makalah akk kebijakan tentang rokok.docx

Upload: xxbasilxx

Post on 09-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

A. Gambaran Umum dan DataMerokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian. Perilaku merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada system respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang lainnya seperti impotensi, kehamilan premature, bayi baru lahir rendah (BBLR) dll. Penyakit-penyakit ini dapat timbul karena rokok yang terbuat dari tembakau ini mengandung 7000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, 200 diantaranya adalah zat beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85% dan partikel. Diantaranya nikotin, karbon monoksida, tar adalah sebagian dari ribuan zat didalam rokok. Selain menyebabkan penyakit, rokok juga telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Semua kelainan ini didapatkan akibat kebiasaan merokok yang dilakukan sejak lama.Masalah merokok adalah peningkatan prevalensi perokok yang menjadi semakin serius. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 1000 per kapita dan merupakan negara dengan tingkat pengunaan rokok yang cukup tinggi. Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia jumlah konsumsi rokok sebanyak 260.800 rokok (4%). Sementara itu untuk jumlah perokok, Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 pada tahun 2008 dengan jumlah perokok sebanyak 65 juta perokok (WHO, 2008) dan menurut survey GATS 2011, peringkat Indonesia semakin bertambah menjadi peringkat 2 terbesar di dunia (Kemenkes RI, 2012). Perokok di masyarakat Indonesia tidak hanya di kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja muda. Untuk kalangan remaja sendiri 3 Depkes RI (2007) menunjukkan bahwa 3,5% anak-anak remaja lelaki dan 0,5% anak remaja perempuan usia 10-14 telah merokok. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, usia rata-rata seseorang mulai merokok secara nasional adalah usia 17,6 tahun. Namun untuk usia yang paling dini ada yang memulai merokok dari ;usia 5-9 tahun. Adapun prevalensi merokok berdasarkan usianya,usia perokok mulai merokok, dimulai dari usia 5-9 tahun sebanyak 1,7%, usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun 43,5%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29 tahun 4,3%, pada usia >30 tahun sebesar 3,9%.Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi tertinggi adalah anak pada umur 15-19 tahun dan untuk tertinggi kedua adalah umur 10-14 tahun atau anak seusia Sekolah Dasar (SD) kelas tinggi.B. Fakta-Fakta1. Fakta-fakta Pengaplikasian Kebijakan MerokokAkses masyarakat terhadap rokok sangat tergantung pada peran pemerintah dalam upaya pengendaliannya. Bila upaya pembatasan akses masyarakat terhadap rokok dapat terjadi secara menyeluruh maka tingkat pengguna rokok juga akan menurun. Berikut kami paparkan masalah-masalah pengaplikasian kebijakan yang sejatinya sudah bagus tetapi tidak berjalan sebagaimana mestinya:a. Kebijakan perihal Harga dan Pajak RokokSalah satu strategi dalam mengendalikan konsumsi rokok adalah melalui kenaikan harga rokok dan tarif cukai. Di Indonesia, harga rokok relatif terjangkau pada semua kalangan dan belum ada peraturan yang membatasi akses terhadap rokok, maka penduduk dari semua kalangan usia dapat dengan mudah sekali mendapatkanrokok asalkan ada uang untuk membelinya.Walaupun pajak rokok sudah dinaikkan namum konsumsi rokok di Indonesia antara tahun 2007-2010 mengalami kenaikan pula seperti yang telah dipaparkan di atas. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa produsen rokok menanggung sebagian dari beban cukai rokok yang seharusnya ditanggung oleh perokok, sehingga konsumsi rokok tidak mengalami penurunan akibat peningkatan cukai rokok tersebut.b. Kebijakan Iklan dan PromosiPada PP nomor 19 tahun 2003 pengiklanan rokok diijinkan melalui media elektronik akan tetapi dibatasi dari pukul 21.30-05.00 pagi. Pada prakteknya, memang benar dilakukan. Para produsen rokok sepertinya tidak kehabisan akal untuk mencari celah. Tidak disini ya di tempat yang lain. Para produsen telah terbatasi dalam pengiklanan rokok di televisi, akan tetapi pemerintah lupa bahwa iklan itu tidak