makalah agama tentang penyimpangan akidah

33
MAKALAH AGAMA TENTANG PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Kelompok 2 : 1. Dian Wahyu P. (08) 2. Diana Dwi A. (09) 3. Dwi Retno A. (10) 4. Eka Dwi (11) 5. Endah S. (12) 6. Elvira R. (13) 7. Erlina (14) Kelas 1a PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: andragalih

Post on 03-Aug-2015

1.619 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

MAKALAH AGAMA TENTANG

PENYIMPANGAN AQIDAH

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh Kelompok 2 :

1. Dian Wahyu P. (08)2. Diana Dwi A. (09)3. Dwi Retno A. (10)4. Eka Dwi (11)5. Endah S. (12)6. Elvira R. (13)7. Erlina (14)

Kelas 1a

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAHPONOROGO 2011

Page 2: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

KATA PENGANTAR

Syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah rahmat dan hidayahnya kepada kita untuk

menyeleasaiakan makalah yang berjudul “Penyimpangan Aqidah Dalam Perspektif Islam”

dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, yaitu :

1. Dosen pembimbing, yaitu Ibu Susanti.

2. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan dengan moril dan materiil.

3. Teman-teman yang memberikan dukungan kepada kami.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami

harapkan . Dengan tersusunnya maklah ini semoga dapat bagi kami sendri maupun para

pembacanya. Atas perhatian yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.

Ponorogo, 20 April 2011

Penyusun

Page 3: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai

manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah

ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak

kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari

pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk

dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan

mengutus para Rasul-Nya (menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para

Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang

mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam

At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan

sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu

Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139) agar

mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh

Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir

serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.

Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi dan

Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan menekankan

masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan

landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para pelurus agama dalam

setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah sebelum

Page 4: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

mereka mengajak kepada perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul

sebelum Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-dakwah mereka kepada

umatnya. Hal ini seperti firman Allah dalam Al Quran surat An Nahl ayat 36

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut1 itu’,…” (QS. An Nahl: 36)

Dan surat Al A'raaf ayat 59, 65, 73 dan 85 “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali

tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (QS. Al A'raaf: 59, 65, 73, 85)

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan

(kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi adalah

suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah

umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu-

raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa

memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang

mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang

bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’ berarti iman kepada Allah,

para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada

qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun yang buruk.

Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah

rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah

pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan

akhirat. Aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar dari seluruh

hukum-hukum agama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu mengesakan

Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi

Page 5: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial,

budaya, pendidikan dan sebagainya.

Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah Rasul.

Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum

yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan

melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan

kepada ajaran Islam. Hal ini seperti yang tersebut dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208,

yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya

dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata

bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

B. Tujuan

Page 6: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

Aqidah Secara Etimologi

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Kalimat “Saya ber-i’tiqad begini”

maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah

yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan.Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu

kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

Aqidah Secara Syara’

Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab – kitabNya, para RasulNya dan

kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk.Hal ini disebut juga

sebagai rukun iman.

Syari’at terbagi menjadi dua: i’tiqadiyah dan amaliyah.

I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad

(kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad

terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). (1)

Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti

shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang

agama), karena ia dibangun di atas i’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari

benar dan rusaknya i’tiqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat

sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Barangsiapa mengharap

Page 7: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan

janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi:

110)

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang

sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan

tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya.Ingatlah, hanya

kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik).” (Az-Zumar: 2-3)

Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala

amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang

didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan

segala yang dituhankan selain Dia.

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Dan sesungguhnya Kami telah

mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan

jauhilah Thaghut itu’, …” (An-Nahl: 36)

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: “Wahai kaumku sembahlah

Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85)

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul.

Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi’tsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengajak

manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan

Islam. Para da’i dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul

Page 8: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan

aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.

B. Sunber – Sumber Aqidah

Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak

ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas

kepada apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang

lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang harus

disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih

mengetahui tentang Allah selain Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

Oleh karena itu manhaj Salafus Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah

terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka segala apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an

dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya, meyakininya dan men-

gamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka

menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada pertentangan di antara mereka di

dalam i’tiqad.Bahkan aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu.

Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan

Sunnah RasulNya dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah

Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)

Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, …” (Ali Imran: 103)

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikut

petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)

Page 9: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan yang selamat). Sebab

Rasulullah telah bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa

umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya di Neraka, kecuali satu

golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab: “Mereka adalah orang

yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para sahabatku.”

