makalah an profesionalisme konselor

46
MAKALAH PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN PROFESIONALISME KONSELOR Disusun guna melengkapi tugas tengah semester 2 Dosen pengampu : Indah Lestari S.Pd Disusun oleh: Nama : Novita Niki Astuti Nim : 2010-31-098 Kelas : 2C UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: choliex

Post on 02-Jul-2015

6.555 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Makalah Pengembangan Profesionalisme Konselor

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah an Profesionalisme Konselor

MAKALAH

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME KONSELOR

Disusun guna melengkapi tugas tengah semester 2

Dosen pengampu : Indah Lestari S.Pd

Disusun oleh:

Nama : Novita Niki Astuti

Nim : 2010-31-098

Kelas : 2C

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Page 2: Makalah an Profesionalisme Konselor

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penlis dapat menyelesaikan tugas

individu mata kuliah “ Profesi Bimbingan dan Konseling” dengan tema “

Pengembangan profesionalisme konselor”, sehingga makalah ini dapat di susun

dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucaokan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendo’akan serta memberi

dukungan materiil serta spiritual kepada penulis.

2. Indah Lestari S.Pd selaku dosen pembimbing.

3. Sahabat-sahabat yang telah memberikan masukan dan saran kepada

penulis.

4. Semua pihak yanng telah membantu memberikan informasi dan dukungan

demi terwudkannya makalah ini.

Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna,oleh sebab itu penlis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca. Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menyusun

makalah ini agar menampilkan yang terbaik. Penulis berharap semoga makalah

yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Page 3: Makalah an Profesionalisme Konselor

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………. 2

A. Pengertian dan pentingnya profesionalisme konselor dalam

bimbingan dan konseling ……………………………………… 2

B. Konselor sebagai profesi ………………………………………. 4

C. Kompetensi konselor ………………………………………….. 5

D. Pribadi konselor ………………………………………………... 12

E. Pengembangan Kode etik profesional konselor ……………… 14

F. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling ……………. 14

G. Pengembangan standarisasi profesi konselor ………………… 19

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………24

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 24

B. Saran ……………………………………………………………. 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 26

Page 4: Makalah an Profesionalisme Konselor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat,

Artinya profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses

pengembangan keprofesionalan, baik di lakukan melalui pendidikan, Latihan

pra-jabatan maupun pendidikan latihan dalam jabatan.

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan

pendidikan akademik strata satu ( S1) program studi bimbingan dan

konseling.

Sebagai seorang konselor kita harus dapat profesional dalam

menjalankan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.

Konselor yang profesional dapat berusaha memahami, bukan menghakimi

tingkah laku orang yang mereka upayakan bantu.

Selain itu sebagai konselor yang profesional juga harus dapat

membangkitkan rasa percaya diri dan kredibilitas kliennya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan pentingnya profesionalisme konselor dalam bimbingan

dan konseling ?

2. Mengetahui mengapa konselor sebagai profesi ?

3. Mengetahui apa saja kompetensi seorang konselor ?

4. Pribadi konselor profesional ?

5. Pengembangan kode etik profesional konselor ?

6. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling ?

7. Pengembangan Standarisasi Profesi Konselor ?

Page 5: Makalah an Profesionalisme Konselor

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan pentingnya profesionalisme dalam bimbingan dan

konseling

1. Pengertian

Istilah profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak

semua pekerjaan dapat di sebut profesi. Ada beberapa yanng berkaitan

dengan profesi yang hendaknya tidak di campuradukkan, yaitu profesi,

profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang di sebut profesi itu

tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak di siapkan

secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.

Profesional menunjukkan kepada dua hal. Pertama, orang yang

menyandang suatu profesi: misalnya sebutan dia sebagai profesional.

Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai

dengan profesinya. Dalam pengertian ini, istilah profesional sering di

pertentangkan dengan istilah non-profesional atau amatiran.

Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu

profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus

menerus mengembangkan strategi-strategi yang di gunakan dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Profesionalitas mengacu pada sikap para anggota suatu profesi

terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka

miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.

Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi

maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria

yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.

Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses

Page 6: Makalah an Profesionalisme Konselor

pengembangan keprofesionalan, baik di lakukan melalui pendidikan /

latihan pra-jabatan maupun pendidikan/ latihan dalam jabatan.

Oleh sebab itu profesionalisasi merupakan proses yang

berlangsung sepanjang hayat tanpa henti ( lifelong learning process).

Konselor adalah orang yang profesional, artinya secara formal

mereka telah di siapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang

berwenang.

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah

menyelesaikan pendidikan akademik strata satu ( S1) program studi

bimbingan dan konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari

perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasi.

Jadi profesionalisme konselor merupakan keahlian pelayanan

pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan

pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pengguna ( klien) sesuai dengan

martabat, nilai, potensi dan keunikan individu.

2. Pentingnya Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling bagi Konselor

Bimbingan dan konseling merupakan suatu profesi, karena suatu

pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya

pekerjaan bimbingan dan konseling tidak bisa di lakukan oleh orang yang

tidak terlatih dan tidak di siapkan secara khusus terlebih dahulu untuk

melakukan pekerjaan itu. Kegiatan bimbingan dan konselling tidak bisa

di lakukan oleh sembarang orang, karena untuk melakukan kegiatan

tersebut di tuntut keahlian khusus atau kompetensi sebagai konselor atau

ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.

