makalah kebijakan moneter dan fiskal

29
TUGAS KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DI SUSUN OLEH: DEPI SAPUTRA (01101402052) DOSEN PEMBIMBING DRS. M. SYIROD SALEH, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: depi-saputra

Post on 25-Oct-2015

1.345 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Ruang Ilmu Pengetauhan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

TUGAS

KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL

DI SUSUN OLEH:

DEPI SAPUTRA (01101402052)

DOSEN PEMBIMBINGDRS. M. SYIROD SALEH, M.Si

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMIPALEMBANG

2013

Page 2: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

KEBIJAKAN MONETER

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam

bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer, atau kredit

perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.

Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga,

pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter juga Dapat

diartikan sebagai upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara

berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter dapat

melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk

bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan

melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk

mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,

pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca

pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi

yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,

maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh

kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian

ditransfer pada sektor riil.

Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara

persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai

kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang agar tujuan dari

kebijakan moneter dapat terealisasikan. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan

salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro

wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank

untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Page 3: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

B. Macam-macam Kebijakan Moneter

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara

menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam

rangka menambah jumlah uang yang edar. Apabila tidak ada kebijakan ini maka jumlah uang

di suatu negara akan menipis sehingga transaksi atau jual beli disuatu negara akan

terganggu. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya

beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau

depresi.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan

dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Kebijakan ini biasanya dilakukan saat

perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money

policy)

C. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan

moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara

mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga

pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,

pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang

yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah

kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau

singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga

Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang

beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum

Page 4: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.

Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank

sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar

berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib adalah

mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan

perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,

pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,

pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk

mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.

Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam

mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank

meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada

perekonomian.

5. Kredit Selektif Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan

cara memperketat pemberian kredit

6. Politik sanering Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada

tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi

Rp.1

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank

Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan

terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan

tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter

dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)

dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai

tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya,

Page 5: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai

tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

D. Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan ekonomi moneter

adalah untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :

a. Kesempatan kerja.

Dengan adanya kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka makin besar dalam

meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka dapat juga membantu

masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan

mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan

kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan

kesejahteraan karyawan.

b. Kestabilan harga

Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah, tiap tahunnya harga

barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk mencegah harga yang semakin

naik maka pemerintah menstabilkan harga sehingga harga tidak mengalami kenaikkan

setiap tahunnya. Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di

masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama

dengan harga yang akan masa depan.

c. Neraca pembayaran internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di

suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering

melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

d. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam

perekonomian.

Page 6: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

e. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan

stabilitas tingkat harga.

f. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi

yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.

g. embantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi

melalui sumber penerimaan yang normal.

KEBIJAKAN FISKAL

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi

perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur

jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan

pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan fiskal juga dapat diartikan sebagai kebijakan

yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran

dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk

membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.

Kebijakan pemerintah ini ditujukan unuk mempengaruhi jalan atau proses kehidupan

ekonomi masyarakat melalu Anggaran Belanja Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN

hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh

pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian

nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan

masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar

tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan

ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

Page 7: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan

perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.

Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan

komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:

1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi

2. Pola persebaran sumber daya

3. Distribusi pendapatan

B. Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang

berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku

akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli

masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan

sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan

output industri secara umum. Adapun instrumen-instrumen nya antara lain :

a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari

pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik

digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar

daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika

perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk

menurunkan tekanan permintaan.

Page 8: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

d. Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar

dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian

anggaran serta meningkatkan disiplin.

C. Kebijakan Fiskal Pada Pendapatan Nasional

Pada sistem perekonomian yang tertutup (tidak ada perdagangan internasional) maka

pendapatan nasional (Y) dapat tersusun atas konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran

pemerintah (G). Dirumuskan :

C = aY + b

Dimana konsumsi (C) sebagai fungsi dirumuskan sebagai :

Pendapatan disposibel (YD) sebagai nilai pendapatan yang dapat dibelanjakan

diformulasikan sebagai :

YD = Y – Tx + Tr

YD = C + S

Keterangan :

S = (1-a)Y – b

Tx : Pajak

Tr : Transfer pemerintah

S : Saving

Dimana saving dapat difungsikan sebagai :

Dengan pendekatan matematis dapat ditemukan adanya angka pengganda/ multiplier

dalam perekonomian dengan penggunaan kebijakan fiskal, yaitu :

Page 9: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

1. Angka pengganda investasi

2. Angka pengganda konsumsi

3. Angka pengganda pengeluaran pemerintah

4. Angka pengganda transfer pemerintah

5. Angka pengganda pajak.

D. Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini

dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah

(G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah

sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja

(N). Biaya transfer pemerintah merupakan pengeluaran-pengeluaran pemerintah yag tidak

menghasilkan balas jasa secara langsung. Contoh pemberian beasiswa kepada mahasiswa,

bantuan bencana alam dan sebagainya.

