makalah
DESCRIPTION
pblTRANSCRIPT
CEPHAL HEMATOMA
Mega Melita
10 -2010 - 398
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
JAKARTA 2013
Korespondensi : Mega Melita / 10.2010.398 / A-4 / [email protected]
Skenario
Bayi 40 minggu lahir via vacum dari seorang ibu yang menderita DM gestasional dengan
berat 4000gr. Setelah lahir, bayi menangis spontan dan aktif dengan bentuk kepala tidak simetris
dan ditemukan benjolan lunak diameter 7cm yang tidak melewati sutura kranialis. Keluarga
khawatir dengan kondisi tersebut dan meminta penjelasan dokter.
Bab I
Pendahuluan
Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama
persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal hematola
terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala.
Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi
periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor
predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan,
moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput
terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.
1
Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin
besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Bab II
ISI
Anamnesis1
Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,
Pendidikan terakhir, Suku bangsa.
Keluhan utama :
Mual muntah
Nyeri punggung
Nyeri dada,
Mudah lelah
Sakit kepala, dll.
Keluhan tambahan
Tentang haid
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Apakah haid teratur?
Siklus haid
Berapa lama (hari)
Nyeri haid
Perdarahan antara haid
Tentang kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
Tentang persalinan
Berapa kali bersalin
Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?
2
Berapa berat badan bayi waktu lahir?
Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?
Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama?
Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau sedikit?
Berbau atau tidak?
Apakah disertai dengan gatal pada vulva?
Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?
Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?
BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)
Riwayat penyakit pasien
Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?
Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga
Adakah keturunan kembar?
Riwayat sosial
Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?
Apakah merokok atau minum alkohol?
Pemeriksaan fisik2
1. Kepala
Pada neonatus normal :
a. rambut kulit kepala teraba halus seperti sutera
b. bentuk kepala tergantung presentasi kepala/bokong
c. sutura kranialis teraba terbuka
d. fontanela anterior terbuka, lunak dan datar diameter kurang dari 3,5 cm sedangkan
fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekadar teraba
terbuka
3
e. lesi traumatik biasanya terjadi berupa : kaput suksedaneum, perdarahan subgaleal,
sefalohematoma, luka tusuk, serta lesi lepuh dan hematoma sirkular.
2. Wajah
a. Pada neonatus normal : wajahnya simetris
b. Abnormalitas : malformasi (mis. Bibir sumbing), paralisis fasial perifer, cedera traumatik
pada wajah (fraktur arkus zigomatikus saat persalinan), tanda eritematosa atau memar
yang ditemukan pada wajah akibat trauma forsep.
3. Mata
a. Pada neonatus yang normal : tidak ada kelainan berarti yang ditemukan pada mata.
b. Abnormalitas : ptosis kongenital, konjungtivitis (pada gonore), kekeruhan kornea (pada
glaukoma kongenital), kekeruhan lensa (pada katarak kongenital).
c. Fungsi penglihatan : bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan biasanya
akan memfiksasikan pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya, paling tidak
sampai jarak tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari satu sisi ke sisi lainnya.
Jika tidak ada respon walaupun dilakukan pemeriksaan berulang, maka perlu
pemeriksaan lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.
4. Telinga
a. Pada neonatus usia cukup bulan : telinga luar sudah terbentuk dengan baik dan
mengandung cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk dan mencegah
deformitas.
b. Abnormalitas : adakah lesi dan kelainan kongenital lain yang tampak pada telinga luar?
Lanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi : adakah otitis media atau tidak;
c. Fungsi pendengaran : pada neonatus yang normal akan terjadi respon mengalih pada
suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara yang
keras (di ruangan tanpa suara mengganggu).
5. Hidung
Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung. Periksa : lesi obstruktif/benda asing
bisa berupa mukus, darah dan mekonium (normalnya, bayi akan bersin sebagai refleks untuk
4
membersihkan hidungnya), serta adakah dislokasi bagian tulang rawan septum nasi
(biasanya akibat trauma persalinan).