Konselor merupakan orang yang profesional, artinya secara

formal mereka telah di siapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan

yang berwenang. Dalam proses bimbingan dan konseling, konselor

memang memiliki peranan penting, karena konselor merupaka jabatan

yang penting, oleh karena itu orang yang menjabat sebagai konselor

Page 7: Makalah an Profesionalisme Konselor

harus mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap khusus

tertentu dimana pekerjaan itu diakui oleh masyarakat sebagai suatu

keahlian. Profesi konselor adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang

menuntut keahlian khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.

Artinya, tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih

dan tidak di siapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan

bimbingan dan konseling.

B. Konselor sebagai profesi

Djojonegoro ( 1998:350) menyatakan bahwa profesionalisme dalam

suatu pekerjaan atau jabatan di tentukan oleh tiga faktor penting, yaitu: (1)

memiliki keahlian khusus yang di persiapkan oleh program pendidikan

keahlian atau spesialisasi, (2) kemampuan untuk memperbaiki kemampuan

( keterampilan dan keahlian khusus) yang di miliki, (3) penghasilan yang

memadai sebagai imbalan terhadap keahlian yang dimiliki itu. Menurut

Vollmer & Mills ( 1991:4) profesi adalah sebuah pekerjaan atau jabatan yang

memerlikan kemampuan intelektual khusus, yang di peroleh melalui kegiatan

belajar dan pelatihan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam

melayani atau memberikan advis ( nasihat) pada oran lain dengan

memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Suatu profesi memiliki persyaratan tertentu, yaitu (1) menuntut

adanya keterampilan yang mendasarkan pada konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendasar, (2) menekankan pada suatu keahlian dalam

bidang tertentu sesuai dengan profesinya, (3) menuntut tingkat pendidikan

yang memadai, (4) menuntut adanya kepekaan terhadap dampak

kemasyarakatan dari pekerjaan yang di laksanakan, (5) memungkinkan

perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan, (6) memiliki kode etik

sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (7) memiliki objek

tetap seperti dokter dengan pasiennya, konselor dengan kliennya, dan (8) di

akui di masyarakat maupun di lembaga karena memang diperlikan jasanya.

Page 8: Makalah an Profesionalisme Konselor

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa unsur-unsur tepenting dalam

suatu profesi adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keahlian

khusus, untuk melaksanakan bimbingan secara efektif dan efisien.

Kompetensi konselor berkaitan dengan profesionalisme adalah konselor yang

kompeten ( memiliki kemampuan ) di bidangnya. Karena itu kompetensi

profesionalisme seorang konselor dapat diartikan sebagai kemampuan

memiliki keahlian dan kewenangan dalam menjalankan profesinya.

C. Kompetensi konselor

Sahertian ( 1990: 4) mengatakan kompetensi adalah pemilikan,

penguasaan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut jabatan seseorang.

Oleh sebab itu seorang konselor agar dapat menguasai kompetensinya harus

dengan mengikuti organisasi seperti ABKIN. Kompetensi konselor untuk

melaksanakan kewenangan profesionalnya, mencakup tiga komponen sebagai

berikut : (1) kemampuan kognitif, yakni kemampuan konselor menguasai

kemampuan serta keterampilan atau keahlian kependidikan dan pengetahuan

materi bidang studi yang di ajarkan, (2) kemampuan afektif, yakni

kemampuan yang meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi serta sikap-

sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain, (3) kemampuan

psikomotor, yakni kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan atau

kecakapan yang bersifat jasmaniah.

Dalam UU pendidikan disebutkan bahwa kompetensi konselor

mencakup kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan yang di peroleh melalui pendidikan

profesi konselor setelah menyelesaikan studi S1 bimbingan dan konseling.

1. Kompetensi paedagogik

Sebelum kita membahas mengenai kompetensi paedagogik,

tidak ada salahnya kita mengetahui maksud dari kompetensi paedagogik.

Paedagogik adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan

Page 9: Makalah an Profesionalisme Konselor

tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Paedagogik berasal dari kata

Yunani paedagogia yang berarti “ pergaulan dengan anak-anak”.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standard profesi

disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang

di tetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi

diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait

dengan eksplorasi da infestigasi, menganalisis dan memikirkan, serta

memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang

menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan

efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya

melainkan suatu proses berkembang dan belajar sepanjang hayat

(lifelong learning process).

Kemampuan paedagogik menurut Suparno (2002:52) disebut

juga kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat

pemahaman akan sifat, ciri peserta didik dan perkembangannya, mengerti

beberapa konsep bimbingan yang sesuai dengan bahan dan

perkembangan peserta didik, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat

dan baik yang pada saatnya semakin meningkatkan kemampuan peserta

didik.

Pertama, konselor perlu mengenal klien ( peserta didik ) yang

mau di bantunya. Konselor diharapkan dapat memahami sifat-sifat,

karakter, perkembangan fisik dan psikis peserta didik. Dengan mengerti

hal-hal itu konselor akan mudah mengerti masalah/kesulitan dan

kemudahan yang di alami peserta didik dalam mengembangkan diri.

