makalah alakaloid

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam 1

Upload: tuti-agustia-safari

Post on 22-Jan-2016

329 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ALAKALOID

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi

bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan

selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk

penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik

terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan

dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-

daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung

alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar,

biji, ranting, dan kulit kayu.

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau

alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam

molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis,

dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan

hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida

mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan

biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna

dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang

1

Page 2: MAKALAH ALAKALOID

terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan

kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus

dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan

tumbuhan.

Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam

mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada

mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu

sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan.

Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara

pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan

sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur

tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan alkaloid ?

2. Darimana saja sumber-sumber alkaloid?

3. Bagaimana cara mengisolasi dan cara memperoleh alkaloid?

4. Apa saja kegunaan alkaloid ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk memahami tentang senyawa-senyawa alkaloid.

2. Untuk mengetahui sumber-sumber alkaloid.

2

Page 3: MAKALAH ALAKALOID

3. Untuk memahami cara mengisolasi dan cara memperoleh alkoid.

4. Untuk memahami kegunaan alkaloid.

1.4 MANFAAT

1. Mahasiswa akan lebih memahami ruang lingkup dari alkaloid.

2. Bertambahnya pengetahuan mengenai sumber-sumber alkaloid.

3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami cara mengisolasi dan cara

memperoleh alkaloid sehingga dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

3

Page 4: MAKALAH ALAKALOID

BAB II

ALKALOID

2.1 PENGERTIAN ALKALOID

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau

alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam

molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan

dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.

Alkaloid juga merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida

mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan

biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna

dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang

terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit

batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus

dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan

tumbuhan.

Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam

bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat

basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan

sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya beracun, jadi banyak

4

Page 5: MAKALAH ALAKALOID

digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid sering kali bersifat optis aktif,

kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu

kamar. Pada umumnya, alkaloid tidak sering terdapat dalam gymnospermae,

paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen

yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan

alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai

kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini

telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi

struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.

2.2 SUMBER-SUMBER ALKALOID

Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada

tanaman berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae,

Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan

monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya

penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut,

mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada

berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari

sejenis musang Kanada ; turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin -

Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin dari bacterium

Pseudomunas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps

purpurea ; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.

5

Page 6: MAKALAH ALAKALOID

Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting

adalah Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Di dalam tanaman yang mengandung

alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi (terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada

bagian tanaman tertentu. Sebagai contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga

dapat diisolasi) Rauvolfia sp ; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun

Cinchona ledgeriana ; dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver

samniferum. Pada bagian tertentu tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi

bagian tanaman yang lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa

alkaloid yang dibentuk di bagiam tanaman tersebut.

Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar

tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica,

Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma

(Atrpa belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona

succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun

untuk melindungi tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari

reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang

membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan

makanan.

Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman

tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi

hingga 1% dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun

Catharanthus roseus diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan

yang menyangkut dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat dalam

jumlah yang sangat sedikit.

6

Page 7: MAKALAH ALAKALOID

PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA

1. Penamaan

Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan

penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak

adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah

alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan

dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis,

namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat

membingungkan untuk setiap kerangka individu.

Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama

berakhiran ”ina”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain, diberi

nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin diturunkan

dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama species

(contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk obat-

obatan/aktifitas fisiologik (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia

alkaloid yang terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).

2. Sifat-Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki

lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini

dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa

(tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya).

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut

dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit

alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa

7

Page 8: MAKALAH ALAKALOID

cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang

kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan

betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam

pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam

air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

3. Sifat-Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya

pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan

nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka

ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga

trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa

daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat

menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron

berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau

bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami

dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari

reaksi ini sering berupa N-oksida.

Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan

berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama.

Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik

(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya

dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

8

Page 9: MAKALAH ALAKALOID

KLASIFIKASI

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa

alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang

alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid

dikelompokkan

(a) Alkaloid sesungguhnya

(b) Protoalkaloid

(c) Pseudoalkaloid.

(a) Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim

mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ;

biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang

bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener,

yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

(b) Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan

asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh

berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin

biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin

dan N,N-dimetiltriptamin.

9

Page 10: MAKALAH ALAKALOID

(c) Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa

biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu

alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein)).

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada

golongan ini adalah :

1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang

termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae

dan Nicotianatabacum dari famili Solanaceae.

2. Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).

Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada

pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas

ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk

melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger,

Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora

officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili

Erythroxylaceae).

10

Page 11: MAKALAH ALAKALOID

3. Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini

adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang

toxic terhadap Plasmodium vivax

4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak

ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp),

Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora.

5. Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada

alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine,

alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili

Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk

penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

6. Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini

ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

7. Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada

Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).

8. Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid

yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili

Solanaceae, Zigadenus venenosus.

11

Page 12: MAKALAH ALAKALOID

9. Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan

tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari

asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan

Ephedra sinica (fam Gnetaceae)

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan

pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis)

dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae,

Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili

Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah

satu atom karbon pada rantai samping.

1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah

satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari

Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora,

Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum

autumnale.

2. Alkaloid Capsaicin

12

Page 13: MAKALAH ALAKALOID

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens,

Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum

chinense.

Non-heterosiklik Alkaloid 

Ini juga kadang-kadang disebut proto-alkaloid atau amina biologis. Ini jarang

ditemukan di alam. Molekul-molekul ini memiliki atom nitrogen yang bukan

merupakan bagian dari sistem cincin. Contoh ini termasuk efedrin, colchicine,

eritromisin dan taksol Tabel di bawah ini menunjukkan dll struktur kimia dan

signifikansi biologis dari senyawa:

Nama Struktur

Biologi

Signifik

ansi

Ephedri

ne

Adrener

gik

agen-

digunak

an

untuk

asma

dan

demam

hay

13

Page 15: MAKALAH ALAKALOID

non-

kecil sel

kanker

paru-

paru

Heterosiklik Alkaloid

Struktural ini memiliki nitrogen sebagai bagian dari sistem cincin siklik. Ini

lebih umum ditemukan di alam.Alkaloid heterosiklik kemudian dibagi lagi

menjadi 14 kelompok berdasarkan struktur cincin yang mengandung nitrogen.

Tid

ak.Heterosiklik Contoh

1.

Pirol dan

pyrrolidine

Hygrine, Stachydrine

2. Pyrrolizidine Senecionine, Symphitine,

15

Page 18: MAKALAH ALAKALOID

8.

Quinolizidine

Lupanine, Cytisine, Laburnine,

Sparteine

9.

Indole atau

Benzopyrole

Ergometrine, Vinblastine,

Vincristine, Strychnine,

Brucine, Ergotamin,

Yohimbine, reserpin,

Serpentine, physostigmine

10. Indolizidine Castanospermine, Swainsonine

18

Page 20: MAKALAH ALAKALOID

14. Terpenoid *

Aconitine, lycaconitine,

Aconine

* Perhatikan kelas-steroid dan terpenoid juga diperlakukan sebagai kelas

terpisah atau bersama dengan glikosida.

Metode lain dari klasifikasi alkaloid termasuk:

1. Berdasarkan pada tindakan farmakologinya: Alkaloid memiliki tindakan

farmakologis yang sangat beragam. Mereka dikenal sebagai adrenergics,

antibiotik, racun, stimulan, diuretik, astringents, anti-inflamasi, anti-

hipertensi, anti-mydriatics, analgesik, anti-gout, ekspektoran, muntah, anti-

20

Page 21: MAKALAH ALAKALOID

spasmodik dan banyak lainnya. Namun, secara struktural molekul yang

beragam dapat menunjukkan tindakan farmakologis yang sama saat dalam

kasus tertentu aktivitas mungkin identik untuk struktur spesifik.Oleh

karena itu sangat sulit untuk mengklasifikasikan mereka atas dasar satu-

satunya tindakan farmakologis.

2. Berdasarkan taksonomi mereka: Alkaloid dapat diklasifikasikan atas dasar

sumber biologis dari mana mereka diperoleh tapi ini generalisasi tidak

bekerja paling sering.

3. Berdasarkan asal biosintesis mereka: biosintetik asal di sini berarti dari

mana blok bangunan fundamental kimia alkaloid ini berasal. Misalnya

alkaloid indol sering kali datang dari triptofan, pyrrolidine dan tropane

mengandung alkaloid berasal dari prolin dan ornithine, alkaloid

mengandung quinolizidine berasal dari lisin. Biosintesis asal klasifikasi

adalah bermanfaat dalam klasifikasi lebih teratur, bagaimanapun, sering

tidak diketahui bagaimana sebagian besar alkaloid yang disintesis oleh

tanaman.

2.3 CARA MENGISOLASI ALKALOID

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman

yang mengandung alkaloid.

1. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering

yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu

dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang

tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida

1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan

21

Page 22: MAKALAH ALAKALOID

Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan

cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke

dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan

pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa

basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid

quartener.

2. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang

terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan

tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan

encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform,

ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan

cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji

terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau

Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh

dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin.

Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi.

1. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan

memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun

demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama

koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga

dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan

adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III)

klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut

22

Page 23: MAKALAH ALAKALOID

tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia

untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus.

2. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan)

memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau

dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam

(asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai

alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid.

Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi

alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru

fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam

format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida

steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.

Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5

N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil

1 μg dapat terdeteksi.

Reaksi umum untuk alkaloid

1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid

Reaksi Mayer : HgI2

       Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning

bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass

lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu

dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan

reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung

pada rumus bangun alkoloidnya.

23

Page 24: MAKALAH ALAKALOID

Reaksi Bouchardat

       Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat  → coklat merah, + alkohol  →

endapan larut.

2. Reaksi warna

Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya

menghasilkan warna kuning atau merah)

Pereaksi Marquis

o Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung,

pelan-pelan)  → warna.

Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat

o Zat + pereaksi Forhde  → kuning kecoklatan

o Zat + diazo A (4 bagian) + diazo B (1 bagian) + NaOH sampai alkalis 

→ warna merah intensif.

Reaksi Nelzer Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan CS2

warna coklat seperti minyak.

Reaksi Mandelin : zat + H2SO4 + FeCl3àwarna

Reaksi Roux: 1 tts NaOH + 1 tts KMnO4 + 20 tts Na nitroprusid à kocok à

larutan dan endapan, larutan diambil.

Reaksi Serulas & Lefort : larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 à

dikocok; lapisan CHCl3 akan berwarna.

Reaksi Huseman : zat + H2SO4 pekat à dipanaskan di atas api sehingga

dihasilkan apomorfin + HNO3 65% + KNO3 padat à warna.

24

Page 25: MAKALAH ALAKALOID

Reaksi Bosman: larutan zat dalam H2SO4 encer  + KMNO4 à dikocok

dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk

endapan coklat.

Reaksi Zwikker : Zat +1 ml Pyridin 10% + CuSO4 à batang panjang tidak

berwarna, Kristal tidak spesifik dan dibuat di objek glass.

Reaksi Mandelin  amonium vanadat  ½ % dalam air + H2SO4 pekat.

Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes H2O2  3 % atau KClO3  padat +    1 tetes

HCl 25%, panaskan di water bath hingga kering à agak Jingga; + NH4OH

à warna Ungu

Reaksi Parri : Zat + Co(NO3)2, lalu + uap NH4OH warna ungu.

Reaksi Vitally : zat + HNO3 berasap, diuapkan di atas water bath sampai

kering, + spir/alkali ungu, tahan dalam aseton

Apomorfin : merah

Strychnine : merah ungu

Veratrin : coklat jingga

Reaksi Lieberrman: H2SO4 pekat + HNO3 pekat

Reaksi Sanchez : zat + p-nitrodiabendazol (p-nitoanilin +NaNO2 +

NaOH)à ungu à jingga.

Reaksi Pesez : zat + H2SO4 + lar. KBr, panaskan di atas water bath à

hijau, ditarik dengan CHCl3 à biru hijau.

Reaksi Thalleiochin : larutan zat dalam asam asetat encer + 1 tetes aqua

brom + NH4OH berlebihàhijau zamrud + kloroformàdifloresensi

25

Page 26: MAKALAH ALAKALOID

Reaksi Erytrochin : larutan zat dalam HCl encer + aqua brom (hingga

kuning) + kalium ferrocyanida + CHCl3 + NH4OH, kocok homogen →

lapisan CHCl3 berwarna merah.

Reaksi Sanchez. (reagen : larutan jenuh p-nitronilin dalam 1% H2SO4 +

NaNO2). Zat + H2SO4 75 % + 1 tetes reagen + NaOH → ungu tua,

asamkan dengan H2SO4 → jingga.

Reaksi Feigel : 5 tetes H2SO4 pkt + sedikit yohimbin ad larut + kristal

khloral hidrat panaskan di WB → merah biru stabil, + air → warna hilang.

Reaksi esterifikasi :  Zat + alkohol + H2SO4 conc. Panaskan → bau khas.

Reaksi isonitril : Zat + spiritus + KOH → panaskan → ditambah CHCl3 →

panaskan lagi → bau iso nitril (segera diasamkan karena bau

beracun/busuk).

Reaksi Runge : Dipanaskan dengan HCl 25% → dinginkan → ditambah

NaOH ad basa lemah → berwarna ungu kotor.

Reaksi Indophenol:  Panaskan dengan HCl → dinginkan diencerkan

dengan air + phenol + kaporit → nampak ungu kotor → ditambah NH4OH

berlebih → berwarna biru + HNO3 à tidak berwarna kuning.

Reaksi Ehrlich : Zat padat + pereaksi p-DAB HCl → berwarna kuning

kenari.

Reaksi Wassicky : zat + p-DAB +H2SO4 pekat à merah ungu

Reaksi korek api : zat + HCl lalu batang korek api dicelupkan à

jingga/kuning.