6. Mulut
Periksa dengan cara inspeksi dan palpasi : celah dan lengkung palatum; ukuran lidah, warna
sekresi dari mulut, dan lesi. Pada neonatus normal biasanya sudah mempunyai gigi natal.
7. Leher
Ukurannya lebih pendek dari anak yang lebih tua, namun rentang geraknya sudah sempurna;
amati : gerakan leher yang terbatas, massa, cedera.
8. Dada
Pada neonatus normal, dada berbentuk seperti tong dan prosesus xifoideus menonjol. Amati
pula : fraktur klavikula, jarak antar puting dan ukuran kuncup payudara.
9. Paru
Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit dan bernafas dengan
menggunakan diafragmanya. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak
bersama-sama. Dinding dada normalnya simetris saat bernapas jika dilihat dari lateral.
Retraksi, bunyi mendengkur saat ekspirasi, pengembangan cuping hidung, dan takipneu
pada beberapa menit pertama setelah lahir masih dikatakan norma dan akan segera
menghilang. Jika terus bertahan selama beberapa waktu kemudian, maka dikatakan
abnormal dan kemungkinan ada kelainan pada parunya.
10. Kardiovaskular
Kecepatan, irama, titik impuls tertinggi (point of maximum impulse, PMI), murmur
(intensitas dan lokasi), denyut (brakial dan femoral), pengisian kembali kapiler (capillary
refill), warna kulit dan membran mukosa.
11. Abdomen
5
Bentuk, tali pusat (jumlah pembuluh darah), ukuran hepar/ginjal/limpa, massa, bising usus,
otot dan defek dinding abdomen.
12. Genitourinaria
Genitalia, abnormalitas penis, testis, ukuran labia/klitoris, posisi dan kepatenan anus, cara
BAK dan BAB, lesi.
13. Tulang belakang/neurologis
Cekungan, lesi, massa, dan refleks (mengisap, gag, Moro dan menggenggam).
14. Muskuloskeletal
Rentang pergerakan sendi, jari, tonus, posisi saat istirahat/menangis, massa, dan manuver
pinggul Ortolani dan Barlow.
15. Kulit : warna, tekstur, lesi, transparansi dan tanda lahir.
Pemeriksaan penunjang2,5
Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial
dan posprandial.Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes Mellitus
menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3 mmol/1)
sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu atau dua jam
setelah makan.
Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk mendeteksi
adakah kelainan pada janin.
Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan dengan cephalhematoma, tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik kepala atau CT-scan dilakukan bila
terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang tengkorak.
Diagnosis Kerja
1. CEPHAL HEMATOMA1,2
6
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum
karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.
Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari
seluruh cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau
parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. Cephal hematoma adalah pembengkakan
pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada
subperiostinum Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat
menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan
bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. Klasifikasi Menurut letak jaringan
yang terkena ada 2 jenis yaitu: Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat
secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini
dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah.
Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu.
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum.
Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan
mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada
bayi dengan gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis,
karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat
dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena
periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada
daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih
sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertainya.
I.2.Lubchenko Curve
Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap praktisi dalam
merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam
bentuk table. . Definisi tentang bayi prematur adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir
<2500 g. Definisi ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health
Assembly. Dokter ahli pediatricsdihadapkan pada masalah hubungan antara usia kehamilan dan
pertumbuhan janin. DenganKurva Lubchenco diharapkan dapat menunjukkan hubungan
pertumbuhan janin dan usia kehamilan.
7
Dari Kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan
adopsi luas dari istilah "kecil untuk usia kehamilan", "besar untuk usia kehamilan",
"kelambatan pertumbuhan intrauterine," dan “janin dysmaturity”. Hal ini juga membentuk dasar
untuk memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90% atau
berat badan lahir kurang dari persentil kurang dari 10, sehingga dapat diprediksi masalah medis
yang mungkin terjadi.
