makalah aspek hukum dalam ekonomi surat
TRANSCRIPT
MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
MAKALAHSURAT-SURAT BERHARGA
Diajukan untuk memenuhi tugas Hukum dalam EkonomiDosen Pengampu Ikomatussuniah SH. MH.
OlehIdoh Faridoh
11120277
PROGRAM STUDI MANAJEMENSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BINA BANGSA BANTEN2013
1BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara pelaksanaan urusan
atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang di hubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang / jasa dengan menempatkan uang dari para entrepenius dalam resiko tertentu,
dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis ini, secara fisik, surat
berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi dia begitu kuatnya mengikat secara hukum.
Oleh kerana itu dalam makalah ini kami akan menguraikan apa arti dari surat berharga beserta
macam-macamnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan dasar hukum dari surat berharga ?
1.2.2 Apa saja macam-macam dari surat berharga ?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum dari surat berharga.
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam dari surat berharga.
2BAB II
PEMBAHASAN2.1 Pengertian Surat Berharga
Surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan
sebagai agunan saham atau bukti penyartaan modal.1[1]
Dengan demikian, dalam lalulintas perdagangan surat-surat mempunyai nilai uang sering
disebut dengan surat-surat berharga (Commercial Papers).
Surat-surat berharga uamg dikeluarkan dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Surat
Berharga (Negotible Instrument), dan surat berharga berdasarkan Undang-undang No 7 Tahun
1992 Yo Undang –undang No 10 Tahun 1992.
3.1.1 Surat Berharga (Negotible Instrument)
Surat berharga (negotible instrument) dikatakan surat berharga apabila surat tersebut
sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayan sejumlah uang, tetapi
tidak dilakukan dengan mata uang, melainkan dengan alat pembayaran lain.
1
3.1.2 Surat berharga menurut undang-undang No 7 Tahun 1992 Yo Undang-undang No 10
Tahun 1992
Undang-undang tersebut di atas mendefinisikan surat berharga adalah surat pengakuan
utang, wesel, saham, obligasi,sekuritas kredit,atau setiap derivatif dari surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam [asar modal atau pasar uang.
Akan halnya, Surat berharga (Leter of value) adalah surat yang diterbikan bukan sebagai
pemenuhan prestasi, bukan berupa pembayaran sejumlah uang dan sukar diperjualbelikan.
Namun, surat berharga ini sebagai bukti diri bagi pemegangnya (Legitimasi), sebagai orang yang
berhak atas apa yang disebutkan didalamnya, seperti KTP, SIM, ATM, Dan Lain-lain.
2.2 Jenis-jenis Surat berharga
Didalam lalulintas uang dikenal juga antara lain: Wesel, Cek, Bilyet Giro, Surat Sanggup,
Commercial Paper, Surat Berharga Pasar Uang, Garansi Bank, Sertifikat Bank Indonsia.2[2]
2.2.1 Wesel Ketentuan mengenai wesel diataur dalam pasal 100 sampai dengan pasal 173 KUH
Dagang, yang menentukan syarat formal bagi suatu wesel. Namun, di dalam KUH Dagang pada
persyaratan format wesel, di mana H.M.N Purwosutjipto mendefinisikan wesel sebagai
berikut.Syarat yang memuat kata “wesel” di dalamnya, ditanggali dan ditanda tangani disuatu
tempat, di mana penerbitnya memberi perintah tidak bersyarat kepada tersangkut untuk
membayar sejumlah uang kepada orang yang ditunjukan oleh penerbit atau penggantinya suatu
tempat tertentu.
Menurut pasal 100 KUH Dagang bahwa syarat wesel adalah sebagai berikut:
A. Penyebutan istilah “wesel” di dalam naskah surat wesel yang bersangkutan;
B. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
C. Nama orang yang harus membayar (tersangkut/tertarik);
D. Penetapan hari bayar;
E. Penetapan tempat pembayaran yang harus dilakukan;
F. Nama orang kepada siapa/penggatinya pembayaran harus dilakukan;
G. Tanggal dan tempat wesel diterbitkan;
H. Tanda tangan penerbit;
2
Dengan demikian, jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat
diperlakkukan sebagai surat wesel, kecuali berdasarkan pasal 101 Ayat 1 KUH Dagang, apabila
kurang persyaratan tetap diakui sebagai wesel, tetapi dengan konsekuensi tertentu, antara lain
sebgai berikut.
