makalah bab persamaan kedudukan warga negara

13
MAKALAH PKN (PERSAMAAN KEDUDUKAN WAGA NEGARA) NAMA :RISKA MAY HABIBI KELAS :X-3 NO.ABSEN :24

Upload: riska-may-habibi

Post on 02-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

makalah persamaan kedudukan warga negara

TRANSCRIPT

MAKALAH PKN(PERSAMAAN KEDUDUKAN WAGA NEGARA)

NAMA:RISKA MAY HABIBI

KELAS:X-3

NO.ABSEN:24

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah tentang Persamaan Kedudukan Warga Negara yang merupakan materi kelas X bab 2 semester 2.

Makalah ini saya susun sebagai tugas remedial ulangan harian bab 2. Saya yakin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari susunan maupun isinya. Oleh karena itu,kritik dan saran sangat saya harapkan dari pembaca.

Akhirukalam,Wassalamualaikum Wr.Wb

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARAPERTEMUAN 6 DAN 7

A. Dasar hukum yang mengatur warga negara

Warga negara berasal dari kata warga dan negara. Warga diartikan sebagai anggota/peserta dari suatu kelompok /organisasi perkumpulan. Jadi,warga negara artinya warga/anggota dari suatu negara.

Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bahasa inggris),yang mempunyai arti warga negara ,petunjuk dari sebuah kota,sesama warga negara,sesama penduduk,orang sesama tanah air,bawahan dan ada sebutan lain pada zaman Hindia Belanda dipakai istilah kawula/kaula negara. Ada pula istilah rakyat dalam suatu negara yang meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara.

Rakyat dalam suatu negara dapat dibedakan menjadi:

a. Berdasarkan hubungan dengan daerah tertentu

1) Penduduk:mereka yang bertempat tinggal/berdomisili di dalam suatu wilayah negara (menetap) untuk jangka waktu yang lama.

2) Bukan penduduk:mereka yang berada di dalam suatu wilayah negara hanya untuk sementara waktu (tidak menetap).

b. Berdasarkan hubungan dengan pemerintah negaranya:

1) Warga negara :mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu negara,denagn status kewarganegaraan warga negara asli /warga keturunan asing.

2) Bukan warga negara (orang asing):mereka yang berada pada suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan,tetapi tunduk pada pemerintah di mana mereka berada.

Pada umumnya masalah warga negara diatur dalam konstitusi. Di Indonesia tentang warga negara diatur dalam UUD 1945 BAB X Tentang Warga Negara pasal 26. Selain itu juga dalam UUD 1945 Pasal 28 ayat (4). Dalam sejarahnya di Indonesia pernah berlaku berbagai ketentuanmengenai warga negara yang antara lain diatur dalam Indische Staatsregeling tahun 1927,UU RI No.3 tahun 1946,Hasil KMB 1949,UU RI No.62 tahun 1958 dan yang berlaku sekarang adalah UU No.12 tahun 2006. Disamping itu ada sejumlah perundangan lain yang mendukung pelaksanaan UU Kewarganegaraan RI antara lain:

1. UU No.9 tahun 1992 tentang keimigrasian

2. PP RI No.32 tahun 1994 tentang visa,izin masuk dan izin keimigrasian.

3. PP RI No.18 tahun 2005 tentang perubahan atas PP RI No.32 tahun 1994 tentang visa,izin masuk dan izin keimigrasian.

4. Instruksi Presiden RI No.26 tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non pribumi dalam semua perumusan kebijakan ,kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan,Perencanaan program ataupun pelaksanaannya.

5. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No M.021Z03.10 tahun 2004 tentang menghentikan Penggunaan Istilah Perubahan Ketiga Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M . 01-IZ.03.10 tahun 1995 tentang paspor biasa. Paspor untuk orang asing . surat perjalanan. Laksana Paspor untuk WNI dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang asing sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.01.IZ.03.10 tahun 1997.

