makalah asuransi

14

Click here to load reader

Upload: teuku-munawar

Post on 27-Jun-2015

2.996 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah asuransi

BAB I

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih tanpa pernah pilih kasih dan Yang Maha

Penyayang yang menyayangi tanpa pernah meminta imbalan dari mahluk-Nya, yang atas

berkat rahmat, inayah serta hidayah-Nya lah kami sebagai penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Asuransi Syariah” ini tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, serta, umatnya yang membela risalahnya sampai akhir jaman.

Dunia Islam  pada prinsipnya tidak mengenal asuransi seperti apa yang dijalankan oleh

perusahaan asuransi konvensional di dunia Barat. Karena prinsip asuransi di dunia barat

adalah profit oriented dan adanya konsep untung-untungan. KUH Perdata pasal 1774

menyebutkan tentang perjanjian asuransi yaitu “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara

pihak, bergantung kepada suatu perjanjian yang belum tentu”. Malah Subekti secara terang

menyamakan kedudukan asuransi dengan perjudian  dan pertaruhan, walaupun ada

sebagian pakar yang membantah pendapat tersebut.

Dalam konsep Islam  asuransi Islam bukan semata profit oriented, tetapi ia mengandung

nilai sosial oriented, jadi perpaduan antara dua kepentingan inilah yang dibangun oleh

asuransi syariah dalam menajalankan roda bisnisnya. Karena perbedaan orientasi dan

filosofi inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi Islam perlu hati-hati dan para

pemilik dan pengurusnya mesti orang-orang yang memahami karakteristik ini agar jangan

sampai prinsip Islam  tidak digadaikan demi kepentingan sesaat.

Untuk lebih memahami definisi asuransi syariah, prinsip dan landasan hukum operasional

asuransi syariah, perkembangan dan jenis-jenis asuransi syariah, serta perbedaan antara

asuransi syariah dan asuransi konvensional maka kami akan menjelaskan lewat tulisan

kami berikut ini.

1

Page 2: makalah asuransi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Asuransi Syariah

Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah

menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan

padanan kata ”pertanggungan”. Echols dan Shadilly memaknai kata insurance dengan a)

asuransi, dan b) jaminan. Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan istilah

assurantie(asuransi) dan verzekering (pertanggungan).

Sedangkan Asuransi Syariah atau Takaful secara bahasa, akar katanya berasal dari Kafala-

yakfulu-Kafaalatan, artinya menanggung. Kemudian dari Mujarrad dipindahbabkan ke

tsulatsi maziid dengan menambah Ta, sebelum Fa fi’il dan Alif setelahnya, maka menjadi

Takaafala Yataakaaful-Takaafulan.

Perpindahan bab dengan menambah Ta dan Alif seperti tersebut di atas dalam Ilmu Sharaf

menelorkan pengertian yang satu menanggung yang lain dengan berbagi cara, antara lain

dengan membantunya, apabila ia amat membutuhkan bantuan, terutama bila yang

bersangkutan ataupun keluarganya ditimpa musibah.

Pengertian Lughawi ini dikhususkan persepakatan tolong-menolong secara teratur

sedemikian rupa, keteraturan dan rinciannya antara sejumlah orang bila semuanya akan

tertimpa bahaya dan kesukaran, sehingga apabila bahaya itu menimpa seseorang di

kalangan mereka, semuanya ikut membantu menghilangkan atau meringankannya, dengan

cara memberikan bagian yang tidak menyulitkan masing-masing guna menghilangkan

bencana tersebut.

Bermuamalah dengan Takaful, pada ulama besar internasional abad ini seperti Majma’

Fighil Islaamy, Mekkah, Saudi Arabia, Abu Zahra, Yusuf Al Qardhawy condong

berpendapat bahwa hukumnya adalah Mubah, selama tidak mengandung unsur Gharar.

Gharar secara lughawi berarti penipuan yaitu ketidakjelasan, baik ketidakjelasan itu pada

persentase, kepastian dapat, ataupun kepastian waktu mendapatkannya, tidak mengandung

maisir, yaitu untung untungan untuk

2

Page 3: makalah asuransi

Mendapatkannya, di mana kalau nasibnya baik, ia akan mendapat bagian dan kalau

nasibnya sedang tidak baik, maka premi-premi yang sudah dilunaskannya itu akan

melayang semuanya. Tak ada unsur Riba, yaitu mendapat tambahan jumlah dengan tanpa

ada imbalan yang sah, ataupun keikhlasan sejati dari pemilik. Apabila salah satu dari tiga

unsur itu terdapat pada sesuatu perjanjian jamin menjamin, maka hukum perjanjian itu

adalah haram walaupun namanya baik, halal dan sebagainya. Sebaliknya, apabila kesemua

unsur tersebut tidak ada di dalamnya, maka hukumnya adalah sah, atau mubah, meskipun

namanya asuransi, Takmiin, atau Takaful.