(HR. Ahmad)

Kebenaran sabda baginda Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam tersebut telah terbukti

ketika sebagian manusia membangun aqidahnya di atas landasan selain Kitab dan Sunnah,

yaitu di atas landasan ilmu kalam dan kaidah-kaidah manthiq yang diwarisi dari filsafat

Yunani dan Romawi maka terjadilah penyimpangan dan perpecahan dalam aqidah yang

mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya masyarakat Islam.

C. Sebab – Sebab Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan.Karena aqidah

yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang

benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan yang lama-

kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap jalan

hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan

tersebut dengan menyudahi hidup, sekali pun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi

pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.

Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat bahimi

(hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun mereka bergelimang

Page 10: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran, sebagaimana yang

kita lihat pada masyarakat jahiliyah.

Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam

penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah shahihah. Allah

Subhannahu wa Ta’ala berfirman:

 ”Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang

shalih.” (Al-Mu’minun: 51)

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami

berfirman): ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama

Daud’, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar

dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat

apa yang kamu kerjakan.” (Saba’: 10-11)

Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi). Jika hal

itu dilakukan dengan menyeleweng kepada aqidah batil, maka kekuatan materi akan berubah

menjadi sarana penghancur dan alat perusak, seperti yang terjadi di negara-negara kafir yang

memiliki materi, tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.

Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus kita ketahui yaitu:

1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau (enggan) mempelajari dan

mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh suatu

generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau ke-

balikannya.Akibatnya, mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang

batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar

Page 11: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

Radhiallaahu anhu : “Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu,

manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan.”

2. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,

sekali pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun hal itu

benar. Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Dan apabila

dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah” mereka menjawab:

“(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek

moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka

itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Al-Baqarah: 170)

3. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa

mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. Sebagaimana

yang terjadi pada golongan-golongan seperti Mu’tazilah, Jahmiyah dan lainnya. Mereka

bertaqlid kepada orang-orang sebelum mereka dari para imam sesat, sehingga mereka

juga sesat, jauh dari aqidah shahihah.

4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta

mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka

sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan

kemanfaatan maupun menolak kemudharatan.Juga menjadikan para wali itu sebagai

perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan

para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertaqarrub kepada kuburan

para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do’a, istighatsah dan meminta

pertolongan.Sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh Alaihissalam terhadap

orang-orang shalih ketika mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan

Page 12: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan

(penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” [1] (Nuh:

23)Dan demikianlah yang terjadi pada pengagung-pengagung kuburan di berbagai negeri

sekarang ini.

5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini

(ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam KitabNya (ayat-ayat

Qur’aniyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan,

sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga

mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada

jerih payah dan penemuan manusia semata.Sebagaimana kesombongan Qarun yang

mengatakan: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”

(Al-Qashash: 78)Dan sebagaimana perkataan orang lain yang juga sombong: “Ini adalah

hakku …” (Fushshilat: 50)”Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepinta-

ranku”. (Az-Zumar: 49)Mereka tidak berpikir dan tidak pula melihat keagungan Tuhan

yang telah menciptakan alam ini dan yang telah menimbun berbagai macam

keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah menciptakan manusia lengkap dengan bekal

keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-keistimewaan alam serta

mengfungsikannya demi kepentingan manusia.

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. (Ash-

Shaffat: 96)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu

yang diciptakan Allah, …” (Al-A’raf: 185)

Page 13: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,

kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki

untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di

lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus

beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia

telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan

kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu

menghinggakannya.” (Ibrahim: 32-34)

D. Macam – Macam Penyimpangan Aqidah

1. Dalam masalah Tauhid

Mereka, para ulama ahlus sunnah selalu mementingkan tauhid dan menjelaskan bahwa

tauhid الله إالا اله bermakna ال “Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah

(uluhiyyah), sebagaimana terkandung dalam ayat:

: ) … النساء Aا Cئ ي Eش GهG ب Jوا رGك CشJ ت E وEال EهP الل JدJوا )36وEاعCب

Beribadahlah kepada Allah dan jangan-lah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu

apa pun… (an-Nisaa’: 36)

Dengan prinsip ini, mereka selamat dari kekafiran atheisme yang tidak bertuhan dan

selamat pula dari paganisme yang bertuhan banyak.

2. Dalam Masalah Asma’ wa Sifat

Mereka, para ulama ash-habul hadits (ahlus sunnah) tidak berani berbicara tentang sifat-

sifat Allah kecuali apa yang telah dikatakan oleh Allah dalam al-Qur’an dan apa-apa

Page 14: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

yang telah dijelaskan oleh Rasulullah وسلم عليه الله dalam hadits-hadits صلى yang

shahih. Mereka tidak berani pula menarik maknanya kepada makna lain selain apa yang

terdapat pada teks-nya. Karena masalah sifat-sifat Allah adalah ghaib, tidak ada seorang

pun yang dapat menebak-nebak atau memikirkan dzat Allah.

