makalah bahasa

30
BAB I PENDAHULUAN A. BAHASA INDONESIA Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia , tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi . Di Timor Leste , Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja . Dari sudut pandang linguistik , bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu .Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda , 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya . Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing . 1

Upload: bagonk-kusudaryanto

Post on 25-Jun-2015

1.277 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Makalah Bahasa Indonesia II

TRANSCRIPT

Page 1: makalah bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan

bangsa Indonesia Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan

dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi

sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak

ragam bahasa Melayu.Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad

ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya

sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses

pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak

dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan

"imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini

menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu

yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa

Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru,

baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa

Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar

warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia

sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi

sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya

atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas

di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat

resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa

Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

1

Page 2: makalah bahasa

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar

yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu

beberapa minggu.

B.MASA LALU SEBAGAI BAHASA MELAYU

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari

cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di

Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.

Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu

(sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna

yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu

menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa

Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan

penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-

dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa[10] dan Pulau Luzon. Kata-kata

seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode

hingga abad ke-15 Masehi.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu

Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh

Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu

Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar

Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya Laporan Portugis, misalnya oleh

Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di

wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara

yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam

sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan

bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk

sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi,

selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan,

saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari

bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.

2

Page 3: makalah bahasa

Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris

meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa

Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa

dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan

jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang

administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan

teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot,

dan stempel adalah pinjaman dari bahasa ini.

Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur

bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah

penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk

biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau,

tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.

Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada

abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai

bahasa yang paling penting di "dunia timur".Luasnya penggunaan bahasa Melayu

ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan

menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan

bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses

pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di

Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya

juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu

Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa

pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad

ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar

oleh para peneliti bahasa.

Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari

istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk

bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa

yang full-fledged, sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa itu,

karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.

3

Page 4: makalah bahasa

Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok

bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang

kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya

tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi

kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman

4

Page 5: makalah bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

A. A. FUNGSI BAHASA SECARA UMUM

Sebagai alat untuk berkespresi

Contohnya mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan

perasaan.

Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang

tersirat di dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat

memaklimkan keberadaan kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka

akan menuangkan segala seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah

tulisan tanpa memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan

mereka sendiri.

Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri,

yaitu:

(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;

(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

Sebagai alat komunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,

melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama

dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,

merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi

tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh

orang lain.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah

memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin

menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain.

Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin

mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau

5

Page 6: makalah bahasa

menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar

atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa

dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. pada

saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga

mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh

karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.

Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan

tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat

umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif

karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa

lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau

nuansa tradisional.

Alat untuk mengadakan imtegrasi dan adaptasi social

Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih

bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita

hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda.

Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman

dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana

cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan

menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan

sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa

tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur

dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

Sebagai alat kontrol social

Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada

masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan

melalui bahasa. Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, ceramah agama

(dakwah), orasi ilmiah atau politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai

alat kontrol sosial. Selain itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara

6

Page 7: makalah bahasa

bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat

atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat

kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan

kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan

tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan

mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial

yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah.

Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa

marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan.

Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan

kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

B. FUNGSI BAHASA SECARA KHUSUS

Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari

Manusia adalah mahkluk sosial yang tak akan pernah mungkin dapat terlepas

dari hubungan (komunikasi) dengan mahluk sosialnya. Komunikasi yang

berlangsung dapat mempergunakan dialeg resmi (baku) atau dialeg santai

(tidak menghiraukan pemakaian bahasa resmi, biasanya saat berkomunikasi

dengan teman).

Mewujudkan seni (sastra)

Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan atau mengungkapkan perasaan

melalui media seni, misalnya puisi, syair, prosa,dll. Terkadang bahasa yang

dipergunakan merupakan bahasa yang memiliki makna artau arti denotasi atau

memiliki makna yang tersirat. Dalam hal ini, kita memerlukan pemahaman

yang lebih mendalam agar bisa mengetahui apa makna atau apa yang ingin

disampaikan kepada kita.

Mempelajari bahasa-bahasa kuno

Dengan kita mempelajari bahasa-bahasa kuno ini, kita akan dapat mengetahui

kejadian atau peristiwa yang sudah di masa lampau, untuk mengantisipasi

7

Page 8: makalah bahasa

kejadian yang mungkin atau dapat terjadi di masa yang akan datang, atau

hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu

hal, misalnya saja untuk mengetahui keberadaan atau asal dari suatu budaya

yang dapat ditelusuri melalui naskah-naskah kuno atau penemuan prasasti-

prasasti.

Mengeksploitasi IPTEK

Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, ditambah dengan

akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan hanya kepada manusia, maka

manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan

yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu akan

didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergnakannya dan

melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.

