakan

keanekaragaman hayati tidak hanya menyebabkan kepunahan bagi spesies flora dan

fauna melainkan juga merusak keseimbangan alam, maraknya bencana alam yang terjadi

akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dari rusaknya keseimbangan ekosistem, apakah

kita mau generasi penerus kita menikmati kegagalan kita dalam menjaga

keanekaragaman hayati?

Untuk itu pemerintah dan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar daerah

konservasi untuk menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian kanekaragaman

18

Page 19: MAKALAH-BIODEVITAS

hayati. Peran pemerintah khususnya instansi yang dibidang hukum juga harus tegas

dalam menangani kasus illegal loging, penyelundupan hewan, dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan kelestarian keanekaragaman hayati.

DAFTAR PUSTAKA19

Page 20: MAKALAH-BIODEVITAS

zid muhammad, dkk. 2009. hand out perkuliahan biogeografi. jakarta : unj

http://florafaunaindonesia.blogspot.com/2008/11/penyebaran-flora-dan-fauna-di-indonesia.html

http://hukum.kompasiana.com/2010/06/21/keadilan-dan-kearifan-lokal-dalam-pengelolaan-hutan/

http://www.dephut.go.id/files/undang-undang%20republik%20indonesia%20nomor%205%20tahun%201990.pdf

20

Page 21: MAKALAH-BIODEVITAS

21