1. Apabila wesel tidak menyebutkan hari bayar maka wesel dianggap harus dibayar pada saat
diperlihatkan kepada tertarik.
2. Apabila wesel tidak menyebutkan tempat pembayarannya maka dianggap pembayarannya
dilakukan ditempat tinggal tersangkut/ Akseptan.
3. Apabila di dalam wesel tidak disebutkan di mana tempat penerbitnya maka wesel dianggap
ditanda tangani di tempat yang disebutkan di
Samping nama penerbit.
Akseptan adalah suatu pernyataan sanggup untuk membayar dari tertarik /pembayar yang ditulis
diatas surat-surat wesel serta ditanda tangani. Oleh karena itu, terdapat suatu hak regres. Hak
regres adalah hak untuk menegur bagi setiap tertarik yang menolak untuk melakukan akseptasi/
menolak untuk menyutujui pembayaran wesel walaupun hari pembayarannya belum tiba.
2.2.2 Surat Cek
Surat cek merupakan warkat yang berisi perintah tidak bersyarat kepada bank-bang yang
memelihara rekening nasabah untuk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada orang
tertntu atau yang ditunjukan olehnya atau pembawanya.3[3]
Dasar hukum pengaturan cek di atur dalam pasal 178-229 KUH Dagang. Disamping itu, ada
tambahan penjelasan yang dimuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Dalam pasal 178 KUH
Dagang syarat untuk cek adalah sebagai berikut.
1. Harus terdapat perkataan “cek” dalam bahasa ya g dipakai untuk merumuskan bunyi cek
tersebut;
2. Surat cek hasur berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3. Nama orang yang harus membayar (tertarik) harus selalu suatu bank;
4. Penunjukan tempat pembayaran;
3
5. Penyebutan tanggal dan tempat penarikan cek;
6. Tanda tangan orang yang menarik cek;
Dengan demikian, jika salah satu syarat tersebut tidak disebutkan maka tidak dapat dikatakan
sebagai Cek. Akan tetapi, dalam pasal 179 ayat 2,3 dan 4 KUH Dagang cek dapat memiliki
kekhususan, sebagai berikut.
1. Tempat pembayaran tidak disebutkan secara tegas maka tempat pembayaran dianggap tempat
yang disebutkan di samping nama si tertarik.
2. Jika penunjukan tidak ada maka cek harus dibayar di tempat nama kantor besar (pusat) dari
tertarik berada.
3. Jika disebutkan tempat di mana cek ditarik maka tempat yang disebutkan di samping nama si
penarik dianggap selaku tempat itu.
Adapu tenggang waktu dari cek adalah 70 hari sejak tanggal penarikannya, apabila setelah 70
hari cek yang bersangkutan tidak diuangkan maka penarik tidak wajib lagi menyediakan dana
untuk cek yang bersangkutan.
Pasal 209 KUH Dagang, jika tiada penarikan kembali terjadi maka si tertarik (Bank) boleh
membayarnya pun setelah berakhirnya tenggang waktu itu. Jadi, cek tidak otomatis batal setelah
berakhirnya tenggang 70 hari dilewatkan. Si penarik harus mengajukan surat pembatalan pada
Bank tertarik bila dia tidak menginginkan pembayaran lagi.
Dengan demikian, cek merupakan salah satu surast berharga. Oleh karena itu, hak atas cek dapat
dipindahtangankan kepada orang lain dengan cara Endosemen dan dilanjutkan dengan
penyerahan.
2.2.2.1 Jenis-jenis Cek
1. Cek Atas Unjuk /Pembawa (Aan Toonder)
Dimana bank akan membayarkan kepada siapa saja yang datang untuk menguangkan cek
tersebut kepadanya.
2. Cek Atas Nama (Aan Order)
Di mana bank akan membayarkan kepada orang yang namanya tercantum di dalam cek yang
bersangkutan.