Dengan demikian konselor akan lebih mudah membantu peserta didik

untuk berkembang. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan yang baik,

mengetahui ilmu psikologi tentang anak dan perkembangan anak.

Kedua, seorang konselor juga perlu menguasai beberapa teori

tentang pendidikan terlebih pendidikan di jaman modern ini. Oleh karena

sistem pendidikan di indonesia lebih dikembangkan ke arah yang

demokratis, maka teori dan filsafat pendidikan yang bersifat demokratis

Page 10: Makalah an Profesionalisme Konselor

perlu didalami dan dikuasai. Dengan mengerti berbagai macam teori

pendidikan, diharapkan koselor dapat memilih mana yang paling baik

untuk membantu memecahkan masalah peserta didik. Untuk itu seorang

konselor diharapkan memiliki kreatifitas untuk selalu menyesuaikan teori

bimbingan yang di gunakan dalam bimbingan peserta didik secara nyata.

Ketiga, konselor juga diharaokan mengerti mengenai berbagai

macam model pembelajaran. Dengan semakin banyak mengerti model

pembelajaran, maka ia akan lebih mudah memberikan bimbingan kepada

peserta didik sesuai dengan situasi peserta didik tersebut. Dan yang tidak

kalah pentingnya dalam pembelajaran adalah konselor dapat membuat

evaluasi yang tepat sehingga dapat sungguh memantau dan mengerti

apakah peserta didik sungguh berkembang seperti yang direncanakan

sebelumnya. Apakah proses bimbingan sudah berjalan dengan baik dan

membantu anak berkembanng secara efisien dan efektif.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetenssi kepribadian menuru Suparno (2002:47) adalah

mencakup kepribadian yang utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa,

beriman, bermoral; kemampuan mengaktualisasikan diri seperti disiplin,

tanggung jawab, peka, objektif, luwes, berwawasan luas, dapat

berkomunikasi dengan orang lain; kemampuan mengembangkan profesi

seperti kreatif, kritis, reflektif, mau belajar sepanjang hayat, dapat

mengambil keputusan secara tepat, dll. ( Depdiknas,2001). Kemampuan

kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang konselor sebagai pribadi

yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk terus

maju.

Yang pertama ditekankan adalah seorang konselor itu harus

bermoral dan beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat

penting karena salah satu tugas konselor adalah membantu peseta didik

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta menjadi anak yang

baik. Bila konselor itu sendiri tidak beriman kepada Tuhan YME dan

Page 11: Makalah an Profesionalisme Konselor

tidak bermoral, maka akan menjadi sulit untuk membantu peserta didik

beriman dan bermoral. Bila konselor tidak percaya dengan Allah SWT,

maka proses membantu peserta didik percaya akan lebih sulit. Disini

konselor perlu menjalani teladan dalam beriman dan bertaqwa.

Yang kedua, konselor harus memiliki aktualisasi diri yang

tinggi. Aktualisasi diri yann paling penting adalah sikap bertanggung

jawab. Seluruh tugas pendidikan dan bantuan kepada peserta didik

memerlukan tanggung jawab yang besar. Pendidikan yang menyangkut

perkembangan peserta didik tidak dapat dilakukan seenaknya, tetapi

perlu direncanakan, perlu dikembangkan dan perlu dilakukan dengan

tangungjawab. Meskipun konselor sebagai fasilitator, tetapi harus tetap

bertanggung jawab penuh terhadap perkembanngan peserta didik. Dari

berbagai pengalaman dilapangan yang ada pendidikan anak menjadi

rusak karena ada beberapa guru yang tidak bertanggung jawab. Misalnya:

terjadi pelecehan seksual konselor terhadap peserta didik.

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat penting

dimiliki oleh seorang konselor karena tugasnya selalu berkaitan dengan

orang lain seperti peserta didik, klien, masyarakat, dll. Kemampuan ini

sangat penting untuk di kembanngkan karena dalam pengalaman, sering

terjadi seorang konselor yang pandai, tetapi karena kemampuan

komunukasinya dengan orang lain atau peserta didik tidak baik, ia akan

kesulitan untuk membantu peserta didiknya maju. Komunikasi yang baik

akan membantu proses pembelajaran dan pendidikan terutama pada

pendidikan tingkat dasar sampai menengah.

Kedisiplinan juga menjadi unsur penting bagi seorang

konselor. Kedisiplinan ini memang menjadi kelemahan bangsa Indonesia,

yanng perlu diberantas sejak dini. Untuk itu konselor sendiri juga harus

hidup dalam kedisiplinan sehingga peserta didik dapat meneladaninya.

Meskipun konselor sudah disiplin, tetapi ia harus tetap membangun

komunikasi dan hubungan yang baik dengan peserta didik. Pendidikan

dan perkembanngan di Indonesia kurang cepat salah satunya karena

Page 12: Makalah an Profesionalisme Konselor

disiplin yang kurang tinggi termasuk disiplin dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan dalam belajar.

Yang ketiga adalah sikap mau mengembangkan pengetahuan.

