makalah bahasa keilmuan hukum

27
BAHASA KEILMUAN HUKUM DI AJUKAN OLEH KELOMPOK I i

Upload: aryalent-sii-abhyx-thinie

Post on 04-Aug-2015

796 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

BAHASA KEILMUAN HUKUM

DI AJUKAN OLEH KELOMPOK I

i

Page 2: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT. yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sehingga berjalan dengan lancar. Tugas ini

berjudul “Bahasa Keilmuan Hukum”

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan pengantar kepada setiap orang yang

baru mulai belajar hukum Indonesia. Hal ini berkenan dengan banyaknya referensi tentang

pelajaran hukum sebagai pengantar yang bermateri tata hukum saja. Sementara saja, aspek

sejarahnya diuraikan tersendiri, sehingga agak sulit bagi yang baru belajar hukum Indonesia

untuk merangkai padukan dalam berfikir sistematis. Selain itu, sejarah hukum Indonesia

fungsinya sebagai pegangan dalam studi hukum lebih lanjut, sehingga dalam pembentukan

hukum nasional yang menyeluruh dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik.

Khusus bagi Mahasiswa Fakultas Hukum yang baru mulai studi Ilmu Hukum dengan sistem

Satuan Kredit Semester (SKS). Makalah ini kiranya dapat digunakan sesuai adanya

perubahan mata kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia (PTHI) menjadi Pengantar Hukum

Indonesia (PHI) setelah memahami materi dari pengantar Ilmu Hukum.

sifat dari makalah ini hanya mengantar pelajaran Hukum Indonesia dalam batas-batas

tertentu. Oleh karena itu, kemungkinan terdapat kelemahan dan kekurangan dalam

penyajiaanya tidak dapat dihindarkan. Kritik-kritik dan membangun untuk perbaikan

sistematika dan materi selalu akan diterima dengan besar hati.

ii

Page 3: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------- i

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------ ii

Bab I Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------- 1

1.1 Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------- 1

1.2 Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------------ 2

1.3 Tujuan -------------------------------------------------------------------------------- 2

1.4 Manfaat ------------------------------------------------------------------------------ 3

Bab II Pembahasan ------------------------------------------------------------------------------ 4

2.1 Kebiasaan dan Adat ---------------------------------------------------------------- 4

2.2 Hukum Adat dan Perundangan --------------------------------------------------- 5

2.3 Hubungan Hukum dan Hak ------------------------------------------------------- 8

2.4 Hak Absolute dan Hak Relative -------------------------------------------------- 9

2.5 Subyek Hukum dan Obyek Hukum ---------------------------------------------- 10

2.6 Peristiwa Hukum -------------------------------------------------------------------- 11

Bab III Penutup ---------------------------------------------------------------------------------- 13

3.1 Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------- 13

3.2 Saran ---------------------------------------------------------------------------------- 14

3.4 Daftar Pustaka ----------------------------------------------------------------------- 15

iii

Page 4: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

iv

Page 5: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan memang berkembang begitu cepat. Hal ini dimungkinkan, karena ia

mengibaskan cara orang mengusahakan ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang sangat sakral

dalam pandangan teologia, ilmu hukum adalah merupakan salah satu bagian kajian yang tak

pernah putus seiring dengan kemajuan teknologi dan manusianya dalam kehidupan

masyarakat sehingga pandangan-pandangan tentang ilmu hukum itu sering berbenturan

dengan keadaan yang ada dimana kajiannya lebih bersifat integral dan bukan pada bagian

ilmu yang tersendiri.