Sumber : www.google.com
The New Ballard Score
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan
usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular
meliputi postur, square window, arm recoil, sudutpopliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga,
dan genitalia 3.
8
Sumber : www.Google.com
9
Diagnosis banding
A. Caput succedaneum2,6
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat
ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala
terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam
vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran
tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan
melampaui sutura garis tengah. Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan
pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena
terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah
lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi
yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema
sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran
cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering
bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya
tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas
terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Proses
perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada
10
kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui
sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir
dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum
dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri
dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat
terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik,
tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan
dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
A. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan dibawah
kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.
B. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih dari
satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang
bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
C. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di kepala
mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat
dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih
banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
D. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan
menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh
darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun.
Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
E. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.
B. Perdarahan intrakranial pada neonatus2,4
11
Perdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti
penting karena dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental.
PIN ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4
minggu. Sebabnya PIN banyak. Sering PIN tak dikenal/dipikirkan karena gejala gejalanya tidak
khas. PIN meliputi perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, intraserebral/parenkim dan
intraventrikuler Penatalaksanaan dan penanggulangan PIN masih kurang memuaskan. Untuk
menurunkan angka kejadian PIN, usaha yang lebih penting ialah profilaksis seperti perawatan
prenatal, pertolongan persalinan dan perawatan postnatal yang sebaik-baiknya. Pada umumnya
prognosis PIN tidak terlalu menggembirakan. Makalah ini membahas sekedar insidensi, etiologi,
patogenesis, gambaran klinik, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis dan pencegahan PIN yang
berkaitan dengan persalinan.
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/ robekan pembuluh - pembuluh
darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor
dasar ialah prematuritas; pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrional dengan
dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya
berkelok kelok, kadang - kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadi kerusakan
bila ada faktor - faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini ter- utama terjadi pada
perdarahan intraventrikuler/periventrikuler.
Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media antara
tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan
subdural merupakan jenis PIN yang banyak dijumpai pada BCB. Di sini perdarahan terjadi
akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus
pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada BCB daripada BKB sebab pada BKB
vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang
terjadi . Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk hematoma subdural. Pada
robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala
dapat timbul segera dapat sampai berminggu-minggu, memberikan gejala - gejala kenaikan
tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural
sudah sangat menurun.
Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yang biasanya
ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi
12
likuor. Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak,
jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat (kecelakaan).
Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersama perdarahan
intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler . Dari semua jenis PIN, perdarahan
periventrikuler meme- gang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada
bayi prematur. Sekitar 75--90% perdarahan peri ventrikuler berasal dari jaringan subependimal
germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.
Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya aliran darah ini,
meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler sehingga
mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan
intraventrikuler 1 Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibat pemberian
natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikantekanan
darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.
Gejala-gejala PIN tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika tidak didukung, oleh riwayat
persalinan yang jelas. Gejala-gejala berikut dapat ditemukan :
1. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya pada perdarahan
subaraknoid.
2. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus. Gejala-gejala
ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan subdural ,
kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.
3. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks
cahaya lambat sampai negatif. Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan
eksoftalmus.
4. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakan susunan
saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipnea dan sianosis
intermiten.
5. Cephalic cry (menangis merintih).
6. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake like
flicking of the tongue) menunjuk- kan perdarahan yang luas dengan kerusakan pada korteks.
13
7. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila
perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonus otot
akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditas akan
berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnya
kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak
(monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
8. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor
atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-kadang ada
hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayi
prematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan
Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah
1. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu
diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas
motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan
diuresis. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis
lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik 15
2. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02. Bayi
letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan
kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.
3. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertim- bangkan.
4. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5--10%)
dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 5--10%dan Nabik 1,5% 4:1.
Pemberian obat – obatan1,2 :
1. valium/luminal bila ada kejang - kejang. dosis valium 0,3--0,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit,
kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10
mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis
selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum
seterusnya.
14
2. kortikosteroid berupa deksametason 0,5--1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik
terhadap hipoksia dan edema otak.
3. antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi
yang berlebihan.
4. Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah
terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi pada permukaan korteks.
Tindakan bedah darurat:
Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan explorative burrhole dan
bila positif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat 8.
Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan
kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan
garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor,
dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
Untuk mengurangi terjadinya PIN, yang paling penting ialah pencegahan, yang meliputi
pemeriksaan ibu-ibu hamil secara teratur, memberikan pertolongan dan perawatan yang sebaik-
baiknya, baik waktu persalinan maupun sesudah anak lahir. Perhatian khusus harus diberikan
kepada bayi-bayi prematur (BKB) yaitu mencegah episode asfiksia sebelum dan sesudah
persalinan. Dalam hal ini perlu monitoring keadaan bayi intrapartum, resusitasi segera sesudah
lahir dan mencegah kemungkinan hipoksia oleh sebab-sebab lain 18. Pemberian koagulans
sebagai usaha untuk mencegah timbulnya PIN sampai saat ini belum ada persesuaian paham,
tetapi pemberian vitamin K secara rutin pada BKB dapat dianjurkan.
Etiologi cephalhematoma3
Hematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
15
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Tanda dan gejala klinis2,6
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietalBerupa benjolan timbunan kalsium
dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
Tempatnya tetap. ( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan ).
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak
melewati sutura).
6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada
tekanan dan berfluktuasi.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
Patofisiologi1,2
A. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah
yang perdarahan sub periosteum.
B. Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan menggunakan
vacum ekstraksi atau forseps yang sangat sulit. Sehingga moulage berlebihan dan
menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan
16
pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi Cephal
Hematoma.
C. Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu.
Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput
tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi
penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma. Karena adanya tekanan yang
berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga oudema.
Komplikasi5,6
a. Infeksi
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka
b. ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi
c. Anemia
bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi
pendarahan hebatatau pendarahan hebat .
d Klasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan
perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan
Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra
kranial.
Penatalaksanaan3,7
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan.
17
Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan
bersih.
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi
ketat untuk mendeteksi perkembangan
5. Pantau hematokrit
6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar
7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi
dalam 2 - 8 minggu
Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih. Untuk melakukan penanganan
pada kasus cephal hematoma sebagai berikut:
1. lebih hati-hati jangan sering diangkat dari tempat tidur.
2. Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirinya dalam satu minggu.
Terabsosbsinya menjadi lama apalagi terjadi jaringan fibroblast.
3. Tidak di aspirasi karena dikhawatirkan akan terjadi infeksi bila kulit ditusuk jarum sehingga
terjadi trauma akibat peradangan benda asing.
4. Setelah hematoma lenyap, terjadi hemolisis sel darah merah.
5. Stilumus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.
6. Hari pertama kopres dingin
7. Hari kedua sampai keempat kompres hangat.
8. Hiperbilirubinemia dapat timbul setelah bayi dirumah.
9. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia. Pada neonatus dengan sefalhematoma
tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapiuntuk mengatasi
hiperbilirubinemia.
10. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan.
18
11. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari
seluruhcephalhematoma
12. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin
13. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.
14. Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik.
15. Diminta cek RS, pada minggu keempat.
Prognosis
Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat
sembuh sendiri dan prognosisnya baik.
Bab III
Kesimpulan
Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi
sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun
perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase
merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal
hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari
itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang
normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.
Saran
Pada pennderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa
tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab
cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal hematoma
bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi, Vivian lanny lia. 2010 . asuhan neonatus bayi dan anak balita.Jakarta: salemba
medika
2. Prawirohardjo, sarwono. 2002 . ilmu kebidanan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawihardjo
3. Saifuddin, majang 2001, ilmu kebidanan : patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta :
yayasan esentia medica
4. JNPK-KR/POGI, 2007,Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI.
5. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
7. Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
8. Varney, H.dkk. 2007. Varney’s Midwifery Text Book Edisi 4. Jakarta: EGC.
20