Seorang konselor bila tidak ingin ketinggalan jaman dan juga dapat

membantu peserta didik untuk terus terbuka terhadap kemajuan

pengetahuan, mau tidak mau harus mengembangkan sikap ingin terus

maju denngan terus belajar. Di jaman kemajuan ilmu pengetahuan sangat

cepat seperti sekarang ini, konselor dituntut untuk terus belajar agar

pengetahuannya tetap segar. Walaupun sudah menjadi seorang konselor

tidak boleh berhenti untuk belajar.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial meliputi:(1) memiliki empati kepada orang

lain Artinya seorang konselor dapat mengalami dan mengetahui dunia

kliennya rasa empati hanya sebagai kerangka acuan untuk

mengidentifikasi dengan orang lain ( turut merasakan). (2) memiliki

toleransi terhadap orang lain, Artinya seorang konselor harus memiliki

toleransi terhadap klien atau orang lain. (3) memiliki sikap dan

kepribadian yang positif serta melekat pada setiap kompetensi yang lain,

Artinya sebagai seorang konselor kita tidak boleh berburuk sangka

kepada klien yanng akan kita bantu untuk menyelesaikan masalahnya. (4)

mampu bekerjasama dengan orang lain, Artinya jika seorang konselor

dalam membantu menangani masalah yang di hadapi oleh kliennya, dan

konselor tersebut merasa tidak mampu untuk membantu menyelesaikan

masalah tersebut maka konselor tersebut perlu mengalih tangankan kasus

( Refferal) tetapi dengan persetujuan kliennya.

Menurut Gadner (1983) dalam sumardi ( kompas,18 Maret

2006) kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan

sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan

( logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam dan kuliner) yang

berhasil diidentifikasikan oleh Gardner.

Page 13: Makalah an Profesionalisme Konselor

Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang. Hanya saja,

mungkin beberapa diantaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau

bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa kecerdasan itu bekerja secara

padu dan simultanketika seseorang berfikir dan atau mengerjakan sesuatu

( Amstrong,1994).

Sehubungan dengan yang di katakan oleh Amstrong itu ialah

bahwa walau kita membahas dan berusaha mengembangkan kecerdasan

sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan kecerdasan-kecerdasan

yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa ini banyak

muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat di

pahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan

komprehensif dan pendekatan multidisiplin.

Kecerdasan lain yang terkait erat dengan kecerdasan sosial

adalah kecerdasan pribadi ( personal intellegence), lebih khusus lagi

kecerdasan emosi atau emotial intellegence ( Goleman, 1995).

Kecerdasan sosial juga berkaitan erat dengan kecerdasan keuangan

( Kiyosaki, 1998). Banyak orang yang terkerdilkan kecerdasan sosialnya

karena impitan kesulitan ekonomi.

Dewasa ini mulai di sadari betapa pentingnya peran kecerdasan

sosial dan kecerdasan emosi bagi seseorang dalam usahanya meniti karier

di masyarakat.

Dari uraian contoh-contoh diatas dapat kita singkat bahwa

kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul,

bekerja sama, dan memberi kepada orang lain. Inilah kompetensi sosial

yanng harus dimiliki oleh seorang pendidik ( konselor) yang diamanatkan

oleh UU Guru dan Dosen, yang pada gilirannya harus di tularkan kepada

peserta didiknya.

Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang konselor

perlu target atau dimensi-dimensi ini, misalnya, dapat saring dari konsep

life skills ( www.lifeskills4kids.com). Dari 35 life skills atau kecerdasan

hidup itu, ada 15 yanng dapat dimasuukan ke dalam dimensi kompetensi

Page 14: Makalah an Profesionalisme Konselor

sosial, yaitu: (1) kerja tim, (2) melihat peluang, (3) peran dalam kegiatan

kelompok, (4) tanggung jawab sebagai warga, (5) kepemimpinan, (6)

relawan sosial, (7) kedewasaan dalam berkreasi, (8) berbagi, (9)

berempati, (10) kepedulian terhadap sesama, (11) toleransi, (12) solusi

konflik, (13) menerima perbedaan, ( 14) kerjasama, dan (15) komunikasi.

Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat di jadikan topik

silabus dalam pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi

para pendidik .

Dari uraian tentang profesi dan kompetensi konselor, menjadi

jelas bahwa pekerjaan atau jabatan konselor adalah sebagai profesi yang

layak mendapatkan penghrgaan, baik finansial maupun non-finansial.

4. Kompetensi Profesional

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yanng

menuntut keahlian para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa

dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan

secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional menunjuk

pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang suatu profesi, (2)

panampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan

profesinya ( misal: dokter).

Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan

keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi

tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan

perkembanngan teknologi.

Untuk menjadi konselor yang profesional, seoranng konselor

dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut :

1. Komitmen tinggi

Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada

pekerjaan yang sedang dilakukannya.

2. Tanggung jawab

Page 15: Makalah an Profesionalisme Konselor

Seorang yang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap

pekerjaan yang di lakukannya.

3. Berfikir sisematis

Seorang yang profesional harus mampu berfikir sistematis tentang

apa yang dilakukannya dan mau belajar dari pengalaman.

4. Penguasaan materi

Seorang profesional harus dapat menguasai dan mendalami materi

pekerjaan yang sedang dilakukannya.

5. Menjadi bagian masyarakat profesional

Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari

masyarakat dalam lingkungan profesinya.