hanya melalui media elektronik saja melainkan bisa melalui media cetak seperti Koran, baliho dan lainya. Pada faktanya baliho-baliho spanduk-spanduk rokok sangat banyak dijalan, kegiatan promosi rokok dapat dilakukan dijalan-jalan dengan memberikan sample gratis yang dilakukan oleh SPG-SPG cantik nan seksi yang menawarkan produk di jalan-jalan.c. Kebijakan Kawasan Tanpa RokokPenerapan kawasan tanpa rokok bertujuan melindungi hak kelompok masyarakat bukan perokok untuk menghirup udara yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok. Selain itu peraturan kawasan tanpa rokok juga membantu perokok untuk dapat menahan atau menunda merokok.Perda, PP, atau apapun sudah dibuat ada peraturan kawasan-kawasan bebas merokok dan sudah diberikan tanda juga pada kawasan-kawasan itu. Akan tetapi pada prakteknya memang benar itu dilakukan tetapi tidak ada sanksi yang tegas untuk menindak orang yang melanggar hal tersebut. Tulisan hanya tinggal tulisan, dan peraturan hanya tinggal peraturan yang tidak tahu apa gunanya.d. Kebijakan pada kemasan dan pelabelan rokokPeringatan yang dicantumkan pada rokok sudah lama itu dilakukan akan tetapi hasilnya tidak efektif. Yang sedang marak-maraknya dan gencar-gencarnya digalakkan akhir-akhir ini adalah pemberian gambar kasus-kasus perokok pada kemasan. Dampak positif yang diakibatkan belum terlalu tampak karena kebijakan ini baru dilaksanakan. Pada praktek dilapangan banyak penjual rokok yang tidak menggunakan kemasan melainkan eceran. Akan tetapi tetap saja efek yang dihasilkan belum bisa disimpulkan karena belum ada research dan data yang dapat digunakan menjadi bukti. Kita tunggu saja bagaimana hasilnya.2. Fakta Keadaan dan Kompleksitas Permasalahan MerokokIndonesia salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia.Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974.Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi.Kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai rokok adalah bahwa rokok menjadi kebutuhan sehari-hari yang sulit ditiadakan oleh perokok aktif karena mereka sudah ketergantungan. Namun kita pun sebenarnya sangat menyadari bahaya dan sudah melihat dampak negatif dari merokok tapi ntah mengapa di Indonesia begitu sulit mengatasi masalah rokok.Tim Medis dan para medis sudah dikerahkan untuk membuat program dan mengatasi permasalahan ini secara bersama-sama namun belum mendapatkan solusi yang pas untuk menurunkan angka kecanduan merokok di Indonesia.Patut pula menjadi bahan pemikiran bahwasanya memang pabrik rokok di Indonesia itu sangat banyak dan menjadi sumber pemasukan terbesar dan menampung banyak karyawan di dalamnya sehingga mengurangi data pengangguran di Indonesia, namun sebenarnya hal ini bukan berarti bahwa rokok itu sah-sah saja untuk membunuh generasi Indonesia satu per satu, dan hal ini perlu solusi, terutama dari pihak pemerintah untuk berani mengambil terobosan baru untuk menutup mau meutup pabrik rokok yang ada di Indonesia dan menggantinya dengan pabrik yang bermanfaat dan bisa menampung seluruh pekerja yang sebelumnya bekerja di pabrik rokok tersebut (sebagai masukan), memang untuk memulai sesuatu yang baru teramat sulit namun jika ingin melakukannya dan jika merupakan kebaikan pasti bisa.Berdasarkan survei yang telah dilakukan bahwa sebagian besar merokok dengan pertimbangan bahwa ternyata banyak generasi-generasi terdahulu masih sehat bugar hingga meninggal dunia, adapun yang mengatakan bahwa meskipun tanpa merokok manusia pasti mati, jawaban lain mengatakan kalau memang rokok itu berbahaya mengapa pemerintah masih membiarkan pabrik rokok bertebaran di Indonesia, selain itu pada kalangan mahasiswa yang ditanyai mengenai alasan mereka merokok, jawaban mereka adalah bahwa dengan merokok akan melancarkan mereka dalam berpikir.C. Rumusan MasalahDari uraian gambaran umum, data, beserta fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko-resiko masalah-masalah dalam topic merokok ini adalah sebagai berikut:1. Masalah proses penerapan kebijakan2. Masalah tujuan utama pemerintah dalam menanggulangi masalah merokok3. Masalah tenaga kerja4. Masalah perekonomian Negara5. Masalah kesehatan perokok aktif dan pasif