Kalau dibandingkan antara UU No.12 tahun 2006 dengan UU sebelumnya,ada beberapa perbedaan. Yaitu :

a) Secara filosofis bersifat non diskriminatif.

b) Secara yuridis,disusun berdasarkan UUD 1945 (hasil amandemen) yang lebih menjamin HAM terhadap perempuan dan anak-anak.

c) Secara sosiologis,sesuai dengan perkembangan global terkini yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan warga negara di depan hukum,serta adanya keselarasan dan keadilan gender.

B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA

a. Hak warga negara

1) Menyatakan diri sebagai penduduk dan warga negaraIndonesia atau ingin menjadi warga negara suatu negara (pasal 26).

2) Bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).

3) Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)

4) Upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3)

5) Kemerdekaan berserikat,berkumpul,mengeluarkan pikiran lisan dan tulisan sesuai dengan UU (pasal 28).

6) Memperoleh jaminan dan perlindungan dalam pelaksanaan berbagai bidang HAM (pasal 28A s.d. 28J)

7) Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya masing-masing (pasal 29 ayat 2)

8) Ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)

9) Mendapat pengajaran (pasal 31)

10) Mengembangkan kebudayaan nasional (pasal 32)

11) Mengembangkan usaha-usaha dalam bidang ekonomi (pasal 33)

12) Memperoleh jaminan pemeliharaan sebagai fakir miskin,fasilitas kesehatan dan fasilitas umum serat dari pemerintah (pasal 34)

b. Kewajiban warga negara

1) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (pembukaan UUD 1945,alinea 1)

2) Menghargai nilai-nilai persatuan,kemerdekaan dan kedaulatan bangsa (pembukaan UUD 1945,alinea II)

3) Menjungjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara dan dasar negara (pembukaan UUD 1945,alinea IV)

4) Setia membayar pajak untuk negara (pasal 23 ayat 2)

5) Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1)

6) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)

7) Wajib menghormati bendera negara Indonesia sang merah putih (pasal 35)

8) Wajib menghormati bahasa negara bahasa Indonesia (pasal 36)

9) Wajib menjunjung tinggi lambang negara Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (pasal 36 A)

10) Wajib menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya (pasal 36B)

C. ASAS DAN STELSEL DALAM KEWARGANEGARAANa. Asas kewarganegaraan

Penentuan kewarganegaraan berdasar kelahiran dikenal 2 asas,yaitu:

1) Asas Ius Soli:menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.

2) Asas Ius Sanguinis: menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut.

Sedangkan penentuan kewarganegaraan berdasarkan perkawinan jjuga dikenal adanya 2 asas yaitu:

1) Asas persamaan hukum :didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecah sebagai inti masyarakat. Diusahakan status kewarganegaraan suami istri adalah sama dan satu.

2) Asas persamaan derajat:didasarkan pandangan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan suami istri.

Adapun asas-asas yan dianut dalam UU No.12 tahun 2006 adalah;

1) Asas Ius Sanguinis

2) Asas Ius Soli

3) Asas kewarganegaraan tunggal

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas

b. Stelsel dalam kewarganegaraan

Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang ,pemerintah suatu negara lazim menggunakan 2 stelsel yaitu:

1) Stelsel aktif (naturalisasi biasa)

2) Stelsel pasif (naturalisasi istimewa)

Secara umum ada 2 cara untuk memperoleh pewarganegaraan:

1) Pewarganegaraan aktif (hak opsi)/dalam stelsel aktif.

2) Pewarganegaraan pasif (hak repudiasi)/dalam stelsel pasif.

Adanya perbadaan dasar yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan,maka ada kemungkinan seseorang tidak memiliki kewarganegaraan (apatride) dan ada pula kemungkinan seseorang memiliki kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau bahkan lebih dari 2 (multipatride).

D. SYARAT MENJADI WARGA NEGARABerdasarkan UU no.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan terdapat ketentuan dalam memperoleh kewarganegaraanIndonesia yaitu:

a. Melalui kelahiran,

1) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga Negara Indonesia.

2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA.

3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI.