26

Page 27: MAKALAH ALAKALOID

3. Reaksi Kristal:

1. Reaksi Kristal dragendorf

Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya

dan jangan dikocok, diamkan 1 menit  Kristal dragendorf.

2. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:

o Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex

lalu tutup dengan cover glass  panaskan sebentar, lalu lihat Kristal

yang terbentuk.

o Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan

spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.

3. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu

dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat

Kristal bunga sakura di mikroskop.

4. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit

H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes

reagen → kristal lempeng (coklat/violet)

2.3 CARA MENGISOLASI ALKALOID

Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya.

Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan

pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya

rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa.

27

Page 28: MAKALAH ALAKALOID

Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas

Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.

Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam

suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut

menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih

kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi

dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak

dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam

air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air,

misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang

masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan

minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka

harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan

kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur

maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk

murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan

untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus

diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :

a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan

dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.

b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya

kurang stabil.

28

Page 29: MAKALAH ALAKALOID

c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung

kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan

memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan

tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa

bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya.

Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk

alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina

dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan.

Larutan dalam air yang bersifat asam danmmengandung alkaloid dapat

dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa

netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Cara lain yang

berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan penjerapan

menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2

lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian

endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang

timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat

yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa

pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat

melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.

2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan

pertukaran ion.

3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.

29

Page 30: MAKALAH ALAKALOID

Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok

untuk memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya

dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi kolom memakai

alumina dan kromatografi kertas.

2.4 KEGUNAAN ALKALOID

Sebagai homolog ornithine, lisin dan senyawa yang terkait menimbulkan

sejumlah alkaloid, beberapa yang analog dengan kelompok ornithine.

Struktur alkaloid lisin

Contoh tanaman :

Lobelia; Lobelia inflate (Campanulaceae); Lobeliae Herb

Kegunaan : stimulant, spasmodic asma, bronchitis kronik. (alkaloid

piridin-piperidina)

30

Page 31: MAKALAH ALAKALOID

Pomegranate; Punica granatum L.( Punicaceae); Punicae fructus

Kegunaan : antioxidant, anti malarial, dan anti microbial tannin fraction,

allagitanin dan phenolic . (alkaloid trepenoid)

Broom; Cytisus scoparius (Leguminosae); BHP 1988 dan BPC 1949.

Kegunaan : mild diuretic dan cathartic action. (alkaloid quinolizidine dan volatile

liquid alkaloid)

31

Page 32: MAKALAH ALAKALOID

Pepper; Piper nigrum(Piperaceae);mengobati gonorrhea dan bronchitis

kronik.

Lycopodium; Lycopodiumclavatum (Lycopodiaceae); batas tertentu

dalam bedak tabur dan tembakau dan obat dalam bentuk pil.

D.   Alkaloid Phenylalanine

Struktur phenylalanine

32

Page 33: MAKALAH ALAKALOID

Alkaloid phenyilalanin dan tyrosine adalah alkaloid yang merupakan precursor

dari alkaloid amina.Beberapacontohdari alkaloid ini:

a.  Ephedrin; Ephedra sinica, E. equisetina

                  

b. Colchicum autumnale

Kegunaan: umbi dari Colchicum autumnale berisi colchicine, obat yang berguna

untuk terapeutik.

d-Norpseudo Efedrin

T. Asal                    : Cathaedalis

Suku                      : Celastraceae

Simplisia               : KhatAbyssina (Daun-daunsegar)

Kegunaan             : Stimulansia SSP

33

Page 34: MAKALAH ALAKALOID

Meskalin

T. Asal                    : Laphophorawiliamsii

Suku                      : Liliaceae

Simplisia               : Feyote

Kegunaan             : Halusinasi,Euforia

E.   Alkaloid Tyrosine

Gambar Struktur Tyrosine

a.    Abyssinian tea; Catha edulisF. (Celastraceae)

Kegunaan :Efek stimulant.

b.    Peyote;  Lophophora williamsii  (Cactaceae)

Kegunaan: sakitgigi, nyeri saat melahirkan, demam, nyeri payudara, penyakit

kulit, rematik, diabetes, pilek, dan kebutaan.

34

Page 35: MAKALAH ALAKALOID

 c.    Daun Boldo; Peumusboldus  (Monimiaceae)

Kegunaan : Antihepatoksik

 F.  Alkaloid Dihydroxyphenylalanine

Dihdroksilfenilalanin atau biasa disebut dengan dopa merupakan senyawa

bentukan dari tirosin.

Struktur Dihydroxyphenylalanine

35

Page 36: MAKALAH ALAKALOID

 Contoh simplisia dihidroksiphenylalanin :

a.     Velvet bean; Mucuna pruriens (Phaseoleae); Mucuna pruriens Seed.

Kegunaan : bias digunakan olahan kecap

36