1.1 Latar Belakang

Hukum dalam lingkup ilmu pengetahuan telah menjadi perdebatan di kalangan para

sarjana hukum, hal tersebut telah membawa para sarjana hukum membagi ilmu hukum

sebagai bagian dari ilmu sosial. Sebagai langkah awal dari usaha menjawab pertanyaan

tentang apa itu hukum?, Maka kita harus benahi dulu pengertian ilmu hukum. Dalam bahasa

Inggris ilmu hukum dikenal dengan kata “legal science” hal ini sangat keliru jika diartikan

secara etimologis, legal dalam bahasa Inggris berakar dari kata lex (latin) dapat diartikan

sebagai undang-undang. Law dalam bahasa inggris terdapat dua pengertian yang berbeda,

yang pertama merupakan sekumpulan preskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan

dalam mencapai keadilan dan yang kedua, merupakan aturan perilaku yang ditujukan untuk

menciptakan ketertiban masyarakat.

Pengertian pertama dalam bahasa Latin disebut ius, dalam bahasa Perancis droit,

dalam bahasa Belanda recht, dalam bahasa Jerman juga disebut Recht, sedangan dalam

bahasa Indonesia disebut Hukum. Sedangkan dalam arti yang kedua dalam bahasa Latin di

sebut Lex, bahasa Perancis loi, bahasa Belanda wet, bahasa Jerman Gesetz, sedangkan dalam

bahasa Indonesia disebut Undang-Undang. Kata law di dalam bahasa Inggris ternyata berasal

dari kata lagu, yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh para raja-raja Anglo-Saxon yang telah

dikodifikasi. Lagu ternyata berada dalam garis lex dan bukan ius. Apabila hal ini diikuti,

1

Page 6: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

istilah legal science akan bermakna ilmu tentang aturan perundang-undangan. Hal ini akan

terjadi ketidaksesuaian makna yang dikandung dalam ilmu itu sendiri.

Demi menghindari hal semacam itu dalam bahasa Inggris ilmu hukum disebut secara

tepat disebut sebagai Jurisprudence. Sedangkan kata Jurisprudence berasal dari dua kata

Latin, yaitu iusris yang berarti hukum dan prudentia yang artinya kebijaksanaan atau

pengetahuan. Dengan demikian, Jurisprudence berarti pengetahuan hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Dapat dilihat dari segi etimologis tidak berlebihan oleh Robert L Hayman memberi

pengertian ilmu hukum dalam hal ini Jurisprudence secara luas sebagai segala sesuatu yang

bersifat teoritis tentang hukum. Disini dapat dilihat bahwa ilmu hukum itu suatu bidang ilmu

yang berdiri sendiri yang kemudian dapat berintegral dengan ilmu-ilmu lain sebagai suatu

terapan dalam ilmu pengetahuan yang lain. Sebagai ilmu yang berdiri sendiri maka obyek

penelitian dari ilmu hukum adalah hukum itu sendiri, mengingat kajian hukum bukan sebagai

suatu kajian yang empiris, maka oleh Gijssels dan van Hoecke mengatakan ilmu hukum

(jurisprudence) adalah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan

teroganisasikan tentang gejala hukum, struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak dan

kewajiban.

1.3 Tujuan

Jurisprudence merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat sui generis. Maka kajian

tersebut tidak termasuk dalam bidang kajian yang bersifat empirik maupun evaluatif.

Jurisprudence bukanlah semata-mata studi tentang hukum, melainkan lebih dari itu yaitu

studi tentang sesuatu mengenai hukum secara luas. Hari Chand secara tepat membandingkan

mahasiswa hukum dan mahasiswa kedokteran yang mempelajari bidang ilmunya masing-

masing. ia menyatakan bahwa mahasiswa kedokteran yang akan mempelajari anatomi

manusia harus mempelajari kepala, telingga, mata dan semua bagian tubuh dan struktur,

hubungan dan fungsinya masing-masing. sama halnya dengan seorang mahasiswa hukum

yang akan mempelajari substansi hukum, harus belajar konsep hukum, kaidah-kaidah hukum,

struktur dan fungsi dari hukum itu sendiri. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa disamping

ia mempelajari tubuh manusia secara keseluruhan, seorang mahasiswa kedokteran juga perlu

2

Page 7: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

mempelajari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tubuh, misalnya panas, dingin, air,

kuman-kuman, virus, serangga dan lain-lain. Sama halnya juga dengan mahasiswa hukum,

yaitu mempelajari faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi hukum itu diantaranya, faktor

sosial, politik, budaya, ekonomi dan nilai-nilai yang terkandung dalam bidang ilmu lain.

Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek; yaitu hukum sebagai sistem nilai dan

hukum sebagai aturan sosial. Dalam mempelajari hukum adalah memahami kondisi intrinsik

aturan hukum. Hal inilah yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yang

mempunyai kajian hukum disiplin-disiplin lain tersebut memandang hukum dari luar. Studi-

studi sosial tentang hukum menmpatkan hukum sebagai gejala sosial. Sedangkan studi-studi

yang bersifat evaluatif menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas.

1.4 Manfaat

Ilmu hukum modern mengawali langkahnya ditengah-tengah dominasi para pakar

dibidang hukum yang mengkajinya sebagai suatu bentuk dari perkembangan masyarakat

sehingga dasar-dasar dari ilmu pengetahuan hukum terabaikan hal inilah yang menjadi obyek

kajian penulis, karena sekarang banyak sarjana hukum menganggap kajian hukum berada

pada tatanan kajian peraturan perundang-undangan (legislative law) bukan pada tatanan

jurisprudensi, hal tersebut dikarenakan masuk kajian empirik kedalam ilmu hukum sebagai

dasar kajian.

3

Page 8: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebiasaan dan Adat

Adat kebiasaan terbentuk secara natural, sesuai dengan kodrat dan fitrah manusia,

sampai kapan dan dimanapun akan baik, karena hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang

secara evolusional sehingga membentuk watak dan pola pikir manusia. Karena suatu

masyarakat tidak akan melakukan perbuatan berulang-ulang kalau hal itu dipandang tidak

baik.

Nilai seorang manusia pun bisa dipandang dari adat sehari-hari, karena orang bisa

menilai dari apa-apa yang sehari-harinya ia kerjakan, sehingga terkadang adat ini dijadikan

sebagai dasar untuk menilai seseorang.

Kalaupun ada kebiasaan yang tidak baik atau buruk (fasid) hal itu bisa terjadi karena

pengaruh dari hegemoni kekuasaan atau kekuatan tertentu, selain itu pula lingkungan pun

berpengaruh akan perubahan-perubahan pada adat-adat di daerah tersebut. Karena seperti

yang dikatakan sebelumnya bahwa hati nurani manusia akan menolak kebiasaan yang

dipaksakan. Para ulama kelompok “tradisonalis” mencoba untuk melakukan sintesa tradisi

lokal dengan elemen-elemen Islam, tentunya tradisi yang memang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip Islam, seperti yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu dalam

menyebarkan Islam di sebagian wilayah Indonesia.

Dalam arti, sikap ini adalah ekspresi dari dari Islama Kultural yang menyelaraskan

unsur-unsur budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan tradisi lokal

yang digabungkan dengan prinsip-prinsip Islam, dan yang berperan sebagai agen perubahan

sosial adalah ulama, kyai-kyai dan struktur yang berkembang dalam pesantren.

Pelestarian budaya tersebut, juga terefleksi dalam tradisi inteletual pesantren.

Pelajaran yang di berikan dalam lembaga pesantren berupa literatur universal yang dipelihara

dan ditransmisikan dari satu generasi ke genarasi tersebut dan langsung berkaitan dengan

konsep unik kepeminpinan Kyai. Isi ajarannya berupa kitab-kitab kuno (dilihat dari pespektif

modern) jelas menjanjikan al-qadhim al-Shalih dan memelihara ilmu-ilmu agama yang telah

diijazahkan secara luas kepada masyarakat Islam oleh para ulama besar pada masa lalu.