D. Pribadi Konselor Profesional

Seorang konselor yang profesional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Winkel (1991) Ciri-ciri kepribadian konselor yanng efektif yaitu

1. Mengenal diri sendiri

2. Memahami orang lain

3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Gerald Corey (1995), ciri-ciri perilaku konselor teraupetik adalah

1. Memiliki filosofi yang jelas tentang konseling

Artinya, konselor dapat mengembangkan gaya konseling mereka sendiri

meskipun bebas meminjam gagasan dan teknis dari terpis yang lain dan

tidak lalu berarati bahwa mereka menjiplak gaya orang lain tetapi dapat

melakukan konseling sesuai dengan permasalahan.

2. Memiliki respek dan harga diri

Konselor menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri karena

konselor bisa memberi pertolongan.

Page 16: Makalah an Profesionalisme Konselor

3. Terbuka untuk perubahan dan barani mengambil risiko

Artinya, konselor menunjukkan suatu kesediaan dan keberanian untuk

beranjak dari apa yang sudah diketahuinya manakala mereka tidak puas

dengan apa yang telah mereka miliki.

4. Mampu memberikan empati dan tidak hanyut

Artinya, konselor dapat mengalami dan mengetahui dunia kliennya, rasa

empati hanya sebagai kerangka acuan untuk mengidentifikasi dengan

orang lain ( turut merasakan ).

5. Otentik, nyata, jujur dan selaras

Artinya, konselor adalah orang-orang otentik, bersungguh-sungguh dan

jujur. Konselor tidak hidup dalam kepura-puraan melainkan berusaha

untuk menjadi orang separti yang dia pikirkan dan dia rasakan.

6. Bisa berbuat salah dan mau mengakui

Artinya, konselor tidak di bebani rasa bersalah tentang apa yang telah di

lakukan, mereka tetap belajar dari kesalahan tersebut yang telah mereka

perbuat.

7. Hidup pada kekinian tidak bermimpi-mimpi

Artinya, konselor tidak terpaku pada masa silam, namun harus melihat ke

masa depan. Mereka mampu hidup di masa kini dengan orang lain. Dan

dapat berbagi penderitaan atau kegembiraan dengan orang lain.

Ciri-ciri konselor yang profesional:

1. Memiliki visi dan misi secara luas dan mendalam dalam bidang

profesinya,

2. Dapat memberikan pelayanan secara tepat dan akurat disertai

dedikasi yang tinggi untuk kepentingan kliennya.

3. Lebih mementingkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.

Page 17: Makalah an Profesionalisme Konselor

E. Pengembangan Kode Etik Profesional Konselor

Yaitu konselor harus memperhatikan kualifikasi dan kegiatan profesionalnya

yang meliputi:

a) Memiliki sikap, pengetahuan, nilai, wawasan dan keterampilan dalam

bidang profesi bimbingan dan konseling.

b) Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya konselor

terlabih dahulu harus bisa menguasai dirinya sendiri, mengetahui

kekurangan dan prasangka yang dapat mempengaruhi hubungan dengan

klien

c) Dalam melakukan tugasnya membantu klien seorang konselor harus

memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,

dapat di percaya, dan tidak boleh dogmatis.

d) Memilikim sifat-sifat tanggung jawab terhadap lembaga dan individu

yang di layani maupun terhadap ikatan profesinya.

e) Dalam menjalankan tugas-tugas layanan, konselor harus mengusahakan

mutu kerja yang setinggi mungkin. Untuk itu ia harus terampil dalam

menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang di

kembangkan atas dasar ilmiah.

f) Pekerjaan sebagai konselor muda memerlukan jenis pengetahuan dasar

yang sama seperti yang di tuntut dari seorang konselor yang

berkewenangan penuh dan yang di peroleh dari pendidikan khusus.

F. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling

Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu

dikembangkan, bahkan diperjuangkan. Pengembangan profesi bimbingan dan

konseling antara lain melalui :

a) Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor

Page 18: Makalah an Profesionalisme Konselor

Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan

Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan

mampu berkomunikasi dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan

bahwa pelayanan bimbingan dan konseling semata-mata diarahkan

kepada pemberian bantuan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah

dalam arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan anggapan yang keliru.

Sebagaimana telah diuraikan pada Bab VI, pelayanan bimbingan dan

konseling tidak semata-mata diarahkan kepada pemecahan masalah saja,

tetapi mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu pada

terwujudnya fungsi-fungsi yang luas. Berbagai jenis bantuan dan

kegiatan menuntut adanyaunjuk kerja profesional tertentu. Di Indonesia

memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja profesional konselor

yang standar. Usaha untuk merintis terwujudnya rumusan tentang unjuk

kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

pada Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya ini

lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di Padang (1991).

Rumusan unjuk kerja yang pernah disampaikan dan dibicarakan dalam

konvensi IPBI di Padang itu dapat dilihat pada lampiran.