Berdirinya asuransi ini sebagai satu ketegasan bahwa Islam  mempunyai sistem asuransi

yang tentunya secara operasional berbeda dengan asuransi konvensional lainnya. Salah

satu kiat yang dikembangkan Takaful adalah prinsip tolong-menolong, di mana setiap

pemegang polis wajib memberikan derma untuk keperluan dana tolong menolong, serta

untuk dana pengembangan kegiatan pembinaan umat dan kepada semua peserta di samping

mendapatkan keuntungan pribadi, juga mendapatkan keuntungan bersama. Yang perlu

diingat Asuransi Takaful ini diawasi oleh satu badan atau Dewan Pengawas Syariah seperti

yang ada pada bank Islam .

B. Prinsip dan Landasan Hukum Operasional Asuransi Syariah

1. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Prinsip Dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar

yang berlaku padaa konsep ekonomika Islam secara komprehensif dan bersifat major. Hal

ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan tururnan (minor) dari konsep

ekonomika Islam . Biasanya literatur ekonomika Islam  selalu melakukan penurunan nila

pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti lembaga

perbankan dan asuransi.

Begitu juga dengan suransi, harus dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat dan

kokoh. Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sembilan macam yakni

1.  Tauhid

Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan

suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun pada nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak

3

Page 4: makalah asuransi

dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hati bahawa

Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu bersama kita.

2.   Keadilan

Prisnip kedua adalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-

pihak yang terikat dalam akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya

dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.

3.  Tolong – Menolong (Ta’awun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan asuransi adalah harus didasari

dengan semangat tolong-menolong antara anggota (nasabah). Seseorang yang masuk

asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan

meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.

4.  Kerjasama (Cooperation)

Prinsip kerjasama  merupaka prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi

Islam . Manusia sebagai mahluk yang mendapat mandat dari sang Khalik-nya untuk

mewujudkan perdamainan dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang

tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk

sosial.

5.  Amanah (Trustworthy)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas

(pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode.

Dalam hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah

untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh

perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam

bermuamlah dan melalui auditor public.

6.  Kerelaan (Al-Ridha)

Dalam berbisnis asurasnsi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap nasabah asuransi agar

mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke

4

Page 5: makalah asuransi

perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosial (tabarru)

memang betuk-betul digunakan untuk tujuan membantu nasabah asuransi yang lain jika

mengalami bencana kerugian.

7.  Larangan Riba

Bahwa dalam berbisnis asuransi kita dilarang melakukan praktek riba. Yakni bahwa kita

dilarang melakukan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.

8.  Larangan Maisir

Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisir (judi) artinya adanya salah satu pihak

yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila

pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa

reversig period, biasanya tahun yang ketiga yang bersangkutan  tidak akan menerima

kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya unsur

keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana untung-rugi terjadi

sebagai hasil ketetapan.

9.  Larangan Gharar (Ketidakpastian)

Secara konevensioanal kata Syafi’i Antonio kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat

dikategorikan dalam aqd tadabuli atau akad pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi

dengan uang pertanggungan. Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang

harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu

(gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi

tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah uang premi) karena hanya Allah yang tahu

kapan seseorang akan meninggal. Disinilah gharar terjadi pada asuransi konvensional.

2. Landasan Hukum Operasional Asuransi Syariah

Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya

pada Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang perasuransian.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, yaitu :

5

Page 6: makalah asuransi

”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri

kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan

yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.”

Pengertian diatas tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi Asuransi Syariah

karena tidak mengatur keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah, serta tidak

mengatur teknis pelaksanaan kegiatan asuransi dalam kaitannya kegiatan administrasinya.

Pedoman untuk menjalankan usaha asuransi syariah terdapat dalam Fatwa Dewan Asuransi

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang

Pedoman Umum Asuransi Syariah, fatwa tersebut dikeluarkan kareni regulasi yang ada

tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan kegiatan Asuransi Syariah. Tetapi fatwa

DSN-MUI tersebut tidak memiliki kekuatan hukum dalam Hukum Nasional karena tidak

termasuk dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Agar ketentuan Asuransi

Syariah memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk peraturan yang termasuk

peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia meskipun dirasa belum memberi

kepastian hukum yang lebih kuat, peraturan tersebut yaitu Keputusan Menteri Keuangan

RI No.426/KMK.06/2003, Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/KMK.06/2003 dan

Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan No. 4499/LK/2000. Semua keputusan

tersebut menyebutkan mengenai peraturan sistem asuransi berbasis Syariah.

C. Perkembangan dan Jenis-Jenis Asuransi Syariah

1. Perkembangan Asuransi Syariah Dari Masa ke Masa

Menurut beberapa literatur, kira-kira abad kedua Hijriyah atau abad ke dua puluh Masehi,

pelaku bisnis dari kaum muslimin yang kebanyakan para pelaut, sebenarnya telah

melaksanakan sistem kerja sama atau tolong menolong untuk mengatasi berbagai kejadian

dalam menopang bisnis mereka, layaknya seperti mekanisme asuransi. Kerjasama ini

mereka lakukan untuk membantu mengatasi kerugian bisnis, diakibatkan musibah yang

terjadi semisal ; tabrakan, tenggelam, terbakar atau akibat serangan penyamun.