. EونJ EعCمEل ي Jوا Eان ك مEا EنCو EزCجJ ي Eس GهG مEائ CسE أ فGي EونJدGحC Jل ي EينGذP ال وا JرEذEو GهEا ب JوهJعCادEف Eى ن CسJحC ال JاءEم CسE Cأل ا GهP Gل وEل

: )180األعراف(

Hanya milik Allahlah asma-ul husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut

asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyim-pang dari kebenaran

dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah

mereka kerjakan. (al-A’raaf: 180)

Mereka tidak berani pula membayangkan seperti apa atau bagaimananya. Maka di

samping mereka selamat agamanya, juga selamat akalnya. Orang-orang yang mencari-

cari sendiri tentang dzat Allah akan tersesat agamanya dan orang yang membayangkan

seperti apa atau bagaimana Allah akan rusak akal-nya.

3. Dalam Masalah Ibadah

Mereka, para pengikut salafus shalih, tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan cara

yang diajarkan oleh Rasulullah وسلم عليه الله .(sunnah) صلى Mereka tidak berani

merubah-rubah, mengganti, mengurangi atau menambahi dari hasil pemikirannya sendiri.

Sebagaimana para rasul memerintahkan kepada kaumnya:

: ) . الشعراء GونJيعGطE وEأ EهP الل PقJوا )144فEات

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (asy-Syu’araa: 144)

Yakni bertakwanya kepada Allah tetapi dengan mengikuti dan mentaati rasul-Nya. Maka

Tata cara ibadah menurut mereka sudah baku (tauqifiyyah) tidak bisa diubah-ubah.

Page 15: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

Dengan demikian mereka selamat dari kebid’ahan-kebid’ahan (ajaran-ajaran baru) yang

tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin yang pertama. Dan sela-mat pula dari kesesatan

para pengingkar sunnah yang menciptakan agama baru.

4. Dalam Masalah Sunnah

Mereka – sesuai dengan sebutannya ahlus sunnah – senantiasa berpegang dengan sunnah

(ajaran nabi) sebagai tafsir dari al-Qur’an, sehingga mereka dapat memahami al-Qur’an

dengan tepat seperti apa yang dipahami oleh Rasulullah وسلم عليه الله karena صلى

ucapan, perbuatan dan perangai Rasulullah وسلم عليه الله adalah terjemahan dari صلى

al-Qur’an. Aisyah عنها الله :berkata رضي

( ) . داود وأبو وأحمد مسلم رواه Eآن CرJقC ال JهJقJ ل Jخ EانE ك

Bahwasanya perangai Rasulullah ada-lah al-Qur’an. (HR. Muslim, Ahmad dan Abu

Dawud)

sehingga mereka selamat dari kesalah-pahaman dalam panafsiran al-Qur’an dan selamat

dari kesesatan.

. : JضCوEحC ال PيEلEع EرGدEا ي Pى حEت قEا PرEفE Eت ي CنE وEل Gي Pت ن JسEو Gالله JابE Gت ك EعCدEهJمEا ب zوا EضGل ت CنE ل GنC Eي Cئ ي Eش CمJ Cك فGي JتC ك EرE ت

( األلباني( وصححه هريرة، أبي عن الحاكم رواه

Aku tinggalkan kepada kalian dua per-kara yang kalian tidak akan tersesat se-telah

berpegang dengan keduanya, yai-tu kitabullah dan sunnahku. Dan kedua-nya tidak akan

terpisah hingga menemuiku di telaga Haud. (HR. Hakim; Syaikh al-Albani

menshahihkanya dalam Shahih Jami’us Shaghir)

5. Dalam Pemahaman Terhadap Al-Qur’an Dan Sunnah

Mereka mengetahui bahwa generasi terbaik umat ini adalah para shahabat nabi. Maka

mereka meyakini bahwa para shahabat lebih memahami al-Qur’an dan sunnah. Sehingga

Page 16: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

dalam memahami, menyimpulkan dan menerapkan al-Qur’an dan sunnah, mereka

melihat ucapan-ucapan para shahabat dan keterangan-keterangan dari mereka, karena

yang akan mendapatkan keridhaan dari Allah adalah para shahabat Muhajirin dan

Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka.