Walaupun rumusan butir-butir (sebanyak 225 butir) itu tampak

sudah terinci, namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan

untuk menguji apakah butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai

dengan kebutuhan lapangan, serta cukup praktis dan memberikan arah

kepada para konselor bagi pelaksanaan layanan terhadap klien. Hasil

pengkajian itu kemungkinan besar akan mengubah, menambah merinci

rumusan-rumusan yang sudah ada itu.

b) Standardisasi Penyiapan Konselor

Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor

memiliki wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan

sebaik-baiknya materi dan ketrampian yang terkandung di dalam butir-

butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan konselor itu dilakukan melalui

Page 19: Makalah an Profesionalisme Konselor

program pendidikan prajabatan, program penyetaraan, ataupun

pendidikan dalam jabatan (seperti penataran). Khusus tentang penyiapan

konselor melalui program pendidikan dalam jabatan, waktunya cukup

lama, dimulai dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan

mengikuti program sampai para lulusannya diwisuda. Program

pendidikan prajabatan konselor adalah jenjang pendidikan tinggi.

1. Seleksi / Penerimaan Peserta didik.

Seleksi atau pemilihan calon peserta didik merupakan tahap

awal dalam proses penyiapan konselor. Kegiatan ini memegang

peranan yang amat penting dan menentukan dalam upaya

pemerolehan calon konselor yang diharapkan. Bukanlah bibit yang

baik akan menghasilkan buah yang baik pula? Komisi tugas, standar,

dan kualifikasi konselor Amerika Serikat (Dalam Mortensen &

Schmuller, 1976).

2. Pendidikan Konselor

Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang

bimbingan dan konseling, yaitu unjuk kerja konselor secara baik

(calon) konselor dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap yang memadai. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tersebut

diperoleh melalui pendidikankhusus. Untuk pelayanan profesional

bimbingan dan konseling yang didasarkan pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu, maka pengetahuan, sikap dan ketrampilan

konselor yang (akan) ditugaskan pada sekolah tertentu itu perlu

disesuiakan dengan berbagai tuntutan dan kondisi sasaran layanan,

termasuk umur, tingkat pendidikan, dan tahap perkembangan anak.

c) Akreditasi

Lembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk

menjamin mutu lulusannya. Akreditasi meliputi penilaian tehadap misi,

Page 20: Makalah an Profesionalisme Konselor

tujuan, struktur dan isi program, penilaian keberhasilan mahasisiwa dan

keberhasilan program, potensi pengembangan lembaga unsur – unsur

penunjang, dan hubungan masyarakat.

Akreditasi dikenakan terhadap lembaga pendidikan baik milik

pemerintah maupun swasta. Penyelenggara akreditasi ialah pemerintah

dengan bantuan organisasi profesi bimbingan dan konseling.

Akriditasi merupakan prosedur yang secara resmi diakui bagi

suatu profesi untuk mempengaruhi jenis dan mutu anggota profesi yang

dimaksut (steinhouser & Bradley, dalam Prayitno, (1987)

Tujuan pokok akreditasi adalah untuk mamantapkan kredibilitas

profesi. Tujuan ini lebih lanjut dirumuskan sebagai berikut:

1) Untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar yang

ditetapkan oleh profesi.

2) Untuk menegaskan misi dan tujuan program.

3) Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu

tinggi.

4) Untuk membntu para para lulusan yang memenuhi tuntutan

kredensial seperti lisensi.

5) Untuk meningkatkan kemampuan progam dan pengakuan terhadap

progam tersebut.

6) Untuk meningkatkan progam dari penampilan dan penutupan.

7) Untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi

memakai progam pendiodikan konselor.

8) Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam

evaluasi progam secara intensif.

9) Membantu para pemakai lulusan untuk mengetahui progam mana

yang telah standar.

Page 21: Makalah an Profesionalisme Konselor

10) Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pendidikan,

masyarakat profesi, dan masyarakat pada umumnya tentang

kemantapan pelayanan bimbingan dan konseling.

d) Sertifikasi dan Lisensi

Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih

memantapkan dan menjamin profesionalisasi bimbingan dan konseling.

Para lulusan pendidikan konselor yang akan bekerja dilembaga lembaga

pemerintah misalnya sekolah diharuskan menempuh program sertifikasi

yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan mereka yang hendak

bekerja diluar lembaga atau badan pemerintah diwajibkan memperoleh

lisensi atau sertifikat kredensial dari organisasi profesi bimbingan dan

konseling.

e) Pengembangan Organisasi Profesi

Organisasi profesi adalah himpunan orang orang yang

mempunyai profesi yang sama. Sesuai dengan dasar pembentukan dan

sifat organisasi itu sendiri, yaitu profesi dan profesional, tujuan

organisasi profesi dapat dirumuskan ke dalam “Tri Darma Organisasi

Profesi”, yaitu :

Pengembangan ilmu

Pengembangan pelayanan

Penegak kode etik professional

Ketiga darma organisasi profesi itu saling bersangkutan, yang

satu menunjang yang lain. Organisasi profesi bimbingan dan konseling

dikehendaki dapat menjalankan ketiga dramanya itu sebagai mana

diharapakan. Keikutsertaan dalam program akreditasi lembaga

pendidikan konselor, sertifikasi, dan pemberian lisensi tidak lain adalah

wujud dari pelaksanaan ketiga darma itu.demikian juga perumusan untuk

kerja dan pembinaan serta pengembangan melalui pendidikan konselor

Page 22: Makalah an Profesionalisme Konselor

tidak terlepas dari upaya pengembangan profesi yang menjadi sisi

organisasi profesi bimbingan dan konseling.