C. BAHASA YANG BAIK DAN BENAR

Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam

hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa

yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya,

penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan

benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan

sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi

dkk., 1998: 21)

a. Bahasa yang baik

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan pada aspek komunikatif

bahasa, sehingga kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita, kepada siapa

kita akan menyampaikan bahasa kita. Untuk itu, unsur-unsur seperti umur,

pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang

khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Akan sangat berbeda cara kita

berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang

dewasa. Sudah pasti kita akan mempergunkan bahasa yang lebih baik dan

sopan kepada orang dewasa daripada kepada anak kecil Penggunaan bahasa

untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan

8

Page 9: makalah bahasa

rendah juga tidak dapat disamakan.

b. Bahasa yang benar

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa

yang terdiri dari 4 hal, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca,

dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki

dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan

ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis.

Kriteria yang akan digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar

adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek, yaitu

1. Tata bunyi (Fonologi), misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z.

Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel,

vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin,

depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan

yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek,

tranmigrasi, ekspot.

2. Tata bahasa (kata dan kalimat), misalnya, bentuk kata yang benar adalah

ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban,

bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung

jawaban.

3. Kosa kata (termasuk istilah), kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan

udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan

sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam hubungannya dengan

peristilahan, istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output), dan

pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah

pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi.

4. Ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal,

kualitas, dan hierarki.

5. Makna, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan

9

Page 10: makalah bahasa

menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam

penggunaan bahasa dalam ilmu pengetahuan tidak tepat menggunakan

bahasa konotasi memiliki makna kiasan)

D. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang,

bukan seperti anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan..

Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan

bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang

Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya

inspirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928

yang konsep aslinya berbunyi (lihat pada gambar berikut):

Butir ketiga dianggap sesuati yang luar biasa., sebab negara-negara lain,

khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama

selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh

pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab

semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur

dan angkat topi kepada mereka. kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya

Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh

kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya.

Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak

merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah

menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat

perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai

bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua

franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah

tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran

masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang

mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.

10

Page 11: makalah bahasa

“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di

Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa

dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai

1). Lambang kebanggaan nasional

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’

nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai

yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita

harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai

realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus

memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita

harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

2). Lambang identitas nasional

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan

‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan

dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai

bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus

menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di

dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran

bangsa Indonesia yang sebenarnya.

3). Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar

belakang sosial budaya dan bahasanya

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam

latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu

dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama.

Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi

hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi

‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan

bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-

nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-

masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak

bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat

memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

11

Page 12: makalah bahasa

4.) Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-

hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang

yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda,

mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi?

Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang

masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah

yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita

dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah,

segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat:

ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya,

apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat

peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat

berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi

Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia

sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang.

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28

Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan

sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian,

sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan

atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai

bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan

bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh

pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan

kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme

pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa colonial

dan jiwa nasional.

Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua

bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.

Bahasa Melayu:

12

Page 13: makalah bahasa

a). Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat

yang dianggap rendah.

b). Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut

sistem pemerintah Hindia Belanda.

c). Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah Hindia

Belanda.

Bahasa Indonesia:

a). Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai

kemerdekaan Indonesia.

b). Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertuju-an

untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia baik

berupa: (1) bahasa pers, dan (2) bahasa dalam hasil sastra.

Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai

bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36.

Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah

dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang

akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret,

negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap

menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya,

walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan

bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa

sebagai bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai

oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa

tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut

13

Page 14: makalah bahasa

diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Bahasa-bahasa yang terdapat

di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga faktor

di atas, terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang

terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai

bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain

sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara

Indonesia. Ketigqa faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak

tahun 1928. Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah

menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa

Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara

lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut

bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.

Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang

diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975

dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,

bahasa Indonesia befungsi sebagai berikut:

Bahasa resmi kenegaraan

Pembuktian bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran

ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi

kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam

segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk

lisan maupun tulis

Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan

tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan

rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa

daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang

bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.

Untuk memperlancar hal tesebut maka, materi pelajaran ynag berbentuk

media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan

14

Page 15: makalah bahasa

dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau

menyusunnya sendiri. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu

peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu

pengetahuan dan teknolologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang

bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan

bahasa Inggris.

Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan pe-rencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta

pemerintah

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan

penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu

hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media

komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut

agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat

diterima oleh orang kedua (baca: masyarakat).

1)

Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan

ilmu pe-ngetahuan serta teknologi modern.

Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi,

bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang

beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula,

rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh

masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Apakah

mungkin guru tari Bali mengajarkan menari Bali kepada orang Jawa,

Sunda, dan Bugis dengan bahasa Bali? Tidak mungkin! Hal ini juga

berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern. Agar

jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik

melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah

15

Page 16: makalah bahasa

maupun media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa Indonesia.

Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya

sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan,

khususnya di perguruan tinggi.

E. PERBEDAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

DAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA/ RESMI

a. Perbedaan dari Segi Wujudnya

Jika kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalm rangka

peringatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan Menteri

Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu, misalnya, tentunya

kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang semacam ini.

“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya

udah tau, bukan? Kalau kagak tau yang kebacut, gitu aja”.

Kalimat tersebut juga tidak pernah kita jumpai pada saat kita membaca

surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan

pemerintah.Namun di sisi lain, ketika kita berkenalan dengan seseorang

yang berasal dari daerah atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai

kata-kata seperti ‘kepingin’, ‘paling banter’, ‘kesusu’ dan ‘mblayu’? Jika

kita menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan

menggunakan kata-kata ataupun struktur kalimat yang tidak akan

dimengerti oleh lawan bicara kita sebagaimana contoh di atas..

Perbedaan wujud sejacar khusus antara bahasa Indonesia sebagai bahasa

negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita baca pada contoh di

atas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sebagaimana yang

pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seeorang lain daerah

16

Page 17: makalah bahasa

atau lain suku memang ada, misalnya penggunaan kosakata dan istilah.

Hal ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam

lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan

kosakata yang diperlukan dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam

lapangan ekonomi, sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum

terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang berciri baku.

Dalam lapangan dan situasi di atas tidak pernah digunakan, misalnya,

struktur kata ‘kasih tahu’ (untuk memberitahukan), ‘bikin bersih’ (untuk

membersihkan), ‘dia orang’ (untuk mereka), ‘dia punya harga’ (untuk

harganya), dan kata ‘situ’ (untuk Saudara, Anda, dan sebagainya),

‘kenapa’ (untuk mengapa), ‘bilang’ (untuk mengatakan), ‘nggak’ (untuk

tidak), ‘gini’ (untuk begini), dan kata-kata lain yang dianggap kurang atau

tidak baku.

b. Perbedaan dari Proses Terbentuknya

Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua

kedudukan bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara dan nasional,

sebenarnya sudah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi, untuk mempertajam

perbadaan latar belakangnya dapat ditelaah hal berikut.

Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong

oleh rasa persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra-putra

Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu yang mutlk untuk

mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan “Bersatu kita teguh bercerai kta

runtuh” benar-benar diresapi oleh mereka. Mereka juga sadar bahwa untuk

mewujudkan persatuan perlu adanya saran yang menunjangnya. Dari

sekian sarana penentu, yang tidak kalah pentingnya adalah sarana

komunikasi yang disebut bahasa. Dengan pertimbangan kesejarahan dan

kondisi bahasa Indonesia yang lingua franca itu, maka ditentukanlah ia

sebagai bahasa nasional.

Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi.

Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi

dilatarbelakangi oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara

geografis menyebar pemakiannya ke hampir seluruh wilayah Indonesia

dan dikuasai oleh sebagian besar penduduknya. Di samping itu, pada saat

17

Page 18: makalah bahasa

itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh pemakainya sebagai bahasa

pemersatu bangsa, sehingga pada saat ditentukannya sebagai bahasa

negara/resmi, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus sebagai

penduduk Indonesia itu menerimanya dengan suara bulat.

c. Perbedaan dari Segi Fungsinya

Perbedaan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara terlihat

juga pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap

pemakaian fungsi itu. Kapan bahasa Indonesia sebagai bahasa

negara/resmi dipakai, kiranya sudah kita ketahui.

Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengan

tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi itu. Ketika kita

(misalnya, karena kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup di wilayah

tanah air Indonesia) menggunakannya sebagai bahasa negara/resmi, maka

Bahasa Indonesia dipakai sebagai alat penghubung antarsuku,.

Sehubungan dengan itu, apabila ada orang yang berbangsa lain yang

menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia, dia tidak

mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa Indonesia

sebagai fungsi tersebut.

Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan

keturunan Cina, tetapi karena dia warga negara Indonesia dan secara

kebetulan menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum, maka pada

saat dia memberikan penataran kepada anggotnyan berkewajiban moral

untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidak perduli apakah dia lancar

berbahasa Indonesia atau tidak. Tidak perduli apakah semua pengikutnya

keturunan Cina yang berwarga negara Indonesia ataukah tidak.

Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung

antarsuku, karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah

Indonesia, sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang

menjalankan tugas-tugas ‘pembangunan’ Indonesia.

18

Page 19: makalah bahasa

KESIMPULAN

Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis

mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan

menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat

dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa

kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.

Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga

keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu

bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat

dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat

diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya

membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang

berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan

saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.

19

Page 20: makalah bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam kosa

kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III. Nomor 3.

Jakarta: Bharata.

http://dinamika.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/28102008121137

_PAPER_BAHASA_INDONESIA1_fix.doc

http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+

bahasa+indonesia&star=10&sa=N

20