Allah وتعالى :berfirman سبحانه

ضJوا EرEو CمJهC عEن JهP الل EيGض Eر ان� EسCحG Gإ ب CمJوهJعE Pب ات EينGذP وEال GارEصC Eن Cأل وEا EينGرGاجEهJمC ال EنGم EونJ وPلE Cأل ا EونJقG اب PالسEو

: ) . التوبة JيمGظEعC ال JزCوEفC ال EكG ذEل EدAا Eب أ فGيهEا EينGدG ال Eخ JارEهC نE Cأل ا EهEا ت CحE ت EجCرGي ت Pات� ن Eج CمJهE ل PدEعE وEأ JهC )100عEن

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha

kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka

surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya

selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.(at-Taubah: 100)

Sehingga mereka selamat pula dari ke-salah-pahaman dan kekeliruan dalam penerapan

al-Qur’an dan sunnah.

6. Dalam Masalah Shahabat Nabi

Ahlus sunnah menganggap bahwa para shahabat adalah generasi yang terbaik dan

semuanya merupakan rawi-rawi yang adil dan jujur, sehingga mereka menerima riwayat-

riwayat haditsnya. Bagi mereka kesepakatan para shahabat merupakan dalil (hujjah)

setelah al-Qur’an dan sunnah. Karena Rasulullah وسلم عليه الله menyatakan صلى

bahwa umatku tidak akan sepakat atas kesesatan.

Rasulullah وسلم عليه الله :bersabda صلى

) . عمر، ابن عن الترمذي رواه GةEاعEمEجC ال عEلEى Gالله JدE وEي Eة� Eل ضEال عEلEى Gي مPتJ أ JعEمCجE ي E ال EعEالEى ت Eالله PنG إ

( الصغير جميع صحيح في األلباني وصححه

Page 17: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

Sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesat-an. Dan

tangan Allah di atas jama’ah. (HR. Tirmidzi; Syaikh al-Albani men-shahihkannya dalam

Shahih Jami’ ash-Shaghir)

Sebagaimana disebutkan dalam atsar dari Ibnu Mas’ud عنه الله ,رضي beliau berkata:

“Sesungguhnya Allah melihat para hamba dan mendapati hati Muhammad عليه الله صلى

sebaik-baik hati para hamba, maka ia jadikan untuk diri-Nya dan diutus sebagai وسلم

rasul-Nya. Kemudian Allah melihat hati-hati para hamba dan melihat hati-hati para

shahabat adalah sebaik-baik hati para hamba, maka Allah jadikan sebagai pendukung-

pendukungnya, pembela-pembela-Nya dan berperang di atas agamanya. Maka apa yang

dilihat oleh kaum muslimin itu sebagai kebaikan, maka di sisi Allah hal itu baik.

Sebaliknya apa yang dilihat oleh mereka sebagai kejelekan, maka di sisi Allah hal itu

merupakan kejelekan. (Atsar Hasan Mauquf; diriwayatkan oleh Thayalisi, Ahmad dan

Hakim menshahihkan dan disepakati oleh adz-Dzahabi; Demikian komentar Syaikh al-

Albani dalam Takhrij Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 470)

Keyakinan ini menyelamatkan mere-ka dari apa yang telah menyesatkan kaum Syi’ah

Rafidhah. Dengan caci-makian mereka terhadap para shahabat, gugurlah syariat ini,

karena para shahabat adalah pembawa-pembawa ilmu dan rantai rawi yang pertama yang

menjembatani Rasulullah وسلم عليه الله .dengan generasi-generasi setelahnya صلى

7. Dalam Masalah Hadits

Para ulama ahlus sunnah tidak sembarangan menerima riwayat suatu hadits, karena

sunnah-sunnah Rasulullah وسلم عليه الله -dan ucapan-ucapan para shahabat (atsar صلى

atsar) didapat oleh mereka melalui silsilah para rawi yang telah mereka periksa, apakah

rawi-rawi tersebut terpercaya (tsiqah), kuat hafalannya (dhabit), sanadnya bersambung

Page 18: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

(mutashil) ataukah kebalikannya. Sehingga dengan ilmu (Musthalahul hadits) tersebut,

mereka memisahkan antara hadits-hadits yang shahih dan hadits-hadits yang

dhaif.Kemudian mereka memakai yang shahih dan meninggalkan yang dlaif.