5
3. Cek Atas Pembawa
Di mana bank akan memperlakukan cek semacam ini sebagai cek atas unjuk, tetapi hal ini
berbeda apabila sebutan pembawa di coret maka cek tersebut berlaku sebagai cek atas nama.
4. Cek Mundur
Merupakan cek yang oleh penariknya diberi tanggal akan datang, dengan demikian, cek yang
bersangkutan hanya dapat diuangkan pada tanggal yang telah dicantumkan dalam cek yang
bersangkutan.
5. Cek Silang
Merupakan cek yang diberiakn tanda silang/gais miring yang sejajar pada bagian muka. Tanda
silang tersebut memberikan petunjuk kepada bank pembayar bahwa cek tersebut hanya dapat
dibayarkan kepada suatu bank yang disebut diantara kedua gais silang sejajar. Dengan demikian,
cek silang hanyalah untuk disetorkan kedalam rekening saja sehingga cek yang bersangkutan
hanya dapat dikliringkan pada bank tersebut.
6. Cek Kosong
Adalah cek yang pada saat diajukan kepada bank tertarik untuk diuangkan, tidak tersedia dana
yang cukup pada rekening nasabah penarik cek tersebut.
2.2.3 Bilyet Giro
Dasar hukum bilyet giro diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/32/UPG,
tanggal 4 Juli 1995 Yo Surat Keputusan DireksiBank Indonesia Nomor 28/32/Kep/Dir, tanggal 4
Juli 1995.
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahkan sejumlah dana dari rekening yang yang bersangkutan kepada rekening pemegang
yang disebutkan namanya.
6
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa bilyet giro merupakan surat yang
berharga dapat dialihkan/ diperdagangka serta ditukarkan dengan uang, seperti halnya cek. Jika
bilyet giro tersebut tidak disebutkan, tidak diisikan nama si penerima dana oleh penariknya
sehingga mudah untuk dialihkan dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
Dengan demikian, pembayaran bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak
dapat dipindahtangankan melalui endosemen.
Endosemen adalah penyerahan suatu surat atas tertunjuk oleh seseorang yang berhak
/pemegang kepada orang lain dengan disertai pernyataan mengalihkan haknya atas surat yang
ditulis pada surat tersebut.
Bilyet giro memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
A. Nama “Bilyet giro” dan nomor bilyet giro yang bersangkutan;
B. Nama tertarik;
C. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindshksn dana atas beban rekening penarik;
D. Nama dan nomor rekening pemegang;
E. Jumlah dana yang dipindahbukukan, baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-
lengkapnya;
F. Nama bank penerima
G. Tempat dan tanggal penarikan;
H. Tanda tangan, nama jelas, dan atau dilengkapi dengan cap/stempel sesuai persyaratan
pembukuan rekening;
Dengan demikian, bilyet giro yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka tidak berlaku
sebagai bilyet giro.
2.2.4 Surat Sanggup (surat Promes/Aksep)
Surat sanggup (Surat promes/aksep) adalah surat yang dibuat oleh seseorang berisikan suatu
kesanggupan untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu.
Dasar hukum surat sanggup diatur dalam pasal 174-177 KUH Dagang4[4].
Syarat-syarat surat sanggup adalah sebagai berikut:
A. Penyebutan “surat sanggup” dimuatkan dalam teksnya sendiri,
B. Kesanggupan tak bersyarat untuk membyar sejumlah uang tertentu,
C. Penetapan hari bayarnya,
D. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan,
E. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan,
4
F. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatangani,
G. Tanda tangan orang yang mrngeluarkan surat sanggup itu.
Dalam hal ini , jika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai surat sanggup, kecuali
a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap di bayar pada saat di unjukan;
b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat penanda tangan dianggap sebagai
tempet pembayaran;
c. Bila tidak menyebutkan tempat ditanda tanganinya maka dianggap ditandatangani di tempat
yang tertera disamping nama penanda tangan.
Dengan demikian, perbedaan pokok antara surat sanggup dengan wesel adalah
merupakan surat perintah membaayar,sedangkan surat sanggup adalah surat janji/kesanggupan
untuk membayar. Di dalam wesel ada pihak yang diperintahkan untuk membayar (tertarik),
sedangkan dalam surat sanggup tidak ada.