Melalui cara pembangunan seperti inilah Islam diperkenalkan para ulama “Tradisionalis”

4

Page 9: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

sehingga mudah diserap oleh sebagian masyarakat Jawa. bahwa Islam tradisional ini

merupakan sebuah kultur yang diperkaya oleh kekhususannya dalam menjaga warisan lokal

dan mampu “berdialog” dengan elemen-elemen budaya lokal.

2.2 Hukum Adat dan Perundangan

Hukum asli Indonesia sejatinya adalah hukum adat. Hukum yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat dan sudah berlaku selama ratusan tahun. Hukum ini diajarkan

secara turun temurun dari generasi ke generasi. Hukum positif yang saat ini berlaku di

Indonesia terkadang saling bertentangan dengan hukum adat yang berlaku. Peraturan

perundangan yang menjamin keberadaan hukum adat dan Masyarakat Hukum adat sendiri

sangat terbatas. Tidak semua aturan mengakui eksistensi masyarakat adat yang saat ini mulai

terpinggirkan, tergerus oleh modernisasi dan aturan-aturan yang tidak berpihak kepada

mereka. Hukum adat mulai tergerus dan digantikan hukum positif yang terkadang nilai

keadilannya tidak datang dari masyarakat Indonesia namun dari segelintir orang yang

mengatasnamakan rakyat.

Keberadaan hukum adat dan masyarakat hukum adat perlu dilindungi agar identitas

bangsa kita tetap terjaga. Hukum adat sebagai jati diri bangsa Indonesia harus dilestarikan

agar anak cucu kita kelak tetap mengenal kepribadian bangsa yang sebenarnya. Oleh karena

itu pengakuan Hukum Adat dan Masyarakat Hukum Adat oleh pemerintah sangat diperlukan.

Selama ini jika terdapat peraturan perundang-undangan yang baru, maka akan mengeliminasi

ketentuan hukum adat yang ada dalam sebuah masyarakat. Ketentuan yang sebelumnya

diberlakukan hukum adat karena belum diatur dalam hukum positif, akan beralih

menggunakan ketentuan yang baru karena hukum negara yang berlaku lebih mengikat jika

dibandingkan dengan hukum adat. Namun ternyata juga didapati beberapa Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia yang tetap menjamin keberadaan Hukum Adat dan

Masyarakat Hukum Adat di Indonesia

Keberadaan hukum adat dan masyarakat hukum adat mulai terdesak oleh peraturan

hukum nasional. Hukum adat hanyalah hukum pelengkap bagi sistem hukum nasional di

Indonesia. Padahal sebenarnya di dalam hukum adat itulah terdapat jati diri bangsa. Namun

terdapat pula beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengakui dan

5

Page 10: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

menhormati nilai-nilai hukum adat di Indonesia. Peraturan-peraturan yang mengakomodir

hukum adat antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang kekuasaan Kehakiman telah beberapa kali mengalami

perubahan. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yang pertama adalah Undang-

Undang Nomor 19 tahun 1964. Dalam pasal 3 UU Nomor 19 tahun 1964 ditegaskan

bahwa hukum yang dipakai oleh kekuasaan kehakiman adalah hukum yang

berdasarkan pancasila, yaitu hukum yang sifat-sifatnya berakar kepada kepribadian

bangsa. Sementara pasal 17 ayat (2) menyatakan berlakunya hukum tertulis dan tidak

tertulis.

2. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pengakuan masyarakat hukum adat secara eksplisit terdapat dalam UU No 39

tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam pasal 6 ayat (1) secara jelas

disebutkan “Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan

dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum,

masyarakat, dan pemerintah” dan dalam pasal (2) disebutkan “Identitas budaya

masyarakat hukum adat termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan

perkembangan zaman.”

3. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Undang-Undang ini menjamin hak masyarakat hukum adat untuk dapat

memohon pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dalam pasal

51 dijelaskan pihak yang boleh memohonkan pengujian undang-undang salah satunya

adalah kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

diatur dalam undang-undang. Dengan adanya aturan ini, masyarakat hukum adat yang

merasa hak-haknya terlanggar karena berlakunya suatu undang-undang dapat

mengadukannya kepada mahkamah konstitusi dan dapat memohonkan pembatalan

terhadap undang-undang yang melanggar hak-hak masyarakat adat. Sudah seharusnya

6

Page 11: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

hukum memberikan perlindungan kepada masyarakat hukum adat seperti yang

terdapat dalam UU HAM, bukan malah menghilangkannya.

4. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau Kecil

Menurut Undang-Undang ini Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri dari

masyarakat adat dan masyarakat local yang bermukim di Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil. Dan yang dimaksud Masyarakat Adat adalah kelompok Masyarakat

Pesisir yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena

adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan Sumber

Daya Pesisir dan Pulau-Pulau kecil serta adanya sistem nilai yang menentukan

pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum.

5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang ini secara tegas dan jelas mengakui keberadaan masyarakat

hukum adat. Dalam pasal 2 ayat (9) disebutkan “Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia.”. Sebagai perwujudan dari pasal 2 ayat (9) di atas,

dalam pasal 203 ayat (3) disebutkan “Pemilihan kepala desa dalam kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan yang

diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam

Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah”. Pada pasal 216 juga

disebutkan “Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Sedangkan Perda wajib mengakui dan

menghormati hak, asal-usul, dan adat istiadat desa. Hasil dari undang-undang ini

adalah banyaknya perda yang mengatur mengenai masyarakat hukum adatnya

tersendiri untuk mengakui keberadaanya.

6. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi

Papua

7

Page 12: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

Undang-undang ini mengakui keberadaan masyarakat hukum adat khususnya

di Papua. Provinsi Papua memang diberi otonomi tersendiri bahkan memiliki majelis

permusyawaratan sendiri yaitu MRP (Majelis Rakyat Papua). Berdasarkan pasal 1

huruf g, yang dimaksud MRP adalah representasi cultural orang asli papua, yang

memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli papua

dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan

perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama sebagaimana diatur dalam

undang-undang. Pembentukan MRP adalah dalam rangka penyelenggaraan otonomi

khusus di Provinsi Papua. MRP beranggotakan orang-orang Papua yang terdiri atas

wakil-wakil adat, wakil-wakil agama, wakil-wakil perempuan yang jumlahnya

masing-masing sepertiga dari total anggota MRP.

2.3 Hubungan Hukum dan Hak

Hubungan hukum (rechtsverhouding/rechtsbetrekking) adalah hubungan yang terjadi

dalam masyarakat, baik antara subyek dengan subjek hukum maupun antara subjek hukum

dengan benda, yang diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum yakni hak dan

kewajiban.

Hukum itu mengatur hubungan hukum antara tiap orang, tiap masyarakat, tiap

lembaga, bahkan tiap negara. Hubungan hukum tersebut terlaksana pada hak dan kewajiban

yang diberikan oleh hukum.

Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua sisi. Sisi yang

satu ialah hak dan sisi lainnya adalah kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Sebaliknya

tidak ada kewajiban tanpa hak. Karena pada hakikatnya sesuatu pasti ada pasangannya.

Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan

yang dilindungi oleh hukum. Baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah

sesuatu yang patut atau layak diterima. Contoh hak : hak untuk hidup, hak untuk mempunyai

keyakinan dan lain-lain.

8

Page 13: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan

kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Contoh kewajiban : Dalam jual

beli, bila kita membeli suatu barang, maka kita wajib membayar barang tersebut.

Perwujudan hukum menjadi hak dan kewajiban itu terjadi dengan adanya perantaraan

peristiwa hukum. Segala peristiwa atau kejadian dalam keadaan tertentu adalah peristiwa

hukum. Untuk terciptanya suatu hak dan kewajiban diperlukan terjadinya peristiwa yang oleh

hukum dihubungkan sebagai akibat. Karena pada umumnya hukum itu bersifat pasif.