G. Pengembangan Standarisasi Profesi Konselor

a. Pertimbangan dan Arah Pengembangan Profesi

Rasional

Permasalahan yang menimpa individu atau kelompok warga

masyarakat tidak boleh dibiarkan begitu saja, melainkan perlu diberi

pelayanan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjalani dan

meraih perikehidupan dengan pengembangan potensial yang optimal

dan membahagiaan. Pelayanan yang dimaksudkan adalah pelayanan

konseling oleh tenaga ahli yang telah secara resmi menyandang gelar

profesi konselor. Tamatan progam S1 Bimbingan dan Konseling

(BK) belum dapat dikategorikan sebagai konselor profesional. Oleh

karena itu mahasiswa yang memenuhi persyaratan dididik dalam

progam pascasarjana yang dapat berupa:

1. Progam Pendidikan Konselor (PPK)

2. Progam Magister dan Doktor untuk memperkuat bidang

akademik, penelitian, dan pengembangan BK

Pilar Profesi

Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat

pelayanan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk

kebahagiaan pelanggan (klien, pasien, dsb) berdasarkan norma –

norma yang berlaku. Dengan orientasi seperti ini, suatu profesi perlu

mengembangkan dan menegakkan hal-hal berikut:

1. Ilmu dan Teknologi

2. Visi dan Misi

3. Suatu Profesi perlu ada dukungan

4. Keseragaman

5. Implikasi profesi

Page 23: Makalah an Profesionalisme Konselor

Pendidikan Berorientasi Profesi

1. Penyiapan tenaga BK yang memakai standar professional

2. Jurusan / progam study / konsentrasi sebagai ujung tombak

pendidikan di Perguruan Tinggi bertanggung jawab atas

pembinaan para calon pelaksana pekerjaan profesional dan

profesi, terutama pada tingkat prajabatan.

3. Akuntabilitas pendidikan tenaga profesional merupakan

pengendalian mutu lembaga berdasarkan standar profesi.

b. Standar Profesi

Visi dan Misi

Ruang Lingkup Profesi

Ruang lingkup dan spesifikasi lapangan kerja konseling dapat

digolongkan ke dalam:

1. Konseling Sekolah

2. Konseling Karir

3. Konseling Perkawinan dan Keluarga

4. Konseling Kesehatan Mental

5. Konseling Rehabilitasi

Kompetensi Profesi

Kompetensi profesi konseling meliputi kompetensi profesional dan

kompetensi akademik, sesuai dengan jenjang pendidikan prajabatan.

c. Program Pendidikan Tenaga Profesi BK

Program pendidikan profesi konselor (PPK)

a. Pertimbangan

Pembukaan dan penyelenggaraan program PPK didasarkan pada

pertimbangan berikut:

1. Tuntutan kebutuhan dan tuntutan profesionalisme yang

semakin meningkat akan adanya pelayanan profesi konseling

Page 24: Makalah an Profesionalisme Konselor

untuk warga masyarakat luas, setara dengan pelayanan

dokter, psikolog, psikiater, apoteker, akuntan.

2. Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang mengamanatkan

diselenggarakannya pendidikan profesi disamping pendidikan

akademik dan vokasi diperguruan tinggi.

3. Model pendidikan profesi yang berlaku di Indonesia, seperti

pendidikan profesi dokter, psikolog, psikiater, apoteker, dll.

b. Visi dan misi

1. Visi dan misi umum program Pendidikan Profesi Konselor

mengacu pada visi dan misi profesi konseling.

2. Misi khusus program Pendidikan Profesi Konselor adalah

menyiapkan tenaga profesi konseling yang bergelar konselor

dengan kewenangan menjalankan pelayanan profesi

konseling dimasyarakat luas.

Paradigma

Profesi konselor merupakan keahlian pelayanan

pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan

pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pelanggan sesuai martabat,

nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan

penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan

psikologis yang dikemas dalam kaji terapan konseling yang diwarnai

oleh budaya Indonesia.

Pola Pendidikan Tenaga Profesi BK

Pendidikan dasar bagi tenaga profesi BK adalah jenjang

sarjana (S1) BK. Pada jalur profesi para sarjana BK yang memenuhi

persyaratan dapat menempuh program Pendidikan Profesi Konselor

(PPK), untuk mendapatkan gelar profesi konselor. Kelanjutan progam

ini adalah Pendidikan Spesialis (P.sp). Prgam PPK bertujuan untuk

menghasilkan tenaga profesi ahli yang menyandang gelar profesi

Page 25: Makalah an Profesionalisme Konselor

konselor yang mampu melaksanakan pelayanan profesi konseling bagi

masyarakat luas.

d. Kredensialisasi Profesi

Dalam dunia profesi, kemampuan seorang tenaga profesi atau

lembaga yang bersangkut paut dengan profesi diuji dan kepadanya

diberikan tanda bukti bahwa yang bersangkutan benar-benar diyakini dan

dapat diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas dalam bidang profesi

yang dimaksudkan. Aturan kredensial yang dilakukan berdasarkan pihak

pihak yang berwenang. Aturan kredensial meliputi pemberian sertifikasi,

akreditasi dan lisensi.