D. Analisis Tipe MasalahMasalah pada pembahasan di atas adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan ini termasuk dalam masalah tidak terstruktur karena:1. Pembuat kebijakan masalah kesehatan membutuhkan banyak pembuat kebijakan yang melibatkan tenaga ahli dari berbagai bidang untuk mengurai penyebab masalah yang multicausal. 2. Alternatif pemecahan masalahnya yang tidak terbatas karena menimbulkan banyak opsi.3. Nilai yang akan dicapai masih menimbulkan konflik. Contohnya adalah kebijakan penjualan rokok, harga yang tinggi, pajak, dll4. Nilai akhirnya juga sangat sulit diketahui karena tingkat probabilitasnya sangat sulit diperhitungkan.E. Alternatif Solusi1. Peraturan yang telah diterapkan hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan maksimal (contoh:kebijakan iklan dan promosi diterapkan tidak hanya dalam satu media saja, kebijakan kawasan bebas rokok hendaknya diberikan penjaga dan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya, dan lainnya). 2. Masalah yang dihasilkan pada merokok di Indonesia memanglah sangat pelik seperti benang yang sudah terlanjur kusut. Bukan suatu hal yang mustahil untuk mengurai masalah ini. Akan tetapi diperlukan kejelasan dan ketegasan tujuan pada Negara ini. Apabila benar tujuan kita adalah Indonesia yang sehat lakukan dengan benar apabila ini satu-satunya jalan dengan mengurangi konsumen untuk menggeser perlahan tumpuan ekonomi Negara ini. Lakuakan dengan sungguh-sungguh kebijakan yang ada.3. Peningkatan upaya promotif dan preventif harus terus digalakan . (contoh yang sudah dilakukan : Pada tanggal 24 Juli 2014 yang lalu, tampilan bungkus rokok terdapat gambar tentang bahaya rokok, supaya masyarakat mengetahui dampak apa saja yang akan mereka rasakan jika terus mengkonsumsi rokok)4. Membentuk Undang undang yang isinya tentang pelarangan anak merokok (Data tahun 2004, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 persen (tahun 1995) jadi 2,8 persen (2004).5. Terapi gratis untuk perokok di puskesmas puskesmas seluruh Indonesia. Jadi, bukan hanya slogan, himbauan untuk tidak merokok, dan menetapkan Kawasan Tanpa Rokok; tetapi lebih mendorong masyarakat yang sudah terlanjur menjadi pecandu untuk menemukan pengobatan yang efektif dan murah. Saat ini mungkin tidak banyak sarana kesehatan yang mampu mengadakan program ini, jika pun ada biaya perawatan juga tidak murah aksesnya pun sulit karena hanya terdapat di kota kota besar. Jika terapi ini hadir di puskesmas yang nota bene sebagai pelayanan kesehatan dasar, maka masyarakat yang ingin berhenti dari merokok dapat mengaksesnya dengan mudah . 6. Pembatasan Akses penjualan rokok, penjualan rokok hanya di tempat tempat tertentu misal: apotik . sehingga anak-anak yang masih dibawah umur akan sulit mengakses nya.7. Melakukan promosi kesehatan sebagai sebuah upaya tindakan preventif, tidak hanya pada perokok aktif, namun juga pada masyarakat secara umum khususnya pada perokok pasif dan pada kelompok umur yang rentan seperti usia anak sekolah atau remaja. Pendidikan kesehatan itu seperti memberikan informasi yang mendalam serta luas mengenai dampak konsumsi rokok dan produk tembakau lainnya bagi.

7