Contoh : Terdapat ketentuan "barangsiapa mencuri, maka harus dihukum". Maka bila tidak

terjadi peristiwa pencurian maka tidaklah ada akibat hukum.

2.4 Hak Absolut dan Hak Relative

a. Hak mutlak ( absolute )

Hak mutlak adalah setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan kepada subjek

hukum untuk berbuat sesuatu atau untuk bertindak buat kepentingannya. Hak mutlak terbagi

menjadi tiga golongan, yaitu:

1.Hak asasi manusia,, yaitu hak yang diberikan oleh hukum kepada setiap manusia.

2.Hak publik absolute, misalnya hak suatu bangsa untuk merdeka dan berdaulat.

3.Sebagian dari hak privat yang terdiri atas hak pribadi manusia, hak keluarga, dan hak-hak

mengenai harta kekayaan.

b. Hak relative ( nisbi )

Hak relatif adalah setiap kekuasaan yang oleh hukum diberikan kepada subjek hukum untuk

menuntut subjek hukum lain tertentu supaya berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu, atau

member sesuatu. Hak relatif juga terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1.Hak public relatif, misalnya hak Negara untuk menghukum pelanggar undang-undang.

2.Hak keluarga relatif, misalnya hak suami istri untuk tolong menolong.

3.Hak kekayaan relatif adalah semua hak kekayaan yang bukan hak kebendaan.

9

Page 14: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

2.5 Subyek Hukum dan Obyek Hukum

Subyek Hukum

Dalam dunia hukum, subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia

dan badan hukum.

1. Manusia (naturlife persoon)

Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subyek hukum secara kodrati atau

secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia

dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan bayi

yang masih berada dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat

urusan atau kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang oleh

hukum dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka dalam melakukan

perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain.

2. Badan Hukum (recht persoon)

Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi status

"persoon" oleh hukum sehingga mempunyai hak dann kewajiban. Badan hukum dapat

menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian,

mempunyai kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan

hukum dengan manusia sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan

perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat

dibubarkan.

Obyek Hukum

10

Page 15: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

Obyek hukum ialah segala sesuatu yang dapat menjadi hak dari subyek hukum. Atau segala

sesuatu yang dapat menjadi obyek suatu perhubungan hukum. Obyek hukum dapat pula

disebut sebagai benda. Merujuk pada KUHPerdata, benda adalah tiap-tiap barang atau tiap-

tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.

Benda itu sendiri dibagi menjadi :

1. Berwujud / Konkrit

a. Benda bergerak

- bergerak sendiri, contoh : hewan.

- digerakkan, contoh : kendaraan.

b. Benda tak bergerak, contoh tanah, pohon-pohon dsb.

2. Tidak Berwujud/ Abstrak contoh gas, pulsa dsb.

2.6 Peristiwa Hukum

Peristiwa hukum adalah kejadian / peristiwa yang akibatnya di atur oleh hukum .

peristiwa hukum di bagi 2 ( karena perbuatan subjek hukum ( manusia atau badan hukum ) &

karean bukan perbuatan subjek hukum ( karena UU contoh : kelahiran , kematian daluwarsa (

melepaskan / mendapatkan = exstinctief / akuisitief ) ) )

Menurut hukum, peristiwa hukum dibagi menjadi dua yaitu :

1. Peristiwa hukum bersegi satu, ialah peristiwa hukum yang hanya ditimbulkan oleh satu

pihak saja. Contoh : pembuatan surat wasiat, pemberian hibah.

2. Peristiwa hukum bersegi dua, ialah peristiwa hukum yang ditimbulkan oleh dua pihak atau

lebih. COntoh : perjanjian, perikatan.

Peristiwa hukum, memuat ciri-ciri:

1. peristiwa.

2. yang dalam dirinya membawa serta akibat-akibat hukum.