Khusus surat sanggup yang diterbitkan oleh badan hukum merupakan perusahaan
pembiayaan (finacial institution) yamg diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
606/KMK/1995,tangaal 19 Desember 1995, yang pada intinya bahwa perusahaan pembiayaan
dalam menerbitkan surat sanggup berlaku beberapa ketentuan sebagai berikut.
a. Perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan surat sanggup, kecuali sebagai jaminan atas utang
kepada bank yang menjadi kreditor.
b. Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segala bentuk kepada pihak lain.
8
c. Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksudkan pada huruf a di atas tidak
dapat dialihkan dan dikuasakan kepada pihak mana pun juga (non negotiable)
Dengan demikian, berdasarkan huruf b di atas maka perusahaan pembiayaan tidak diperbolehkan
menjadi penjamin itang dari pihak lain termasuk dalam bentuk (corporate quarantee).
2.2.5 Commercial Paper
Berdasrkan Surat Edaran Bank Indonesia. SE No.28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995, yakni
persyaratan penerbitan dan perdagangan surat berharga komersial (Comercial paper) melalui
bank umu di indonesia adalah merupakn surat sanggup tanpa jaminan berjangka waktu pendek
yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan melalui bank (bank umum
sebagai mana di maksudkan oleh Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan) atau
perusahaan efek dengan sistem diskonto5[5].
Dengan demikian, syarat-syarat Commercial paper (CP) sebagai berikut:
a. Pencantuman
1) Klausa sanggup dan kata-kata “surat sanggup” di dalam teksnya dan dinyatakan dalam bahasa
indonesia ;
2) Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3) Penetapan hari bayar;
4) Penetapan tempat pembayaran;
5) Nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantian;
6) Tanggal dan tempat CP diterbitkan;
7) Tanda tangan penerbit;
b. Berjangka waktu paling lama 270 hari.
c. Diterbitkan oleh perusahaan bukan bank yang berbadan hukum indonesia
d. Telah memperoleh peringkat yang di tetapkan oleh lembaga dari Bapepam.
e. Pada halaman muka CP sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kata-kata “surat berharga komersial” yang di tulis setelah kata-kata “surat sanggup”;
2) Klausula dapat diperdagangkan pada bagian atas dan dicetak dengan huruf tebal;
3) Pernyatan tanpa protes dan tanpa biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 176 Yo pasal 145
KUH Dagang;
4) Nama bank atau perusahaan efek dan nama serta tanda tangan pejabat bank atau perusahaan efek
secara tidak mencolok;
5) Nama dan alamat bank yang ditunjuk sebagai agen pembayaran, dengan menempatkan loga
bank yang bersangkutan secara tidak mencolok;
6) No seri CP;
7) CP yang pencantuman jumlah uangnya berbeda antara yang tertulis dalam angka dengan yang
tertulis dalam huruf, yang berlaku adalah jumlah dalam huruf selengkap-lengkapnya;
8) CP yang jumlah uangnya dicantumkan berkali-kali dan tidak sama besarnya maka yang berlaku
adalah jumlah yang terkecil;
5
9) Setiap perubahan alamat yang telah tertulis pada CP harus ditandatangani oleh penerbit dan
pengatur penerbitan di tempat kosong yang terdekat dengan perubahan dengan mencantumkan
tanggal perubahan tersebut dilakukan.
10) Keterangan mengenai cara penguasaan CP sebagai berikut:
a) CP yang jatuh waktu dapat di tagihkan sejumlah nilai nominal pada agen pembayaran selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 6 bulan sejak saat jatuh waktu;
b) Setelah jangka waktu 6 bulan tersebut CP hanya dapat ditagihkan langsung kepada penerbit;
11) Pada halaman belakang CP dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pernyataan mengenai endosemen blako tanpa hak regres dengan kluasula untuk saya kepada
pembawa tanpa hak regres.
10
Dengan pengertian, pemindah tangan CP untuk pertama kalinya dilakukan dengan
caraendosemsnt blako seperti diatur dalam pasal 111 yo pasal 113 KUH Dagang, CP dapat
bersifast sebagai surat sanggup atas unjuk setelah endosir ; dan untuk memenuhi persyaratan
tanpa jaminan dari endosan, endosemen tersebut harus dinyatakan dengan jelas, yakni tanpa hak
regres(without recourse),
b. Cara perhitungan nilai tunai.