Lisensi yaitu pemberian izin kepada tenaga profesi konseling untuk

melaksanakan praktik pelayanan konseling pada jenjang dan setting

tertentu, khususnya untuk praktik mandiri (privat)

Sertifikasi yaitu pemberian pengakuan bahwa seseorang telah

memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada

jenjang dan jenis setting tertentu.

Akreditasi yaitu pemberian derajat penilaian terhadap kondisi yang

dimiliki oleh satuan pengembanng atau pelaksana konseling, seperti

jurusan/program studi konseling di LPTK, yang menyatakan

kelayakan program satuan pendidikan lembaga yang dimaksud.

Pengembangan kredensialisasi profesi

Kegiatan pengembangan kredensialisasi profesi meliputi hal-hal berikut:

1. Validasi standarisasi profesi melalui studi empirik-komparatif

2. Studi kelayakan tentang

a. Sasaran yang kepadanya dapat diberlakukan aturan kredesial

( sertifikasi, akreditasi, dan lisensi),termaasuk WNA.

b. Subtansi masing-masing objek sertifikasi, akreditasi dan lisensi.

3. Penyusunan instrumen, kriteria, dan prosedur pemberian sertifikasi,

akreditasi, dan lisensi.

Page 26: Makalah an Profesionalisme Konselor

4. Pembentukan perangkat pelaksana sertifikasi, akreditasi dan lisensi

serta kerjasamanya dengan pihak-pihak terkait ( Depdiknas, ABKIN,

Tim khusus).

5. Proses pelaksana sertifikasi, akreditasi, dan lisensi termasuk lisensi

termasuk lisensi untuk praktik mandiri bagi para Konselor Umum dan

Konselor Spesialis.

e. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan

atau diperhatikan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan tugas

profesi dan dalam masyarakat. Norma- norma itu berisi apa yang boleh

dan diharapkan dilakukan serta apa yang tidak boleh dilakukan oleh

tenaga profesi. Pelanggaran terhadap norma – norma tersebut akan

mendapatkan sanksi.

Tujuan kode etik diantaranya :

Menjunjung tinggi martabat profesi

Melindungi pelanggan dari perbuatan malpraktik

Meningkatkan mutu profesi

Menjaga standar mutu dan status profesi

f. Upaya Pengembangan

Pengembangan Progam Pendidikan Sarjana (S1) BK

Pengembangan Progam pendidikan Pascasarjana BK

1. Pengembangan Progam PPK

2. Pengembangan Progam Pendidikan Magister (S2) dan Doktor

(S3) BK

Pengembangan Progam Pendidikan dalam Jabatan

Pengembangan Kredensialisasi Profesi

Pengembangan Legalitas dan Organisasi

BAB III

Page 27: Makalah an Profesionalisme Konselor

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesionalisme konselor merupakan keahlian pelayanan

pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan

pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pengguna ( klien) sesuai dengan

martabat, nilai, potensi dan keunikan individu.

Dalam proses bimbingan dan konseling, konselor memang memiliki

peranan penting, karena konselor merupaka jabatan yang penting, oleh karena

itu orang yang menjabat sebagai konselor harus mempunyai dasar

pengetahuan, keterampilan dan sikap khusus tertentu dimana pekerjaan itu

diakui oleh masyarakat sebagai suatu keahlian.

Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau jabatan di tentukan oleh

tiga faktor penting, yaitu:

(1) Memiliki keahlian khusus yang di persiapkan oleh program pendidikan

keahlian atau spesialisasi,

(2) Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan ( keterampilan dan

keahlian khusus) yang di miliki,

(3) Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian yang

dimiliki itu.

Kompetensi konselor untuk melaksanakan kewenangan

profesionalnya, mencakup tiga komponen sebagai berikut :

(1) Kemampuan kognitif, yakni kemampuan konselor menguasai

kemampuan serta keterampilan atau keahlian kependidikan dan

pengetahuan materi bidang studi yang di ajarkan,

(2) Kemampuan afektif, yakni kemampuan yang meliputi seluruh fenomena

perasaan dan emosi serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan

orang lain,

Page 28: Makalah an Profesionalisme Konselor

(3) Kemampuan psikomotor, yakni kemampuan yang berkaitan dengan

keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah.

Dalam UU pendidikan disebutkan bahwa kompetensi konselor

mencakup kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan yang di peroleh melalui pendidikan

profesi konselor setelah menyelesaikan studi S1 bimbingan dan konseling.

B. Saran

1. Konselor yang profesional diharapkan memotifasi kliennya dengan baik.

Jadi seorang konselor yang profesional lebih mementingkan kepentingan

kliennya di atas kepentingan pribadi.

2. Konselor yang profesional diharapkan dapat ikut serta dalam menumbuh

kembangkan profesinya agar keprofesionalannya menjadi lebih baik dari

yang sebelumnya.

Page 29: Makalah an Profesionalisme Konselor

DAFTAR PUSTAKA

- Hikmawati Fenti, 2010. Bimbingan dan Konseling. Jakarta.raja Grafindo Persada.

- Prayitno, Erman Amti, 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka cipta.

- Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

- Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pandidikan Dasar dan Umum, Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum, 1997. Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling. Jakarta Badan Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Umum.

- Sertifikasi Guru, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ( PLPG), Sertifikasi Guru dalam Jabatan. 2009. Bimbingan dan Konseling. Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII, universitas Semarang.