3. yang ditautkan pada peristiwa itu oleh hukum positif

11

Page 16: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

Yang dimaksud dengan peristiwa hukum atau kejadian hukum atau rechtsfeit adalah

peristiwa kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh hukum, agar lebih jelas akan

disampaikan beberapa contoh yang relevan dengan istilah peristiwa hukum, sebab tidak

setiap peristiwa kemasyarakatan akibatnya diatur oleh hukum.

Contoh pertama :

Peristiwa transaksi jual beli barang. Pada peristiwa ini terdapat akibat yang diatur oleh

hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban, sebagaimana pasal 1457 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata bahwa ”Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk

membayar harga yang telah dijanjikan”.

12

Page 17: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

BAB III

PENUTUP

Perkembangan ilmu hukum saat ini mengalami kemajuan yang sengat cepat seiring

dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap sarjana hukum harus

dapat menyesuaikan ilmunya untuk dapat mengimbangi perkembangan tersebut. Akan tetapi

hal tersebut telah berubah dengan meninggalkan siaft-sifat asli dari ilmu yang dipelajarinya.

Ilmu hukum adalah merupakan ilmu yang mandiri dan seharusnya dapat bekerja

sendiri sesuai dengan konsep-konsep hukum yang murni dan menghasilkan hukum yang

sesuai dengan perkembangan masyarakat yang lebih modern. Oleh sebab itu ilmu hukum

harus kembali dalam konsep yang utama sebagai ilmu hukum yang murni.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam memahami ilmu hukum sebagai suatu

pengetahuan modern adalah dengan mengembalikan ilmu hukum kedalam eksistensinya

sebagai kesatuan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari dan dikaji sebagaimana mestinya.

1. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan mengenai peristilahan hukum dalam bahasa hukum Indoensia

tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pemaknaan peristilahan hukum dalam praktik di masyarakat ternyata tidak selalu tepat,

bahkan ada beberapa istilah yang penggunaannya sama sekali tidak tepat sehingga makna

sesungguhnya menjadi hilang sama sekali.

b. Dari sisi teori kebenaran dan keadilan beberapa peristilahan hukum ada yang dapat

dibenarkan, namun banyak yang tidak dapat dibenarkan karena sangat kontekstual tergantung

dari sudut mana kita memandangnya dan standar apa yang kita pakai untuk mengukur

kebenarannya.

13

Page 18: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

2. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah perlu adanya perhatian dari

pemerintah untuk meluruskan istilah yang dimaknai salah dalam praktik, misalnya dengan

membuat undang-undang sebagai pedoman. Di samping itu peran serta masyarakat juga

masih diperlukan, misalnya dari kalangan akademisi dan profesional yang memang

mengetahui makna istilah tersebut untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

Diharapkan kalangan praktisi tidak turut melestarikan penggunaan istilah yang salah kaprah,

hanya karena dunia praktis sudah terlanjur terus menerus menggunakan suatu istilah dengan

tidak tepat.

14

Page 19: Makalah Bahasa Keilmuan Hukum

DAFTAR REFERENSI

http://wisnu.blog.uns.ac.id/2009/12/22/inventarisasi-dan-analisis-pengaturan-

masyarakat-hukum-adat-dan-hukum-adat-dalam-undang-undang-di-indonesia/

http://new-article-artikel.blogspot.com/2012/01/dasar-perundang-undangan-

berlakunya.html

http://buntetpesantren.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=1327:adat-dan-

kebiasaan&catid=16:opini&Itemid=40

http://noexs.blogspot.com/2009/05/ilmu-hukum.html

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2109094-hubungan-hukum-dengan-hak/

http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/02/hak-dan-kewajiban.html

http://id.shvoong.com/travel/2077890-subyek-hukum-dan-obyek-hukum/

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2289694-pengertian-dan-definisi-

peristiwa-hukum/

http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/pengantar-hukum-indonesia.html

http://makalah-kita.blogspot.com/2009/03/makalah-pengantar-ilmu-hukum.html

http://blognyayuwwdi.blogspot.com/2011/11/menggali-makna-peristilahan-hukum-

dalam.html

15