E. Konsep-konsep Dasar

Kebijakan fiskal memiliki beberapa konsep, adapun konsepnya adalah sebagai

berikut:

a. Kebijakan fiskal : perubahan-perubahan pada belanja atau penerimaan pajak

pemerintah pusat yang dimaksudkan untk mencapai penggunaan tenaga kerja-penu,

stabilitas harga, dan laju pertumbuhan ekonomi yang pantas.

b. Kebijakan Fiskal Ekspansioner : peningkatan belanja pemerintah dan/atau

penurunan pajak yang dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat dalam

perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk

domestik bruto dan menurunkan angka pengangguran.

c. Kebijakan Fiskal Kontraksioner : Pengurangan belanja pemerintah dan/atau

peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan agregat dalam

perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol inflasi.

Page 10: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

d. Efek Pengganda : dalam ilmu ekonomi, peningkatan belanja oleh konsumen,

perusahaan atau pemerintah akan menjadi pendapatan bagi pihak-pihak lain. Ketika

orang ini membelanjakan pendapatkannya, belanja tersebut menjadi pendapatan

bagi orang lain dan seterusnya, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan

produksi dalam suatu perekonomian. Efek pengganda dapat juga berdampak

sebaliknya ketika belanja mengalami penurunan.

e. Kebiljakan Fiskal Sisi-penawaran : kebijakan fiskal dapat secara langsung

mempengaruhi bukan saja permintaan agregat, namun juga penawaran agregat.

Sebagai contoh, pemotongan tarif pajak akan memberikan insentif bagi perusahaan

untuk melakukan ekspansi atau investasi barang modal karena mereka memperoleh

pendapatan setelah pajak yang lebih besar yang kemudian dapat dibelanjakan.

1. Membiayai Defisit & Memanfaatkan Surplus :

–Meminjam dari publik atau luar negeri (crowding out )

–Mencetak uang

2. Memanfaatkan surplus

–Mengurangi hutang

–Disimpan

F. Masalah dalam Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal sering kali menghadapi permasalah seperti yang disebutkan di bawah ini:

• Masalah waktu

• Pertimbangan politis

• Respon pelaku ekonomi

• Dampak crowding-out

• Kondisi perekonomian dunia/luar negeri

Page 11: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

G. Masalah Pokok Ekonomi Makro

Tingkat kegiatan ekonomi Negara pada suatu waktu tertentu adalah berbentuk salah

satu dari tiga keadaan, yaitu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh

(full employment), menghadapi masalah pengangguran dan menghadapi masalah inflasi.

(Sadono Sukirno, 2000)

a. Tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)

Keadaan ini merupakan keadaan yang ideal untuk setiap perekonomian.Dalam

perekonomian yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat

yang sebenarnya adalah sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi tenaga kerja penuh tercapai ketika

pendapat nasional sama dengan pendapat nasional potensial.

b. Masalah Pengangguran

Masalah ini terjadi karena pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh. Jurang deflasi, yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan

agregat yang diperlukan untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi deflasi

terjadi sat pendapatan nasional lebih kecil dari pada pendapatan national potensial.

Akibatnya, penawaran barang dan jasa jauh melebihi permintaan.

c. Masalah Inflasi

Pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan

jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan harga-harga inflasi.

Page 12: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM IS-LM

Kondisi yang tidak diinginkan oleh pemerintah antara lain:

a) Tingkat inflasi yang tinggib) Pengangguranc) BOP yang difisit

Kebijakan pemerintah:a) Kebijakan fiscal semua tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya

perekonomian melalui pajak (Tx), transfer pemerintah (T), dan pemngeluaran pemerintah (G)

b) Kebijakan moneter: semua tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui penambahan/pengurangan M (penawaran uang).

Variabel target: variabel yang nilainya diharapkan berubah sesuai dengan yang diinginkan melalui pelaksanaan kebijakan.

Variabel target = pendapatan nasional (Y) dan kesempatan kerja

Policy instrument/ instrument variable (instrumen kebijakan): alat untuk mencapai tujuan dalam suatu kebijakan.