Sekitar tujuh abad kemudian, sistem ini akhirnya diadopsi para pelaut eropa dengan

melakukan investasi atau mengumpulkan uang bersama dengan sistem membungakan

uang. Dan pada abad kesembilan belas, dan cara membungakan uang inipun menjelajahi

penjuru dunia, terutama setelah dilakukan para taipan keturunan Yahudi.

6

Page 7: makalah asuransi

Para penghujung abad kedua puluh, atau tepatnya abad kelima belas Hijriyah, para ekonom

muslim mulai menelorkan dan merenovasi konsep ekonomi Islam. Mereka adalah

rangkaian generasi emas dari Abu Yusuf menghasilkan al-kharaj dan Abu ‘Ubaid menulis

kitab al-amwal. Asuransi adalah salah satu lembaga ekonomi yang menjadi fokus para

perhatian pakar muslim, sehingga konsep yang menggunakan format maisir, riba, gharar

yang berjalan selama ini mesti dirubah menjadi sistem bagi hasil, tolong menolong dengan

mendorong pemanfaatan Tabarru. Selain itu sistem asuransi syari’ah mestilah mempunyai

komitmen untuk kesejahteraan bersama.

Dibandingkan di sejumlah negara – bahkan negara yang mayoritas penduduknya adalah

nonmuslim, keberadaan asuransi Takaful di Indonesia terbilang terlambat. Di Luxemburg,

Geneva dan Bahamas misalnya, asuransi Takaful sudah ada sejak tahun 1983. Sementara di

negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, keberadaannya sudah jauh lebih lama

seperti di Sudan (1979), Saudi Arabia (1979), Bahrain (1983), Malaysia (1984) dan Brunei

Darussalam (1992).

2. Jenis-Jenis Asuransi Syariah

Dilihat dari segi jenis asuransi syariah, maka suransi syariah terdiri atas dua jenis

yakni

1.   Asuransi Umum (kerugian)

Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan keuangan

(Pecuniary), tanggung jawab hukum (liability) dan asuransi diri (kecelakaan dan

kesehatan).

2.  Asuransi Jiwa

Pada hakekatnya meupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang membagi

resiko (share risk) yang diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak

pasti akan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan

terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko kecelakaan(yang tidak pasti terjadi,

tetapi tidak mustahil terjadi). Kerjasama mana dikoordinir perusahaan asuransi yang

bekerja atas dasar hukum bilangan besar (the law of large number) yang menyebarkan

7

Page 8: makalah asuransi

resiko kepada orang-orang yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam program asuransi

jiwa seperti ini adalah asuransi untuk pendidikan, pensiun, investasi, tahapan, dll.

3. PERANAN ASURANSI SYARIAH

Berikut ini beberapa pearanan yang dapat dipetik dalam menggunakan asuransi syariah,

yaitu:

menumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan di antara anggota.

Menjalankan dan mengimplementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam

salimg tolong menolong.

menjauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.

Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko kerugian

yang diderita satu pihak.

meningkatkan efesiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan

dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga,

waktu, dan biaya.

Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya

tertentu, dan tidak perlu mengganti/ membayar sendiri kerugian yang timbul yang

jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan

dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.

Menutup Loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak

dapat berfungsi(bekerja).

8

Page 9: makalah asuransi

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Asuransi sebagai satu wujud usaha dalam pertanggungan yang melibatkan antara

sekelompok (kumpulan) orang disatu pihak dan perusahaan asuransi, sebagai lembaga

pengelola dana di pihak lain, telah mengangkat “isu” utama saling menanggung dalam

menghadapi musibah dan bencana. Dilihat dari nilai bawan yang tertera dalam teks-teks

absolut (Al-Qur’an dan As-Sunnah), maka nilai dasar dari asuransi syariah mempunyai

nilai sosial oriented yaitu sebuah nilai yang didasarkan pada semangat saling tolong-

menolong antar sesama peserta asuransi dalam menghadapi musibah.

B.  Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan dalam pengembangan asuransi syariah terutama di

Indonesia adalah

1. perlu adanya kajian dan diskusi yang mendalam tentang konsep asuransi syariah

oleh kalangan yang punya perhataian terhadap asuransi syariah sehingga pada

akhirnya terbentuk Masyarakat Asuransi syariah (MAS).

2. secepatnya diperlukan payung hukum yang kuat terhadap eksistensi asuransi

syariah di Indonesia.

3. perlunya sosialisasi yang masif terhadap masyarakat muslim sehingga mengetahui

apa pentingnya asuransi syariah dalam kehidupannya.

4. maksimalisasi fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdapat dalam setiap

perusahaan asuransi syariah.

5. perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam tantang kesesuaian praktik

asuransi syariah dengan ketentuan dasar ekonomika Islam .

9

Page 10: makalah asuransi

DAFTAR PUSTAKA

AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukm Islam , Kencana, Jakarta, 2004

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewa Syariah

Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tantang Pedoman Umum Asurans Syariah, Jakarta,

2001

Muhammad Syafi’I Antonio, Asuransi Dalam Perspektif Islam , STI, Jakarta,

1994.

Prodjokoro, Wirjono, Hukum Asuransi di Indonesia, Pembimbing, Jakarta, 1958

10