Persyaratan sebagai agen penerbit, agen pembayaran, pedagang efek, dan pemodal atas suatu
commercial paper harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
A. Dalam 12 bulan terakhir tingkat kesehatan dan permodalan tergolong sehat.
B. CP yang bersangkutan termasuk dalam kualitas investasi (investment grade) sebagai mana
ditetapkan oleh lembaga efek.
C. CP tersebut bukan diterbitkan oleh perusahaan yang merupakan anggota group/kelompok bank
yang bersangkutan (tidak berlaku apabila bank bertindak sebagai pedagang efek).
D. CP tersebut bukan diterbitkan oleh perusahaan yang pada saat merencanakan penerbitan CP
dimaksud mempunyai pinjaman yang digolongkan diragukan dan macet sebagaimana diatur
dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/22/KEP/DIR dan surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 26/4/BPPP masing-masing tertanggal 29 Mei 1993 tentang kualitas aktiva
produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif.
E. Kewajiban bank yang bertindak sebagai agen penerbit adalah meneliti kebenaran prosedur
penerbitan CP, baik dari segi adminstrasi maupun yuridis;
F. Kewajiban bank yang bertindak sebagai pengatur penerbitan adalah
a. Menyiapkan dan menyebarluaskan memorandum penerbitan yang obyektif;
b. Melaporkan kegiatan sebagai pengatur penerbitan CP kepada Bank Indonesia;
G. Persyaratan bagi bank yang bertindak sebagai pemodal atau suatu CP adalah.
11
a. Pembelian CP oleh bank untuk kepentingan sendiri diperlakukan sebagai pembelien surat
berharga;
b. PembelianCP oleh bank tidak dapat diperhitungkan sebagai angsuran atau pelunasan kredit bank
secara langsung maupun tidak langsung yang telah diberikan oleh bank tersebut kepada penerbit
CP.
2.2.6 Surat Berharga Pasar Uang
Surat berharga pasar uang (SBPU) diatur dalam dan di luar KUH Dagang, menurut Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/53/Kep/DIR tanggal 27 Oktober 1988, SBPU
merupakan surat berharga jangka pendek dalam rupiah yang dapat diperjual belikan di pasar
uang.6[6] SBPU ditinjau dari sudut warkatnya terdiri dari surat sanggup (aksep/promes) dan surat
wesel.
a) Surat sanggup yang dapat berupa
Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk
membiayai kegiatan tertentu;
Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank
Selain itu pula, surat sanggup yang diterbitkan harus memenuhi ketentuan pasal 174 KUH
Dagang;
b) Surat wesel dapat berupa
6
Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak yang diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi
tertentu, penarik atau tertarik adalah nasabah bank.
Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian
kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
2.2.7 Surat Jaminan Bank
Surat jaminan bank (bank garansi) adalah surat jaminan untuk membayar seseorang berdasarkan
undang-undang tertentu yang berfungsi sebagai alat
pembayaran. Dasar hukum surat jaminan bank diatur dalam pasal 1820-1850 KUH Perdata.
Namun, berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/2/Kep/DIR tanggal 28
februari 1991 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/5/UKU tanggal 28 Februari 1991
tentang Pemberian Garansi Oleh Bank.
Pengertian garansi adalah garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang
mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang
dijamin cidera janji.
Syarat syarat yang harus dipenuhi dalam suatu garansi bank, yaitu sebagai berikut:
a. Judul “garansi bank” atau “bank garansi”, dalam hal bank mengeluarkan garansi bank dalam
bahasa asing maka di bawah judul dalam bahasa asing yang dikehendaki tersebut diberi judul
dalam kurung “garansi bank” atau Bank garansi”.
b. Nama dan alamat bank pemberi.
c. Tanggal penerbitan.
d. Transaksi antara pihak yang dijamin dengan penerima garansi, misalnya tender, pemenuhan bea
cukai, pembangunan suatu proyek, dan perizinan perdagangan valuta asing.
e. Jumlah uang yang dijamin bank.