Hingga mereka selamat dari penyimpangan dikarenakan menyangka itu hadits Rasulullah

وسلم عليه الله .صلى Dan selamat dari kebid’ahan yang dikira perintah nabi ternyata

bukan dan selamat pula dari ancaman-ancaman Allah terhadap orang-orang yang

berdusta atas nama Rasulullah وسلم عليه الله .صلى

Dalam sebuah hadits yang mutawatir, Rasulullah وسلم عليه الله :bersabda صلى

( ) . عليه متفق GارP الن EنGم JهEدEعCقEمC EوPأ Eب Eت Cي فEل EعEم�دAا مJت PيEلEع EبEذE ك CنEم

Barangsiapa yang berdusta atas nama-ku dengan sengaja, maka hendaklah dia

mempersiapkan tempatnya dalam neraka.(HR. Bukhari Muslim dan lain-lain-nya)

8. Dalam Masalah Jihad

Jihad dengan makna perjuangan dakwah menyampaikan syariat agama Allah dan sunnah-

sunnah Rasulullah وسلم عليه الله .terus berlangsung setiap saat sepanjang masa صلى

Adapun jihad bermakna perang menumpahkan darah musuh merupakan ibadah yang

dilakukan secara berjama’ah yang tidak bisa dilakukan kecuali ber-sama seorang

penguasa (imam).Dan yang diperangi adalah orang-orang kafir harbi. Namun bukan

menunggu munculnya imam tertentu seperti Syi’ah Rafidhah, tapi dengan penguasa

muslim yang ada sekarang.

Dengan prinsip mereka ini, kaum muslimin selamat dari fitnah dan kekacauan. Kalau saja

dibiarkan setiap muslim “berperang” sendiri-sendiri, membunuh orang-orang kafir di

mana pun dia temui, maka akan terbunuh orang kafir yang tidak layak dibunuh

(perempuan, anak-anak, kafir dzimni, dan kafir mu’ahad) bahkan bisa jadi akan

Page 19: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

membunuh orang-orang muslim yang dianggap kafir. Maka yang terjadi adalah

kekacauan dan pertumpahan darah sesama kaum mus-limin.

9. Dalam Masalah Iman

Para ulama ahlus sunnah sejak zaman salafus shalih sampai hari ini meyakini bahwa

iman bisa bertambah dan bisa berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Iman dapat

bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemak-siatan.

Sehingga ahlus sunnah selamat dari pengkafiran terhadap orang-orang yang masih

muslim, karena mengira iman hilang dengan kemaksiatan atau sebaliknya yang

menganggap iman tetap utuh dengan kemaksiatan. Mereka yang menyatakan iman hilang

dengan kemaksiatan adalah kaum khawarij, sebaliknya yang menyatakan iman tetap utuh

dengan kemaksiatan adalah kaum murji’ah. Ada pun ahlus sunnah selamat dari dua jenis

kesesatan tersebut, karena mereka menyatakan ahli maksiat sebagai seorang muslim yang

lemah imannya.

10. Dalam Masalah Politik

Mereka para ulama ahlus sunnah tidak mengenal sistem demokrasi dan suara terbanyak

karena mereka meyakini dari al-Qur’an dan sunnah bahwa ahlul hak itu sedikit dan

kebanyakan manusia adalah orang-orang fasik.

Allah وتعالى :berfirman سبحانه

. EونJص JرCخE ي P Gال إ CمJه CنG وEإ PنPالظ P Gال إ EونJعG Pب Eت ي CنG إ GهP الل GيلG ب Eس CنEع EوكzلGضJ ي GضCرE Cأل ا فGي CنEم EرE Cث ك

E أ CعGطJ ت CنG وEإ

: )116األنعام(

Dan jika kalian menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya

mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti

Page 20: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (al-

An’aam: 116)

Namun mereka tetap menjaga ma-syarakat kaum muslimin agar tetap ber-satu dalam satu

pimpinan (penguasa) selama dia masih muslim.

Dengan sikap mereka yang demikian maka umat Islam akan selamat dari pertumpahan

darah sesama mereka. Karena jika kedhaliman penguasa muslim diatasi dengan

memeranginya secara fisik, niscaya yang akan terjadi adalah perang saudara sesama

muslimin.

Sedangkan ketaatan yang dimaksud adalah tidak memberontak atau melawan penguasa

secara provokasi atau fisik. Sedangkan ketaatan ahlus sunnah adalah dalam perkara-

perkara yang ma’ruf. Jika mereka memerintahkan kepada dosa dan kemaksiatan, maka

tidak ada ketaatan kepada siapa pun dalam bermaksiat ke-pada khaliqnya.Wallahu a’lam.

(Ustadz Muhammad Umar As-Sewed/ akhwat.web.id)

E. Cara Mengatasi Penyimpangan Aqidah

Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam point-point berikut ini:

1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam untuk

mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salaf Shalih mengambil aqidah mereka

dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah

memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan

mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa

yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.

Page 21: Makalah Agama Tentang Penyimpangan Akidah

2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang

pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat

dalam menyajikan materi ini. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai

materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

3. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah

salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.