4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dariseorang ibu WNI,tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan/hokum asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

5) Anak yang lahir dengan tenggang waktu 300(tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI.

6) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI.

7) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berumur 18 (delapan belas) tahun/belum kawin.

8) Anak yang lahir di wilayah Negara RI yang pada waktu lahir jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

9) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

10) Anak yang lahir di wilayah Negara RI selama ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan/tidak diketahui keberadaannya.

11) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Negara RI dari ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut dilahirkan tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

12) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah,belum berusia 18 (delapan belas) tahun/belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berwarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI.

13) Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI.

b. Melalui pengangkatan

1) Diangkat sebagai anak oleh WNI.

2) Pada waktu pengangkatan itu ia belum berumur 5 tahun.

3) Pengangkatan anak itu memperoleh penetapan pengadilan.

c. Melalui permohonan

1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun/sudah kawin.

2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara RI paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut/paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945.

5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun/lebih.

6) Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI tidak menjadi berwarganegaraan ganda.

7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap,dan membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara.

Permohonan tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada presiden melalui menteri kehakiman, dan bila dikabulkan akan ditetapkan melalui keputusan Presiden dan yang bersangkutan mengucapkan sumpah/janji dihadapan pejabat yang berwenang.

d. Melalui perkawinan

1) WNA yang kawin secara sah dengan WNI.

2) Menyampaikan pernyataan menjadi warga Negara di hadapan pejabat.

Pernyataan tersebut dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara RI paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turutdan paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut. Hak memperoleh kewarganegaraan itu tidak berlaku apabila yang bersangkutan berwarganegaraan ganda.

e. Karena pemberian kewarganegaraan

Diberikan kepada orang asing karena mereka telah berjasa kepada Negara RI/alasan kepentingan Negara.

f. Karena ikut ayah/ibu

1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun/belum kawin berada dan bertempat tinggal diwilayah Negara RI,dari ayah/ibu yang memperoleh kewarganegaraan RI.

2) Anak warga Negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI memperoleh kewarganegaraan RI.

E. HAL YANG MENYEBABKAN KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN

Dalam pasal 23 UU RI No.12 tahun 2006,menyatakan Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan :

a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;

d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;

f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;

g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing;

h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya; atau

i. bertempat tinggal di Iuar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

Kemudian dalam pasal 26 UU No.12 tahun 2006 juga menyebutkan kehilangan kewarganegaraannya bagi suami/istri dengan ketentuan:

(1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.

(2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.PERTEMUAN KE 8A. LANDASAN YANG MENJAMIN PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA

Perihal jaminan persamaan kedudukan warga Negara di Indonesia secara konstitusional termaktb dalam:

a. Pembukaan UUD 1945

b. Dalam sila-sila pancasila

c. Dalam UUD 1945 dan peraturan perundangan lainnya

B. BERBAGAI ASPEK PERSAMAAN KEDUDUKAN SETIAP WARGA NEGARA

1. Aspek politik

Tercermin dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3),pasal 28G

2. Aspek ekonomi

Tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2),pasal 28C ayat (1),pasal 28D ayat (2),pasal 28H ayat (4).

3. Aspek social budaya

Tercermin dalam UUD 1945,antara lain pasal 28C ayat (1),pasal 28F dan pasal 28I ayat (3).

4. Aspek keagamaan

Tercermin dalam UUD 1945 antara lain dalam pasal 28E ayat (1) dan pasal 28E ayat (2).

5. Aspek hokum

Tercermin dalam UUD 1945 pasal 28Dayat (1)

6. Aspek pertahanan dan keamanan

Tercermin dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1).