f. Penegasan batas waktu penjualan klaim. Garansi bank dapat diajukan klaim sekurang-kurangnya
14 setelah timbulnya cidera janji dan selambat-lambatnya 30 hari setelah berakhirnya garansi
bank tersebut.
g. Trjadinya wensprestasi, berdasarka pasal 1832 yo pasal 1832 KUH Perdata.
h. Tanggal mulai berlakunya dan berakhirnya, mengingat garansi bank merupakan perjanjian
tambahan (accesoir) maka jangka waktunya akan berakhir karena
Berakhirnya perjanjian pokok
Berakhirnya garansi bank sebagai mana ditetapkan dalam garansi bank yang ditetapkan
13
2.2.8 Pihak-pihak dalam Letter of credit (L/C)
Sebelum importir membuka L/C di bank, importir telah membuat perjanjian jual beli terlebih
dahulu dengan penjual (eksportir). Berdasrkan perjanjiantersebut maka pembeli membuka L/C di
bank devisa pembeli7[7].
Pihak-pihak dalam pelaksanaan pembuka L/C adalah sebagai berikut:
Pembeli (buyer)
Penjual (beneficiary)
Bank pembuka (opening bank)
Bank penerus (advising bank)
Bank pembayar (paying bank) bank
Remitting bank
Confirming bank
Negotiating
Reimbursing bank
7
15BAB III
PENUTUP3.1 simpulanSurat berharga adalah sebuah dokumen yang di terbitkan oleh penerbitnya sebagai
pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat
bayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut.
Adapun dasar-dasar hukum surat berharga adalah Kitab undang-undang hukum dagang dan
Perundang-undangan lain untuk surat berharga lainnya.
Sedangkan jenis-jenis surat berharga terdiri atas wesel, surat cek, bilyet giro, surat sanggup,
commercial paper, surat berharga pasar uang (SBPU), surat jaminan bank, dan pihak-pihak
dalam letter of credit
16DAFTAR PUSTKA
A. Buku
Muhammad,Abdul Kadir.2003. Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga. Bandung: PT. Citra AdityaBakti.
Sari Kartika Elis.,Simangunsong Advendi. 2008.Hukun dalam Ekonomi. Jakarta: PT.Gramedia Widisarana Indonesia.
B. Perundang-undanganSurat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 21/53/Kep/Dir, tertanggal 27 Oktober 1988
tentang Surat Berharga Pasar Unag (SBPU).Surat Edaran Bank Indonesia No 28/32/UPG tertanggal 14 Juli 1995 Jo Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No 28/32/Kep/Dir, tertanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro.Surat Edaran Bank Indonesia No 28/49/UPG/tertanggal 11 Agustus 1995 tentang persyaratan
Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper)Surat Edaran Bank Indonesia No 23/5/UKU tertanggal 28 Februari 1991 tentang Pemberian
Garansi Bank.1. Elsi Kartika Sari,dkk. Hukum dalam Ekonomi,cet 5,Jakarta:2008, h. 85.
2.2. Ibid., h .86
3
3. Ibid., hal. 88
4
4.Ibdi., hal. 92
7
5., Ibid. H. 94
9
6., Ibid,. h. 97
1212
2.
3
4
7
9
12
7., Ibid, h. 100DAFTAR PUSTKADAFTAR PUSTKA
A. Buku
Muhammad,Abdul Kadir.2003. Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga. Bandung: PT. Citra AdityaBakti.
Sari Kartika Elis.,Simangunsong Advendi. 2008.Hukun dalam Ekonomi. Jakarta: PT.Gramedia Widisarana Indonesia.
B. Perundang-undanganSurat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 21/53/Kep/Dir, tertanggal 27 Oktober 1988
tentang Surat Berharga Pasar Unag (SBPU).Surat Edaran Bank Indonesia No 28/32/UPG tertanggal 14 Juli 1995 Jo Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No 28/32/Kep/Dir, tertanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro.Surat Edaran Bank Indonesia No 28/49/UPG/tertanggal 11 Agustus 1995 tentang persyaratan
Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper)Surat Edaran Bank Indonesia No 23/5/UKU tertanggal 28 Februari 1991 tentang Pemberian
Garansi Bank.
DAFTAR PUSTKA