Kebijakan fiscal dan kebijakan moneter mempengaruhi target variabel dalam bentuk;a) Kebijakan ekspansi: kebijakan ekonomi makro untuk meningkatkan kegiatan ekonomi

Kondisi: banyak pengangguran dan kapasitas produksi nasional belum penuhb) Kebijakan kontraksi: kebijakan ekonomi makro untuk mengurangi kegiatan ekonomi

Kondisi: overemployment (permintaan agregat > kapasitas produksi nasional), inflasi tinggi, BOP yang difisit.

Kondisiekonomi makro sesuai

dengan target

Kondisi Perekonomian

Kebijakan ekonomi makro

Page 13: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

A. Kebijakan Moneter.

Kebijakan moneter; menambah atau mengurangi M

Saat ini Y = Yo dengan M = OM, dan perekonomian full employment (Yf), berarti terdapat pengangguran

Untuk menghilangkan pengangguan, maka Yo harus naik menjadi Yf dengan melakukan kebijakan ekspansi (LM ke LMf) dengan cara meggeser penawaran uang dari MM ke MfMf, sehingga penambahan M sebanyak MMf.

MM

MO

Y0 Yf

LM

LS

LMf

L1M

f

Mf

M,L

M,LL1

L2

L2

Y

YI

r

Y

S

SI = I

I

0

I

IS

ME

PASAR UANG

PASAR KOMODITI

Page 14: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

B. Kebijakan Fiskal.

Target variabel Y dan kesempatan kerja.

Variabel instrumen = G, Tx, dan T. Asumsi; hanya menggunakan salah satu variabel saja.

Untuk menggeser kurva IS ke ISf melalui penjumlahan I + G + c(T-Tx)=OB agar Y meningkat menjadi Yf

Dengan demikian untuk meningkatkan Y menjadi Yf, maka perlu meningkatkan:

Yo

IS

Mf

B

0

Yo

I+G+c(T-

LS

L1

Mf

Mf

M,L

M,LL1

L2

L2

Y

YI

r

Y

S

SI = I

I

Yf

I

ISf

PASAR UANG

PASAR KOMODITI

Page 15: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

a) Hanya pengeluaran pemerintah (G)

b) Hanya transfer pemerintah (T)

c) Hanya pajak (Tx)

C. Bentuk Kurva L2 dan Keefektifan Kebijakan Fiskal dan Moneter.

Kebijakan fiskal dan menenter murni dapat mempengaruhi tingkat Y dan kesempata kerja. Kebijakan fiscal murni: tidak disertai dengan penambahan M dan kebijakan moneter murni: tidak disertai dengan perubahan G, Tx dan T.

Bentuk kurva LM dihubungan dengan kurva L2 yang mencakup 3 bagian:

a) Daerah klasik (classical range)

Daerah CR sejajar dengan r mulai dari titik C keatas. Daerah ini menghasilkan kesimpulan-kesimpulan teoritik dari pemikir ekonomi

b) Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)

Daerah LTR sejajar dengan sumbu Y. Pada tingkat r yang rendah, maka harga obligasi tinggi, shg orang meramalkan terjadi penurunan harga obligasi dan M yang ada tidak untuk membeli obligasi, tapi untuk disimpan atau ditabung.

c) Daerah tengah (Intermediate range)

Daerah ini memiliki r kurva LM lebih besar dari 0 dan lebih kecil daripada tak terhingga.

1) Kebijakan fiscal.

a) Daerah LTR kebijakan fiscal yang paling efektif dengan menggeser kurva IS kekanan, maka Y akan meningkat.

CRIR

LTR

LM

L2

L2

M

MM

ML1

rr

c

L1

Page 16: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

b) Daerah IR, kebijakan fiscal dapat meningkatkan Y ekuilibrium, tapi tidak seefektif daerah LTR

c) Daerah CR tidak efektif untuk kebijakan fiscal untuk meningkatkan Y

2) Kebijakan moneter

a) Daerah LTR kebijakan moneter tidak efektif dengan menggeser kurva LM kekanan, untuk meningkatkan Y. Kebijakan moneter yang tidak efektif ini biasa disebut dengan “Money does’nt matter”

b) Daerah IR, kebijakan moneter dapat meningkatkan Y ekuilibrium, tapi tidak seefektif daerah CR

c) Daerah CR paling efektif untuk kebijakan moneter untuk meningkatkan Y

KOORDINASI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DI INDONESIA

IS

LM

r

Y

Y

r

IS

LM

Page 17: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

Kebijakan fiskal dan pengaruhnya terhadap perekonomian

Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan

pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran

(defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara

dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.

Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara

(APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai

penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai

pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah

pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam

negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian hibah dari

negara donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam penerimaan negara.

Di lain sisi, yang dimaksud dengan pengeluaran negara adalah semua pengeluaran

untuk operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan

usaha milik negara. Dengan demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri

tidak termasuk dalam perhitungan pengeluaran negara.

Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh

besarnya surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan

menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada

besarnya surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai

cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment). Dalam hal terjadi defisit,

maka defisit tersebut dapat dibayai dengan pinjaman luar negeri (official foreign borrowing)

atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman dalam negeri dapat dalam bentuk pinjaman

perbankan dan non-perbankan yang mencakup penerbitan obligasi negara (government

bonds) dan privatisasi. Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara

merupakan bagian dari pembiayaan defisit dalam negeri non-perbankan yang nantinya

diharapkan dapat memainkan peranan yang lebih tinggi. Hal yang paling penting

diperhatikan adalah menjaga agar hutang luar negeri atau hutang dalam negeri tersebut

masih dalam batas-batas kemampuan negara (sustainable). Pada dasarnya defisit dalam

APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam perekonomian . Dalam hal defisit APBN

Page 18: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

dibiayai dengan pinjaman luar negeri, maka hal ini tidak menimbulkan tekanan inflasi jika

pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang-barang impor, seperti

halnya dengan sebagian besar pinjaman dari CGI selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar

negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri, maka

pembiayaan defisit dengan memakai pinjaman luar negeri tersebut akan menimbulkan

tekanan inflasi. Demikian juga jika, pembiayaan defisit APBN dengan penerbitan obligasi

negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan menimbulkan tekanan inflasi.

Adapun pembiayaan defisit dengan menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri akan

berpengaruh pada neraca pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah .

Semakin besar jumlah pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas modal Pemerintah

cenderung positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat dari besarnya nilai lalu lintas

moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif menunjukkan adanya cash inflow.

III. Kebijakan moneter dan pengaruhnya terhadap perekonomian

Pada dasarnya, kebijakan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian

berada dalam jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan

tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas

dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai instrumen ,

khususnya open market operations (OMOs). Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya

bank sentral menjual atau membeli obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam

perekonomian dirasakan perlu ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah

obligasi negara di pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah. Dilain pihak bila bank

sentral ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual

sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu difahami bahwa

portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan pendapatan kepada bank

sentral berupa bunga obligasi.

Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini Bank Indonesia belum memiliki obligasi

negara yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan

obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi bank-bank yang bermasalah,

tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru pada tahap awal dan volume transaksi jual

Page 19: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

beli di pasar sekunder tersebut masih sedikit. Selama ini Bank Indonesia masih

mempergunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk melaksanakan OMOs. Disamping

menimbulkan beban pada Bank Indonesia, karena BI harus membayar bunga SBI yang cukup

tinggi, jangka waktu SBI juga sangat pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen

ini sebenarnya kurang memadai untuk dipakai dalam OMOs.

IV. Perlunya koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

Perlunya koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter adalah untuk

menetapkan dan mencapai target-target moneter dan defisit APBN secara konsisten dalam

rangka mencapai pembangunan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil. Disamping itu

koordinasi yang baik juga diperlukan untuk mendorong perkembangan pasar finansial, serta

mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal melalui pertukaran informasi. Bentuk

koordinasi antara kebijakan fiskal (Departemen Keuangan) dan kebijakan moneter (Bank

Indonesia) sangat tergantung kepada :

(1) Apakah bank sentral mempunyai otonomi penuh dan mempunyai objectives dan

instruments yang terpisah, dan

(2) Apakah pasar modal dan pasar uang sudah berada pada tingkat yang cukup maju.

Pada saat ini Indonesia masih dalam tahap awal dan menuju ke tahap peralihan ke

arah ekonomi yang maju. Hal ini ditandai oleh :

(1) Obligasi negara baru saja diperkenalkan, yaitu dengan adanya program rekapitalisasi

sektor perbankan sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi;

(2) Pasar sekunder bagi obligasi negara baru saja terbentuk dan masih dalam tahap awal;

(3) Interbank loan masih lemah, akibat dari krisis ekonomi; dan

(4) Obligasi negara belum dipakai sebagai instrumen moneter oleh Bank Indonesia.

Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia, pemerintah tidak dimungkinkan lagi untuk meminjam uang dari Bank Indonesia

untuk menutup defisit APBN, bahkan tidak dimungkinkan untuk meminjam uang untuk

Page 20: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

jangka pendek dalam hal pemerintah menghadapi masalah cash- flow. Dalam hal ini Bank

Indonesia mempunyai kekuasaan penuh di dalam menetapkan/mengatur jumlah uang yang

beredar dalam perekonomian, karena mempunyai objective yang terpisah (inflation

targeting). Akan tetapi asumsi yang dipakai dalam hal ini adalah bahwa kurs mata uang

adalah tetap (fixed exchange rate). Dalam hal floating exchange rate system,

pelaksanaannya akan lebih rumit, oleh karena kebijakan fiskal akan mempengaruhi kurs

rupiah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Oleh karena

itu, walaupun Bank Indonesia mempunyai “kebebasan penuh” dalam mengatur jumlah uang

yang beredar dalam perekonomian, koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan

moneter tetap diperlukan walaupun detail koordinasi tersebut akan berubah dari masa ke

masa, tergantung kepada perkembangan ekonomi dan pasar uang atau pasar modal.

A. Kelembagaan dan Pengaturan Operasional

Koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus didukung oleh

pembentukan lembaganya dan pengaturan operasionalnya.

Pertama, mengenai ketentuan otonomi bank sentral, yaitu seberapa jauh Bank Indonesia

dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah. Dalam hal ini berdasarkan undang-undang

yang berlaku (UU No.23 Tahun 1999) Bank Indonesia tidak diijinkan untuk memberi

pinjaman kepada pemerintah, dengan alasan dan jangka waktu apapun.

Kedua, pembentukan suatu komite yang beranggotakan pejabat-pejabat Bank Indonesia

dan pejabat-pejabat Departemen Keuangan akan sangat membantu menghilangkan

perbedaan pendapat mengenai peranan dari tingkat suku bunga. Apalagi karena instrumen

yang dipakai oleh Bank Indonesia dalam OMO adalah SBI, dan bukan obligasi.

Ketiga, pengaturan operasional, di mana perlu dilakukan tukar menukar informasi antara

Bank Indonesia dan Departemen Keuangan akan sangat membantu operasi sehari-hari

Departemen Keuangan dan Bank Indonesia di dalam mencapai target-target yang telah

ditetapkan.

Page 21: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

Keempat, baik Departemen Keuangan maupun Bank Indonesia mempunyai kepentingan

yang sama untuk mempunyai pasar sekunder bagi obligasi negara yang berfungsi baik.

Akan tetapi koordinasi ini tidak terlalu penting artinya bila instrumen yang dipakai

oleh Bank Indonesia (bank sentral) berbeda dengan instrumen yang dipakai oleh

Departemen Keuangan. Walaupun demikian, Bank Indonesia terlibat dalam penerbitan

obligasi negara, paling tidak dalam dua hal. Pertama, Bank Indonesia bertindak sebagai

penasihat pemerintah yang akan memberitahu pemerintah mengenai situasi likuiditas

dalam perekonomian, perkembangan tingkat bunga, kredit perbankan, dan sebagainya.

Kedua, sebagai fiscal agent, Bank Indonesia melakukan pembayaran kepada dan menerima

pembayaran dari investor. Di samping itu Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir

pemerintah atas simpanan pemerintah di Bank Indonesia.

B. Koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

Koordinasi antara Departemen Keuangan sebagai pengelola fiskal dan Bank

Indonesia sebagai pengelola moneter perlu dilakukan. Masing-masing pihak perlu

memanfaatkan informasi dan data yang diterbitkan oleh pihak lain, untuk dipakai dalam

penentuan target-target. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan dapat membentuk tim

koordinasi yang akan membantu dalam pencapaian target-target secara lebih akurat. Selain

dari itu secara bertahap harus diusahakan agar instrument utama Bank Sentral dalam

pengendalian moneter diubah dari SBI menjadi obligasi negara.

Rankuman :

Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter dalam bentuk pengendalian

agregat moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.

Kebijakan Moneter terbagi menjadi 2 yaitu :Kebijakan moneter ketat dan Kebijakan moneter

longgar. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur

Page 22: Makalah Kebijakan Moneter Dan Fiskal

dengan : Kesempatan Kerja, Kestabilan harga, Neraca Pembayaran Internasional. Kebijakan

moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara

lain : Operasi Pasar Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib, Himbauan Moral,

Kredit selektif, Politik sanering.

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi

perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan

pengeluaran pemerintah, kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan

belanja pemerintah. Kebijakan Anggaran terbagi menjadi 3, yaitu : Anggaran Defisit,

Anggaran Surplus, Anggaran Berimbang.