C. CONTOH PERILAKU YANG MENAMPILKAN PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA

Kita sebagai anggota masyarakat dapat saling mengisi meskipun kita berbeda suku,agama maupun perbedaan lainnya. Seseorang dapat belajar dari pengalaman orang lain sehingga kita akan memperoleh pengalaman yang lebih luas yang sebelumnya belum kita miliki tanpa memperdulikan perbedaan yang telah ada. Perilaku tersebut dapat kita kembangkan yang lebih luas misalnya dalam lingkup Negara kita dapat mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa,keberagaman yang saling didukung oleh semua pihak dapat melahirkan bangsa yang kokoh dan akan tehindar dari berbagai macam gangguan,hambatan maupun tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

PERTEMUAN KE 9

MENGHARGAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA TANPA MEMBEDAKAN RAS,AGAMA,GENDER,GOLONGAN,BUDAYA DAN SUKUa. Ras Adalah warna kulit yang menjadi cirri khas suku bangsa tertentu. Walau berbeda ras,semua harus memperoleh perlakuan yang sama disegala bidang kehidupan tanpa membeda-bedakannya.

b. Agama

Di Indonesia,terdapat banyak sekali macam-macam agama. Namun,jangan hanya karena perbedaan agama kita menjadi tercerai berai dan saling memusuhi.

c. Gender

Merupakan jens kelamin yang menyebabkan terjadinya perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Pada masa sekarang,seiring dengan perkembangan/kemajuan zamantimbul kesadaran pentingnya persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Perbedaan yang memojokkan salah satu gender semakin tidak kentara. Sudah sepantasnya wanita mendapat hak yang sama dengan pria di segala bidang,selam tidak mengorbankan kodratnya sebagai wanita.

d. Golongan

Di Indonesia banyak terdapat golongan. Apabila tiap golongan tidak menganggap golongannya yang paling benar,paling baik,maka akan tercipta suasana damai dalam masyarakat dan diharapkan tiap golongan memosisikan dirinya dengan golongan lain dan saling melengkapi satu sama lain sehingga akan dapat menciptakan kehidupan yang harmoni.

e. Budaya dan suku

Di Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya dan suku,perbedaan itu hendaknya di integrasikan bukan dipertentangkan satu sama lain,oleh karena itu,salah satu suku merupakan bagian dari warga Negara Indonesia.

Dengan adanya perbedaan diatas diskriminasi merupakan sikap dan perbuatan yang harus kita hindari,karena dapat menimbulkan perpecahan bangsa yang dapat melahirkan berbagai konflik baik secara vertical (dengan penguasa),maupun secara horizontal (sesame masyarakat). Untuk menghargai persamaan kedudukan bagi setiap warga Negara,perlu dilakukan langkah-langkah:

1) Regulasi yang dilakukan oleh lembaga eksekutif maupun legislatif,sebelum disahkan sudah seharusnya dibuat dalam kajian akademis yang memadaidan analisis psikologi social yang mendalam,sehingga menghasilkan peraturan dan kebijakan yang tidak diskriminatif.

2) Implementasi suatu kebijakan/peraturan agar pelaksanaannya dilakukan oleh aparat yang betul-betul memahami,proporsional dan professional,dalam hal ini sangat penting dengan tujuan agar dalam pelaksanaan penindakan pelanggaran berlaku adil.

3) Sosialisasi,suatu peraturan sangat perlu dipublikasikan serta diperluas jangkauannya agar warga masyarakat yang berkepentingan aktif untuk memahami,sehingga masyarakat yang melaksanakannya tidak akan merasa curiga/salah paham.

4) Melakukan pelatihan kepada masyarakat dan diberi pembelajaran tentang taat asas dan aturan agar masyarakat betul-betul mematuhi rambu-rambu yang telah ditentukan,jangan sampai mereka yang punya urusan dipersulit karena tidak punya kenalan,yang mengakibatkan adanya diskriminasi.

5) Tidak saling memberi peluang antara masyarakat dengan aparatur Negara,yang dapat memunculkan tindakan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (KKN).

6) Aparat hokum mewaspadai dan antisipatif terhadap potensi-potensi yang mengarah pada perbedaan ras,gender,golongan,budaya dan suku yang ada dalam masyarakat.

7) Memberikan keteladanan dan pembelajaran yang berkelanjutan di jalur pendidikan melalui sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang sangat menghargai dan menghormati perbedaan dalam masyarakat.